Bab 7 Tekanan Kapiler
Bab 7 Tekanan Kapiler
74
Pc=Po-Pw ..................................................................(7.1)
Perbedaan tekanan permukaan antara minyak dengan air berhubungan
dengan perbedaan densitas dan ketinggian dari kenaikan air.
Pc = (ρw – ρo) g h......................................................(7.2)
Dalam satuan lapangan :
Pc = 0,433 (Δγ) h.....................................................(7.3)
Keterangan:
ρw : Densitas air, gr/cm3
ρo : Densitas minyak, gr/cm3
Δγ : Perbedaan specific gravity,γw – γo dyne/cm
h : Ketinggian kenaikan air pada pipa kapiler, cm
Dengan melihat kesetimbangan gaya pada kapiler, maka gaya adhesi
adalah sama dengan energi potensial yang digambarkan oleh kenaikan air pada
pipa kapiler.
2 π r AT = π r2 Δρ g h..........................................................(7.2)
Dan,
Pc = Δρ g h , AT = σ cos θ .......................................(7.3)
2σ cos θ
maka, Pc ¿ = Δ ρ g h ............................................(7.4)
r
Keterangan:
Pc = Tekanan kapiler, atm
σ = Tegangan permukaan antara dua fluida, dyne/cm
cos θ = Sudut kontak permukaan antara dua fluida , dyne/cm
r = Jari-jari lengkung pori-pori, cm
Δρ = Perbedaan densitas dua fluida, gr/cm3
g = Percepatan gravitasi, cm/dt2
h = Tinggi kolom, cm
Pori-pori dalam tipikal batuan reservoir adalah mikroskopis. Ukuran
pori-pori yang kecil berkombinasi dengan tegangan ambang permukaan antara
fluida-fluida reservoir yang tidak saling campur menghasilkan tekanan kapiler.
Tekanan kapiler inilah merupakan faktor utama memantapkan distribusi fluida.
Kenyataanya, batuan reservoir yang porous dapat dipertimbangkan sebagai suatu
pipa-pipa atau saluran-saluran kapiler kecil. Tekanan kapiler adalah perbedaan
yang terjadi pada kurva interfase antara dua fase yang tidak tercampur dalam
sistem kapiler. Penginjeksian Hg pada kondisi tertentu merupakan salah satu
metode untuk menjelaskan tata cara penentuan tekanan kapiler dalam sampel
dengan penginjeksian suatu zat kimia dalam hal ini Hg. Metode yang dapat
menentukan permeabilitas secara konvensional untuk sampel dalam bentuk yang
tidak beraturan. Tekanan kapiler pada umumnya terjadi pada reservoir karena di
dalam reservoir tersebut minyak, gas, dan air dapat dijumpai bersama-sama dan
fluida yang satu dengan yang lain tidak saling melarutkan. Tekanan kapiler
mempunyai pengaruh penting dalam reservoir minyak dan gas antara lain :
a. Mengontrol distribusi fluida dalam reservoir
b. Merupakan tenaga pendorong bagi minyak dan gas bumi untuk gerak pada
daerah dimana minyak dan gas tertangkap.
Distribusi fluida secara vertikal dalam reservoir memegang peranan
penting di dalam perencanaan well completion distribusi secara vertikal ini
mencerminkan distribusi saturasi fluida yang menempati setiap posisi rongga
pori. Adanya tekanan kapiler (Pc) mempengaruhi distribusi secara vertical ini
mencerminkan distribusi saturasi fluida tersebut, maka kontak antara minyak
dengan air dan minyak dengan air dan minyak dengan gas di dalam rongga pori
tidak terdapat batas yang tajam, atau berbentuk zona transisi. Oleh karena
tekanan kailer dapat dikonversikan menjadi ketinggian di atas kontak minyak-air
(H), maka saturasi minyak, air, dan gas yang menempati level tertentu dalam
reservoir dapat ditentukan. Dengan demikian distribusi saturasi fluida ini
merupakan salah satu dasar untuk menentukan secara efisien letak ke dalam
sumur yang akan dikomplesi.
