Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN PERIOPERATIF

KONSEP KEPERAWATAN PERIOPERATIF

DISUSUN OLEH :

1. SETIA RAHMAWATI 1814301017


2. SUSI SUSANTI 1814301036

DOSEN PENGAMPU :
Ns. EFA TRISNA.,S.Kep.,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat sehingga makalah mata kuliah Perioperatif yang
berjudul “Konsep Keperawatan Perioperatif” dapat diselesaikan sesuai target yang
ingin dicapai oleh penulis. Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan
kepada pembaca mengenai definisi, tujuan, manfaat serta prinsip teknik steril di
kamar bedah. Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk menambah wawasan bagi
penulis.
Semoga usaha pembuatan makalah yang telah dikerahkan ini dapat
membuahkan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf, karena sesungguhnya kesempurnaan
itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Bandar Lampung, 25 juli 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi, prosedur tindakan
pembedahan pun mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dimana perkembangan
teknologi mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang
lebih kompleks dengan penggunaan teknik bedah mikro atau penggunaan laser,
peralatan by Pass yang lebih canggih dan peralatan monitoring yang lebih sensitif.
Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan
penggunaan obat-obatan anestesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan
berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik
anestesi tentunya harus diikuti pula dengan peningkatan sistem pencatatan medis
elektronik yang semuanya itu harus didukung dengan kemampuan personil
sehingga hasil yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.
Beberapa alasan kenapa diperlukan pencatatan keperawatan:
1. Untuk mengkomunikasikan data pasien sehingga tim kesehatan lain
mampu mengenali potensi penyimpangan dalam status pasien, pola
perilaku, atau norma organisasi.
2. Untuk mengkomunikasikan apa yang masih perlu dilakukan untuk
memenuhi rencana perawatan pasien
3. Untuk menggambarkan bagaimana rencana perawatan umum telah
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individual pasien
4. Untuk melindungi perawat dan institusi dari ancaman malpraktik.
1. PENGERTIAN KAMAR BEDAH
Ruang operasi adalah suatu unit di rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut,
yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya. Luas ruangan
harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan
bedah. Ruang operasi harus dirancang dengan factor keselamatan yang tinggi.
Pelayanan pembedahan pada rumah sakit kelas B meliputi :
1. Bedah minor (antara lain : bedah insisi abses, ekstirpasi, tumor kecil
jinak pada kulit, ekstraksi kuku / benda asing, sirkumsisi).
2. Bedah umum/ mayor dan bedah digestif.
3. Bedah spesialistik (antara lain: kebidanan, onkologi/tumor, urologi,
orthopedik, bedah plastik dan reanimasi, bedah anak, kardiotorasik dan
vaskuler).
4. Bedah sub spesialistik (antara lain: transplantasi ginjal, mata, sumsum
tulang belakang; kateterisasi Jantung (;Cathlab); dll)

1.1 Pembagian Daerah Kamar Operasi.

a. Daerah Publik

Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat


khusus.Misalnya: kamar tunggu, gang, emperan depan komplek
kamaroperasi.

b. Daerah Semi Publik


Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja,
yaitu petugas. Dan biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK
SELAIN PETUGAS. Dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian
yang dikenakan oleh petugas ( pakaian khusus kamar operasi )
serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.
c. Daerah Aseptik
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang
yang langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umum nya
daerah yang harus dijaga kesuci hamaan nya. Daerah aseptik dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
1). Daerah Aseptik 0 Yaitu lapangan operasi, daerah tempat
dilakukannya pembedahan.
2). Daerah aseptik 1 Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk /
kain steril, tempat instrument dan tempat perawat instrument mengatur
dan mempersiapkan alat.
3). Daerah aseptik 2 Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita
masuk, daerah sekitar ahli anesthesia.

