Aneka Jitbit Macro Recorder PDF Free
Aneka Jitbit Macro Recorder PDF Free
EDISI
JITBIT MACRO
RECORDER
MODUL PETUNJUK PENGGUNAAN
PRATINJAU
Aplikasi Jitbit Macro Recorder merupakan sebuah aplikasi yang dapat
mengulangi perintah pengguna secara otomatis sesuai dengan
pengaturan pengguna. Aplikasi ini memiliki antarmuka pengguna yang
cukup sederhana dan tepat guna. Aplikasi ini berintegrasi dengan sistem
operasi windows sehingga aplikasi dapat berjalan antar aplikasi yang
aktif pada jendela windows. Pengaturan dalam aplikasi ini tidak
menggunakan bahasa pemrograman yang membutuhkan pengetahuan
khusus. Aplikasi ini juga menyediakan layanan record untuk merekam
kegiatan pengguna menjadi sebuah pengaturan yang dapat digunakan
kembali.
1
selengkapnya…
3
1
1. File
New
Menu ini berfungsi untuk membuat fail skrip baru. Jalan pintas untuk
mengakses menu ini adalah dengan menekan tombol Ctrl+N.
Open...
Menu ini memiliki fungsi untuk membuka fail skrip yang telah disimpan.
Sesuai pada gambar, menu ini memiliki jalan pintas dengan menekan
tombol Ctrl+O.
Recent
Menu ini menampilkan daftar fail terakhir yang telah dibuka. Menu ini
memiliki jalan pintas dengan menekan tombol Ctrl+S
Save
Menu ini digunakan untuk menyimpan perubahan skrip yang
sebelumnya telah disimpan. Apabila menu ini digunakan pada fail skrip
baru, Menu ini akan berubah fungsi seperti menu Save as...
Save as...
Menu ini berfungsi untuk menyimpan skrip pada fail baru atau fail lama.
Compile to EXE...
Menu ini dapat digunakan untuk mengubah format fail menjadi ekstensi
EXE sehingga semua komputer yang belum terpasang Aplikasi Jitbit
Macro Recorder dapat menjalankan skrip pada fail tersebut.
Exit
Menu ini berfungsi untuk menutup aplikasi Jitbit Macro Recorder. Jalan
pintas untuk mengakses menu ini adalah dengan menekan tombol
Alt+F4.
2
3. View
Show “standard” toolbar
Menu ini berfungsi untuk menampilkan menu “standard” toolbar pada
antarmuka aplikasi Jitbit Macro Recorder.
Show “insert” toolbar
Menu ini berfungsi untuk menampilkan menu “standard” toolbar pada
antarmuka aplikasi Jitbit Macro Recorder.
4
5. Actions
Record
Menu ini digunakan untuk merekam kegiatan pengguna sekaligus
mengubah kegiatan tersebut menjadi serangkaian perintah pada
skrip. Menu ini memiliki jalan pintas dengan menekan tombol Ctrl+R.
Play
Menu ini digunakan untuk menjalankan serangkaian perintah skrip
yang disimpan pada suatu fail. Menu ini dapat diakses melalui tombol
Ctrl+P.
Record special
12
Play X times…
Menu ini digunakan untuk mengeksekusi perintah skrip pada
main screen yang dapat diatur jumlah pengulangan eksekusi
perintah skrip tersebut.
Play selection
Menu ini berfungsi untuk mengeksekusi perintah skrip yang
dipilih pengguna pada main screen.
Play FROM cursor to the end
Menu ini berguna untuk menjalankan perintah skrip dimulai
dari satu perintah skrip yang dipilih pengguna hingga urutan
terakhir.
Play TO cursor from the start
Menu ini memiliki fungsi untuk menjalankan perintah skrip
dimulai dari urutan paling awal sampai dengan satu perintah
skrip yang dipilih oleh pengguna.
Play AT cursor and move to the next (step-by-step)
Menu ini berfungsi untuk menjalankan perintah skrip satu per
satu.
Play all then start recording (append to existing)
Menu ini memiliki fungsi yang sama pada menu Recording,
yaitu mengeksekusi seluruh perintah skrip pada main screen
hingga selesai kemudian Aplikasi Jitbit Macro Recorder mulai
merekam kegiatan pengguna untuk diubah menjadi perintah
skrip.
13
7. Help
Help contents…
Menu ini berfungsi untuk menampilkan buku petunjuk berbahasa
Inggris yang dibuat oleh pengembang aplikasi Jitbit Macro Recorder.
Untuk mengakses buku petunjuk tersebut dibutuhkan jaringan
internet.
Online support…
Menu ini digunakan untuk meminta bantuan dari pengembang
aplikasi Jitbit Macro Recorder, diperlukan jaringan internet untuk
menjalankan menu ini.
