Anda di halaman 1dari 5

Serba-serbi dalam Ponselku Saat Pandemi

Aku tidak ingat persis tanggal berapa pastinya, yang kuingat hal ini bermulai dari bulan
Maret. Baru seminggu masuk sekolah setelah insternship, sekolah mengumumkan
diadakannya pembelajaran jarak jauh atau PJJ, yang mana siswa dan guru melakukan
kegiatan pembelajaran dari rumah masing-masing menggunakan media daring. Apalagi
penyebabnya kalau bukan karena adanya Covid-19? Virus yang sedang mewabah di
seluruh penjuru dunia ini menjadi penghambat kegiatan belajar. Tidak hanya belajar,
kegiatan industri, perkantoran, hingga kegiatan sosial pun terhambat.

Kembali ke pembelajaran jarak jauh. Pada awal pelaksanaan PJJ tidak ada masalah
yang berarti untukku maupun teman-teman. Mungkin hanya sedikit kaget dengan sistem
pembelajaran baru yang mengharuskan stand by internet dengan waktu yang lumayan
lama. Sejujurnya aku bersemangat dengan sistem pembelajaran baru ini. Bukan apa-apa,
menurutku mengeksplorasi hal baru adalah hal yang menyenangkan. Pembelajaran daring
yang menggunakan aplikasi seperti; Classroom, moodle, YouTube, dan lain-lain,
membuatku tertarik menjelajah fitur aplikasi-aplikasi tersebut.

Dua aplikasi yang digunakan sekolah untuk PJJ adalah Classroom dan moodle.
Awalnya aku menggunakan kedua aplikasi tersebut seperti pada umumnya. Melihat tugas
yang diberikan, mengerjakannya sesuai instruksi, lalu mengambil foto jika itu dikerjakan
di kertas untuk diunggah ke portal tugas atau langsung mengunggah file tugas jika berupa
soft file. Hal itu terus kulakukan hingga file dan foto tugas di ponselku menumpuk dan
memenuhi kapasitas penyimpanan ponsel. Aku harus menghapus beberapa file dan foto
untuk melonggarkan isi ponselku, namun aku juga tidak ingin kehilangan file tugasku.
Lalu aku harus melakukan apa?

Hari itu, Sabtu minggu ketiga PJJ. Aku mengutak-atik fitur Classroom di bagian
pengumpulan tugas. Awalnya aku tidak begitu peduli pada opsi “Sisipkan dari Drive”,
namun setelah itu pandanganku berubah. Mulanya aku mengerjakan tugas di WPS Office
lalu menyimpannya di ponsel untuk dikumpulkan ke portal tugas. Namun sekarang aku
mengerjakan di Google Docs yang terhubung denga Classroom melalui akun Google atau
G-Mail. Docs sendiri sudah kupasang di ponsel sejak lama, namun mengapa aku baru
meyadari Docs sebermanfaat itu untuk keadaanku sekarang? Aku tak perlu lagi
menyimpan di ponsel, tugas yang kukerjakan di Docs kusimpan di Google Drive lalu saat
mengumpulkan tinggal menyisipkannya di Classroom. Hasilnya, kartu memori maupun
penyimpanan internal ponselku melonggar. Sayangnya untuk moodle tidak mendukung
penyisipan tugas melalui Drive, sehingga aku harus menyimpan file tugas di ponsel.

Hari-hari berikutnya aku sudah terbiasa dengan sistem PJJ dan semakin menyukai
aplikasi Docs. Fiturnya membuat aku ingin mengerjakan tugas. Warna highlight yang
beragam, ukuran kertas yang lengkap serta voice typing adalah kesukaanku. Saat aku lelah
mengetik tugas, aku bisa mengucapkan apa yang akan kuketik dan otomatis akan muncul
tulisan yang 98% sama dengan yang kuucapkan. Tinggal menyunting sedikit apa yang
kurang tepat dan tugasku selesai dengan mudah.

Di saat yang sama saat aku jatuh cinta dengan perangkat Google, aku lama-
kelamaan malas menulis. Di awal pembelajaran cukup banyak teori yang diberikan dan
aku pun mencatatnya di buku tulis, namun beberapa minggu kemudian teori pembelajaran
jarang diberikan sehingga aku jarang menulis. Rupa tulisanku menjadi berantakan, walau
masih bisa terbaca. Sempat aku mencatat teori di memo ponsel, sayangnya tidak bertahan
lama karena aku tidak bisa menatap ponsel sambil berpikir dengan waktu yang lama.
Intinya, bagiku membaca teori pelajaran tidaklah afdol kalau tidak di buku cetak atau buku
tulis.