7.3. Alat Dan Bahan
7.3.1. Peralatan Percobaan
1. Pump Cylinder.
2. Measuring Screw.
3. Make Up. Nut.
4. Picnometer Lid.
5. Sample holder.
6. Observation Window.
7. Pump Scale.
8. Mecrometer Dial
9. Pressure Hose
10. 0 – 2 atm (0 – 30 psi) Pressure Gauge
11. 0 –15 atm (0 – 200 psi) Pressure Gauge
12. 0 – 150 atm (0 – 2000 psi) Pressure Gauge
13. Vacuum Gauge
14. Pressure Control
15. Pressure Relief Valve
16. Pump Plunger
17. Yoke Stop
18. Travelling Yoke
19. Handwell dial
20. Vacuum Valve
21. Low Range Gauge Cut Off
22. Mid Range Gauge Cut Off
7.3.2. Bahan Percobaan
1. Sampel core
2. Mercury
7.3.3. Gambar Alat
1 2 3
1 1 4
1 2
1 3
8 9 1 0 1 4
Keterangan :
1. Pressure gauge 0-2 atm 8. Vent
2. Pressure gauge 0-15 atm 9. Panel valve
3. Pressure gauge 0-150 atm 10. Pressure control
4. Picnometer Lid 11. Vacuum gauge
5. Pressure hose 12. Sample holder
6. Pressure relief valve 13. Pump scale
7. Suplay Pressure valve 14. Hand wheel
Gambar 7.1
Mercury Injection Capillary Pressure Aparatus
(Sumber :Laboratorium Analisa Inti Batuan)
7.4. Prosedur Percobaan
7.4.1. Kalibrasi Alat
1. Memasang picnometer lid (4) pada tempatnya, pump metering
plunger diputar penuh dengan manipulasi handwheel.
2. Membuka vacuum valve pada panel, sistem dikosongkan sampai small
gauge menunjukkan nol, kemudian panel valve ditutup picnometer
dikosongkan sampai tekanan absolut kurang dari 20 micro.
3. Memutar handwheel sampai meteran plunger bergerak maju dan level
mencapai lower.
4. Monveable scale ditetapkan dengan yoke stop (pada 28 cc) dan
hanwheel dial diset pada pembacaan miring kanan pada angka 15.
5. Mercury diinjeksikan ke picnometer sampai pada upper reference
mark, scale ,dan dial menunjukkan angka nol (0,000).
6. Jika pembacaan berbeda sedikit dari nol, perbedaan tersebut harus
ditentukan dan penentuan untuk dial handwheel setting pada step 4, jika
perbedaan terlalu besar yoke stop harus direset dan deviasi pembacaan adalah
kurang lebih 0,001 cc.
Karena dalam penggunaan alat ini memakai tekanan yang besar tentu akan
terjadi perubahan volume picnometer dan mercury. Untuk itu perlu dilakukan
pressure volume correction yaitu:
a. Meletakkan picnometer lid pada tempatnya, pump metering plunger
diputar penuh dengan memanipulasi handwheel.
b. Mengubah panel valve ke vacuum juga small pressure gauge dibuka,
sistem dikosongkan sampai absoluter pressure kurang dari 20 micro.
c. Mercury diinjeksikan sampai mencapai upper reference mark, adjust
moveable scale dan handwheel scale dial pada pembacaan 0,00 cc
kemudian tutup vacuum valve.
d. Memutar bleed valve mercury turun 3 mm dibawah upper reference
mark
e. Memutar pompa hingga mercury mencapai upper reference mark lagi
dan biarkan stabil selama kurang lebih 30 detik.
f. Membaca dan catat tekanan pada small pressure gauge serta hubungan
volume scale dan dial hadwheel (gunakan dial) yang miring kekiri sebagai
pengganti 0-5 cc graduated interval pada scala.
g. Step d,e, f, diulang untuk setiap kenaikan tekanan pada sistem, kemudian
catat volume dan tekanan yang didapat. Jika tekanan telah mencapai limit
mencapai 1 atm, buka nitrogen valve.
h. Jika sistem mencapai limit pada 0-2 atm gauge, gauge diisolasi dari sistem
dengan penutup valve. Selanjutnya gunakan 0-15 atm gauge dan
selanjutnya sama jika telah mencapai limit gunakan 0-150 atm gauge.
i. Jika test telah selesai tutup panel nitrogen valve, sistem tekanan dikurangi
dengan mengeluarkan gas.
j. Data yang didapat kemudian diplot, maka akan terlihat bagaimana
terjadinya perubahan pressure-volume.
7.4.2. Prosedur Untuk Menentukan Tekanan Kapiler
1. Menyiapkan core (mempunyai pore volume ) yang telah diekstraksi dengan
volume 1-2 cc, kemudian tempatkan dalam core holder.
2. Picnometer lid dipasang pada tempatnya dan memutar handwheel secara
penuh.
