Anda di halaman 1dari 9

감방에서 남자주인공을 만났습니다

I Met the Male Lead in Prison

Bab 1 : What? Meeting the Male Lead in Prison?

Kala hari dimana bunga-bunga mulai berjatuhan sembari berayun-ayun bersama sepoian
serenade angin yang mengoyak monarki cakrawala,— rontok tanpa sekuncup pun yang tersisa,
—sementara dedaunan pohon-pohon kian bertubuh kering kerontang, pudar dalam terkaman
musim. Pada akhirnya anomali yang kukira hanyalah delusi tak urung aku harus percayai
kendati sangat tak masuk akal. Tepat tiga bulan yang lalu, aku terbangun dan menemukan
sesuatu yang salah sedang terjadi,—dunia yang kini kutempati tiba-tiba saja menjadi dunia dari
buku yang pernah kubaca. Secara mengejutkan aku telah berpindah dunia. Yang mana ini
mungkin bukan tipikal transmigrasi yang kau sukai. Faktanya aku tidak pindah ke ruangan
dengan perabotan mewah di setiap sudut, ataupun ranjang lusuh dalam gubuk kayu bobrok.
Melainkan penjara!

Aku bertransmigrasi ke... sebuah penjara!

Aku berada dalam lingkup kerumunan manusia berbusana kelabu dengan pola garis-garis, juga
gantungan nomor tahanan yang menjulur dari dada mereka. Tidak! Bagaimana bisa aku
terbangun di penjara?!

Penjara? PENJARA!

Bahkan jika ini sekedar bunga tidur akan jauh lebih menyenangkan jika aku bermimpi yang lain
saja, daripada terjerat mimpi menyedihkan semacam ini. Yah... kendati penjara merupakan
tempat terburuk untuk transmigrasi, tempat ini, ‘Kambrakam,’ nyatanya adalah main latar dari
buku yang telah kubaca sebelumnya. Aku lantas menyadarinya seusai mengamati pengaturan
berbau abad pertengahan Eropa yang anehnya terasa biasa. Hah, dari semua cerita, mengapa
aku harus transmigrasi ke dalam novel romansa berperingkat X ini. Kala itu, aku membacanya
hanya untuk menghabiskan waktu. Beberapa detail tampak kabur, dan aku tak begitu ingat
satu-dua hal, terutama yang berhubungan dengan si protagonis pria. Aku hanya ingat dia
sangat tampan, tapi agak aneh.
Aku berada di sel penjara khusus bersama tahanan lainnya. Dalam kurun waktu dimana
pembuangan hak asasi manusia terjadi nyaris tak terhitung banyaknya,—kami masih diberi
makanan yang layak, bahkan kerap diperbolehkan untuk mengitari area penjara. Karena,
bagaimana pun, ruanganku ini berisi para tahanan dari kelas bangsawan. Dan aku ditahan
hanya untuk menebus dosa ayah dan saudara lelakiku.

“Hei, Ianna.”

Apa persisnya kejahatan yang telah mereka perbuat sejujurnya aku tak tahu, tetapi aku
memahami satu hal, bahwa aku hanyalah satu dari sekian banyaknya tokoh pembantu,
bernama Ianna, yang bahkan tidak pernah disebutkan dalam novel sebelumnya.

“Hei, hei. Kau mendengarku tidak?”

“Ah, ya. Ya!”

Kendati aku tak mengetahui keluarga orang-orang ini, mereka yang berada di dalam penjara
bersamaku merupakan turunan darah biru, ini membuatku berasumsi, mungkin aku bagian dari
keluarga bangsawan juga. Aku menyapukan intensi pada pria paruh baya bertubuh tambun
yang duduk menghadapku. Dia berdeham dan berkata. “Alasan kenapa kita tidak mendapat
kamar pribadi dan dikurung dalam satu ruangan? Sederhana saja. Mereka ingin memberi
contoh bahwa bangsawan juga bisa dihukum. Kaisar ingin menunjukkan otoritasnya.”

“Ah, begitu.”

Pria ini adalah Baron Paladis,—yang ditangkap dan ditahan karena menjual uang palsu.
Terlepas dari tindak kriminalnya, dia adalah orang yang cukup berguna. “Jadi, ini sebabnya
para bangsawan dipenjara.”— Ini adalah deduksi yang kucapai dari sekelebat ingatan
mengenai plot yang cukup kuat.

