Referat Skrofuloderma-Tareq & Mas Bas-1
Referat Skrofuloderma-Tareq & Mas Bas-1
SKROFULODERMA
Disusun Oleh :
Basofi Amrullah (18710010)
Muhamad Tariq Akbar (19710101)
Pembimbing :
dr. Dyah Ratri Anggraini, Sp.KK.
REFERAT
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
“Skrofuloderma”
Oleh:
Basofi Amrullah 18710010
Muhamad Tariq Akbar 19710101
Referat ini telah diujikan dan dipresentasikan di depan dokter pembimbing SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin kepaniteraan klinik RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo
kota Mojokerto pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Dokter Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan telah ilmiah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang………….….....……………………………………………1
B. Rumusan masalah....……………………………………………………....1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
paru-paru, kelenjar getah bening, tulang dan persendian, kulit, ususdan organ
lainnya. Salah satu dari jenis tuberkulosis ini adalah tuberkulosis kutis.
indonesia. Sekitar 84% menurut data dari Rumah Sakit Dr. Cipto
bergantung pada cara inokulasinya di kulit yang dapat bersifat internal maupun
eksternal.
B. Rumusan Masalah
1
“Bagaimana penegakkan diagnosis dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
kemudian membentuk abses dingin yang makin lama makin membesar dan
2. Epidemiologi
seperti Cina atau India di mana prevalen tuberkulosis tercatat masih tinggi,
anak-anak dan dewasa muda terutama pada pria. Sumber lain menyebutkan
bahwa dapat terjadi pada semua umur dan perbedaan banyaknya insidens
penyakit ini sering ditemukan pada pekerjaan seperti ahli patologi, ahli
3
dan pekerja lain yang mungkin berkontak langsung dengan M. tuberculosis
berkembang, daerah dengan sanitasi yang kurang baik dan gizi kurang,
penyakit lebih mudah meluas dan lebih berat. Penyebaran lebih mudah terjadi
3. Etiologi
4
1. Sediaan Mikroskopik
2. Bahan berupa pus, jaringan kulit dan jaringan kelenjar getah bening. Pada
pewarnaan dengan Ziehl-Neelsen atau modifikasinya, jika positif kuman akan
tampak berwarna merah pada dasar yang biru.
3. Kultur
Kultur dilakukan pada media Lowenstein-Jensen, pengeraman pada suhu
370C. Jika positif koloni akan tumbuh dalam waktu 8 minggu.
4. Binatang Percobaan
a. Memakai binatang marmot. Percobaan ini membutuhkan waktu 8 minggu.
5. Tes biokimia
a. Ada beberapa macam, contohnya tes niasin yang dipakai untuk
membedakan jenis human dengan yang lain.
b. Percobaan Resistensi
4. Patofisiologi
organ dibawah kulit yang telah diserang penyakit tuberkulosis, yang tersering
berasal dari KGB.,juga dapat berasal dari sendi dan tulang. Oleh karena itu
Superfisialis, yang tersering ialah pada leher, kemudian disusul ketiak dan
Port d’entrée skrofuloderma di daerah leher ialah pada tonsil atau paru.
Jika di ketiak, kemungkinan port d’entrée pada apex pleura, bila dilipat paha
diserang sekaligus, yakni pada leher, ketiak dan lipat paha, kemungkinan
5
5. Gejala klinis dan efloresensi
radang akut, selain tumor. Mula-mula hanya beberapa KGB yang diserang,
yaitu didapati kelenjar getah bening melunak dan membentuk abses yang
akan menembus kulit dan pecah, bila tidak disayat dan dikeluarkan nanahnya.
Abses ini disebut abses dingin artinya abses tersebut tidak panas maupun
hingga menjadi ulkus yang mempunyai sifat khas, yakni bentuk memanjang
sembuh spontan membentuk sikatriks yang memanjang dan tidak teratur dan
6
diatasnya kadang-kadang terdapat jembatan kulit (skin bridge). Basil tahan
memanjang dan tidak teratur (cord like cicatrices), dapat ditemukan jembatan
7
Gambar 5.2 : Abses
pecah membentuk
6.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes Tuberkulin
tuberculoproteins, yang diperantarai oleh sel limfosit yang tersensitisasi. Bahan tes
tuberkulin juga dapat diperoleh dari ekstrak protein yang mengandung basil tuberkel.
lemak yang diperoleh dari presipitasi culture supernatant dari M. tuberculosis yang
Sensitivitas terhadap tes ini mulai tampak dalam beberapa minggu sejak onset
infeksi M.tuberculosis, dan biasanya bertahan seumur hidup. Jika reaksi yang terjadi
8
Teknik tes kulit ini ada 2 (dua) jenis, yaitu :
PPD diinjeksikan secara intradermal pada bagian volar lengan bawah. Tes ini
dibaca setelah 48-72 jam dan diperhitungkan diameter area indurasi yang terbentuk,
Jika indurasi yang terjadi berdiameter lebih dari 10 mm maka interpretasinya adalah
dan ulserasi.
sebelumnya atau ada infeksi mikobakteria jenis lain. Sedangkan Grade III dan IV
dihubungkan dengan adanya infeksi TB saat ini atau yang telah lampau.
