Anda di halaman 1dari 20

Inilah Upaya Clean Up yang Dilakukan BATAN

(Tangsel,
09/03/2020) Ditemukannya zat radioaktif oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)
di lahan kosong Perumahan Batan Indah, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan,
mengakibatkan adanya kontaminasi pada tanah dan vegetasi di lahan tersebut. Untuk
menghilangkan sekaligus membersihkan lahan yang terkontaminasi, Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) melakukan upaya dekontaminasi atau clean up.
Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa zat radioaktif yang mengontaminasi lahan
kosong tersebut adalah cesium-137 (Cs-137). Paparan radiasi awal sebelum dilakukan clean
up diukur dengan survey meter menunjukkan angka 149 microsievert/jam.
Agar kontaminasi zat radioaktif tersebut tidak menimbulkan dampak yang berbahaya kepada
manusia, tumbuhan, dan hewan yang hidup di sekitar lahan yang terkontaminasi, Kepala
Pusat Pendayagunaan Informatika dan Kawasan Strategis Nuklir, Roziq Himawan bersama
tim penanggulangan lahan terkontaminasi berupaya melakukan clean up.
Roziq mengatakan, clean up yang dilakukan BATAN kali ini bertujuan untuk membersihkan
lahan yang terkontaminasi. “Clean up atau dekontaminasi ini bertujuan melakukan
pembersihan dari adanya kontaminasi zat radioaktif di lahan yang terpapar radiasi zat
radioaktif. Tujuan akhir dari clean up ini adalah mengembalikan lahan yang semula
terkontaminasi menjadi lahan yang bersih seperti sedia kala,” kata Roziq ketika menyiapkan
kegiatan clean up, Senin (09/03).
Mengingat yang terkontaminasi di Perumahan BATAN Indah adalah tanah, maka yang perlu
diperhatikan menurut Roziq, sebelum melakukan clean up yakni mengetahui tingkat
kontaminasi atau sering disebut dengan konsentrasi aktivitas radiasi. Selain itu, luasan lahan
yang terkontaminasi juga harus diketahui, serta tingkat konsentrasi aktivitas radiasi dari area
terluar hingga ke pusat radiasi.
“Ketiga hal itu sangat penting diketahui untuk mempredikasi berapa jumlah tanah yang harus
dikeruk supaya kondisinya aman bagi masyarakat dan lingkungan,” kata Roziq.
Untuk mengetahui hal itu, tutur Roziq, tiga tahapan yang harus dilakukan sebelum clean
up yakni, pertama melakukan pemetaan laju dosis radiasi dengan mengukur sampel tanah
permukaan untuk mengetahui tingkat kontaminasi.  Kedua, melakukan pengukuran terhadap
sampel tanaman yang bertujuan untuk mengetahui dampak kontaminasi terhadap tumbuhan.
Ketiga, melakukan pengukuran terhadap sampel tanah yang disisir dari area terluar hingga ke
arah dalam mendekati sumber radiasi.
“Setelah semua itu dikerjakan, langkah selanjutnya adalah pengerukan/pengambilan tanah
dan tumbuhan yang diindikasikan terkontaminasi. Setelah pengerukan, dilakukan pemetaan
ulang untuk memastikan bahwa proses clean up sudah cukup,” tambahnya.
Baca juga: Pengolahan Limbah Radioaktif di BATAN Terapkan Standar Keamanan dan
Keselamatan yang Tinggi
Ia menjelaskan, untuk melakukan clean up, perlu melibatkan petugas proteksi radiasi yang
bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan
program proteksi dan keselamatan radiasi. Selain itu diperlukan juga penganalisis radiasi
yang bertugas melakukan analisis terhadap aktivitas radiasi atau laju dosis, menentukan
daerah aman, jumlah paparan yang akan diterima manusia, dan umur sumber radiasi.
Menurutnya petugas pengelola limbah radioaktif juga mempunyai peran yang sangat
penting. Tanah dan vegetasi hasil dari clean up selanjutnya dikirim ke Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif di Kawasan Nuklir Serpong, Puspiptek untuk di proses lebih lanjut oleh
pengelola limbah radioaktif.
Saat ini, kegiatan clean up sudah memasuki hari ke-16 dan berhasil mengumpulkan tanah
dan vegetasi yang diindikasikan terkontaminasi sebanyak 638 drum dan paparan radiasi di
lahan tersebut sudah mengalami penurunan yang signifikan yakni antara 0,8 – 1,1
microsievert/jam. Setelah proses clean up ini selesai, menurut Roziq, akan dilanjutnya
dengan remediasi yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi tanah yang bersih seperti
semula.
Selama melakukan kegiatan clean up, turunnya hujan menjadi hambatan utama, karena 
dengan kondisi tanah yang basah akan menyulitkan pengerukan dan memasukkan tanah ke
dalam drum. Tanah yang bercampur dengan air hujan juga menambah volume limbah, dan
dapat meningkatkan potensi kontaminasi ke tempat yang lain.
“Proses pengerukan, pengangkutan dan lain-lain, apabila dilaksanakan pada saat hujan dapat
meningkatkan potensi kontaminasi yang lebih luas,” jelasnya.
Roziq berharap proses clean up ini segera selesai dan dilanjutkan remediasi sehingga lahan
yang terkontaminasi zat radioaktif menjadi bersih kembali.  Masyarakat dihimbau untuk
tidak khawatir, karena hal ini sudah ditangani dengan baik oleh pihak yang berkompeten di
bidangnya. (Humas - BATAN)
http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/pressreleases/6343-inilah-upaya-clean-up-
yang-dilakukan-batan