About…
Menu ini memiliki fungsi untuk menampilkan profil pengembang
aplikasi Jitbit Macro Recorder.
Check for updates…
Menu ini digunakan untuk memeriksa versi terbaru dari aplikasi Jitbit
Macro Recorder.
14
Meskipun sejak kecil dididik dan dibesarkan di kalangan keluarga pamong praja, Sudirman
tidak mempunyai cita-cita menjadi pegawai pamong praja. Setelah tamat dari Wiro Tomo,
ia melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (sekolah guru) Muhammadiyah di Solo. Dalam
suasana pendidikan saat itulah benih-benih cintanya terhadap tanah air mulai tertanam.
Besar kemungkinan, keengganannya menjadi pamong praja didorong rasa bencinya
terhadap ketidakadilan pemerintah kolonial terhadap rakyat.
Kariernya berawal sebagai guru di HIS Muhammadiyah Cilacap, hingga diangkat menjadi
kepala sekolah. Akan tetapi sekolah tersebut kemudian ditutup oleh pemerintah Hindia
Belanda, baru pada pada masa pendudukan Jepang atas usaha Sudirman sekolah dibuka
kembali. Profesi sebagai guru ia tinggalkan saat mengikuti pendidikan perwira Peta
(pembela Tanah Air) di Bogor. Seusai pendidikan diangkat menjadi daidancho (komandan
Batalion Peta) di Banyumas. Perhatiannya terhadap anak buah sangat besar, sehingga
seringkali bersitegang dengan para pengawas Jepang untuk membela kepentingan
bawahannya. Sesudah Proklamasi (17 Agustus 1945), ia diangkat menjadi ketua BKR
(Badan Keamanan Rakyat) Banyumas; komandan Resimen I Divisi I TKR (Tentara
Keamanan Rakyat); komandan Divisi V (daerah Banyumas).
Pada tanggal 12-15 Desember 1945 Sudirman beserta anak buahnya berhasil
mengalahkan pasukan Sekutu di Ambarawa. Keberhasilan dalam pertempuran Ambarawa
(kemudian disebut Palagan Ambarawa) tersebut memberikan nilai lebih pada diri
Sudirman,
15
Saat Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948) Panglima Besar Sudirman memutuskan
untuk melancarkan perang gerilya, setelah sebelumnya menitipkan istri dan anaknya ke
Dalem Mangkubumen. Panglima Besar Sudirman seorang yang gigih dalam
mempertahankan identitas TNI. Hal itu tampak dalam protesnya terhadap naskah
persetujuan Roem Royen (7 Mei 1949). Dalam salah satu pernyataan delegasi Indonesia
pada naskah itu tertulis "pengikut-pengikut Republik yang bersenjata" bukan Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Hal itu ditentang oleh semua prajurit dan komandan gerilya di
medan pertempuran.
Pada awal Agustus 1949 terjadi krisis politik militer di Yogyakarta dan sesuai dengan
persetujuan Roem Royen, Presiden Soekarno mengeluarkan perintah gencatan senjata
pada tanggal 3 Agustus 1949. Padahal sehari sebelumnya Panglima Besar Sudirman
didampingi A.H. Nasution menghadap presiden untuk mempertahankan diteruskannya
perang gerilya. Pak Dirman merasakan kekecewaan yang mendalam, karena berdasarkan
pengalaman Belanda selalu melanggar gencatan senjata. Namun Presiden tetap pada
pendiriannya dan mengancam akan mengundurkan diri lebih dahulu dan mengikuti Pak
Dirman (selaku pimpinan APRI). Mengetahui hal itu jiwa besarnya tergugah dan
mengurungkan niatnya demi kelangsungan perjuangan dan untuk kepentingan nasional.
Kondisi kesehatan Pak Dirman sekembali dari perang gerilya semakin memburuk,
sehingga memutuskan untuk beristirahat di Pesanggrahan Militer Magelang. Pada tanggal
29 Januari 1950 Panglima Besar Sudirman meninggal dunia dan dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta. Pemerintah RIS kemudian mengumumkan
keputusan untuk menaikkan pangkat Letnan Jenderal Sudirman secara anumerta menjadi
Jenderal. Pangkat Pak Dirman pernah diturunkan menjadi letnan jenderal pada masa
Kabinet Amir Sjarifuddin (1948) karena penolakannya terhadap program reorganisasi dan
rasionalisasi (rera) di dalam tubuh TNI. Pada tahun 1979 dibangun Monumen Sudirman di
Magelang. Untuk mengenang jasa-jasanya, namanya diabadikan menjadi nama jalan
utama di Jakarta (dan juga kota-kota lain di Indonesia).