Anda di halaman 1dari 5

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

(Semester Genap 2020/20211)

Mata Ujian
Waktu
Kelas
Hari, Tanggal
:
:
:
:
Konsultasi dan Bantuan Hukum
60 Menit
IV
Sabtu, 31 Juli 2021
C
Dosen : Kadek Frediandrika,SH,MH
Sifat Soal : Close Book

PETUNJUK
- Kerjakan soal-soal di bawah ini pada kertas yang telah disediakan
- Tulisan harus jelas dan mudah dibaca. Usahakan menggunakan tinta hitam
- Setelah selesai, semua pekerjaan diserahkan kepada Pengawas dan jangan lupa mencantumkan Nama, NIM,
No. Ujian, Kelas dsb.

Soal :

1. Jelaskan pengertian dari litigasi dan non litigasi?


2. Apa yang saudaraketahuitentangbantuanhukum?
3. Cermati secara segsama posisi kasus ini dan jelaskan secara singkat!
Posisi kasus
Seseorang berinisial hw membawa wisatawan ke Bali berjumlah 160 orang dengan
berwisata 7 hari dikemudian hari ketika ada pemerikasan identitas pramuwisata
oleh Himpunan Pramuwisata Indonesia dan Dinas Pariwisata, para wisata asing
lengkap dengan identitasnya tetapi Walking Guide tidak membawa lisensi
pramuwisata keBali. Pihak pramuwisata asing menghubungi perusahaan yang ada
di bali untuk ada pendampingan Hukum menyelesaikan permasalahannya.
1. Bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut!
2. Teori/Norma apa yang digunakan?
3. Undang-Undangapa yang mengatur dalamp elanggaran yang dilakukan?

4. Cermati secara segsama posisi kasus ini dan jelaskan secara singkat!
Posisi kasus
Seseorang berinisial x mempunyai buku yang sudah di hak ciptakan oleh
kementrian Hukum dan Ham dan di pasarkan di seluruh Indonesia, ketika suatu
hari seorang berinisial x mengetahui bukunya ada pembajakan hak cipta hanya di
ganticover, nama pengarang dan cetakan. Maka dari itu berinisial x melaporkan
kasus tersebut kepihak berwajib/kepolisisan dan sedang di tangani dan diselidiki
yang membajak buku tersebut dan memakai bantuan hokum untuk
menyelesaiakan permasalahan yang terjadi agar cepat ditangani dan di jebloskan
kepenjara.
1. Bagaimana menurut saudara menyelesaikan masalah tersebut!
2. Dasar Hukum apa yang saudara pakai menyelesaian masalah tersebut!

Selamat Bekerja Semoga Sukses


Harap Di isi Oleh Mahasiswa Nilai (Diisi Dosen)
Nama Mahasiswa Cok Putra Parwata
NIM / Semester 19.0.123.0.02.156 / IV
Mata Ujian / SKS Konsultasi dan Bantuan Hukum
Dosen Penguji Kadek Frediandrika,SH,MH
Tanggal Ujian Sabtu, 31 Juli 2021 Tanda Tangan Dosen

Hari/ Jam Kuliah

Lembar Jawaban Mahasiswa

1. Bantuan hukum litigasi diberikan kepada penerima bantuan hukum untuk mengimbangi
kewenangan para penegak hukum dan melindungi hak-hak tersangka, terdakwa, atau terpidana
dalam perkara pidana pada tahap penyidikan, penuntutan, dan persidangan; perkara perdata pada
tahap gugatan dan persidangan; dan perkara tata usaha negara pada tahap pemeriksaan
pendahuluan dan persidangan. Bantuan hukum secara litigasi dilaksanakan dalam penanganan
perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara.
Bantuan hukum nonlitigasi diberikan demi terciptanya masyarakat cerdas hukum dengan
tersosialisasinya hak-hak setiap warga negara khususnya orang miskin ketika mendapatkan
permasalahan hukum dan upaya untuk memberikan solusi atau pemecahan masalah hukum yang
ada dalam masyarakat di luar pengadilan berupa konsultasi hukum, mediasi, dan beberapa
kegiatan lainnya demi terwujudnya masyarakat yang berkekeluargaan tanpa harus selalu ke
pengadilan.

2. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-
cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.

3. Menyelesaikan masalah tersebut dengan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh
pencipta apabila terjadi pelanggaran terhadap suatu karya ciptanya adalah melalui upaya
preventif dan upaya represif. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh pencipta
antara lain, mendaftarkan karya cipta agar nantinya memperoleh perlindungan hukum
dan kepastian hukum mengenai hak atas ciptaannya. Serta upaya represif melalui jalur
hukum perdata dan hukum pidana.

Dasar hukum yang dipakai dalam kasus tersebut adalah pelanggaran hak cipta dapat
dilihat melalui penerapan pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
menyatakan : “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian bagi orang
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.” Dari pasal tersebut dapat dilihat untuk mencapai suatu andil yang baik
dalam melakukan gugatan berdasarkan perbuatan melanggar hukum harus dipenuhin
syarat-syarat atau unsur-unsur perbuatan melawan hukum.Terhadap pelanggaran hak
cipta yang tejadi, maka sesuai dengan pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
harus ada sanksi yang dapat diterapkan, antara lain :
1. Penentuan ganti rugi kepada pihak yang dianggap telah melanggar;
2. Penghentian kegiatn perbuatan, perbanyakan, pengedaran, dan penjualan ciptaan
illegal (bajakan) yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta;
3. Perampasan dan pemusnahan barang illegal yang merupakan hasil pelanggaran
hak cipta.