spesifik, dengan hasil hitung darah (blood count) yang normal. Hanya saja pada
9
sebagian besar penderita TB kutis termasuk skrofuloderma terjadi peningkatan laju
3. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini diakukan dengan excision biopsy pada limfonodi yang mengalami
tengahnya dapat dijumpai nekrosis caseosa. Gambaran ini biasanya tampak pada
Dengan pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN) dapat dijumpai basil tahan asam. Namun
karena pada sediaan biopsi kulit, jumlah basil relatif sedikit kadang sulit untuk
menentukan basil tahan asan meskipun dengan pewarnaan ZN. Kelemahan lain
4. Pemeriksaan Sitologi
Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC) merupakan salah satu teknik diagnostik
yang telah diterima dengan baik dalam rangka penatalaksanaan penderita dengan
Prosedur pengerjaannya lebih sederhana dan relatif tidak menimbulkan rasa sakit
sehingga FNAC dapat menggantikan metode excision biopsy yang lebih traumatik
dan invasif. Pewarnaannya adalah dengan Haematoxylin and Eosin (H&E) dan /atau
ZN. 2,5
10
Gambaran yang tampak adalah lesi granulomatous, terdiri dari sel-sel epiteloid
dengan atau tanpa nekrosis kaseosa. Sel-sel epiteloid tampak sebagai sel yang
memanjang atau semilunar dengan inti kromatin halus atau granuler. Dapat pula
dijumpai sel-sel raksasa Langhans bersama sel epiteloid atau yang berdiri sendiri. 2
5. Kultur Jaringan
laboratoris.2,5
Metode PCR yang dikenal adalah Lymph Node PCR (LN-PCR), dimana spesimen
diambil dari sisa spesimen yang masih ada dalam syringe pada saat dilakukan
tindakan FNAC atau dari jaringan hasil biopsi kelenjar getah bening yang kemudian
dihomogenisasikn. 2,5
Keunggulan metode ini adalah sensitivitas dan spesivisitasnya tinggi, hasilnya dapat
diperoleh dalam waktu relatif singkat yaitu sekitar 8 jam, dapat membedakan
7. Pemeriksaan Lain
11
Yang termasuk disini adalah pemeriksaan radiologi (foto thoraks posteroanterior)
dan pemeriksaan bakteriologi dari spesimen sputum pagi hari sebanyak 3 hari
berturut-turut.
7. DIAGNOSA BANDING
12
Gambar 7.2 Limfoma
Lesi pada daerah axilla dibedakan dengan Hidradenitis supurativa,
yaitu infeksi bakteri piokokus pada kelenjar apokrin. Penyakit tersebut
bersifat akut disertai tanda-tanda radang akut yang jelas, dengan gejala
konstitusi dan leukositosis. Hidradenitis supurativa biasanya menimbulkan
sikatriks sehingga terjadi tarikan – tarikan yang mengakibatkan retraksi
ketiak.1,2
13
dijumpai bubo yang bertingkat yang berarti terjadi pembesaran kelenjar getah
bening inguinal medial dan fossa iliaka, sedang pada skrofuloderma kelenjar
limfe yang terlibat adalah kelenjar getah bening inguinal lateral dan femoral.
Pada LGV tes frei positif, pada skrofuloderma tes tuberculin positif.1,2
14
8. TATALAKSANA
3. Pyrazinamid
Dosis : 20-35 mg/kg BB, dosis maksimal 2 gram/ hari
Efek samping : gangguan hepar (hepatotoksik).1
4. Ethambutol
Merupakan anti-TB yang bersifat bakteriostatik dan paling sering
dikombinasi dengan rifampisin dan isoniazid.
Dosis : 15-25 mg/kg BB
Efek samping : gangguan nervus II.
Sebaiknya tidak diberikan pada penderita berusia dibawah 13 tahun.
15
5. Streptomycin
Merupakan antibiotik yang bersifat bakterisidal.
Dosis : 25 mg / kg BB, intramuskular. Dikombinasi dengan 2 (dua)
obat anti-TB lainnya.
Tidak dapat digunakan dalam jangka panjang oleh karena efek
sampingnya yaitu : gangguan vestibular dan gangguan pendengaran,
disfingsi nervus optikus, dermatitis eksfoliatif dan diskrasia darah.
Saat ini telah ditetapkan regimen pengobatan tuberkulosis kutis oleh The
American Thoracic Society dan Center for Disease Control and Prevention.
Regimen ini terdiri dari fase inisial, fase intensif dan fase lanjutan. Pemberian
fase inisial dan fase intensif bertujuan untuk membunuh dengan cepat populasi
mikobakteria yang sangat besar, terdiri dari isoniazid, rifampisin, pyrazinamid,
dan ethambutol atau streptomycin (diberikan setiap hari dalam jangka waktu 8
minggu). Pemberian fase lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa-sisa
mikobakteria yang mungkin dorman dalam tubuh, dengan obat rifampisin dan
isoniazid baik setiap hari, tiga kali seminggu atau dua kali seminggu selama 16
minggu (Jawas, 2007).
16
9. PROGNOSIS
sangat lama, sebelum lesi inflamasi dan ulserasi secara lengkap dapat
17
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit infeksi parasit pada kulit adalah keluhan pada kulit yang
disebabkan oleh sesuatu parasit dari luar tubuh, yang tersering di Indonesia
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .
2. PERDOSKI. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kulit dan Kelamin. Cetakan V. Surabaya : Airlangga University Press, 2007. Hal
23-24.
4. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC, 2003. Hal
148-149.
6. Djuanda, Adhi. Tuberkulosis Kutis. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Editor: Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, dan Siti Aisah. Edisi V. cetakan V.
19