Beberapa minggu setelah dimulainya PJJ, kutemui satu masalah. Apalagi masalah
selain penyimpanan ponsel bagi pelajar? Ya, data internet. Tidak adanya uang saku yang
biasa kutabung untuk membeli paket data menjadi masalahku saat itu. Ingin meminta uang
kepada orang tua, namun rasanya sungkan kalau kata orang Jawa. Untungnya, orang tuaku
pengertian, tapi di sisi lain juga tidak beruntung. Harga paket data melonjak tinggi. Sudah
kuduga. Perekonomian para pedagang pasti sedang sulit karena tidak banyak penjualan
akibat Covid-19. Dan jadilah harga barang-barang melonjak, termasuk paket data internet.

Setelah data internetku kembali terisi, aku memikirkan bagaimana agar tidak boros
pemakaiannya. Aku membuat perencanaan penggunaan data dari Senin sampai Jumat
hanya boleh digunakan untuk sekolah, jika bosan boleh melihat media sosial namun
kubatasi waktunya hanya 15 menit. Aku meng-install perangkat pembatasan penggunaan
aplikasi yang mendukung rencanaku. Untuk hari Sabtu kugunakan untuk bermain ponsel
dengan batas data internet terpakai 700 MB. Dan hari Minggu ponsel digunakan
seperlunya, sebisa mungkin aku tidak menyentuh ponsel di hari Minggu. Mataku perlu
diistirahatkan dan kupilih hari Minggu untuk bebas dari ponsel. Sekalian menyegarkan
mata sebelum Senin berkutat lagi di balik layar ponsel atau mungkin laptop. Setidaknya
hingga liburan kenaikan kelas aku menjalankan rencanaku.

Memasuki liburan aku memutar otak lagi, apa yang akan aku lakukan agar tidak
bosan di rumah? Mulai berolahraga dan mempersiapkan kelas akhir. Sebenarnya aku agak
bosan di rumah saja. Ingin rasanya bertemu teman-teman untuk sekedar makan bersama
atau jalan-jalan ke tempat hiburan. Bisa sih jalan-jalan tapi tetap memperhatikan protokol
kesehatan yang sudah diumumkan pemerintah, namun aku yang homebody alias anak
rumahan lebih memilih berada di rumah.

Berada di rumah saja tidak terlalu membosankan. Bagaimana caraku mengatasi


bosan walau sedang di rumah saja? Bermain ponsel. Kurasa kalian semua akan setuju jika
sudah lelah menatap ponsel saat sekolah, akan berbeda lagi jika menatap ponsel untuk
menonton drama atau menyelam di media sosial.

Tapi tidak sepenuhnya aku “bermain”. Banyak yang aku lakukan dengan ponselku.
Seperti membuat cerita di platform baca, mencari informasi dunia kerja dan universitas,
menambah teman online, mencari resep masakan dan mencobanya, atau juga mengikuti uji
coba kemampuan akademis. Mari kuceritakan satu per satu.

Membuat cerita di platform baca adalah hobiku sejak lama. Aplikasi yang aku
gunakan adalah WordPress. Saat liburan banyak ide acak yang terlintas di kepalaku,
sehingga aku menyusun banyak draft untuk aku kembangkan. Dari sekian draft, aku
memutuskan untuk membuat dua cerita. Dua-duanya cerita pendek dengan tema teen-lit
yang digemari remaja sepantaranku. Satu berjudul Heavy Rotation, yang menceritakan dua
teman lama yang menemui titik bosan pada satu sama lain. Satu lagi berjudul Skotlandia,
menceritakan ambisi seorang murid untuk bersekolah di perguruan tinggi Skotlandia
dengan segala rintangan seperti pandemi, kondisi ekonomi, dan pertemanan yang
dipertaruhkan.

Selanjutnya mencari informasi untuk karir setelah lulus dari sekolah kejuruan. Aku
mengikuti akun Instagram dan Twitter universitas impianku dan terus mencari informasi
terbaru untuk penerimaan mahasiswa baru dari beberapa kenalanku di internet.
Kebanyakan aku mengenal kakak mahasiswa dari forum di Twitter. Hal ini sangat berguna
bagiku dan untungnya kakak-kakak tersebut ramah dan sering memberikan saran ataupun
menceritakan pengalamannya saat UTBK. Lalu untuk mencari informasi dunia kerja, aku
mengikuti akun bursa kerja untuk fresh graduate agar tahu apa saja yang harus aku
siapkan sebagai rencana cadangan jikalau aku tidak dapat masuk ke universitas.

