Ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia semakin berkembang. Hal ini
berdampak pada pola kehidupan manusia. Dari waktu ke waktu, pekerjaan dan hidup manusia semakin dipermudah dengan adanya teknologi yang semakin canggih. Kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan pada dunia pendidikan , seperti perubahan perilaku dalam kegiatan belajar dan mengajar, teknologi pembelajaran, serta sumber belajar. Dimasa sekarang, pekerjaan-pekerjaan manusia mulai tergantikan dengan teknologi, sehingga diperlukan sumberdaya manusia yang terampil dalam menggunakan teknologi. SMK merupakan pendidikan kejuruan penghasil sumberdaya manusia terampil. Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang menghasilkan lulusan siap kerja, memiliki jiwa berwirusaha, komptetitif, cerdas, dan dapat bersaing di kancah nasional maupun global. .Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau disingkat dengan (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan bahwa pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sistem pendidikan kejuruan harus dapat bertransformasi dan menyesuaikan dengan perubahan. Karakteristik peserta didik tentu berbeda dengan masa lampau maupun masa yang akan datang. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik kejuruan. Seperti pernyataan John Dewey (1915) dalam bukunya yang berjudul “Schools of Tomorrow” mengemukakan bahwa “If we teach today as we taught yesterday, then we rob our children of tomorrow”, atau apabila guru mengajar seperti masa lampau, maka hasil belajar siswa sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan siswa di masa depan. Dewey juga menjelaskan: So, teachers must be charged with changing how they guide students in learning the new curriculum (the pedagogy) atau dengan kata lain pendidik harus mempunyai tambahan ilmu pengetahuan baru agar dapat membimbing siswa dalam belajar dengan kurikulum yang baru. Dalam hal ini, pendidik harus mengatur ulang kurikulum mereka sesuai dengan arah pekerjaan yang berubah. Jika pendidik tidak dapat melatih siswa pada ketrampilan atau pekerjaan yang dibutuhkan, maka akan sulit bagi siswa untuk bersaing di ekonomi global. Sesuai yang dipaparkan pada Depdiknas arah kebijakan pembangunan negara Republik Indonesia dari rencana strategis berbagai kementerian yang melibatkan SMK yaitu : (1) tantangan guru SMK dalam menyiapkan tenaga kerja yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; (2) tantangan guru SMK menghadapi pembangunan politik dan ekonomi; (3) tantangan guru SMK dalam perkembangan teknologi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di masa depan; dan (4) tantangan guru SMK dalam melakukan uji kompetensi lulusan SMK ( Suryadharma et al, dikutip dalam Depdiknas,2005) Hal ini tentu menjadi tantangan pendidik kejuruan untuk memberikan ketrampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja kepada peserta didik. Berbagai tantangan dunia kerja pada masa depan menuntut pendidik kejuruan untuk mampu beradaptasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Sebagai gambarannya, jika dunia kerja menuntut lulusan pendidikan kejuruan untuk dapat mengembangkan Artifical Intelligence (AI) maka pendidik kejuruan juga harus belajar untuk mengembangkan Artifical Intelligence (AI) terlebih dahulu. Untuk dapat menyiapkan lulusan yang siap kerja, pendidik kejuruan dituntut untuk terus- menerus memperbarui kompetensi sesuai dengan kebutuhan dilapangan kerja. Seiring dengan perkembangan teknologi menyebabkan perubahan proses pembelajaran dikejuruan. Perkembangan dunia maya (cyberspace) memberi perubahan besar dalam dunia pendidikan. Barnett Berry (2011) mengidentifikasi kenyataan yang muncul saat ini sebagai dampak kemajuan teknologi digital yang harus dihadapi guru yaitu: (1) perubahan ekologi belajar untuk siswa dan guru; (2) kemudahan koneksi dengan dunia maya; (3) perbedaan cara yang ditempuh untuk bisa berkarir secara profesional; (4) tuntutan memiliki inovasi untuk menjadi wirausaha di masa depan. Di masa yang akan datang, lulusan pendidikan kejuruan diharapkan memiliki kemitraan dengan dunia industri dan dunia usaha untuk menghasilkan barang dan jasa. Menurut (Suryadharma et al, 2013), dalam rangka untuk meningkatkan daya serap lulusan dan daya saing SMK, Direktorat Pembinaan SMK memiliki target yang akan dicapai pada tahun 2014 antara lain: (1) 70% SMK memiliki unit pembelajaran usaha (teaching industry); (2) semua SMK memiliki industri pasangan yang relevan dalam rangka pengembangan kewirausahaan. Untuk merintis teaching industry tersebut, SMK dan industri dapat melakukan kerjasama dalam bentuk pemenuhan peralatan murah, seperti: 1. Bekerja sama dengan mitra industri lokal/internasional untuk penyediaan sparepart peralatan SMK 2. Bekerjasama dengan mitra industri lokal/international untuk merakit peralatan- peralatan SMK 3. Mengembangkan teaching factory/industry di SMK 4. Mengarahkan praktik siswa kepada pembuatan sparepartperalatan SMK sesuai dengan kompetensi keahlian siswa yang relevan
Sesuai dengan target Direktorat Pembinaan SMK diatas menjadi tantangan
bagi pendidik kejuruan untuk mampu mengembangkan teaching industry/teaching factory. Pendidik kejuruan mendapat tantangan untuk menumbuhkan jiwa enterpreneurship kepada peserta didik agar lulusan pendidikan kejuruan tidak bergantung pada peluang kerja di sektor industri tetapi dapat menjadi wirausaha wirausaha yang dapat menciptakan lapangan kerja. Daftar Pustaka
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional atau disingkat dengan (UUSPN) No.
20 tahun 2003 pasal 15
Dewey, J.(1915).Schools Of To-Morrow.
http://www.gutenberg.org/files/48906/48906-h/48906-h.htm Dharma,S ,et.al. (2013).TANTANGAN GURU SMK ABAD 21. :2013
Depdiknas. (2005). Bab IV Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional jangka
panjang 2005-2025 dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009.