Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMUDA DAN SOSIALISASI


Untuk tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dasar
Dosen Pengampu: Siti Shalihah, S. Pd., MS.

Disusun oleh:

KELOMPOK II

Hikmah Hijriyanti NIM: 190101040080


Nahrul Hayati NIM: 190101040096
Noor Hafizah NIM: 190101040100

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
yang berjudul “Pemuda dan Sosialisasi”. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok
yang diberikan pada mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Sholawat serta salam kami haturkan
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat
sulit bagi kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, teman-teman, dan semua pihak
yang ikut membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Masih banyak kekurangan dan
makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan yang kami miliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan mampu memberikan
pemahaman kepada pembaca, serta membantu dalam mempelajari dan memahami mata
kuliah Ilmu Sosial Dasar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat untuk masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Banjarmasin, 17 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemuda dan Sosialisasi ............................................................. 3
1. Pengertian Pemuda ................................................................................ 3
2. Pengertian Sosialisasi ............................................................................ 4
B. Proses Internalisasi, Belajar, dan Spesialisasi ............................................. 6
C. Peranan Pemuda dalam Masyarakat ............................................................ 6
D. Masalah dan Potensi Generasi Muda .......................................................... 8
1. Permasalahan Generasi Muda ............................................................... 8
2. Potensi-Potensi Generasi Muda ............................................................. 9
E. Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi ........................................................ 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya, pemuda seringkali disamakan dengan remaja. Secara psikologis,
masa remaja merupakan masa yang sangat problematis, masa yang memungkinkan
mereka berada dalam keadaan tanpa norma dan hukum. Dalam keadaan tersebut,
biasanya muncul perilaku menyimpang dan memungkinkan mereka menjadi sasaran
dari pengaruh media massa. Dalam keadaan “ketidaktahuan”, mereka berusaha
mencari pegangan kepada norma lain yang dapat memenuhi keinginan mereka. Ini
menimbulkan kesempatan yang memberi peluang terhadap penyimpangan dan
pelanggaran akibat terpengaruh dan kesalahan pegangan. Di sisi lain, pemuda
seringkali dikaitkan dengan kelompok orang muda yang belum berpengalaman, belum
matang dalam berpikir, dan belum stabil secara emosi. Pemuda sering dianggap
sebagai suatu kelompok yang memiliki aspirasi sendiri dan bertentangan dengan
aspirasi masyarakat.
Sumber lain menyebutkan bahwa pemuda dan remaja didefinisikan secara
berbeda. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Remaja juga diartikan sebagai usaha untuk mendefinisikan dirinya, di mana terjadi
pencarian jati diri dan menentukan langkah kehidupannya. Berbeda dengan remaja,
pemuda merupakan masa dewasa awal, ditandai dengan adanya perjuangan
membangun pribadi yang mandiri dan terlihat secara sosial. Pada saat itu, manusia
mulai melakukan pembangunan diri, berusaha memenuhi apa yang diperlukannya,
sehingga bisa dianggap mandiri secara sosial maupun finansial. Saat terbiasa dengan
pembangunan diri, pemuda akan mulai terlibat ke dalam masyarakat sosial. Pemuda
lebih menyadari untuk ikut serta dalam kegiatan sosial ketimbang masa remaja, mulai
punya keputusan sendiri terhadap dirinya serta memiliki kesadaran sosial.
Untuk mencapai tahap tersebut dibutuhkan sosialisasi. Melalui proses sosialisasi,
individu akan memiliki cara berpikir yang lebih terbuka dan melihat bagaimana
seharusnya berperilaku di masyarakat sosial. Sehingga dapat tercapainya pemuda yang
berpotensi, kritis, dan peduli baik kepada lingkungan sekitar maupun kepada kemajuan
bangsanya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang
perlu dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari pemuda dan sosialisasi?
2. Bagaimana proses internalisasi, belajar, dan spesialisasi?
3. Bagaimana peranan pemuda dalam masyarakat?
4. Apa saja masalah dan potensi generasi muda?
5. Bagaimana peranan orang tua dalam sosialisasi?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah yang sudah dirumuskan di atas, penulisan makalah ini
memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk memahami pengertian dari pemuda dan sosialisasi.
2. Untuk memahami bagaimana proses internalisasi, belajar, dan spesialisasi.
3. Untuk menjelaskan peranan pemuda dalam masyarakat.
4. Untuk mengidentifikasi masalah dan potensi generasi muda.
5. Untuk menjelaskan peranan orang tua dalam sosialisasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemuda dan Sosialisasi


