21040120130075-A-Tgs Geoling Pertemuan 2
21040120130075-A-Tgs Geoling Pertemuan 2
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.
- Hornblende : warnanya hijau hingga hitam ; berat jenis : 3,2 ; bidang belahnya
berpotongan dengan sudut kira-kira 56o dan 124o (pengenalnya)
- Biotite : mineral “mika”, bentuknya pipih dan mudah dikelupas ; dalam keadaan tebal
warnanya hijau tua hingga coklat-hitam ; berat jenis : 2,8-3,2
3. Mineral non-ferromagnesium
- Muskovit : “mika putih” karena warnanya terang : kuning muda, coklat, hijau, atau
merah ; berat jenis : 2,8-3,1
- Felspar : mineral pembentuk batuan yang paling banyak. Jumlahnya di dalam kerak
Bumi hampir 54%. Nama : “plagioklas” (“arbit” mengandung natrium dan “anorthit”
mengandung kalsium) dan “orthoklas” menandung kalium.
- Orthoklas : warna paling khas: putih abu-abu atau merah jambu; berat jenis : 2,57
- Kuarsa : disebut juga “silika”; satu-satunya mineral pembentuk batuan yang terdiri dari
persenyawaan silikon dan oksigen. Warnanya seperti asap/smooky/smooky quartz, umgu,
atau violet.
4. Mineral Oksida
Hasil persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana
dibanding silikat. Lebih keras dan berat dibandingkan mineral lainnya kecuali silikat dan
sulfida. Unsur utama : besi, chroom, mangan, timah, dan alumunium.
5. Mineral Sulfida
Hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dan sulfur (belerang), seperti besi, perak,
tembaga, timbal, seng, dan merkuri. Beberapa merupakan bahan yang memiliki nilai
ekonomis.
6. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat
Persenyawaan dengan ion (CO3)2, dan disebut “karbonat”. Merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen
II. Batuan
Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih
mineral. Kejadian dan sifat dari batuan ditentukan
oleh kandungan mineralnya dan hubungan atau
keadaan mineralnya satu sama lain (tekstur). Pada
mulanya batuan berasal dari magma.
Magma yang mencapai permukaan bumi akan
membeku batuan beku terurai karena
panas, hujan, dan aktivitas tumbuhan dan hewan
hancuran batuan tersangku oleh air , angin, atau
hewan ke tempat lain untuk diendapkan
batuan sedimen berubah bentuk dalam waktu
yg lama akibat perubahan temperatur dan tekanan
batuan metamorf. (Affandy, 2019). Siklus
Batuan :
III. Batuan Beku
a. Pengertian
Jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma dapat berasal dari batuan setengah cair
maupun yg sudah ada (di mantel maupun kerak bumi). Proses pelelehan : kenaikan temperatur,
penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
b. Struktur
- Ekstrusif magma yang mencapai permukaan bumi, disebut lava
1. Masif : masa batuan terlihat seragam
2. Sheeting joint : terlihat sebagai lapisan
3. Clumnar joint : batuan terpisah poligonal seperti batang pensil
4. Pillow lava : menyerupai bantal yg bergumpal-gumpal akibat proses pembekuan
di lingkungan air
5. Vesikular : lubang-lubang pd batuan beku akibat pelepasan gas saat pembekuan
6. Amigdaloidal : vesikular yang terisi oleh mineral lain (kalsil, kuarsa, zeolit)
7. Aliran : kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran
- Intrusif magma yang naik menuju permukaan bumi dan membeku di dalam bumi
1. Konkordan : sejajar dengan perlapirsan di sekitarnya
a. Siil : berupa lembaran dan sejajar dgn perlapisan batuan di sekitarnya
b. Laccolith : berbentuk kubah, perlapisan batuan awalnya datar menjadi
melengkung akibat penerobosan tubuh batuan
c. Lopolith : berbentuk cembung ke bawah
d. Paccolith : menempati sinklin atau antiklin
2. Diskordan
a. Dyke : memotong perlapisan di sekitarnya, bentuk tabular/memanjang
b. Batolith : memiliki ukuran sangat besar (>100km2) dan membeku pd
kedalaman yg besar
c. Stock : mirip batolith tapi ukurannya lebih kecil
c. Tekstur
1. Tingkat Kristalisasi
a. Holokristalin : hampir seluruhnya disusun oleh kristal
b. Hipokristalin : disusun oleh kristal dan gelas
c. Holohyalin : hampir seluruhnya disusun oleh gelas
2. Ukuran butir
a. Phaneritic : hampir seluruhnya disusun oleh mineral-mineral berukuran kasar
b. Aphanitic : hampir seluruhnya disusun oleh mineral-mineral berukuran halus
3. Bentuk Kristal
a. Euhedral : sempurna
b. Subhedral : kurang sempurna
c. Anhedral : tidak sempurna
4. Kombinasi bentuk kristal
a. Unidiomorf (automorf) : sebagian besar dibatasi oleh bentuk kristal euhedral
b. Hypidiomorf (hypautomorf) : sebagian besar dibatasi oleh bentuk kristal euhedral
dan subhedral
c. Allotriomorf (xenomorf) : sebagian besar dibatasi oleh bentuk kristal anhedral
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.