1.2. Bagian-bagian Kamar Operasi


Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar
operasi maupun di lingkungan kamar operasi, antara lain:
a. Ruang sterilisasi
b. Kamar tunggu
c. Gudang.
d. Kantor
e. Kamar mandi (WC) dan Spoelhok (Tempat cuci alat).
f. Kamar istirahat
g. Kamar gips
h. Kamar Pulih Sadar (Recovery Room)
i. Kamar arsip
j. Kamar laboratorium
k. Kamar untuk ganti pakaian
l. Kamar untuk sterilisasi
m. Kamar untuk gudang alat-alat instrument
n. Kamar untuk mencuci tangan
o. Kamar bedah
1. 3. Persyaratan Kamar Operasi
Kamar operasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan
sebagai berikut:
a. Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit,
berdekatan dengan Instalasi Rawat Darurat, ICU dan unitradiologi.
b. Bentuk dan Ukuran
1) Bentuk
a) Kamar operasi tidak bersudut tajam. Lantai, dinding. Langit-
langit berbentuk lengkung dan wama tidak mencolok.
b) Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan
yang keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak
menampung debu.
2) Ukuran
a) Kamar operasi kecil berukuran: 5,2 m x 5,6 m (29,1 m2)
b) Kamar operasi yang nyaman di perlukan kira-kira di
perlukan luas 40 m2.
c) Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal
56 m2 (7,2 m x 7,8 m)
c. Sistem Penerangan
Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu
pijar putih dan mudah dibersihkan. Sedangkan lampu operasi
memiliki persyaratan khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur,
tidak menimbulkan panas, cahaya nya terang dan tidak menyilaukan
serta tidak menimbulkan bayangan. Pencahayaan antara 300 - 500
lux, meja operasi 10.000 - 20.000 lux.

d. Sistem Ventilasi
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur
suhu sentral (AC sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang
memakai filter (Ultra Clean Laminar Airflow),dimana udara
dipompakan ke dalam kamar operasi dan udara dikamar operasi
dihisap keluar.
e. Suhu dan Kelembaban
Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19° - 22 ° C.
Sedangkan di daerah sekitar 20°-24°C dengan kelembaban 55% (50-
60%)
f. Sistem Gas Medis
Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai system pipa, yang
bertujuan untuk mencegah bahaya penimbunan gas
yang berlebihan di kamar operasi bila terjadi kebocoran dan tabung
gas. Pipa gas tersebut harus dibedakan warnanya

g. Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage,yaitu
110 volt dan 220 volt. Karena alat-alat kamar operasi memiliki
voltage yang berbeda. Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian
1,40 m dari lantai.

h. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital,terutama bila
ada keadaan darurat maka mudah untukmelakukan komunikasi.

i. Peralatan
1) Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus berodadan
mudah dibersihkan.
2) Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steelagar
mudah untuk dibersihkan.
3) Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan
menempel pada alat agar mudah untuk penggunaan.

j. Pintu
1). Pintu masuk dan keluar penderita harus berbeda.
2). Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.
3).Semua pintu harus menggunakan door closer (bila
memungkinkan).
4). Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan dikamar
operasi tanpa membuka pintu.

k. Pembagian area
1). Ada batas tegas antara area bebas terbatas. semi ketat, dan area
ketat.
2). Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat
ruangan kepada perawat kamar operasi.

l. Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1). Tidak berwama, berbau dan berasa.
2). Tidak mengandung kuman pathogen
3). Tidak mengandung zat kimia
4). Tidak mengandung zat beracunm.

m. Penentuan Jumlah Kamar Operasi


Setiap rumah sakit merancang kamar operasi di sesuaikan dengan
bentuk dan lahan yang tersedia, sehingga di katakan
bahwa rancang bangun kamar operasi setiap rumah sakit berbeda,
tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut. Makin besar
rumah sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang
lebih besar. Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu:
1) Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
2) Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi sertasubspesialisasi
bersama fasilitas penunjang.
3) Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
4) Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam
perhari maupun perminggu.
5) Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien,
petugasdan penyediaan peralatan