Sitemap |   

Penjelasan BAPETEN dan BATAN Pada RDP Komisi VII


DPR RI tentang Paparan Radioaktif di Perumahan Batan
Indah
 Kembali  21 Februari 2020 |  Berita BAPETEN

Kepala BAPETEN Jazi Eko Istiyanto dan Kepala BATAN Anhar Riza Antariksawan hadir
dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI pada Kamis (20/2), di Gedung
Nusantara DPR RI Senayan Jakarta, untuk memberikan penjelasan terkait temuan
paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah Serpong Tangerang.

Jazi hadir besama Deputi Bidang Perijinan dan Inspeksi Khoirul Huda, Deputi Pengkajian
Keselamatan Nuklir Yus Rusdian Akhmad, Sekretaris Utama Hendriyanto Hadi Tjahyono
serta beberapa pejabat terkait. Sementara dari Komisi VII DPR lengkap dihadiri
perwakilan dari tujuh fraksi dan dipimpin oleh Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto.

Sugeng Suparwoto menyampaikan “adanya temuan radioaktif tinggi sudah menjadi isu
yang hangat akhir-akhir ini dan menjadi kekhawatiran kita bersama, karena itu Komisi VII
DPR RI inging meminta penjelasan dari BATAN dan BAPETEN kronologis ditemukannya
paparan radiasi tersebut dan dari mana asal muasal bahan radiasi tersebut bisa ada di
perumahan Batan Indah” katanya

Disampaikan oleh Jazi bahwa awal mula ditemukannya paparan tinggi radiasi di
perumahan Serpong adalah ketika staf BAPETEN melakukan uji fungsi alat pemantau
radioaktivitas lingkungan (MONA) dengan target area meliputi wilayah Pamulang,
Perumahan Dinas Puspiptek, Daerah Muncul dan Kampus ITI, Perumahan Batan Indah,
dan Stasiun KA Serpong pada tanggal 30-31 Januari 2020. Secara umum nilai paparan
radiasi lingkungan pada daerah pemantauan menunjukkan nilai normal (paparan latar),
namun pada saat dilakukan pemantauan di lingkungan Perumahan Batan Indah,
ditemukan kenaikan nilai paparan radiasi di lingkungan area tanah kosong di samping
lapangan voli.
BAPETEN telah melakukan koordinasi dengan menginformasikan hasil pengecekan ke
ketua RT setempat dan juga dengan BATAN. Hasil analisa di laboratorium dan juga hasil
pengukuran laju paparan, bahan radioaktif tersebut adalah Cs-137 yang tidak diproduksi
di Indonesia.

Maka dibentuklah tim gabungan BAPETEN dan BATAN untuk melakukan


dekontaminasi/clean up dan pencarian sumber yang diduga menjadi penyebab kenaikan
laju paparan. Demikian gambaran kronologis yang disampaikan Jazi saat RDP tersebut.

Kepala BATAN Anhar menjelaskan bahwa paparan radiasi yang ramai diperbincangkan
di media bukan berasal dari reaktor nuklir yang ada di Puspiptek Serpong, juga bukanlah
berasal dari tempat penyimpanan limbah radioaktif yang ada di BATAN. Belum diketahui
dari mana asalnya Cs-137 bisa ada di tempat tersebut dan pihak kepolisian kini sedang
menyelidikinya.

Jalannya RDP berlangsung ramai, banyak pertanyaan dari anggota Komisi VII DPR yang
“mencecar” Kepala BAPETEN dan Kepala BATAN anmaun dapt dijawab dengan baik
oleh kedua Pimpinan Lembaga tersebut.

RDP kali menghasilkan beberapa keputusan, meliputi: Komisi VII mendesak Kepala
BAPETEN mempercepat investigasi sumber paparan limbah radioaktif yang ada di
perumahan Batan Indah. Komisi VII mendesak Kepala BAPETEN dan Kepala BATAN
agar mempercepat proses dekontaminasi/clean up dan WBC serta memastikan
keamanan masyarakat dan lingkungan. Komisi VII mendesak Kepala BAPETEN untuk
meningkatkan pengawasan tenaga nuklir di Indonesia dan dampaknya baik yang berizin
maupun yang tidak berizin secara periodik dan sistemik.

Tekait penggunaan alat deteksi radiasi, Komisi VII Meminta Kepala BAPETEN untuk
mewajibkan setiap industri pemegang izin pemanfaatan nuklir untuk memiliki alat
deteksi radiasi serta mengembangkan sistem monitoring yang menggunakan teknologi
informasi yang terkeneksi langsung dengan BAPETEN.