Protagonis wanita. Meskipun dia cantik, baik, dan ramah,—Francia dipenjara untuk menebus
dosa ayahnya. Seseorang yang mudah sekali terjebak dalam rasa penasaran, sampai suatu
malam, dia yang tengah melakukan tur rahasia mengitari isi penjara tiba-tiba tersesat di
bagian terlarang Kambrakam, dan secara kebetulan, Francia malah memasuki sel tempat
seorang pria lajang ditahan, dan...

“Kau siapa?”

Pria yang kedua lengannya terantai sampai menyentuh langit-langit ruangan,—adalah tahanan
jangka panjang dalam sejarah Kambrakam. Dengan kata lain, si protagonis pria, Heinrich
Dorean von Hel. Archduke masa depan dari tanah Hel. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa
para keturunan Hel akan diberkahi kekuatan yang luar biasa. Namun karena Heinrich tidak
dapat mengotorisasi kekuatannya,—dia berakhir dengan dijebloskan ke dalam penjara bawah
tanah Kambrakam dan tidak akan dibebaskan hingga muncul seseorang yang akan
membantunya dalam mengotorisasi kekuatan itu. Ini karena kekuatan tersebut rupanya bisa
menyebabkan kegilaan bagi si pemakai apabila ia tidak mampu dalam menampungnya.
Singkatnya, seseorang akan diberkahi kekuatan yang melebihi kapasitas manusia biasa, tapi
sebagai kompensasinya, orang tersebut akan berakhir dengan kehilangan akal sehatnya.

Orang yang menyedihkan...

Francia yang baik, mengasihani protagonis pria pasca mengetahui tentang situasinya, dan
lantas membebaskan lengannya yang terantai. Namun, karena kekuatan Heinrich rentan tidak
stabil, begitu dia bebas, dia pun kehilangan kewarasannya,—dan berakhir dengan
menjatuhkan Francia ke lantai. “Ah...!”

Dan...

Yah, kau bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya.

Bagaimanapun. Selepas melewati malam intens bersama. Francia tak urung menjadi ‘teman
pertama dari protagonis pria’, dan satu-satu-nya yang lantas ia perbolehkan untuk
membebaskannya dari belenggu. Dalam hal ini, intensi teman yang dimaksudkan merujuk pada
kekasih Sang Duke yang terhubung langsung dengan jiwanya.

Dan kemudian plot cerita mempertontonkan lebih banyak adegan seputar penjahat dan
semacamnya, tapi untuk saat ini, baik protagonis pria, tokoh pendukung pria–sang penjahat,
dan protagonis wanita akan mengembangkan hubngan mereka, dengan penjara ini sebagai
tempat terjadinya sebagian besar peristiwa penting dari novel berperingkat X. Jadi, cinta
segitiga terbentuk dari sini.

Konsep cinta segitiga akan terus ada di sepanjang cerita karena si protagonis pria yang
berkepribadian relatif tidak stabil, dan si penjahat secara konsisten hanya dapat terpaku pada
protagonis wanita. “Sudah cukup. Sebenarnya apa keterkaitan mereka bertiga, ya.”

Sejauh yang kutahu, penjahat dan protagonis pria berasal dari dua kubu keluarga yang
berlawanan,—mereka tidak pernah akur dan selalu bersaing. Ini mengapa kisah cinta ketiganya
cukup terkenal dan kerap berseliweran menembus hierarki teratas rungu-rungu para
bangsawan.
Aku yang terlarut dalam pikiran, tak sadar ternyata tengah berada di depan sel penjara
protagonis pria. “Hm, kurasa itu dia.” Jeruji penuh karat yang menghitam dan diselimuti lumut,
isinya rupanya tidak lebih buruk dari hal tersebut dan panorama di sana terlampau gelap
sekedar untuk mengintipnya. “Ugh! Aku tidak dapat melihat apapun.”

Yah... ini tidak sepenuhnya salah. Selain dari bayangan tubuh pria, tak ada penampakan lain
yang dapat terserap mata, hanya kekaburan dan bayangan yang ada. Jika infrastruktur sel ini
dibandingkan dengan sel yang ada di lantai dua dan tiga dimana mereka masih menyediakan
jendela untuk sirkulasi udara, maka jangan harap sel ini punya.

Barangkali karena terletak jauh di dasar ruang bawah tanah, maka tidak diperlukan jendela?
Ah, haruskah aku memberi masukan kepada sipir penjara untuk menaruh jendela juga di sini?

Haha, tetapi itu tidak mungkin.

Tentu menjadi masuk akal jika kepribadian protagonis pria terasa sangat suram. Bahkan jika
sebelumnya Heinrich bukanlah pribadi yang menyedihkan, dengan menghabiskan separuh
masa hidupnya di dalam kurungan ruang bawah tanah Kambrakam yang terbengkalai dan
gelap, sudah cukup untuk merubahnya menjadi suram.