2. ADMINISTRASI PELAYANAN KAMAR BEDAH


2.1 Pengertian Pelayanan Administrasi Kamar Bedah
Ruang ini merupakan tempat atau pusat pelayanan administrasi dari
ruangan bedah. Ruang ini berada pada daerah bebas dan tidak
berhubungan langsung dengan ruangan lain dalam ruang bedah, kecuali
melalui sistem jendela. Ini dikarenakan petugas di ruang administrasi
ini sering harus berhubungan dengan orang luar. Ruangan dimana ruang
administrasinya mempunyai pintu yang berhubungan langsung dengan
ruangan bedah lainnya maka harus ada aturan khusus yang membatasi
petugas administrasi untuk keluar masuk ke dalam ruangan bedah.
Ruang administrasi memerlukan peralatan sebagai berikut :
• Kursi dan meja tulis sesuai dengan kebutuhan.
• Mesin ketik / komputer.
• Filling kabinet.
• Alat komunikasi / telepon.
• Papan pengumuman
• Whiteboard untuk mencatat jadwal operasi.
• Tempat Sampah

2.2. Fungsi Pelayanan Administrasi Kamar Bedah


• Melayani administrasi antara ruangan bedah dengan rumah
sakit.
• Melayani administrasi antara ruangan bedah dengan bagian atau
unit-unit lainnya di rumah sakit.
• Menyediakan keperluan administrasi dari pasien-pasien yang
akan dilakukan pembedahan baik yang di rawat inap maupun
yang rawat jalan ( one day care ) dimana administrasi disini
berhubungan dengan keuangan.
• Melayani contoh darah atau jaringan dari pasien yang sementara
menjalani pembedahan untuk disampaikan ke laboratorium.
Beberapa rumah sakit lain untuk hal diatas ada fasilitas langsung
dari kamar bedah ke laboratorium melalui suatu sistem transfer
yang khusus.
• Mencatat jadwal operasi untuk hari berikutnya dengan
berkoordinasi dengan unit-unit perawatan.

2.3. Tujuan Pelayanan Administrasi Kamar Bedah

1. Peningkatan mutu pelayanan kamar bedah yang dilaksanakan


secara komprehensif yaitu pelayanan pembedahan selama 24
jam sehingga terlaksananya pelayanan secara cepat dan tepat
dan terpadu terhadap pasien pre operasi baik cito maupun
elektif.
2. Memastikan tim medis dan keperawatan kamar bedah
mengetahui dan memahami ketentuan pada pasien yang akan
dilakukan operasi di unit kamar bedah.
3. Untuk mengkomunikasikan data pasien sehingga tim kesehatan
lain mampu mengenali potensi penyimpangan dalam status
pasien, pola perilaku, atau norma organisasi.
4. Untuk mengkomunikasikan apa yang masih perlu dilakukan
untuk memenuhi rencana perawatan pasien Untuk
menggambarkan bagaimana rencana perawatan umum telah
disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individual pasien
5. Memastikan bahwa prosedur pembedahan dilakukan pada benar
pasien, benar lokais, serta benar tindakan dan prosedur

2.4. Kebijakan Pelayanan Administrasi Kamar Bedah

1. Penerimaan jadwal operasi berdasarkan kasus urgency/cito dan


elective, hal ini tim kamar bedah akan mengatur jadwal ulang
bila ada pasien yang akan direncanakan operasi cito, sedangkan
operasi dilakukan secara electife satu hari sebelumnya tim
kamar bedah akan mengecek kembali keruangan sesuai jadwal
yang sudah terdaftar sebelumnya.
2. Setiap pasien yang akan dilakukan prosedur pembedahan saat
diantar oleh petugas ruangan harus ada serah terima dengan staf
kamar bedah dengan cara mengecek seluruh identitas pasien,
memastikan daerah yang akan dioperasi dan ditandai serta
tehnik operasi yang akan dilakukan, memastikan inform concent
sudah dibuat oleh pihak keluarga atau pasien itu sendiri yang
dianggap sudah memenuhi syarat, persiapan operasi dengan
bukti checklist serah terima pasien.
3. Setiap pasien yang akan dilakukan proses pembedahan harus
dilakukan verifikasi pasien dengan menggunakan surgical
safety checklist berupa :
a) Sign in Yaitu penilaian terhadap pasien sebelum dilakukan
induksi anestesi oleh ahli anestesi.
b) Time out Yaitu penilaian terhadap pasien sebelum dilakukan
insisi kulit oleh ahli bedah.
c) Sign out Yaitu penilaian terhadap pasien sebelum
meninggalkan kamar operasi.
4. Setiap selesai melakukan tindakan pembedahan, ahli bedah
harus menulis laporan operasi secara rinci, temuan selama
operasi, instruksi setelah operasi dan menandatangani semua
checklist yang berkaitan dengan surgical safety prosedur
(surgery safety checklist, checklist penghitungan alat).