Sebagai tindak lanjut dari RDP ini, Komisi VII meminta Kepala BAPETEN untuk
menyampaikan data tertulis mengenai instansi (industri, RS, lembaga penelitian)
pemegang izin tenaga nuklir, jenis bahan radioaktif yang digunakan, pemasok asal
bahan radioaktif serta distribusi limbah radioaktif di seluruh Indoensia.
Untuk menunjang efektivitas pelaksananaan tugas serta tangungjawab bagi BAPETEN
dan BATAN, Komisi VII mendukung kenaikan anggaran BAPETEN dan BATAN di tahun
2021.[bhkk/bsb].

https://www.bapeten.go.id/berita/penjelasan-bapeten-dan-batan-pada-rdp-komisi-vii-dpr-ri-
tentang-paparan-radioaktif-di-perumahan-batan-indah-152516

Radionuklida atau yang biasa disebut dengan radioisotop adalah suatu

isotop dari zat radioaktif. Radionuklida yang terbentuk pada saat ledakan nuklir

berjumlah sekitar 100 spesimen dengan sebagian kecil adalah nuklida dengan

umur paro panjang (Sanada et al, 2018), dimana nuklida yang dihasilkan

diantaranya C-14, Cs-137, Zr-95, Sr-90, Ru-106, Ce-144, H-3 (Suseno, 2014). Cs-137 menjadi salah
satu jenis radionuklida yang banyak digunakan

terutama dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi (Lilis, 2010). Namun, Cs-
137 memiliki dampak negatif jika masuk dalam suatu

kehidupan organisme melebihi 7x10

2 bq/liter. Salah satu jenis kontaminasi yang

memiliki dampak radiologi yang cukup signifikan bagi masyarakat maupun

lingkungan adalah kontaminasi permukaan dan kontaminasi udara yang

disebabkan karena adanya penyebaran Cs-137 (Muhammad dan Djarwanti, 2016)

Sejumlah besar penyebab eksternal dapat menyebabkan luka bakar, penyakit radiasi akut, dan
bahkan kematian sedangkan paparan Cs-137 bisa

meningkatkan risiko kanker karena radiasi gamma yang dihasilkan (Muqmiroh et

al, 2018).

Ahli UGM menganalisa temuan radioaktif Caesium-137 di


Tangsel, ini hasilnya
Selasa, 18 Februari 2020 | 07:54 WIB Sumber: Kompas.com
ILUSTRASI. Operator Pengolahan Limbah Radioaktif dari Badan Tenaga Nuklir Nasional
(Batan) dengan menggunakan survey meter melakukan pengecekan radiasi Radioaktif di
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Badan Tenaga Nuklir Nasional Serpong,
Tangerang Selatan, Ba

KONTAN.CO.ID - SERPONG. Material radioaktif jenis Caesium-137


ditemukan di Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan (Tangsel), baru-
baru ini. Kemunculan radiasi dari zat radioaktif ini bermula dari uji fungsi
Bapeten dengan target area meliputi wilayah Pamulang, Perumahan Dinas
Puspiptek, Daerah Muncul dan Kampus ITI, Perumahan Batan Indah, serta
Stasiun KA Serpong pada 30 dan 31 Januari 2020.

Secara umum, nilai paparan radiasi lingkungan pada daerah pemantauan


menunjukkan nilai normal (paparan latar). Namun, pada saat dilakukan
pemantauan di lingkungan Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangsel,
ditemukan kenaikan nilai paparan radiasi di lingkungan area tanah kosong di
samping lapangan voli Blok J.

Baca Juga: Bapeten: Radiasi nuklir di Tangsel berasal dari limbah


radioaktif
Lantas apa itu Caesium 137?

Dosen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada ( UGM) Agus
Budhie Wijatna mengatakan, Caesium-137 merupakan satu unsur yang
bersifat radioaktif. Menurut dia, Caesium dihasilkan dari produk visi dari
reaktor nuklir yang ada di Serpong.

"Biasanya Caesium itu dihasilkan dari produk visi dari reaktor nuklir yang ada
di Serpong itu. Kalaupun ada di alam, itu relatif kecil dan itu sebagai radiasi
background dari unsur primordial untuk Uranium-238," kata Agus kepada
Kompas.com, Minggu (16/2/2020).

Baca Juga: Caesium 137 diduga jadi penyebab radiasi nuklir di Serpong,


apa itu?

Agus mengaku bingung bagaimana Caesium itu bisa bertebaran di


perumahan. Sebab, Bapeten selalu melakukan pengecekan secara periodik di
sekitar sektor. Selain itu, reaktor nuklir secara periodik juga diinspeksi oleh
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Dengan demikian, jika terjadi kebocoran, tentu hal itu bisa terdeteksi oleh
Bapeten. Oleh karena itu, menurut Agus, sangat kecil kemungkinan bahwa
Caesium tersebut berasal dari kebocoran reaktor.