Kakakku di rumah juga membantuku untuk mempersiapkan karir setelah lulus


sekolah. Karena kakakku sudah lulus kuliah dan sedang bekerja, aku banyak menerima
saran dan telah mendapat bagaimana gambaran bekerja ataupun bagaimana nanti
kehidupan kampus akan kujalani.

Ah, kakakku juga yang mengajakku membuat masakan yang resepnya kami
temukan di media sosial. Terkadang ibu membantu kami memasak, lalu ayah bertugas
menjadi pencicip atau tester masakan kami. Sungguh menyenangkan saat memasak
bersama.

Yang kurasa paling bermanfaat adalah uji kemampuan akademis. Karena hal itu
sangat aku butuhkan mengingat sebentar agi aku akan mengahadapi ujian nasional untuk
kelulusan, walau rumornya masih belum jelas ujian nasional diadakan atau tidak untuk
tahun ini. Dan menurutku, lebih baik tetap belajar walau UNAS masih tidak jelas adanya.
Toh tidak ada ruginya jika aku belajar lebih giat, bukan?

Langkah awalku adalah bertanya kepada senior yang telah lulus. Beruntung aku
masih memiliki nomor telepon senior yang mau membantuku. Senior itu memberikan aku
buku latihan UNAS dan juga TPA untuk UTBK. Dari situ aku mulai mengerjakan latihan
soal dan mencari pembahasannya di internet jika aku tidak paham. Aku juga sering
membahas soal TPA dengan teman-teman di grup obrolan kami. Menurutku belajar
bersama dengan teman lebih menyenangkan karena bisa saling menyemangati dan tidak
mudah mengantuk atau bosan.

Lagi-lagi media sosial membantuku dalam belajar. Beberapa akun Instagram


belajar yang aku ikuti mengadakan kuis setiap harinya untuk mengasah kemampuan yang
lalu akan dibahas pada hari esoknya. Pada saat akan menjawab, selalu kubaca komentar-
komentar yang membahas cara menyelesaikan soal. Cara menjawab soal yang berbeda
dapat menjadi hal baru untuk improvisasi belajarku. Yang paling kusukai latihan Bahasa
Inggris dan soal skolastika.

Begitu banyaknya hal yang aku lakukan dengan ponselku di saat pandemi. Mulai
dari bermain hingga kegiatan yang produktif. Sampai pernah beberapa kali mataku sakit.
Mata berair atau pusing di bagian belakang mata. Dua atau tiga hari kemudian mataku baru
bisa beraktifitas dengan baik. Tidak lama memang sakitnya. Namun, aku tahu jika hal ini
tidak baik untuk kesehatan mata. Aku akan mendapat efek buruk dari sinar biru yang
dipancarkan ponsel jika terus menatapinya. Di samping itu juga, ponselku pasti kewalahan
kugunakan tanpa henti. Oleh karena itu aku bertekad mengurangi penggunaan ponselku,
lagi.

Hari-hari selanjutnya, kegiatan sekolah kelas akhir, persiapan masuk universitas


dan juga mencari informasi kerja masih kulakukan dengan jadwal awal. Untuk menulis
cerita dan bermain media sosial kuputuskan untuk mengambil hiatus sejenak hingga
kelulusan.

Kelas akhir menuntutku untuk selalu aktif mencari informasi terkait karir setelah
lulus. Ponselku jadi penuh tangkapan layar berbagai informasi kampus, materi UTBK, dan
yang baru-baru ini kupenuni dengan file modul try-out dari Zenius, aplikasi belajar untuk
UTBK.

Tidak melupakan kesehatan mataku, aku juga mengatur penggunaan ponsel dan
istirahatku. Lepas jam sembilan malam aku harus bebas dari ponsel dan mengistirahatkan
mataku. Jika ada waktu senggang, lebih baik aku mengobrol dengan anggota keluarga
yang lain atau sekedar diam menikmati waktu senggang. Menikmati waktu tenang setelah
memenuhi goal belajar yang aku buat sebelumnya.

Hingga hari ini aku melakukan kegiatan yang sama seperti yang kusebutkan sejak
memasuki kelas akhir. Kebosanan tidak jarang hadir. Memang tidak bisa kuhindari namun
dapat kuatasi dengan cheating day, bermain media sosial selama lima belas menit.
Kusisipkan agar kembali bersemangat belajar. Menurutku tidak masalah. Aku menikmati
masa kelas akhir dengan masih berharap kelas offline dapat diadakan sebelum kelulusan.
Aku merindukan segalanya tentang sekolah tatap muka. Sampai saatnya hari itu tiba,
kesehatanku dan ponselku akan sama-sama kujaga agar tetap sehat.

Anda mungkin juga menyukai