2.5. Pencatatan Keperawatan Perioperatif

1. Pencatatan keperawatan perioperatif : Domain Keselamatan pasien


• Administrasi obat
• Verifikasi alergi
• Pengambilan Pengambilan Spesimen
• Klasifikasi luka
• Posisi tubuh setelah operasi
• Bahan sisa operasi pasien: banyak dan nomor seri
• Jenis kateter
• Lokasi kateter
• Manset Tekanan darah : inflasi dan deflasi
• Identifikasi pasien
• Observasi luka operasi/tempat penusukan kanula
• Bahan tersisa dalam pasien: tipe
• Bahan tersisa dalam pasien: ukuran
• Posisi perioperatif
• Kejadian yang berkaitan dengan hasil perioperatif pasien
• Lokasi saluran
• Sensori
• Lokasi Kanula
• Kehadiran perangkat palsu
• Disposisi perangkat palsu
• Jenis Isolasi
• Posisi tubuh setelah operasi
• Sisa sisa operasi, ketajaman, dan jumlah instrumen
• Manset tekana darah : tekanan
• Jenis Kanula
• Pesanan Spesimen
• pesanan test
• Pengobatan luka operasi / tempat penusukan kanula
• Verifikasi kriteria pembuangan kotoran
• Kondisi kulit
• Penempatan manset tekanan darah
• Bahan tersisa dari pasien: nama produsen atau distributor
• Bahan tersisa dari pasien: tanggal kadaluarsa
• Penggunaan intraoperatif x-ray atau fluoroskopi
• Penggunaan irigasi atau cairan lainnya
• Peringatan tentang posisi tubuh setelah operasi
• Kehadiran alat bantu sensorik (misalnya, alat bantu dengar)
• Jenis saluran
• Jenis perawatan luka
• Reposisi perioperatif
• Mobilisasi pasien
• Kondisi kulit setelah prosedur
• Electrosurgical unit: penempatan lapisan dispersif
• Penggunaan laser: waktu
• Lokasi perawatan luka
• Disposisi alat bantu sensorik (misalnya, alat bantu dengar)
• Penggunaan laser : kekuatan
• Pelindung perangkat selama x-ray
• Lokasi balutan
• Preparat kulit
• Lokasi bahan radioaktif
• Jenis laser yang digunakan
• Teknis peralatan yang digunakan dalam operasi (misalnya,
mikroskop)
• Jenis balutan
• Cairan preparat kulit
• Identifikasi perangkat laser
• Identifikasi perangkat electrosurgical
• Identifikasi perangkat manset
• Identifikasi perangkat pengaturan suhu
2. Pencatatan keperawatan perioperatif :
Domain Respon Fisiologis
• Cara anestesi
• Monitoring dan Mempertahankan fungsi vital: fungsi jantung
• Pemberian antibiotic profilaksis
• Pengobatan mual
• Pemberian darah atau produk darah
• Status dasar kesehatan
• Status NPO (Nothing per oral)
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: perdarahan
• Klasifikasi Status Fisik
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: pernafasan
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: buang air kecil
• Evaluasi menagemen nyeri manajemen
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: tingkat kesadaran
• Kondisi dan status pasien setelah prosedur
• Fungsi dasar jantung
• Tingkat kesadaran
• Pembekuan darah
• Fungsi pernapasan
• Manajemen pencegahan nyeri
• Manajemen pengobatan nyeri
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: sekresi saluran
• Pemberitahuan tentang persiapan pra operasi
• Keseimbangan cairan
• Pencegahan mual
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: keseimbangan cairan
• Pengaruh anestesi regional
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: gula darah
• Sensasi mual pada saat kedatangan
• Sensasi Nyeri pada saat kedatangan Berat badan Pasien
• Buang air kecil
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: warna kulit,
kehangatan, kekeringan
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: suhu tubuh
• Risiko infeksi
• Tingkatan anestesi
• Monitoring dan mempertahankan fungsi vital : sirkulasi perifer dan
sensasi Ketinggian Pasien
• Indeks masa tubuh pasien
3. Pencatatan keperawatan perioperatif : Domain Respon perilaku
• Pendidikan kesehatan pasien : manajemen nyeri
• Faktor-faktor yang berkaitan dengan komunikasi
• Pendidikan kesehatan : ambulasi
• PPengalaman dan persepsi pasien
• EEmosional
• Pendidikan kesehatan pasien: perawatan luka
• Budaya
• Pendidikan kesehatan pasien : napas dalam dan batuk
• Psikososial
• Pendidikan kesehatan pasien: perawatan di rumah
• Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan pasien : gizi
• Pendidikan anggota keluarga atau orang lain yang signifikan
• Komunikasi dengan anggota keluarga atau orang lain yang
signifikan selama prosedur
• pembedahan
4. Pencatatan keperawatan perioperatif : Domain Data Administrasi dan legal
• Persyaratan
• Penilaian risiko
• Identifikasi nama orang yang menyediakan perawatan perioperatif
• Waktu pelaksanaan
• Tempat pembuangan
• Waktu transfer pasien dari ruangan
• Efek samping komplikasi yang berhubungan dengan prosedur
pembedahan Ketajaman
• asuhan keperawatan (klasifikasi pasien)
• Penggunaan laser: nama anggota staf pandukung dan dokter bedah
• Identifikasi orang-orang yang menyediakan perawatan perioperatif:
judul
3. KETENAGAAN KAMAR BEDAH
3.1 Jenis Tenaga Kerja