"Karena reaktor nuklir secara periodik juga diinspeksi oleh Badan Tenaga
Atom Internasional. Begitu ada kebocoran, pasti sudah diketahui sejak dulu,"
jelasnya.

Baca Juga: Radiasi tinggi di Perumahan Batan Indah, ini yang sudah


dilakukan Bapeten

Bahaya Caesium-137

Hal yang menjadikannya berbahaya adalah umur paruhnya 30 tahun. Agus


menjelaskan, umur paruh merupakan umur yang menyebabkan tingkat
kontaminasinya akan menurun menjadi separuh. "Jadi proses gradasi tingkat
bahayanya akan menurun separuhnya setelah 30 tahun. Kalau sekarang
terukur 100 mikrosievert, maka dia akan menjadi 50 mikrosievert setelah 30
tahun yang akan datang," kata Agus.
Kendati demikian, Bapeten kini sudah melakukan dekontaminasi dengan
mengambil contoh tanah yang terpapar oleh serpihan Caesium. Menurut
Agus, Caesium yang digunakan untuk publik itu sesuai dengan batas
administratif, yaitu 1 mikrosievert.

Artinya, meskipun seseorang terkena dosis 1 mikrosievert, hal itu tidak akan
memiliki efek biologis apa pun. Sementara itu, batas biologis merupakan
batas yang jika dilampaui, maka akan memiliki efek klinis.

Baca Juga: Heboh radiasi nuklir di Serpong yang sangat tinggi, ini


penjelasannya

Berdasarkan ketentuan IAEA, semua unit radiologi dan pemanfaatan tenaga


nuklir harus menggunakan batas administratif. "Artinya, IAEA itu membuat
regulasi bahwa operasional unit radiologi dan reaktor nuklir itu harus
menggunakan batas adminstratif. Kalaupun itu dilampaui, maka tidak akan
menimbulkan efek biologis," paparnya.

Manfaat

Menurut Agus, unsur Caesium-137 biasanya digunakan untuk kesehatan dan


industri. "Kalau di rumah sakit itu biasanya digunakan untuk membunuh
kanker, tapi dengan dosis tinggi dan radiasi yang sangat tinggi," katanya lagi.

Baca Juga: Duh, pasien kanker berisiko terkena penyakit jantung

Untuk pemanfaatan di bidang industri, Agus menyebutkan, Caesium ini


digunakan untuk pengujian tak merusak. Misalnya, penggunaan Caesium
untuk mengetahui apakah pipa itu keropos atau tidak, apakah tulang
bangunan beton itu menggunakan diameter beton sesuai yang tertera dalam
kontrak atau tidak.

"Jadi fungsinya itu seperti foto rontgen karena energinya lebih besar,"
jelasnya.

Terlepas dari semua itu, Agus berpesan kepada masyarakat agar tak khawatir
mengenai radiasi yang terjadi di Perumahan Serpong tersebut karena sudah
dilokalisasi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Temuan Radioaktif
Caesium-137 di Tangsel, Ini Analisis Ahli UGM"
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto

https://regional.kontan.co.id/news/ahli-ugm-menganalisa-temuan-radioaktif-caesium-137-di-
tangsel-ini-hasilnya?page=all

Pejabat Tangsel Minta Warga Tenang Soal Paparan Radioaktif


CNN Indonesia
Sabtu, 15/02/2020 16:45

Wakil Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie meminta warga tidak gelisah dan tetap
tenang terkait ditemukannya paparan zat radioaktif. (Foto: CNN Indonesia/Thohirin)
Tangerang Selatan, CNN Indonesia -- Wakil Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie
meminta warga tidak gelisah dan tetap tenang terkait ditemukannya paparan zat radioaktif
dengan nilai paparan di atas normal yang mengontaminasi sebidang tanah di Perumahan
Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan.

Benyamin meminta warga tak berasumsi dan bisa mencari informasi dengan akurat. Ia juga
memastikan paparan zat radioaktif di lokasi tak sampai mengganggu aktivitas warga.

Benyamin mengatakan hal itu saat meninjau lokasi paparan di blok J Perumahan Batan
Indah, Serpong, Tangsel, Sabtu (15/2). Benyamin ditemani Kepala Biro Hukum Humas dan
Kerjasama Batan, Heru Umbara.

Lihat juga:Bapeten Pastikan Zat Radioaktif di Tangsel Bukan Nuklir Bocor

"Tidak terjadi apa-apa. Yang bisa kita saksikan saya juga berada di dekat sini, dan teman-
teman juga sama. Saya pikir itu semua bisa kita selesaikan," kata Benyamin di lokasi, Sabtu
(15/2).

Benyamin mengatakan pihaknya hingga kini terus berkoordinasi dengan Batan dan Bapeten
menangani masalah tersebut. Ia mengungkapkan bahwa kejadian tersebut merupakan kali
pertama di Tangsel.

"Selama ini belum pernah. Ini tidak ada kaitannya dengan reaktor yang di belakang. Sama
sekali tidak ada," kata Benyamin.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Hukum Humas dan Kerjasama
Batan, Heru Umbara memastikan bahwa paparan zat radioaktif yang ditemukan bukan
disebabkan kebocoran reaktor nuklir milik Batan yang berada di Tangsel.