Selanjutnya dalam Pasal 99 ayat 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, perlu dijelaskan bahwa atas permintaan pihak yang merasa dirugikan karena
pelanggaran hak cipta yang dipunyainya, Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik
Hak Terkait dapat memohon putusan provinsi atau putusan sela kepada Pengadilan Niaga
untuk :
a. Meminta penyitaan Ciptaan yang dilakukan Pengumuman atau Penggandaan, dan/atau
alat Penggandaan yang digunakan untuk menghasilkan Ciptaan hasil pelanggaran Hak
Cipta dan produk Hak Terkait; dan/atau
b. Menghentikan kegiatan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau
Penggandaan Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk Hak
Terkait.
Upaya Hukum Pidana dapat ditempuh oleh pencipta, karena dalam upaya hukum pidana
dalam menyelesaikan kasus pelanggaran terhadap karya cipta musik mengenal adanya
hukum biasa (Banding dan kasasi) dan upaya hukum luar biasa (Peninjauan Kembali
demi Kepentingan Umum)dalam hal ketidakadilan dalam putusan pengadilan yang
dirasakan oleh salah satu pihak yang berperkara.Upaya hukum pidana didalam
menyelesaikan perkara pelanggaran cukup efektif dibandingkan dengan upaya hukum
perdata, dimana upaya hukum perdata lebih menitikberatkan kepada proses ganti ruginya
saja berbeda dalam penyelesaian perkara melalui upaya hukum pidana yang
menimbulkan efek jera yaitu kurungan badan bagi pelaku kejahatan atau pelanggaran.

Penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat dilakukan melalui alternatif penyelesaian


sengketa, arbittrase, atau pengadilan (Pasal 95ayat 1 Undang-Undang Nomor 28Tahun
2014 tentang Hak Cipta). Pengadilan yang berwenang adalah Pengadilan Niaga, selain
Pengadilan Niaga tidak berwenang menangani penyelesaian sengketa Hak Cipta.

4. Upaya hukum yang bisa dilakukan adalah mengajukan pembinaan dan pengawasan
meliputi hukuman dan administrasi pengetahuan teknis dan perilaku
Teori ketaatan hukum, kesadaran kemanfaatan hukum yang melahirkan bentuk
"kesetiaan" masyarakat terhadap nilai-nilai hukum yang diberlakukan dalam hidup
bersama yang diwujudkan dalam bentuk prilaku yang senyatanya patuh terhadap nilai-
nilai hukum itu sendiri yang dapat dilihat dan dirasakan oleh sesama anggota masyarakat.

Teori kewenangan, Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan
yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang, sedangkan wewenang
hanya mengenai suatu “onderdeel” atau bagian tertentu saja dari kewenangan.

Dan teori kualitas penduduk, Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek
fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas,
tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk
mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa,
berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 Pasal 12 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa :
pembinaan dan pengawasan terhadap pramuwisata dilakukan oleh Dinas Pariwisata atas
nama Gubernur. Pembinaan dan pengawasan tersebut meliputi : hukuman dan
administrasi, pengetahuan teknis dan perilaku. Namun jika tertangkap lebih dari 3 kali
maka kasus tersebut diajukan oleh Dinas Pariwisata ke Dinas Satuan Polisi Pamong Praja
atau satpol PP, satpol PP berhak melakukan pemanggilan dan penyidikan terhadap pelaku
sehingga dapat memutus sanksi apa yang dikenakan apakah berbentuk peringatan, denda,
ataupun pencabutan lisensi bagi pramuwisata yang melakukan pelanggaran.
Perda Nomer 5 Tahun 2008 tentang Pramuwisata, seseorang hendak menjadi
pramuwisata harus memiliki lisensi yang disebut sebagai KTPP atau Kartu Tanda
Pengenal Pramuwisata, perkembangan pariwisata di Bali sangat berkembang pesat
sehingga tidak menutup kemungkinan menimbulkan adanya Pemandu Wisata yang tidak
berlisensi atau sering disebut dengan guide illegal.

Adapun fungsi lisensi bagi Pramuwisata adalah sebagai perlindungan hukum bagi
pramuwisata dalam menjalankan profesinya. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pramuwisata dan Peraturan Gubernur Nomor 41
Tahun 2009 tentang Pramuwisata, yang pada hakekatnya ingin mencegah adanya
pramuwisata yang tidak memiliki izin. Adapun tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi Bali dalam meminimalisasi jumlah Pramuwisata tanpa izin di Kabupaten
Badung adalah dengan melakukan sweeping/razia terhadap pramuwisata di tempat-
tempat wisata yang mengalami pelonjakan kunjungan wisata,melakukan pembinaan
terhadap pramuwisata yang baru terjaring razia kurang dari tiga kali, dan mengadukan
pelanggaran kepada satpol PP bagi Pramuwisata tanpa izin yang sudah melakukan
pelanggaran berat.

Anda mungkin juga menyukai