“Ianna, kupikir kau harus segera pergi.”

“Ayolah, Tuan. Sebentar saja.” Aku tersenyum pada ksatria penjaga, Hans, sembari menepuk
bahunya dengan bersahabat. Dia menatapku dalam rona kepasrahan, seakan telah
mengetahui bahwa dirinya tidak akan bisa meyakinkanku untuk pergi, dan mengangkat bahu.
“Kau tahu bahwa hal seperti ini seharusnya tidak terjadi, bukan? Jika bos sampai
mengetahuinya, aku bisa mati.”

“Tentu saja. Tenanglah, aku pandai menutup mulut.”

“Hah... kau aneh sekali, Ianna. Biasanya para wanita terhormat dari keluarga bangsawan tidak
akan mau bergaul dengan orang-orang dari kasta rendahan sepertiku, kau tahu.” Aku hanya
mampu membalasnya dengan senyum pahit tanpa jawaban, sementara Hans tak urung balas
menarik kurva acuh sembari mengedikkan bahu. “Yah... meskipun aku mungkin tidak akan
pernah berbicara denganmu jika bukan karena apa yang kau berikan padaku.”

Kambrakam yang menjadi penjara bagi para bangsawan akan tak mengherankan jika para
penjaganya berasal dari kroni ksatria. Namun, khusus untuk sel dari protagonis pria, mereka
akan menempatkan para penjaga yang berkemampuan cukup tinggi dan mumpuni.
Karakteristik paling menonjol dari penjara ini adalah minimnya peluang untuk terjadi interaksi
antara wanita dan pria dibandingkan ketika kita berada di luar penjara. Namun, yah...
terkadang ada orang-orang sepertiku yang akan memulai percakapan dengan siapa pun,—
membuat para penjaga tidak jarang menggelengkan kepala. Untungnya, kini mereka sudah
terbiasa dengan perilaku anehku.

“Apa kau menyukai barang-barang yang kuberikan padamu?”

“Tentu saja. Omong-omong, bagaimana tepatnya kau memperoleh cerutu kelas tinggi
semacam itu? Seorang ksatria berkasta menengah sepertiku jelas akan tergoda dengan barang
yang kau berikan.”

“Yah... aku tidak tahu. Aku hanya menulis surat kepada keluargaku lalu mereka akan
mengirimkannya kemari. Sesederhana itu.”

Hans menatapku sangsi, tampak tak mempercayai ucapanku, tapi aku mengatakan yang
sebenarnya. Segera selepas aku terbangun dari transmigrasi, hal pertama yang menarik
atensiku adalah, sebuah meja di sudut ruangan dengan selembar surat yang terbuka lebar dan
tanpa segurat pun tinta kecuali catatan kecil yang menghuni pojok atas—dan berbunyi:
“Tuliskan padaku apapun yang kau inginkan.”

Sejak itu kiriman surat kosong akan tiba setiap bulan, dan jika aku membalasnya dengan apa
yang kuinginkan, lalu mengirimnya kembali, barang-barang tersebut, tak peduli seberapa
anehnya itu, ia tetap akan datang. Bahkan barang-barang yang seringkali dilarang masuk
penjara, seperti alkohol dan rokok, dapat aku minta tanpa rasa takut. Mulanya, aku tidak
paham apa maksud dari surat itu, jadi aku mengabaikannya, tetapi di bulan berikutnya aku
menerima surat yang menanyakan, “Kau yakin tidak butuh apa-apa?”

Bagi orang lain yang tidak bisa memperoleh apapun yang mereka inginkan, aku dengan cepat
menjadi orang yang terkenal. “Hei, jika kau tak keberatan, bisakah kau memberitahu kami dari
keluarga mana kau berasal?”, betapa muaknya aku dengan pertanyaan semacam ini.

Beberapa orang yang ditahan akan memilih untuk memakai nama depan mereka sebagai
sapaan, tetapi tak jarang pula diantaranya yang memakai gelar bangsawan mereka. Tidak ada
seorang pun yang akan dipanggil dengan nomor tahanan mereka, seperti: “Bangsawan 3615!”

Sementara aku tergolong dalam kelompok pertama.