Heru memastikan hal itu lantaran paparan yang ditemukan hanya berada di satu lokasi saja.
Menurut Heru, jika zat radioaktif itu disebabkan oleh kebocoran, maka lokasi paparannya
akan lebih luas.

Penyebab Paparan

Hasil penyelidikan sementara, Heru mengungkapkan paparan zat radioaktif yang ditemukan
berada di bawah tanah. Namun, ia belum memastikan penyebab paparan itu bisa terjadi.

"Kalau bocor kan permukaan. Artinya seluruh daerah sini, misalnya bocor. Tapi ini bukan,
saya memastikan ini bukan," kata Heru.

Paparan radiasi zat radioaktif di atas batas normal sebelumnya ditemukan di sebuah area
tanah kosong yang berada di Blok J Perumahan Batan Indah, Serpong Tangsel.

Lihat juga:Saingi China dan Rusia, AS Bangun Hulu Ledak Nuklir Baru

Nilai paparan itu ditemukan lewat hasil pengecekan rutin oleh unit pemantau radioaktivitas
lingkungan bergerak (mobile RDMS - MONA) milik Bapeten pada 30-31 Januari lalu.

Bapeten meninjau sejumlah lokasi di Tangerang untuk mencegah paparan mulai dari,
Pamulang, Perumahan Dinas Puspiptek, Daerah Muncul dan Kampus ITI, Perumahan Batan
Indah, dan Stasiun KA Serpong.

"Tim uji fungsi melakukan pengecekan ulang dan penyisiran di sekitar daerah tersebut di
atas, dan ditemukan nilai paparan radiasi lingkungan dengan laju paparan terukur signifikan
di atas nilai normal," kata Indra dalam keterangan tertulis, Jumat (14/2). (thr/asa)

Baca artikel CNN Indonesia "Pejabat Tangsel Minta Warga Tenang Soal Paparan
Radioaktif" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200215161207-
20-474938/pejabat-tangsel-minta-warga-tenang-soal-paparan-radioaktif.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/


Pemerintah Kota Tangerang Selatan: Deklarasi
Pernyataan Status Clearance, Di Perum Batan Indah,
Serpong.
 Kembali  22 Oktober 2020 |  Berita BAPETEN

Ditemukannya zat radioaktif oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) di lahan
kosong perumahan Batan Indah, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, yang
mengakibatkan adanya kontaminasi pada tanah dan vegetasi di lahan tersebut, pada
tanggal 30 Januari 2020 lalu, dan Tim gabungan BATAN-BAPETEN telah melakukan
dekontaminasi melalui proses clean-up berupa pengerukan tanah yang terkontaminasi.
Di samping upaya clean-up, Tim juga telah melakukan pengambilan sampel vegetasi, air
tanah, maupun pemeriksaan Whole Body Counting (WBC) terhadap beberapa warga di
sekitar lokasi.

Hasil pemetaan akhir setelah remediasi, pada tanggal 11 September 2020, menunjukkan
tingkat paparan radiasi di seluruh wilayah lahan tersebut telah kembali normal. Untuk itu,
BAPETEN mengadakan “Deklarasi Pernyataan Status Clearance atas lahan
terkontaminasi zat radioaktif di Perum Batan Indah, Serpong”, di Kantor Pemerintah Kota
Tangerang Selatan, pada tanggal 22 Oktober 2020. Acara dilakukan
secara offline dan online untuk tetap menjaga protokol kesehatan terkait Covid 19.

Acara diawali Laporan Status Penanganan oleh Plt. Direktur Keteknikan dan
Kesiapsiagaan Nuklir-BAPETEN Zulkarnain ST. MT., yang melaporkan “Secara umum
nilai paparan radiasi lingkungan pada daerah pemantauan di perumahan Batan Indah,
Serpong, menunjukkan nilai normal (paparan latar) khususnya di lingkungan area tanah
kosong di samping lapangan voli blok J, tempat ditemukannya sepihan.”
Acara dilanjutkan sambutan oleh Kepala BATAN Prof. Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan
yang menyampaikan “Sejak awal BAPETEN berkoordinasi hal ini, BATAN segera
membentuk tim untuk penangannya yang dibantu juga dari Pemerintah kota Tangerang
Selatan, KBR dan pemangku kepentingan lainnya. Dari proses pembersihan tersebut
terdapat 906 drum antara lain berisi tanah, APD, potongan pohon yang disimpan di
PTLR-BATAN . Saat ini, kami sedang menyiapkan shelter baru, ini merupakan pelajaran
berharga yang membuktikan kita bisa menanganinya dengan baik.”

