Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Bab ini menjelaskan uraian mengenai tinjauan pustaka dari kualitas

audit sebagai variabel dependen, serta variabel independen terdiri dari tingkat

pengalaman kerja, profesionalisme, independensi, dan kompetensi. Selain itu

juga akan diuraikan tentang penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran

dan pengembangan hipotesis:

1. Teori Keagenan

Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik

antara manajer selaku agen dengan Adanya hubungan keagenan, ketika

terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (principals) dengan pihak

lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak, manajer terikat untuk

memberikan jasa bagi pemilik. Pada intinya menjelaskan hubungan

kontraktual antara pemilik dan manajer. Hubungan kontraktual ini terjadi

ketika ada pemisahan fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan,

yaitu pemilik mendelegasikan sebagian otoritas pengambilan keputusan

kepada manajer. Hal ini pemilik ingin mengetahui segala informasi

termasuk aktivitas terkait dengan investasi yang dilakukan dengan

meminta laporan pertanggungjawaban pada manajer. Untuk menghindari

kecurangan maka manajemen dalam membuat laporan keuangan maka

harus diperlukan pengujian. Pengujian hanya bisa dilakukan oleh pihak


ketiga yang independen yaitu auditor independen. Dalam teori keagenan

auditor sebagai pihak ketiga membantu memahami konflik kepentingan

yang muncul antara prinsipal dan agen, auditor independen dapat

menghindarkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan yang

dibuat oleh manajemen.

2. Kualitas Audit

Kualitas hasil audit adalah pelaporan tentang kelemahan

pengendalian yang terjadi pada di intern dan kepatuhan terhadap

ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab,

pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari

rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kualitas hasil pemeriksaaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar

belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan,

dan independensi pemeriksa. Laporan hasil pemeriksaan yang sudah

disusun merupakan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor.

Terdapat beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas proses

audit mulai dari tahap perencanaan, penugasan, tahap pekerjaan lapangan,

dan pada tahap administrasi akhir.

Menurut De Angelo (1981) dalam Kurnia, Khomsiyah dan Sofie

(2014) kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor

menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam

sistem akuntansi kliennya. Seorang auditor dalam menemukan

pelanggaran harus memiliki kompetensi serta sikap kecermatan dan


kehati-hatian profesional. Seorang auditor harus mempunyai standar

umum dalam pengetahuan dan keahlian dalam bidang akuntan untuk

menjalankan profesinya berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.

Audit merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu

perusahaan karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan

perusahaan. Audit merupakan proses untuk memberikan informasi yang

akurat mengenai aktivitas ekonomi suatu perusahaan. Audit dilaksanakan

oleh pihak yang kompeten, profesional, dan tidak memihak atau dapat

dipengaruhi oleh pihak lain, yang disebut auditor. Auditor mempunyai

peranan yang sangat penting dalam dasar pengambilan keputusan hasil

audit. Kualitas audit biasanya diukur dengan pendapat profesional auditor

yang tepat dan didukung oleh bukti dan penilaian objektif. Dimana auditor

memberikan pelayanan yang berkualitaskepadapemegang saham jika

mereka memberikan laporan audit yang independen, dapat diandalkan dan

didukung dengan bukti audit yang memadai.

Berdasarkan definisi diatas dapat terlihat bahwa auditor dituntut

oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan

pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oelh

manajemen perusahaan dan untuk menjalankan kewajiban seorang

auditor. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan

independensi. Kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan dan

pengalaman yang memadai yang harus dimiliki oleh seorang auditor.

Sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus


dijaga oleh seorang auditor yang berarti tidak dapat dipengaruhi oleh pihak

manapun dan mempunyai sifat yang jujur.

3. Tingkat Pengalaman Kerja

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan

penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan

formal maupun informal, atau bisa juga diartikan sebagai proses yang

membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih baik.

Kinerja auditor merupakan aspek yang penting dalam manajemen

perusahaan. Beberapa pengertian yang dikemukakan bahwa tingkat

pengalaman kerja merupakan sistem yang digunakan untuk menilai dan

mengetahui apakah seorang auditor telah melaksanakan pekerjaannya

secara keseluruhan, atau merupakan perpaduan dari hasil kerja (apa yang

harus dicapai seseorang auditor) dan kompetensi (bagaimana seseorang

auditor mencapainya). Pengalaman kerja merupakan istilah dari kata Job

Performance atau Actual Performance (Prestasi Kerja) adalah pengalaman

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang auditor

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya.

Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan

makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi

keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan

memeperluas pengetahuannya dibidang akuntansi dan auditing. Tingkat

pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.


Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang

auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaannya

(Ayuningtyas dan Pamudji, 2011).

Seorang auditor diharapkan tidak mengabaikan pengalaman masa

lalu atas kejujuran dan integritas manajemen dan pihak-pihak yang

bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan. Pengalaman kerja seorang

auditor adalah sebagai suatu ukuran waktu atau masa kerja yang telah

ditempuh seseorang dalam memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan

telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

4. Profesionalisme

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit

yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Laporan keuangan

perusahaan dimanfaatkan oleh pemilik perusahaan untuk menilai

pengelolaan dana yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.

Manejemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat

dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga

untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan

oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-

keputusan yang diambil oleh mereka. Pihak ketiga yang dimaksud di atas

adalah akuntan publik. Dari profesi inilah masyarakat mengharapkan

penilaian yang bebas yang tidak memihak terhadap informasi yang

disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Untuk itu,


penekanan pada tingkat profesionalisme lebih didasarkan pada sikap

seseorang dalam menyingkapi berbagai masalah sehubungan dengan

pekerjaan yang ditanganinya. Ketika seseorang dengan profesi tertentu

mampu bersikap bijaksana dilihat dari tuntutan tanggung jawab sesuai

dengan profesinya, maka seseorang tersebut bisa dikatakan profesional

Profesionalisme didefinisikan secara luas, mengacu pada perilaku,

tujuan, atau kualitas yang membentuk karakter atau memberi ciri suatu

profesi. Profesi adalah pekerjaan dimana dari pekerjaan tersebut diperoleh

nafkah untuk hidup, sedangkan profesionalisme dapat diartikan bersifat

profesi atau memiliki keahlian dan ketrampilan karena pendidikan dan

latihan. Profesionlisme adalah suatu atribut yang sangat penting tanpa

melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak.

Profesionalisme adalah sebuah konsep untuk mengukur bagaimana

para profesional memandang profesi mereka yang tercermin melalui sikap

dan perilaku mereka sebagai seorang auditor. Profesionalisme merupakan

salah satu syarat yang penting dan harus dipenuhi dan dimiliki oleh

seorang auditor.

Profesionalisme auditor mengacu pada kemampuan, tujuan, dan

perilaku profesional. Kemampuan didefinisikan sebagai pengerahuan,

pengalaman, kemampuan beradaptasi, kemampuan teknis, dan

kemampuan teknologi, dan memungkinkan perilaku profesional auditor

untuk mencakup faktor-faktor tambahan seperti transparansi dan tanggung

jawab, hal ini sangat penting untuk memastikan kepercayaan publik.


Menurut Djatmiko dan Rizkina (2014) sebuah profesi terdiri dari

kelompok terbatas dari orang-orang yang memiliki keahlian khusus dan

dengan keahlian tersebut dapat mereka fungsikan kepada masyarakat

dengan lebih baik dan pada umumnya.

5. Independensi

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak

dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain.

Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor

dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif

tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya. Pada hakikatnya bersikap netral itu merupakan hal yang

sangat sulit bahkan mustahil, dimana ketika kita dihadapkan pada dua

pilihan yaitu antara yang benar dan yang salah, antara kepentingan orang

banyak atau kepentingan bisnis, antara kebijakan/ regulasi pemerintah atau

kebijakan perusahaan, antara kepentingan perusahaan atau kepentingan

pihak diluar perusahaan, dll. Maka keberpihakan merupakan suatu hal

yang tidak dapat dihidari, dalam artian mau atau tidak harus terjadi

keberpihakan.

Oleh karena itu, independensi adalah suatu sikap yang harus

berpihak dan bukannya netral. Keberpihakan disini adalah berpihak

kepada hal-hal yang benar. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah

presepsi setiap orang akan kebenaran ternyata tidak sama. Kemungkinan

menurut suatu pihak hal tersebut merupakan kebenaran, akan tetapi


menurut pihak lain hal tersebut merupakan hal yang kurang benar atau

bahkan salah. Selain itu kepentingan yang dianggap lebih besar biasanya

juga dipengaruhi oleh adu otoritas diantara pihak-pihak yang

memperjuangkan kepentingan itu.

Kantor Akuntan Publik atau Auditor yang independen adalah

auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga

tidak merugikan pihak manapun. Dalam melaksanakan suatu tugas yaitu

pemeriksaaan yang dilakukan oleh seorang akuntan publik yang telah

diberikan kepercayaan oleh klien dan para pemakai laporan keuangan

untuk membuktikan kewajaran dari sebuah laporan keuangan yang telah

disusun dan disajikan oleh para klien. Maka, dalam memberikan pendapat

mengenai kewajaran atas laporan keuangan, seorang auditor harus

mempunyai atau bersikap independen terhadap kepentingan klien, para

pemakai laporan, stakeholder, maupun terhadap kepentingan akuntan

publik itu sendiri.

Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus

dijaga oleh akuntan publik. Independen berarti akuntan publik tidak

mudah dipengruhi, karena melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan

umum. Independensi penting untuk dipertahankan, karena apabila sampai

pihak yang berkepentingan tidak percaya pada hasil auditan dari auditor

makapihak klien maupun pihak ketiga tidak akan meminta jasa dari

auditor itu lagi.


Seorang akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan

siapapun. Independensi merupakan syarat penting bagi auditor dalam

melaksanakan prosedur audit yang bertujuan untuk menilai kewajaran

laporan keuangan. Akuntan publik dipercaya oleh pemakai laporan

keuangan sebagai pihak independen untuk memberikan jaminan memadai

mengenai asersi manajemen. Independensi merupakan faktor yang

memengaruhi kualitas audit. Semakin tinggi indenpedensi seorang auditor

maka kualitas audit yang diberikan semakin baik.

6. Kompetensi

Seorang auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga

kepentingan publik yang terkait dengan bidang keuangan. Dalam

melaksanakan peran audit, mereka bertanggung jawab untuk

merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang

memadai apakah laporan kuangan bebas dari salah saji material, guna

mendukung peran yang cukup mulia itu, seorang auditor harus didukung

dengan kompetensi yang memadai akan teknik-teknik audit serta

kompetensi lain yang mendukung. Audit yang dilaksanakan oleh seorang

auditor harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan, keahlian

dan pelatihan teknis yang cukup agar tercapainya tugas yang menjadi

pekerjaan bagi seorang auditor. Kompetensi adalah sebagai aspek-aspek

pribadi dari seorang pekerja mencakup pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari

dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, efektif dan


psikomotorik dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi keharusan bagi

auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan

akuntansi.

Menurut Kamus Kompetensi LOMMA (1998) dalam Kurnia,

Khomsiyah dan Sofie (2014) kompetensi adalah aspek-aspek pribadi dari

seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.

Aspek-aspek pribadi ini termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,

pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan

tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.

Kompetensi sebagai suatu keahlian cukup dan secara eksplisit dapat

digunakan untuk melakukan audit secara obyektif, ukuran keahlian atau

kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan

pertimbangan dalam pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada

dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman

yaitu pengetahuan.

Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh

auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Menurut Ilmiyati dan

Suhardjo (2012)menyatakan bahwa Kompetensi berkaitan dengan keahlian

profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan

formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar,

simposium.
B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang mempengaruhi

kualitas audit yang terdiri dari : Tingkat pengalaman kerja,

Profesionalisme, Independensi, dan Kompetensi telah dilakukan oleh

beberapa peneliti, seperti yang ditunjukkan dibawah ini :

1. Wiratama dan Budiartha (2015) tentang Pengaruh Independensi,

Pengalam Kerja, Due Profesional Care, dan Akuntabilitas Terhadap

Kualitas Audit. Dalam penelitian ini variabel indepennya adalah

Independensi, Pengalam Kerja, Due Profesional Care, dan

Akuntanbilitas dengan mengambil sampel pada Kantor Akuntan

Publik di Denpasar. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar

kuesioner dan menggunakan metode regeresi linier berganda.

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut variabel Independensi,

Pengalaman Kerja, Due Professional Care, dan Akuntabilitas

berpengaruh terhadap kualitas audit

2. Oklivia dan Marlinah (2014) tentang Pengaruh Kompetensi,

Independensi, Dan Faktor Faktor Dalam Diri Auditor Lainnya

Terhadap Kualitas Audit. Dalam penelitian ini variabel independennya

adalah Kompetensi, Independensi, Dan Faktor Faktor Dalam Diri

Auditor Lainnya dengan mengambil sampel pada Kantor Akuntan

Publik di Jakarta. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut adalah

Variabel Pengalaman Kerja, Obyektivitas, dan Integritas berpengauh


positif terhadap kualitas audit dan variabel Kompetensi, Independensi,

dan Tekanan Anggaran tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

3. Lie David Gunawan (2012) tentang Pengaruh Tingkat Independensi,

Kompetensi, Obyektivitas, dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas

Audit. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel independennya

adalah Tingkat Independensi, Kompetensi, Obyektivitas, dan Integritas

Auditor dengan mengambil sampel pada Kantor Akuntan Publik di

Surabaya dan menggunakan metode convenience sampling.