8. Sedimen Transisi : diendapkan di antar darat dan laut (edanapan delta dna rawa-rawa
(limnis))
VI. Batuan Metamorf
a. Pengertian
Metamorfosa dalam geologi adalah merujuk pada perubahan dari kelompok mineral dan
tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang
berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk. Dua tipe
tekanan :
- Tekanan statis : diakibatkan oleh berat batuan diatasnya, makin dalam, makin tinggi tekanan
- Tekanan dinamis : diakibatkan oleh gerak diatropisme/tektonisme
b. Jenis Batuan
- Kontak : terbentuk akibat adanya sentuhan (kontak) atau berdekatan dengan magma
sehingga batuan mengalami perubahan. Contoh : batu kapur menjadi marmer.
- Dinamo : terbentuk karena mendapat tekanan yang kuat dalam proses pelapisan
(sedimentasi). Contoh : tanah gambut mendapatkan tekanan kuat membentuk batubara.
- Kontak pnuematolik : terbentuk karena masuknya zat atau organisme ke dalam batuan
asal. Contoh : batu topas.
c. Tipe Batuan
- Metamorfosa Kataklastik : metamorfosa yang diakibatkan oleh deformasi mekanis,
seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang mengalami pergeseran satu dan lainnya
disepajang suatu zona sesar / patahan.
- Metamorfosa Burial : metamorfosa yang terjadi apabila batuan sedimen yang berada
pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya diatas 300° C serta absennya tekanan
diferensial.
- Metamorfosa Kontak : metamorfosa yang terjadi didekat intrusi batuan beku dan
merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan berhubungan dengan intrusi
batuan beku
- Metamorfosa Regional : metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang sangat luas dimana
tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial. Metamorfosa jenis ini
biasanya akan menghasilkan batuan metamorf dengan tingkat foliasi yang sangat kuat,
seperti Slate, Schists, dan Gneisses.
d. Derajat Metamorfosa :
- Rendah : terjadi pada temperatur antara 200° – 320° C dan tekanan yang relatif rendah.
- Tinggi : terjadi pada temperatur lebih besar dari 320° C dan tekanan yang relatif tinggi.
e. Respon Batuan Terhadap Meningkatnya Derajat Metamorfosa
Batuan yang mengalami proses metamorfosa akan mengakibatkan struktur batuan berubah.
- Slate (Batu sabak) : bentuk batuan metamorf derajat rendah yang tersusun dari hasil
pertumbuhan mineral-mineral lempung dan chlorite berbutir halus, batuan mudah pecah
melalui bidang yang sejajar.
- Schist (Sekis) : Ukuran dari butiran-butiran mineral cenderung akan menjadi besar
dengan meningkatnya derajat metamorfosa.
- Gneiss (Genis) : seiring dengan naiknya derajat metamorfosa maka lembaran-lembaran
dari mineral silikat menjadi tidak stabil
Nama : Felisitas Stella Nathania Christiani
NIM : 21040120130075
Kelas :A
Mata Kuliah : Geologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, Dipl.GE, M.T.
Referensi :
Affandy, R. (2019). Batuan Sedimen dan Metamorf: Sebuah Tinjauan Ilmiah. Lemah Media Pustaka.
Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=nSbMDwAAQBAJ. Diakses tanggal 23
Februari 2021