3. Mengubah panel valve ke vacuum dan pressure gauge dibuka, sistem
dikosongkan sampai absolute pressure kurang dari 20 micron.
4. Menutup vacuum, putar pump metering plunger sampai level mercury
mencapai lower reference mark.
5. Pump scale ditutup dengan yoke stop dan handwheel diset pada pembacaan
15 (miring kanan) dan berikan pada pembacaan pertama 28,15 cc.
6. Mercury diinjeksikan sampai mencapai upper reference mark. Baca besarnya
bulk volume dari pump scale dan handwheel dial, sebagai contoh jika
pembacaan skala lebih besar dari 12 cc dan dial menunjukkan 32,5 maka
bulk volume sampai 12, 325 cc.
7. Gerakkan pump scale dan hadwheel dial pada pembacaan 0,000 cc.
8. Memutar bleed valve, maka gas atau udara mengalir ke sistem sampai level
mercury turun 3-5 mm dibawah upper reference mark.
9. Memutar pompa sampai permukaan mercury mencapai tanda paling atas dan
usahakan konstan selama 30 detik.
10. Membaca dan catat tekanan (low pressure gauge) dan volume scale beserta
handwheel dial (miring ke kiri) untuk mengganti 0-5 cc graduated internal
pada scale.
11. Pada step 8,9,10 diulang untuk beberapa kenaikan tekanan. Jika tekanan telah
mencapai 1 atm buka nitrogen valve jika sistem telah mencapai limit pada 0-2
atm gauge, gauge diisolasi dari sistem dan gunakan 0-15 atm gauge dan
terakhir gunakan 0-150 atm gauge.
12. Step 11 diulang sampai tekanan akhir didapat.
Catatan : fluktuasi termometer kurang lebih 1-2 C
13. Jika tes telah selesai, nitrogen valve ditutup tekanan sistem dikurangi sampai
mencapai tekanan atm dengan mengeluarkan gas lewat bleed.
7.5. Hasil Percobaan Dan Perhitungan
7.5.1. Hasil Percobaan
Vp = 30 cc
Vb = 50 cc
Tabel VII-1
Hasil Percobaan Tekanan Kapiler
Keterangan :
Kolom 1 = Didapat dari percobaan
Kolom 2 = (kolom 1) + 0,05 atm
(0,05 atm Mercury Hydrostatic Head Correction)
Kolom 3 = Didapat dari percobaan
Kolom 4 = Didapat dari Grafik Pressure Volume Correction
Kolom 5 = (kolom 3) – (kolom 4)
(kolom5)
×100 %
Kolom 6 = Vp
(kolom 5)
×100 %
= 30
Membuat grafik Mercury Saturation (kolom 6) vs Mercury Capiler
Dress (kolom 2)
Tabel VII-2
Pressure Volume Correction
Tekanan (atm) Volume (cc)
0,001 0
0,007674 0,005
0,041944 0,01
0,108094 0,015
0,203671 0,02
0,337105 0,025
0,502027 0,03
0,646885 0,035
0,783304 0,04
0,884514 0,045
0,94645 0,05
0,98333 0,055
1 0,06
7.5.2. Perhitungan
Indicator Pressure (IP) dan Indicator Volume of Mercury Injection (IVMI)
didapatkan dari hasil percobaan dan pengamatan.
Menghitung Correct Pressure (Mercury Hydrostatic Head Correction)
Correct Pressure (CP) = IP + 0,05 atm
CP 1 = (0,361 + 0,05) atm = 0,411 atm
CP 2 = (0,370 + 0,05) atm = 0,42 atm
CP 3 = (0,380 + 0,05) atm = 0,43 atm
CP 4 = (0,394 + 0,05) atm = 0,444 atm
CP 5 = (0,412 + 0,05) atm = 0,462 atm
CP 6 = (0,425 + 0,05) atm = 0,475 atm
CP 7 = (0,439 + 0,05) atm = 0,409atm
a. Menghitung Pressure Volume Correction (PVC)
Membaca Grafik Pressure Volume Correction dengan mencari
perpotongan garis grafik terhadap Indikator Pressure.