Sambutan selanjutnya oleh ambutan oleh Kepala BAPETEN Prof. Ir. Jazi Eko Istiyanto,
M.Sc. Ph.D, IPU., yang menyampaikan ““Deklarasi pernyataan status clearence
perumahan Batan Indah” adalah merupakan suatu upaya dari Pemerintah Indonesia
khususnya BAPETEN dalam rangka menjaga keselamatan masyarakat dan lingkungan
dari bahaya radiasi yang tidak diinginkan. Seperti kita ketahui bahwa beberapa waktu
yang lalu masyarakat di Serpong, khususnya di perumahan Batan Indah dihebohkan
dengan adanya penemuan lokasi yang memiliki paparan radiasi diluar kewajaran. Hal ini
diketahui oleh personil BAPETEN pada saat melakukan pemantauan paparan radiasi
disekitar Serpong dengan menggunakan detektor mobile yang memiliki sensitifitas
tinggi. Penemuan kasus ini membuktikan kepada kita semua bahwa peran penting
peralatan atau teknologi sangat berperan penting dalam rangka mendukung fungsi
pengawasan yang dilakukan oleh BAPETEN, selain tentunya dukungan sumber daya
manusia yang memadai juga memegang peranan penting ”

Sambutan dilanjutkan oleh Walikota Tangerang Selatan Hj. Airin Rachmi Diany, SH. MH.,
yang menyampaikan “Berita yang awalnya sangat heboh sempat dikira ada kebocoran
dari BATAN ternyata bukan, dan alhamdulillah saat ini semua sudah bisa diatasi. Semua
ini tentu ada hikmahnya, mudah-mudahan selalu ada hikmah yang bermanfaat”.

Sambutan dan arahan disampaikan langsung oleh Menteri Ristek/Kepala BRIN Prof.


Bambang P.S Brodjonegoro, Ph.D., yang menyampaikan “Hari ini tentunya menjadi hari
yang menyenangkan bagi warga Tangerang Selatan, khususnya warga Batan Indah
dengan telah selesainya proses pembersihan tersebut. Mudah-mudahan terdeteksinya
radioaktif waktu itu oleh BAPETEN bukanlah hal yang kebetulan, meski alat pengawas
kita masih terbatas. Hal ini cukup berbahaya, jika diibaratkan bisa seperti Covid 19
karena tidak terlihat secara langsung karena harus diuji terlebih dahulu menggunakan
alat baru bisa terdeteksi. Bicara mengenai radioaktif 2 E, Edukasi
dan Enforcement meskipun radioaktif banyak manfaatnya, jika disalah gunakan seperti
limbahnya dibuang sembarangan tentu ada tindakan hukum yang harus diberlakukan.
Terima kasih diucapkan kepada seluruh personil yang terlibat sehingga hari ini bisa kita
deklarasikan Status Clearance.  Ke depan kita harus meningkatkan kewaspadaan dan
kerja sama agar hal ini tidak terjadi lagi”.

Acara diakhiri dengan “Deklarasi Pernyataan Status Clearance, di Perum Batan


Indah” oleh  Kepala BAPETEN didampingi Kepala BATAN dan Walikota Tangerang
Selatan disaksikan oleh Menristek/Kepala BRIN.

Acara ditutup Konferensi Pers secara daring yang dipandu Koordinator Komunikasi
Publik BAPETEN Abdul Qohhar. Di antaranya menanyakan kepastian bahwa di wilayah
Batan Indah tersebut benar-benar telah bersih seperti semula, dan bagaimana
pengawasan ke depan yang dijawab langsung oleh Menteri Ristek/Kepala BRIN.

https://www.bapeten.go.id/berita/pemerintah-kota-tangerang-selatan-deklarasi-pernyataan-
status-clearance-di-perum-batan-indah-serpong-115640
HEADLINE: Tanah Terkontaminasi Radioaktif Menyeruak di
Tangsel, dari Mana Asalnya?
Oleh Pramita TristiawatiNanda Perdana PutraYopi Makdori pada 18 Feb 2020, 00:01 WIB

 Perbesar

Tim Kimia Biologi dan Radioaktif (KBR) Gegana Polri seusai mengambil sampel tanah yang terpapar radioaktif
di Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Sabtu (15/2/2020). Sebuah area tanah kosong di Perumahan
Batan Indah, terpapar radioaktif jenis Cesium-137. (merdeka.com/Magang/Muhammad Fayyadh)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 100 drum kosong disiapkan Badan Tenaga


Nuklir Nasional (Batan) untuk mengangkut tanah yang terpapar radioaktif di
Perumahan Batan Indah, Setu, Tangerang Selatan, Senin (17/2/2020).
BACA JUGA :
 Badai Pasir Telan Tentara, Ini 7 Fakta Mencengangkan Soal Kepulan Debu Dahsyat

Di di lahan kosong Blok J, para petugas Batan dengan menggunakan alat,


mengeruk tanah itu yang kemudian dimasukkan ke dalam tong berwarna kuning.

Usai diisi tanah, drum-drum itu langsung diangkut ke dalam truk khusus,
selanjutnya dibawa menuju tempat penyimpanan sementara limbah radioaktif di
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Batan, Kawasan Puspiptek,
Tangerang Selatan.