1. Pengertian Pemuda
Berbagai definisi seputar makna dari kata pemuda, baik ditinjau secara fisik
maupun psikis akan siapa yang pantas disebut pemuda serta pertanyaan apakah
pemuda itu identik dengan semangat atau usia. Berikut adalah beberapa
pengertian pemuda.
• Dalam kamus Webster, pemuda (youth) adalah kehidupan di antara masa
kanak-kanak dan kedewasaan, atau disebut juga kedewasaan awal; keadaan
muda atau belum matang; kesegaran dan karakteristik daya hidup orang muda.1
• Pemuda adalah kelompok manusia yang berusia 10 – 24, 15 – 30, atau 15 – 35
serta mereka yang secara psikologis mempunyai jiwa muda dan mempunyai
identitas kepemudaan.2
• Ditinjau dari segi biologis, lembaga, dan perkembangan generasi, pemuda
adalah manusia yang berusia 15 sampai 30 tahun dan memiliki karakteristik
yang menonjol, yaitu berupa peranannya dalam masa peralihan menuju
tanggung jawabnya dalam masyarakat.3
• Pemuda adalah sekelompok manusia yang memerlukan pembinaan untuk
pengembangan diri ke arah yang lebih baik agar dapat melanjutkan dan mengisi
kehidupan, baik secara pribadi, sosial, dan sebagainya.4
• Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan,
pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting
pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun.
Berdasarkan penguraian di atas, dapat kita artikan bahwa pemuda adalah
kelompok manusia yang memiliki rentang usia antara 15 sampai 30 tahun,
memiliki semangat jiwa muda, serta identik dengan peran dan karakteristiknya
tersendiri.

1
Idad Suhada, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), h. 115.
2
Ramdani Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: Pustaka Setia, 2017), h. 99.
3
Sri Ilham Nasution, IBD, ISD, IAD: Materi MKDU pada Perguruan Tinggi, (Bandarlampung: Fak. Dakwah
IAIN Raden Intan, 2014), h. 100 – 101.
4
Hermanto Halil, IAD, ISD, IBD dalam Perspektif Islam, (Surabaya: Duta Media, 2016), h. 160.

3
Pemuda sering dianggap bertentangan dengan masyarakat (generasi tua)
karena mereka mempunyai aspirasinya sendiri. Penyebab lain yang memisahkan
antara pemuda dan generasi tua adalah adanya asumsi mengenai kepemudaan,
yaitu:
• proses perkembangan manusia dianggap sebagai suatu yang fragmentaris, di
mana setiap perkembangan hanya dapat dimengerti oleh manusia itu sendiri.
• adanya anggapan bahwa pola pemikiran diwakili oleh generasi tua yang
bersembunyi dibalik tradisi. Pemuda dianggap sebagai sasaran yang
menerapkan pola-pola kehidupan, bukan sebagai subjek yang mempunyai nilai
sendiri.5
Tidak demikian, perkembangan pemuda seharusnya didukung oleh generasi
tua. Generasi tua berkewajiban membimbing generasi muda untuk memiliki rasa
tanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan
selanjutnya. Dan, generasi muda berkewajiban mempersiapkan diri,
mengembangkan potensi, menguatkan karakter dan aktualisasi diri untuk mengisi
dan melengkapi kedudukan generasi tua yang mulai melemah dengan berperan
aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam
pembangunan nasional.

2. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses yang membantu individu melalui belajar dan
penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir, sehingga dapat berperan baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. 6 Dalam kamus bahasa
Indonesia menyebutkan, sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota
masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam
lingkungannya. 7 Zainal menyatakan dalam bukunya, sosialisasi merupakan
proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh
8
identitas diri serta keterampilan-keterampilan sosial. Menurut Hermanto,
sosialisasi adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang dalam
menghayati (mendarahdagingkan) norma-norma kelompok tempat ia hidup

5
Nuryanto, Diktat Ilmu Sosial Dasar, (Depok: Teknik Sipil Universitas Gunadarma, 2016), h. 23.
6
Sri Ilham Nasution, op.cit., h. 105.
7
Dendy Sugono dkk, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 1371.
8
Zainal Effendi Burlian, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial Dasar, (Malang:
Inteligensia Media, 2020), h. 94.

4
9
sehingga menjadi bagian dari kelompoknya. Dari uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses di mana terjadinya individu
yang belajar, memahami, menyesuaikan diri, dan menghayati, sehingga ia dapat
berperan dan memperoleh identitas diri beserta keterampilan sosial dan dapat
bergabung ke dalam bagian dari kelompok masyarakat.
Tujuan pokok dari sosialisasi antara lain: (a) individu harus diberi ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk kehidupannya kelak di
masyarakat, (b) individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan
mengembangkan kemampuannya, (c) individu mampu melakukan pengendalian
diri melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat, (d) individu bertingkah laku
selaras dengan norma yang ada dalam masyarakat.10
Proses sosialisasi dimulai dari dalam keluarga. Bagi anak-anak yang masih
kecil, keluarga merupakan lingkungan pertamanya. Gambaran diri mereka
merupakan pantulan dari bagaimana perhatian yang diberikan oleh keluarganya.
Persepsi mereka tentang dunia dan masyarakat dipengaruhi oleh tindakan, ajaran,
dan keyakinan keluarga mereka. 11 Tidak berhenti sampai keluarga, proses
sosialisasi masih berlanjut ke lembaga lainnya. Cohen menyatakan bahwa
lembaga-lembaga sosialisasi yang terpenting ialah keluarga, sekolah, kelompok
sebaya, dan media massa.12
Oleh karena itu, terdapat dua tipe dalam sosialisasi. Pertama, sosialisasi
yang berlangsung secara formal, yang terjadi melalui lembaga-lembaga yang
berwenang menurut ketentuan yang berlaku. Proses sosialisasi ini lebih teratur
karena di dalamnya disajikan seperangkat ilmu secara terstruktur disertai
perangkat norma yang tegas dan harus dipatuhi oleh setiap individu. Contohnya
pendidikan di sekolah. Kedua, sosialisasi yang berlangsung secara informal, yang
terdapat dalam pergaulan atau masyarakat dan bersifat kekeluargaan, contohnya
antara teman dan sesama anggota kelompok sosial dalam masyarakat.13

9
Hermanto Halil, op.cit., h. 161.
10
Sri Ilham Nasution, op.cit., h. 106 – 107.
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Normina, “Masyarakat dan Sosialisasi” dalam Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Vol. 12
No. 22, Oktober 2014, h. 110.