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut adalah Variabel

Profesionalisme, Obyektivitas berpengaruh terhadap kualitas audit dan

variabel Independensi, Kompetensi, Integritas tidak berpengaruh

terhadap kualitas audit.

4. Lesmana dan Machtar (2015) tentang Pengaruh Profesionalisme,

Kompetensi, dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel independennya adalah

Profesionalisme, Kompetensi, dan Independensi Auditor dengan

mengambil sampel pada Kantor Akuntan Publik di Tangerang dan

menggunakan metode regresi berganda. Berdasarkan hasil dari

penelitian tersebut adalah variabel Profesionalisme, Kompetensi, dan

Indepensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

5. Ayuningtyas dan Pamudji (2012) tentang Pengaruh Pengalaman

Kerja, Independensi, Obyektivitas, Integritas, dan Kompetensi

terhadap Kualitas Audit. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel


independennya adalah Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektivitas,

Integritas, dan Kompetensi dengan mengambil sampel pada

Inspektoran di Jawa Tengah dan menggunakan metode purposive

sampling. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut variabel

Pengalaman Kerja, Independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas

audit. Variabel Obyektivitas, Integritas, Kompetensi berpengaruh

terhadap kualitas audit.

6. Futri dan Juliarsa (2014) tentang Pengaruh Independensi,

Profesionalisme, Tingkat Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman, dan

Kepuasan Kerja Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor

Akuntan Publik di Bali. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel

independennya adalah Independensi, Profesionalisme, Tingkat

Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman, dan Kepuasan Kerja Auditor

dengan mengambil sampel dengan menyebar kuesioner pada Kantor

Akuntan Publik di Bali dan menggunakan metode simple random

sampling. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut variabel Tingkat

Pendidikan, Etika Profesi, dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap

kualitas audit. Variabel Independensi, Profesionalisme, dan

Pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

7. Iskandar dan Indarto (2015) tentang Interaksi Independensi,

Pengalaman, Pengetahuan, Due Profesional Care, Akuntabilitas dan

Kepuasan Kerja Terhadap Kualitas Audit. Dalam penelitian ini yang

termasuk variabel independenya adalah Independensi, Pengalaman,


Pengetahuan, Due Profesional Care, Akuntanbilitas dan Kepuasan

Kerja dengan mengambil sampel dengan menyebar kuesioner pada

Kantor Akuntan Publik di Semarang Berdasarkan hasil dari penelitian

tersebut variabel indenpendensi dan akuntanbilitas berpengaruh

terhadap kualitas audit. Variabel kepuasan kerja, due profesional care,

pengalaman dan pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kualitas

audit.

8. Trihapsari dan Anisykurillah (2016) tentang Pengaruh Etika,

Independensi, Pengalaman Audit Dan Premature Sign Off Terhadap

Kualitas Audit. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel

independenya adalah Etika, Independensi, Pengalaman Audit Dan

Premature Sign Off dengan mengambil sampel dengan menyebar

kuesioner pada Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan dari penelitian tersebut variabel etika dan pengalaman

audit berpengaruh terhadap kualitas audit, dan independensi dan

premature sign off tidak berpengaruh terhadap kualitas audit

9. Badjuri (2011) tentang Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap

Kualitas Audit Auditor Independensi Pada Kantor Akuntan Publik

(KAP) Di Jawa Tengah. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel

independennya adalah Independensi, Pengalaman, Due Profesional

Care, Akuntanbilitas, dengan mengambil sampel pada Kantor Akuntan

Publik di kota Semarang dan Solo dengan menyebar kuesioner dan

menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil


penelitian tersebut kesimpulannya variabel Independensi,

Akuntanbilitas berpengaruh terhadap kualitas audit dan variabel

pengalam dan due profesional care tidak berpengaruh terhadap

kualitas audit.

10. Ilmiyati dan Suhardjo (2012) tentang Pengaruh Akuntabilitas Dan

Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Dalam penelitian ini

yang termasuk variabel independenya adalah Akuntabilitas Dan

Kompetensi Auditor dengan mengambil sampel pada Kantor Akuntan

Publik di Semarang dengan menyebar kuesioner. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut kesimpulannya Variabel akuntanbilitas dan

kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

11. Kurnia, Khomsiyah, dan Sofie (2014) tentang Pengaruh Kompetensi,

Independensi, Tekanan Anggaran Waktu, Dan Etika Auditor Terhadap

Kualias Audit. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel

independennya adalah Kompetensi, Independensi, Tekanan Anggaran

Waktu, Dan Etika Auditor dengan mengambil sampel pada Kantor

Akuntan Publik di Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

kesimpulannya variabel Kompetensi, Independensi, Tekanan

Anggaran Waktu, Dan Etika Auditor berpengaruh terhadap kualitas

audit.