Pembersihan atau clean-up ini sudah dilakukan sejak 11 Februari 2020 lalu. Hal ini
seiring terpaparnya tanah tersebut dengan serpihan radioaktif jenis Caesium-137
yang diketahui sejak akhir Januari 2020.

Menurut Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Batan, Heru Umbara, sudah ada 87
drum tanah yang diangkut dari lokasi tersebut sejak akhir Januari hingga Minggu
16 Februari 2020.

"Saat ini kita bersihkan (radioaktif pada) tanah ataupun tanaman yang ada di
tempat itu. Sekarang kita bawa 100 drum kosong. Semoga tidak hujan karena
faktor alam sangat mempengaruhi dan jika dilakukan saat hujan dapat
membahayakan pekerja," ujar Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Batan, Heru
Umbara di lokasi, Senin (17/2/2020).

Proses pembersihan ini dilakukan setelah pihaknya berkoordinasi dengan Badan


Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dan warga penghuni Komplek Perumahan
Batan Indah. Pekerjaan itu akan terus diusahakan hingga selesai agar kondisinya
menjadi normal kembali.

 
 Perbesar

Infografis Geger Radioaktif di Tangerang Selatan. (Liputan6.com/Abdillah)


Heru mengaku sudah mengetahui sumber dari limbah radioaktif tersebut. Namun
dia enggan menyebutkan lebih detail ke publik. "Penelitian untuk identifikasi,
sebenarnya sudah ketahuan. Kita sudah ada, kita sudah tahu sumbernya," ucap dia.

Dia hanya menyebut limbah radioaktif ini bukan berasal dari fasilitas nuklir di
kawasan Serpong. Heru mengatakan, petugas masih berkonsentrasi melakukan
proses clean up atau pengangkutan sisa limbah radioaktif di perumahan Batan
Indah.

"Kita punya reaktor, fasilitas nuklir lainnya. Nah itu diyakinkan bukan berasal dari
pengoperasian atau reaktor, seperti itu," tuturnya.

Sementara, mantan Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto menduga, zat


radioaktif yang ditemukan di Tangerang berasal dari limbah industri. Sebab ini
mengacu dari jenis Cs-137 yang ada di lokasi.

"Caesium 137 (Cs-137) banyak digunakan di industri misalnya mengukur


ketebalan kertas atau densitas suatu bahan dan lain lain, dan rumah sakit untuk
terapi kanker. Dugaan saya kalau berbasis temuan yang ada, berasal dari industri,"
ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (17/2/2020).

Dampak yang ditimbulkan akibat zat berbahaya ini, kata Djarot, harus dilihat
seberapa jauh paparannya. Dia menjelaskan, satuan untuk mengukur dampak
radiasi disebut Sieverts (Sv).

Dia memaparkan, orang yang terpapar 10 ribu mili Sv akan meninggal dalam
beberapa minggu. Kalau seribu mili Sv berpotensi terkena kanker naik 5%. Dan
jika skalanya puluhan mSv, biasanya dianggap dapat ditoleransi dan tak ada
symptom terdeteksi.

"Saya ambil contoh di rumah sakit, bila menggunakan CT SCAN pasien mendapat
10 mSv, rontgen sekitar 0,1 mSv. Nah yang di Batam Indah tersebut kalau
radiasinya sekitar beberapa mSv atau bahkan ukurannya mikro Sv, maka bisa
dikatakan aman," jelas dia.

 Perbesar

Petugas BATAN dan BAPETEN memasukkan tanah ke dalam drum saat proses dekontaminasi zat radioaktif di
Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Minggu (16/2/2020). Petugas mengambil sisa-sisa tanah yang
masih mengandung zat radioaktif untuk dibawa ke Batan guna diolah. (merdeka.com/Arie Basuki)

Perlu waktu lama dalam membersihkan limbah tersebut. Maksimal, kata dia, untuk
dilakukan clean-up mencapai 20 hari sampai kondisi normal.
Untuk mengusut penemuan ini, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Raden
Prabowo Argo Yuwono saat ditemui di Komnas HAM, Jakarta Pusat,
mengungkapkan pihaknya masih menyelidiki penemuan ini. Dengan pihak terkait
pun, juga masih terus dilakukan komunikasi.

"Kita berkomunikasi dengan Batan, sejauh mana daripada sisa limbah radioaktif
tersebut," kata dia, Senin (17/2/2020).

"Ada kemarin labfor, gegana juga ya, tentang radioaktif juga ada, kemudian dari
tipidter Mabes Polri. Tentunya kita nanti akan melakukan penyelidikan, sampai
saat ini kita masih dalam tahap-tahap lidik, tahap komunikasi dengan Batan," ujar
dia.

Lebih jauh Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra
mengungkapkan alasan dilibatkannya gegana dalam pengungkapan kasus
radioaktif ini. Menurut dia, tim ini juga memiliki keahlian dalam bidang tersebut.

"Pasukan dari Korps Brimob itu memiliki kemampuan kimia, biologi, dan
radioaktif. Jadi dia sangat match dan kerja sama dengan Batannya ketemu. Karena
ini yang diselidiki adalah radioaktif. Jadi Gegana punya alat untuk mendeteksi itu,"
ujar dia di Mabes Polri, Jakarta, Senin (17/2/2020).