Bagaimanapun, untuk orang-orang yang penasaran dengan nama keluargaku, aku selalu
memberi gelengan kepala dan meminta mereka agar memanggilku cukup dengan Ianna, tanpa
satu sematan lain yang menyertai. Yah... karena masalahnya, aku pun tidak tahu dari keluarga
mana aku berasal. Inilah mengapa aku tidak bisa memberitahu mereka mengenai keluargaku.
Jika keluargaku merupakan seseorang yang ku-kenal dari novel, akan tak terlalu mengejutkan
apabila mereka menjadi sosok keluarga prestisius dengan status yang cukup terhormat. Hal ini
dapat didasarkan dengan bagaimana mereka mampu dalam memenuhi apapun yang kuminta,
tetapi menjadi terlalu sukar untuk menjengukku selama ditahan, selain kiriman surat kosong
yang tiba setiap bulannya. Tidak ada petunjuk lain yang kutahu, bahkan nama pun tidak ada.
Jadi, aku hanya bisa berasumsi kalau aku berasal dari keluarga bangsawan yang relatif stabil.
Karena jika aku berasal dari keluarga yang muncul di buku, aku pasti sudah tahu itu sekarang.

Yah... bukan berarti akan ada terlalu banyak karakter dalam novel. Yang kumaksud adalah,
selain malam panas antar tokoh utama, tidak ada hal yang benar-benar penting.

Hans merespon dalam desah kekalahan kala aku berkata tak tahu darimana cerutu-cerutu
tersebut datang, selain dari surat yang kukirim. “Yah, pokoknya, kau orang yang menarik,
Ianna.”

“Benarkah? Maaf karena aku tidak bisa memberitahumu darimana benda itu berasal. Ah,
selain itu, Hans, aku ingin meminta bantuanmu.” Aku lantas menunjuk sosok samar yang
terkulai lemah dalam sel gelap tersebut. “Bisakah kau membiarkanku masuk ke dalam?”

“Tidak, aku tidak bisa.”

“Benarkah?”

Hans mengangguk teramat yakin, tetapi aku tahu bagaimana cara membujuknya dengan
tepat, aku menyeringai padanya sembari berujar, “Lain kali aku akan membawakanmu dua dari
jenis yang sama.”

“...Aku tidak bisa.”

“Ah, bagaimana kalau tiga cerutu?”

Dia lantas tersentak mendengar ucapanku. “Yah, tetap saja...”

“Tiga cerutu dan sebuah pipa. Jika kau tidak mau, aku hanya akan meminta bantuan lalu
memberikannya kepada Talmin—”
“Setelah kupertimbangkan, aku rasa membiarkanmu masuk untuk beberapa menit saja,
mungkin tidak akan menimbulkan masalah yang serius.”—Talmin yang kusebut adalah seorang
sipir penjara yang kerap menjadi saingan Hans di Kambrakam.

“Sepakat.” Aku pun tertawa dengan puas, yang membuat Hans tak urung berdeham kecil
sembari memalingkan muka. Tampak sekali dia berusaha untuk menyembunyikan rasa
malunya.

“Kau hanya akan tinggal di sana sebentar, bukan?”

“Tentu.”

Barangkali karena peristiwa dalam novel belum terjadi. Sel penjara yang seharusnya berada
dalam pengawasan ketat, kini pengaturannya tidak tampak terlalu terawasi. Ah, apa mungkin
karena orang-orang ini belum mengetahui kekuatan si protagonis pria? Dalam novel, sel mulai
dipantau dengan ketat usai ia menyebabkan keributan besar.

Begitulah.

“Kau harus memasukkan kunci dan memutarnya. Dua kali ke arah kanan. Ini agak berkarat, jadi
kau harus mengerahkan kekuatanmu.”

“Ya. Mengerti.”

Perlahan, aku mendorong pintu usai memutar kunci. Segera aroma basah dari lumut yang
bercampur dengan besi berkarat mengungkung ruangan dalam ranah yang memuakkan. Aku
tak urung mengernyitkan hidung sembari berpikir. Sudah berapa lama sejak sel ini dibersihkan?

Aku berderap menuju dinding. Lantas berhenti sembari mengerjab beberapa kali kala menatap
tubuh yang meringkuk di tanah sementara lengannya tengah terikat oleh rantai. “Jadi beginilah
situasi protagonis pria sebelum bertemu dengan protagonis wanita, ya.”

Barangkali karena tak pernah mengonsumsi makanan yang layak, dia tampak sangat kurus,
kendati aura yang dipancarkan mengandung rona kesucian, samar-samar terasa mirip dengan
santa. Mungkin saja ini disebabkan dari rambutnya yang keperakan. Atau bahkan, mungkin
karena bentuk alisnya yang memanjang, dan mata sewarna cakrawala. Aku lantas tercekat
sembari bertanya-tanya.

Heinrich Dorean, apa kau baik-baik saja?

Anda mungkin juga menyukai