12. Ningsih dan Yaniartha S (2013) tentang Pengaruh Kompetensi,

Independensi, Dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit.

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel independenya adalah


Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Time Budget Pressure

dengan mengambil sampel pada Kantor Akuntan Publik di Bali.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut kesimpulannya variabel

kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit,

sedangkan variabel time budget pressure tidak berpengaruh terhadap

kualitas audit.

13. Djatmiko dan Rizkina (14) tentang Etika Profesi, Profesionalisme,

Dan Kualitas Audit. Dalam penelitian ini yang termasuk Variabel

independennya adalah Etika Profesi, dan Profesionalisme dengan

mengambil sampel pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut kesimpulanny etika profesi dan

profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas menunjukan bahwa

penentu variabel sebagai pengaruh terhadap kualitas audit nampak berbeda

dan kelompok yang dijadikan objek penelitian juga berbeda-beda. Hal

tersebut yang mendasari untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Sehubungan dengan hal

tersebut dalam penelitian ini menggunakan beberapa faktor dari variabel-

variabel Tingkat Pengalaman Kerja, Profesionalisme, Independensi, dan

Kompetensi terhadap Kualitas Audit, maka dapat dibuat kerangka

konseptual dan rangkaian hipotesis sebagai berikut :


Gambar 2. I. Kerangka Teoritis

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

TINGKAT PENGALAMAN KERJA (X1)

PROFESIONALISME (X2)
KUALITAS
AUDIT
INDEPENDENSI (X3)

KOMPETENSI (X4)

D. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Tingkat Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Audit

Pengalaman bagi auditor dalam bidang audit berperan penting

dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian diperoleh auditor dari

pendidikan formalnya sehingga kualitas audit akan semakin baik

seiring bertambahnya pengalaman. Seorang auditor harus mempelajari,

memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip

akuntansi dan standar auditing yang diterapkan oleh organisasi profesi.

Penelitian Satyawati (2009) dalam Wiratama dan Budiartha

(2015) menemukan bahwa variabel pengalaman kerja berpengaruh

positif signifikan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu, Tingkat

Pengalaman Kerja auditor berperan penting dalam meningkatkan

pengetahuan dan keahlian terhadap kualitas audit. Berdasarkan

penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H1: Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap kualitas audit.


2. Pengaruh Profesionalisme terhadap Kualitas Audit

Profesionalisme auditor mengacu pada kemampuan dan

perilaku profesional. Kemampuan didefinisikan sebagai pengerahuan,

pengalaman, kemampuan beradaptasi, kemampuan teknis, dan

kemampuan teknologi, dan memungkinkan perilaku profesional

auditor untuk mencakup faktor-faktor tambahan seperti transparansi

dan tanggung jawab, hal ini sangat penting untuk memastikan

kepercayaan publik.

Penelitian Futri dan Juliarsa (2014)menemukan bahwa variabel

Profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas

audit. Oleh karena itu, Profesionalisme berperan penting dalam

meningkatkan kemampuan dan keahlian terhadap kualitas audit.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai

berikut:

H2 : Profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit.

3. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Independensi auditor merupakan salah satu faktor yang penting

untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Adapun tingkat

independensi merupakan faktor yang menentukan dari kualitas audit,

hal ini dapat dipahami karena jika auditor benar-benar independen

maka akan tidak terpengaruh oleh kliennya. Auditor akan dengan

leluasa melakukan tugas-tugas auditnya.


Penelitian Alim, dkk (2007) dalam Kurnia dan Khomsiyah

(2014) menemukan bahwa variabel independensi berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu jika semakin tinggi

Indepenndensi yang dimiliki oleh seorang auditor maka kualitas audit

akan semakin tinggi.Berdasarkan penjelasan di atas dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

4. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit

Kompetensi auditor adalah kemampuan auditor untuk

mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya

dalam melakukan audit sehingga auditor dapat melakukan audit

dengan teliti, cermat dan obyektif. Oleh karena itu, dapat dipahami

bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian

dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

Penelitian Ayuningtyas dan Pamudji (2012) dalam Oklivia dan

Marlinah (2014) menemukan bahwa variabel kompetensi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Oleh karena itu,

Kompetensi auditor yang terlihat dari ukuran pengetahuan dan

pengalaman dapat mempengaruhi kualitas audit Berdasarkan

penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

Anda mungkin juga menyukai