5
B. Proses Internalisasi, Belajar, dan Spesialisasi
Dalam proses sosialisasi, terjadi paling tidak 3 proses, yaitu belajar, internalisasi,
dan spesialisasi. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang hamper sama. Proses
terjadinya sama, yaitu melalui interaksi sosial. Proses internalisasi adalah suatu proses
belajar tanpa tekanan dan anak menyadari norma-norma yang dipelajarinya sangat
penting untuk pengembangan dirinya. Proses internalisasi berlangsung sejak lahir
sampai meninggal. Proses belajar menekankan pada perubahan tingkah laku, yang
awalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi
bisa, untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Sedangkan proses spesialisasi lebih
mengkhususkan pada sesuatu yang telah dimiliki individu.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, kita pasti selalu bersosialisasi
dengan orang lain di manapun kita berada. Perbedaan karakter antar manusia
merupakan identitas diri masing-masing. Perilaku setiap orang pun tidak sama,
sehingga menyebabkan seseorang mengambil tindakan yang berbeda dari orang lain.
Tindakan yang diambil oleh setiap orang bisa merupakan tindakan positif atau
tindakan negatif. Tindakan positif akan terjalin apabila setiap orang menghargai
adanya norma-norma yang berlaku. Sedangkan tindakan negatif akan terjalin apabila
setiap orang tidak menghargai norma-norma yang ada. Contohnya seperti saling egois,
berbeda pendapat, merasa diri sendiri lebih tinggi derajatnya dari orang lain dan lain
sebagainya. Setelah mengambil tindakan tersebut, mereka akan berpikir atas
tindakannya. Dari pemikiran itu akan memberikan pelajaran dimana seseorang akan
lebih memahami apa itu kehidupan bersosialisasi dan norma-norma yang berlaku. Dari
pembelajaran itu seseorang akan mendapatkan spesialisasi atau pengkhususan
kemampuan dimana mereka bisa menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian, seseorang haruslah mentaati norma-norma kehidupan yang ada.
Apa yang mereka lakukan pasti melalui proses pembelajaran dan memiliki
kemampuan khusus setelah terbiasa dengan pengambilan tindakan-tindakan tersebut.

C. Peranan Pemuda dalam Masyarakat


Masyarakat membutuhkan peran serta pemuda untuk kemajuan bersama.
Pemuda adalah tulang punggung masyarakat. Generasi tua memiliki keterbatasan
untuk memajukan bangsa. Sejarah membuktikan bahwa perubahan hampir selalu
dimotori oleh kalangan muda. Sebagai contoh, sumpah pemuda, Proklamasi,

6
pemberantasan PKI, lahirnya Orde Baru, bahkan peristiwa turunnya Diktator Soeharto
dari singgasana kepresidenan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemuda memegang
peranan yang sangat besar di dalam perubahan serta perkembangan suatu masyarakat.
Meskipun begitu, tidak semua pemuda memiliki semangat juang positif. Pemuda
yang sempat duduk di perguruan tinggi, mempunyai kewajiban untuk
menyumbangkan tenaganya kepada masyarakat. Jika dilihat lebih dalam, maka
peranan pemuda yang pernah duduk di perguruan tinggi (mahasiswa) pada garis
besarnya memiliki peranan sebagai berikut.
• Agen Perubahan (agent of change)
Sebagai agent of change, mahasiswa bertuga untuk mengadakan perubahan dalam
masyarakat, ke arah perubahan yang lebih baik.
Contohnya: sebagai agen pembangunan pemuda memiliki peran menjadi pusar
dari kemajuan bangsanya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perubahan
dalam masyarakat ke arah yang lebih baik. Seperti upaya saling memotivasi dan
mendorong adanya kemajuan di dalam masyarakat.
• Agen Pembangunan (agent of development)
Sebagai agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan
pembangunan di segala bidang, baik bersifat fisik maupun non fisik. Maksudnya,
pemuda Indonesia memiliki peran dan tanggung jawab dalam upaya
melaksanakan berbagai macam pembangunan di berbagai bidang baik berupa
pembangunan nasional maupun pembangunan daerah.
Contohnya: sebagai agen pembangunan pemuda mempunyai peran untuk
melancarkan dan melaksanakan berbagai macam bidang dalam pembangunan.
Seperti dalam bidang kebudayaan dengan memperkenalkan budaya Indonesia
kepada dunia.
• Agen Modernisasi (agent of modernization)
Maksud dari agen ini adalah pemuda Indonesia wajib memiliki kemampuan dalam
menganalisis perubahan zaman yang pastinya memberi pengaruh besar pada
bangsa Indonesia, sehingga dapat menentukan yang mana yang perlu diubah dan
mana yang bisa dipertahankan.
Contohnya: pada perkembangan teknologi yang semakin maju di berbagai bidang,
dimana melalui aktivitas pemuda bangsa Indonesia dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan modern sehingga
menjadi segala pengaruh termasuk budaya asing yang dengan mudah masuk.
7
Maka, dari sinilah muncul tantangan bagi pemuda Indonesia agar dapat
mempertahankan identitas bangsa.14