b. Menghitung Actual Volume of Mercury Injection (AVMI)
AVMI = IVMI – PVC
AVMI 1 = (1,95 – 0,0258) cc = 1,9242cc
AVMI 2 = (1,90 – 0,026) cc = 1,874 cc
AVMI 3 = (1,89 – 0,0264) cc = 1,8636cc
AVMI 4 = (1,82 – 0,0269) cc = 1,7931cc
AVMI 5 = (1,72 – 0,0277) cc = 1,6927cc
AVMI 6 = (1,62 – 0,0277) cc = 1,5923cc
AVMI 7 = (1,6 – 0,0281) cc = 1,5719cc
c. Menghitung Mercury Saturation (MS)
MS = (AVMI : Vp) x 100% ; Vp = Volume Pori
MS 1 = (1,924: 10) x 100% = 19,242%
MS 2 = (1,874: 10) x 100% = 18,74 %
MS 3 = (1,8636: 10) x 100% = 18,636%
MS 4 = (1,7931: 10) x 100% = 17,931%
MS 5 = (1,6927: 10) x 100% = 16,923%
MS 6 = (1,5923: 10) x 100% = 15,923%
MS 7 = (1,5719: 10) x 100% = 15,719%
7.7. PEMBAHASAN
Praktikum acara ke-tujuh berjudul Penentuan Tekanan Kapiler Pada
Sampel Batuan Reservoir. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan besarnya
tekanan kapiler pada batuan reservoir. Alat dan bahan yang digunakan yaitu
mercury injection capillary apparatus, sampel core, dan mercury.
Prinsip kerja yang digunakan yaitu mengukur tekanan kapiler dan sampel
core batuan melalui penginjeksian mercury. Tekanan kapiler adalah perbedaan
tekanan yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur di dalam
sistem kapiler atau didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara fluida non-
wetting phase dengan fluida wetting phase. Pada tekanan kapiler terjadi tiga
proses yang berlangsung yaitu drainage, imbibition, dan hysteresis.
Damageadalah proses pendesakan fluida wetting oleh fluida non-wetting, yang
berlangsung saat proses migrasi minyak menuju reservoir. Imbibition adalah
proses pendekatan fluida non-wetting phase oleh fluida wetting phase pada saat
proses produksi minyak. Hysteresisadalah perbedaan hasil pengukuran tekanan
kapiler yang dilakukan dengan proses drainagedan imbibition.
Langkah kerja yang harus dilakuan pertama adalah memasukkan core
kering ke dalam holder. Kemudian mercuty ditambahkan ke dalam sistem sampai
batas holder. Setelah itu valuedibuka agar tekanan masuk ke dalam sistem,
penurunan levelmercuty menunjukkan volume mercury yang diinjeksikan ke
dalam core. Selanjutnya tekanan dinaikkan secara bertahap agar mercury dapat
memasukki pori yang lebih kecil. Kemudian baca penurunan level mercury
terhadap tekanan.
Pada praktikum ini data yang didapat bukan data dari hasil percobaan
melainkan data yang diberikan asisten laboratorium kepada praktikkan karena
kerusakkan pada alat di laboratorium dan kendala masa pandemi.Aplikasi
lapangan pengukuran tekanan kapiler adalah untuk menentukkan secara efisien
letak dari kedalaman sumur yang akan dikomplesi. Data tekanan kapiler yang
sangat besar menyebabkan produksi melambat, maka tekanan kapiler harus
diturunkan.
7.8. KESIMPULAN
1.Tujuan praktikum ini adlaah untuk menentukan besarnya tekanan kapiler
pada batuan reservoir.
2.Tekanan kapiler adalah perbedaan tekanan yang ada di antara permukaan
dua fluida yang tidak tercampur atau dengan kata lain perbedaan tekanan
antara non-wetting phasedengan fluida wetting phase. Pada tekanan kapiler
terjadi drainage, imbibitiondan hysteresis. Drainageadalah pendesakkan
fluida wetting phaseoleh fluida non-wetting phase.Imbibitionadalah
pendesakkan fluida non-wettingphase oleh fluida wetting phase.
Hysteresisadalah perbedaan hasil pengukuran tekanan kapiler yang dilakukan
dengan proses drainagedan imbibition.
3.Grafik Pcvs Sw yang semakin landai, maka nilai permeabilitas dan OOIP
(Original Oil in Place) pun semakin besar.
4.Aplikasi lapangan pengukuran tekanan kapiler untuk menentukan secara
efisien letak dan kedalaman sumur yang akan dikomplesi. Data tekanan
kapiler juga bermanfaat dalam meningkatkan recovery. Data tekanan kapiler
juga bermanfaat dalam meningkatkan recoverykarena tekanan kapiler yang
sangat besar mengakibaatkan produksi melambat, maka tekanan kapiler harus
diturunkan, dapat pula menentukan surfactanyang cocok untuk
menurunkannya.