A. TIM BEDAH ;

1. Ahli Bedah

2. Ahli Anestesi

3. Asisten bedah

4. Asisten anestesi

5. Scrub nerse ( perawat instrumen )

6. Circulating nerse ( perawat sirkulasi / omploop )

B. STAF PERAWAT / NURSING STAF

1. Perawat Kepala OK

2. Supervisor

3. Staf nurse ( perawat tetap )

4. Domestic staf ( perawat harian )

C. TENAGA YG LAIN

1. Adminstrasi

2. Penunjang medis

3.2 PERYARATAN KETENAGAAN KAMAR OPERASI;

1. Perawat Kepala OK

Seorang tenaga perawat profesional yg bertanggung jawab &


berwenang dlm mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di
kamar operasi
a. Pendidikan
• Diutamakan sarjana keperawatan / S1 Kep
• Memiliki sertifikat manajemen Keperawatan
• Memiliki sertifikat tehnik Kamar Operasi
b. Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi minimal 5 th
c. Memiliki kemampuan kepemimpinan
d. Sehat jasmani dan rokhani
e. Tanggung jawab, secara fungsional bertanggung jawab kepada
kepala bidang kep, secara operasional kepada kepala instalasi kamar
operasi

f. Uraian tugas:

• Melaksanakan fungsi perencanaan


• Melaksanakan fungsi penggerak dan pelaksanaan
• Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian &penilaian
2. Perawat Instrumen/scrub nurse
Seorang tenaga perawat profesional yg diberi wewenag &
ditugaskan dlm pengelolaan paket alat pembedahan, selama
pembedahan berlangsung
a. Pendidikan
• Berijazah pendidikan formal keperawatan dr semua jenjang yg
diakui oleh pemerintah/berwenang
• Memiliki sertifikat khusus tehnik kamar operasi
b. Pengalaman kerja di kamar opersi minimal 2 tahun sbg circulating
nurse
c. Bakat, minat, iman, berdedikasi tinggi & berkepribadian
d. Dpt bekerja sama & cepat tanggap
e. Tanggung jawab, scr administrasi & kegiatan kep kpd karu
f. dan scr operasional kpd ahli bedah & karu
g. Tugas
1. Pra Bedah:
• Kunjungan pasien yg akan dibedah
• Menyiapkan kamar operasi
• Menyiapkan set instrumen
2. Intra Op:
• Memperingatkan tim bila terjadi penyimpangan prosedur
• Membantu pemakaian jas stiril
• Menata instrumen
• Desinfeksi daerah tindakan
• Drapping daerah tindakan
• Mempertahankan instrumen dan menjaga kesetirilan lat dan
daerah operasi
• Menghitung peralatan yg dipakai
• Membersihkan luka dan menutup serta menyiapkan bahan
pemeriksaan lab/patolgi
3. Post Op
• Bersihkan daerah operasi
• Ganti alat tenun, memeriksa dan menghitung instrumen
• Dekontaminasi & bersihkan
• Bungkus instrumen, steriliasasi, simpan
3. Perawat Sirkuler
Seorang tenaga perawat profesional yg diberi wewenang &
tanggung jawab membantu kelancaran pelaksanaan tindakan
pembedahan
a. Pendidikan Berijazah pendidikan formal keperawatan dr semua
jenjang yg diakui oleh pemerintah/berwenang
b. Pengalaman kerja di kamar opersi minimal 1 tahun