D. Masalah dan Potensi Generasi Muda


1. Permasalahan Generasi Muda
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain
sebagai berikut.
a. Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme di kalangan
masyarakat termasuk generasi muda.
b. Kekurangpastian yang dialami generasi muda terhadap masa depannya.
c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan
yang tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus
sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan
generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
d. Kurangnya lapangan kerja atau kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran ataupun setengah pengangguran di kalangan generasi muda
dan mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat
kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat
menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
e. Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan
kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda. Hal tersebut
disebabkan oleh rendahnya perhatian tentang gizi dan menu makanan yang
seimbang di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah.
f. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan
masyarakat pedesaan.
g. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan
keluarga.
h. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.15

14
Sri Ilham Nasution, op.cit., h. 111.
15
Ibid., h. 103.

8
2. Potensi-Potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan. Di
antara potensi-potensi tersebut yakni sebagai berikut.
a. Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada,
maka ia dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara
wajar mampu mencari gagasan baru.
Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu senantiasa dilengkapi
dengan landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
b. Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, maka generasi muda memiliki
potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampuan dan kesediaan untuk
mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan-
kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan-gagasan/alternatif
yang baru sama sekali.
c. Keberanian dalam Mengambil Risiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung
risiko yang dapat meleset, terhambat, atau gagal. Namun mengambil risiko
adalah perlu jika kemajuan ingin diperoleh.
Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung
risiko, kesiapan pengetahuan, perhitungan dan keterampilan dari generasi
muda akan memberi kualitas yang baik kepada keberanian mengambil risiko.
d. Optimisme dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat.
Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda akan
merupakan daya pendorong untuk mencoba maju lagi.
e. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap
dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran
disiplin murni pada dirinya, agar dengan demikian mereka dapat menyadari
batas-batas yang wajar dan memiliki sikap tenggang rasa.
f. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara
menyeluruh baik dalam arti kuantitatif maupun dalam arti kualitatif generasi

9
muda secara relatif lebih terpelajar karena terbukanya kesempatan belajar dari
generasi-generasi pendahulunya.
g. Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari
keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat
merupakan hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan ekslusif.
Tapi keanekaragaman masyarakat Indonesia dapat merupakan potensi
dinamis dan kreatif jika keanekaragaman itu ditempatkan dalam rangka
integrasi nasional yang didasarkan atas semangat dan jiwa Sumpah Pemuda
tahun 1928 serta kesamaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga
dengan demikian merupakan sumber yang kaya untuk kemajuan bangsa itu
sendiri. Untuk itu generasi muda perlu didorong untuk menampilkan
potensinya yang terbaik dan diberi peran yang jelas serta bertanggung jawab
dalam menunjang pembangunan nasional.
h. Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa
dan negara di kalangan generasi muda perlu lebih digalakkan, pada gilirannya
akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapannya untuk membela
dan mempertahankan bengsa dan negara dari segala bentuk ancaman. Dengan
tekad dan semangat ini generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan
pemantapan ketahan dan pertahanan nasional.
i. Sikap Kesatria
Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan
pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinggi adalah unsur-unsur
yang perlu dipupuk dan dikembangkan terus menjadi sikap kesatria di
kalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran
dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka
pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat
dikembangkan sebagai transformator dan dinamisator terhadap

10
lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta
penerapan teknologi, baik yang maju, madya maupun yang sederhana.16

E. Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi


Peran orang tua dalam proses sosialisasi pada saat anak tumbuh besar sangat
penting. Peran yang pantas dimainkan orang tua dalam proses sosialisasi ini adalah
sebagai agent of social control terhadap anak-anaknya. Peran sebagai agent of social
control itu dilakukan melalui suatu pengendalian sosial. Peran orang tua adalah
melakukan cara dalam menerapkan pengendaian sosial dan mewujudkan pengendalian
sosial itu terhadap anaknya. Melalui upaya pengendalian sosial, sosialisasi sebagai
suatu upaya menanamkan nilai suatu kelompok keluarga mudah dicapai.
Perlu disadari bahwa cara-cara dalam pengendalian diri tidak semata-mata
terdiri atas paksaan, hukum, dan seterusnya. Arti sesungguhnya pengendalian sosial
adalah jauh lebih luas, melupiti segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak,
yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku.
Sifat pengendalian yang dilakukan orang tua terhadap anggota keluarganya
dapat dilihat dari dua sifat, yaitu preventif dan represif atau bahkan kedua-duanya.
Preventif merupakan usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan pada keserasian
antara kepastian dengan keadilan. Adapun usaha-usaha repsesif bertujan untuk
mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan. Usaha preventif,
misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi, pendidikan formal, dan informal.
Sementara itu, represif berwujud penjatuhan sanksi terhadap para masyarakat yang
melanggar atau meyimpang dari kaidah yang berlaku.
Proses pengendalian sosial yang dilakukan orang tua dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan cara-cara tanpa kekerasan (persuasif) ataupun dengan
paksaaan (coercive), penggunaan cara tersebut bergantung kepada siapa pengendalian
sosial tersebut dilakukan ataupun dalam keadaan bagaimana. Dalam satu keluarga
yang tentram dan damai, cara-cara persuasif mungkin lebih tepat dilakukan. Karena
dalam keluarga yang tentram dan damai, nilai-nilai dan kaidah-kaidah itu telah
melembaga pada setiap individu. Meskipun demikian, betapa pun tentram dan

16
Harwanriyoko, MKDU Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Gunadarma, 1996), h. 84 – 86.

11
damainya suatu keluarga, pasti akan dijumpai anggota-agnggota yang melakukan
tindakan penyimpangan. Kadang-kadang diperlukan paksaan terhadap mereka agar
tidak terjadi kegoncangan pada ketentraman yang telah ada.
Paksaan dapat dilakukan pada suatu keluarga yang akan melakukan perubahan
aturan, karena di dalam keadaan seperti itu pengendalian sosial berfungsi untuk
membentuk kaidah-kaidah baru yang mengantikan kaidah-kaidah lama yang telah
goyah. Namun, cara-cara paksaan pun memiliki batas dan tidak selalu dapat diterapkan,
karena biasanya kekerasan atau paksaan akan melahirkan reaksi negatif yang akan
mencari kesempatan dan menunggu agent of social change (dalam hal ini orang tua)
dalam keadaan lengah.
Di samping cara tersebut, ada juga teknik pengendalian sosial, seperti
compulsion dan perversion. Compulsion yaitu menciptakan kondisi sedemikian rupa
agar seseorang taat atau mengubah sikapnya sehingga melahirkan kepatuhan secara
tidak langsung. Adapun perversion adalah melakukan pengulangan penyampaian
norma dan kaidah agar masuk dalam aspek bawah sadar seseorang. Dengan demikian,
orang yang bersangkutan akan mengubah sikapnya sehingga serasi dengan hal-hal
yang penyampaiannya diulang-ulang.
Dengan demikian, peran orang tua dalam sosialisasi adalah sebagai agent of
social control. Dalam sebuah keluarga, pengendalian sosial itu dapat dilakukan dengan
beberapa tahap, mulai dari yang lunak, misalnya nasihat-nasihat sampai dengan yang
lebih keras dengan menggunakan hukuman. Peran orang tua dalam sosialisasi meliputi
bagaimana cara pengendalian sosial dan bagaimana cara mewujudkan pengendalian
sosial.17