Namun dalam fungsi pokoknya, Gegana juga melakukan upaya pencegahan seperti
aksi teror yang menggunakan bahan-bahan seperti itu. Karena banyak aksi teror
yang menggunakan bahan-bahan kimia, baik biologi atau pun radioaktif.

Asep menegaskan, sejauh ini tidak ada keterlibatan teroris terkait ditemukannya
limbah radioaktif di Tangerang Selatan tersebut. "Tidak seperti itu ya," tegas dia.

 
Scroll down untuk melanjutkan membaca
Produk Nuklir Dicuri?

 Perbesar

Sebidang tanah di RT 17/04 Perumahan Batan Indah, Setu, Kota Tangerang Selatan yang mengandung
radioaktif. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati)

Penemuan limbah radioaktif ini dinilai Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Mulyanto
sebagai akibat dari lemahnya prosedur transportasi dan penyimpanan limbah yang
ada. Seharusnya, dari pengguna, limbah ini diangkut dan disimpan di tempat
penyimpanan sementara limbah radioaktif Batan. Bukan di lapangan dekat
perumahan.

"Kemungkinkan besar tindakan ini dilakukan di luar prosedur dan tidak resmi,"
ujar dia kepada Liputan6.com, Senin (17/2/2020).

Untuk itu, Mulyanto yang mengaku tinggal di Perumahan Batan Indah ini meminta
Bapeten dan Batan bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menelusuri pihak-
pihak yang diduga terlibat atas kejadian tercecernya limbah radioaktif ini.

 Perbesar

Tim Kimia Biologi dan Radioaktif (KBR) Gegana Polri bersiap mengecek titik radioaktif di Perumahan Batan
Indah, Setu, Tangerang Selatan, Sabtu (15/2/2020). Sebuah area tanah kosong di dalam Perumahan Batan Indah,
terpapar radioaktif jenis Cesium-137. (merdeka.com/Magang/Muhammad Fayyadh)

"Tercecernya limbah radioaktif ini cukup bahaya. Bukan hanya pada kesehatan dan
keamanan warga di sekitar wilayah terdampak radiasi tapi juga terhadap
kredibilitas bangsa ini di mata dunia. Masa limbah radioaktif dibuang
sembarangan. Di dekat perumahan lagi. Ini sangat memalukan," tegas pria yang
juga doktor nuklir lulusan Tokyo Institute of Technology ini.

Hal yang sama diungkapkan oleh Dahlan Iskan. Mantan Menteri Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) itu menilai, kejadian ini disebutnya sebagai peristiwa yang
mencoreng bangsa Indonesia.
"Kalau benar, ini sangat mencoreng ilmuwan kita. Bahkan negara kita," kata
Dahlan yang dikutip dari disway.id, Senin (17/2/2020).

Dia mengaku heran atas ditemukannya zat berbahaya ini di kompleks perumahan
Batan Indah, Serpong, yang dekat dengan Jakarta. Di kawasan lebih 200 hektare
itu ada Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), ada reaktor nuklir skala kecil, ada
Badan Pengawas Nuklir (Bapeten), ada BUMN Industri Nuklir Indonesia (PT
Inuki), dan ada Institut Teknologi Indonesia (ITI).

"Ini sebuah keanehan yang menggelikan," ujar dia.

 Perbesar

Tim Kimia Biologi dan Radioaktif (KBR) Gegana Polri mengambil sampel tanah yang terpapar radioaktif di
Perumahan Batan Indah, Setu, Tangerang Selatan, Sabtu (15/2/2020). Sebuah area tanah kosong di Perumahan
Batan Indah, terpapar radioaktif jenis Cesium-137. (merdeka.com/Magang/Muhammad Fayyadh)

Yang membuat lebih janggal, kata Dahlan, di sekitar reaktor sendiri tidak
ditemukan adanya radiasi. Justru di perumahan yang jauh terdeteksi radiasi. Jarak
perumahan Batan Indah dengan reaktor sekitar tiga kilometer.

"Ini sungguh lelucon yang menjengkelkan. Terutama bagi kita


yang concern bahwa nuklir adalah masa depan kita," ujar dia.

Untuk itu, Dahlan menduga, ada orang yang mencuri produk nuklir itu. Namun
hingga saat ini, belum ada senjata nuklir yang dibuat dari Serpong.

"Yang pernah dibuat di Serpong adalah radio isotop. Yakni nuklir untuk
kedokteran. Yang bisa dipakai untuk mendeteksi kanker itu," ucap dia.

"Maka, apakah ada yang mencuri radio isotop? Sungguh pertanyaan yang tidak
sampai hati dikemukakan. Sekaligus bikin malu bangsa: masak iya sih sampai ada
yang mencuri produk nuklir?," imbuh Dahlan, heran.

 https://www.liputan6.com/news/read/4181066/headline-tanah-terkontaminasi-
radioaktif-menyeruak-di-tangsel-dari-mana-asalnya

Anda mungkin juga menyukai