c. Bakat, minat, iman, berdedikasi tinggi & berkepribadian
d. Dpt bekerja sama & cepat tanggap
e. Tanggung jawab, kepada Karu & Ahli Bedah
f. Tugas:
- Pre Op.
• Serah terima pasien, Check list : Obat, SPO dll
- Intra Op
• Mengatur posisi, mengikat & membantu mencatat darah dan
cairan yang masuk dan hilang selama operasi
• Menghubungi petugas penunjang bila diperlukan
• Membatu kelancaran jalannya operasi
- Post Op
• Membersihkan, merapikan & memindahkan pasien
• Memeriksa Kelengkapan dokumen, mendokumentasikan
tindakan selam pembedahan
4. Perawat Anestesi
Seorang tenaga perawat yg diberi wewenang dan tanggung jawab
dlm membantu terselenggaranya pelaksanaan tindakan
pembiusan di kamar operasi
a. Pendidikan, D III keperawatan anestesi
b. Mempunyai bakat, minat, berdedikasi tinggi, sehat &
berkepribadian mantap
c. Dapat bekerjasama dg anggota tim, cepat tanggap
d. Tnggung jawab, scr sdministrasi kpd Karu, scr operasional kpd
Ahli Anestesi
BAB III
PENUTUP
4. Kesimpulan
Ruang operasi adalah suatu unit di rumah sakit yang berfungsi sebagai
tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.
Sistem pencatatan administrasi kamar bedah merupakan sistem pencatatan yang
memberikan kontribusi pada perawatan pasien, administrasi rumah sakit, pemegang
kebijakan, konsumen dan perawat yang bekerja di luar departemen operasi. Dalam
menjawab tantangan ini standar pencatatan perawatan sangat penting untuk
menjamin kelangsungan perawatan pasien selama diruang operasi.
4.1. Saran
Perubahan pencatatan keperawatan dari manual ke elektronik telah
menekankan pentingnya informasi pencatatan. Dengan pencatatan elektronik
penggunaan terminologi standar lebih mudah dan banyak disukai sehingga
memudahkan perawat dapat mengumpulkan data yang berharga untuk membuat
keperawatan lebih terukur dan lebih mudah untuk pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Susan, V. M. K., & Annette, D. (2005). The Perioperative Nursing Data Set-
A new language for documenting care. Association of Operating Room Nurses.
AORN Journal, 82(1), 51
Sweeney, P. (2010). The Effects of Information Technology on
Perioperative Nursing. Association of Operating Room Nurses AORN Journal, 92
(5), 528.
Junttila, K. P. R. N., Hupli, M. P. R. N., & Salanterä, S. P. R. N. (2010). The
Use of Nursing Diagnoses in Perioperative Documentation. International Journal of
Nursing Terminologies and Classifications, 21(2), 57.
Beyea, S.C. (2003). Standardized language and Nursing Information
Systems Desribing Professional Nursing Through a Universal Record in
Perioperative Setting.International Journal of NursingTerminologies and
classifications : Research Library,14(4),2"

Anda mungkin juga menyukai