17
Ramdani Wahyu, op.cit., h. 125 – 128.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemuda adalah kelompok manusia yang memiliki rentang usia antara 15 sampai
30 tahun, memiliki semangat jiwa muda, serta identik dengan peran dan
karakteristiknya tersendiri. Sedangkan sosialisasi adalah suatu proses di mana
terjadinya individu yang belajar, memahami, menyesuaikan diri, dan menghayati,
sehingga ia dapat berperan dan memperoleh identitas diri beserta keterampilan sosial
dan dapat bergabung ke dalam bagian dari kelompok masyarakat.
Dalam proses sosialisasi, terjadi paling tidak 3 proses, yaitu belajar, internalisasi,
dan spesialisasi. Proses internalisasi adalah suatu proses belajar tanpa tekanan dan
anak menyadari norma-norma yang dipelajarinya sangat penting untuk pengembangan
dirinya. Proses belajar menekankan pada perubahan tingkah laku, yang awalnya tidak
tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa, untuk
memperoleh hasil yang memuaskan. Sedangkan proses spesialisasi lebih
mengkhususkan pada sesuatu yang telah dimiliki individu.
Masyarakat membutuhkan peran serta pemuda untuk kemajuan bersama. Di
antara peran pemuda dalam masyarakat yaitu sebagai agen perubahan (agent of
change), agen pembangunan (agent of development), dan agen modernisasi (agent of
modernization).
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain,
menurunnya idealisme, patriotisme dan nasionalisme, kekurangpastian masa depan,
belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan, kurangnya
lapangan pekerjaan, kurangnya gizi, perkawinan di bawah umur, pergaulan bebas, dan
meningkatnya kenakalan remaja.
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah
idealisme dan daya kritis, dinamika dan kreativitas, keberanian dalam mengambil
risiko, optimisme dan kegairahan semangat, sikap kemandirian dan disiplin murni,
terdidik, keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan, patriotisme dan nasionalisme,
sikap kesatria, dan kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi.
Peran orang tua dalam sosialisasi adalah sebagai agent of social control. Dalam
sebuah keluarga, pengendalian sosial itu dapat dilakukan dengan beberapa tahap,

13
mulai dari yang lunak, misalnya nasihat-nasihat sampai dengan yang lebih keras
dengan menggunakan hukunan. Peran orang tua dalam sosialisasi meliputi bagaimana
cara pengendalian sosial dan bagaimana cara mewujudkan pengendalian sosial.

B. Saran
Saat ini, sudah banyak pemuda yang berperan aktif dalam masyarakat. Namun
tidak sedikit pemuda yang belum menyadari perannya sebagai penerus bangsa. Hal ini
disebabkan kurangnya sosialisasi dan sikap positif kepemudaan. Peran pemerintah dan
orang tua sangat diperlukan dalam meminimalisir permasalahan generasi muda dan
mengembangkan potensinya. Dengan demikian, generasi muda dapat berguna bagi
bangsa dan negara serta dapat membangkitkan keterpurukan negara Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Burlian, Zainal Effendi. 2020. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial
Dasar. Malang: Inteligensia Media.

Halil, Hermanto. 2016. IAD, ISD, IBD dalam Perspektif Islam. Surabaya: Duta Media.

Harwanriyoko. 1996. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gunadarma.

Nasution, Sri Ilham. 2014. IBD, ISD, IAD Materi MKDU pada Perguruan Tinggi.
Bandarlampung: Fak. Dakwah IAIN Raden Intan.

Normina. “Masyarakat dan Sosialisasi” dalam Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI


Kalimantan, Vol. 12, No. 22, Oktober 2014. hal. 107 – 115.

Nuryanto. 2016. Diktat Ilmu Sosial Dasar. Depok: Teknik Sipil Universitas Gunadarma.

Silalahi, Tomson Sabungan dkk. 2019. Pemuda Milenial. Yogyakarta: CV Jejak.

Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Suhada, Idad. 2016. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahyu, Ramdani. 2017. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia.

15

Anda mungkin juga menyukai