Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal jantung merupakan sekumpulan syndrome klinis yang ditandai dengan sesak
nafas dan keletihan (fatik) yang disebabkan kelaianan struktur atau fungsi jantung, sehingga
jantung tidak dapat memompa darah keseluruh tubuh untuk mencukupi kebutuhan jaringan
melakukan metabolisme (harrison, 2013; Saputra 2013). Klasifikasi menurut gejala dan
intensitas gejala yaitu gagal jantung akut dan gagal jantung kronik. Gagal jantung akut
timbul secara mendadak dan biasanya selama beberapa jam/hari, sedangkan gagal jantung
kronik berlangsung selama beberapa bulan sampai tahunan(nanda, 2010).
Gagal jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas di seluruh dunia
(goodman dan gilam, 2011). Lebih dari 80% kematian akibat kardiovaskuler terjadi di
Negara berpenghasilan rendah dan menegah (Yanchy, 2013). Berdasarkan riskesdas tahun
2013 prevalensi gagal jantung di Indonesia sebesar 0,3%. Penyebab gagal jantung dibagi
menjadi dua meliputi penyakit pada miokard (jantung koroner, kardiomiopati, miokarditis)
dan gangguan mekanis pada miokard (hipertensi, stenosis aorta, koartasio aorta), penyebab
pemicu kardiovaskuler ini dapat digunakan untuk menilai kemungkinan morbiditas
kardiovaskuler. Akibat bendungan di berbagai organ dan low output pada kasus gagal ginjal
akut gejala yg khas ialah edema paru, dyspnea, batuk disertai sputum, dan pada keadaan
yang sudah sangat berat akan terjadi syok kardiogenik bahkan sampai kematian atau henti
jantung (kabo, 2012). Kematian pasien dengan gagal jantung terjadi karena gagal jantung
progresif atau secara mendadak dengan frekuensi yang sama.
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan maalah kesehatan masyarakat dan
penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia, maka perlu dilakukan pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah secara berkesinambungan. Konsumsi obat dalam
jumlah banyak dan dalam jangka panjang mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien yang
buruk. Pentingnya terapi farmakologi dan non farmakologi dapat membantu meningkatkan
atau mempertahankan keadaan pasien dengan gagal jantung. Terapi farmakologi meliputi
obat drug related problems (DRPs) dan beberapa obat Angiotensin-converting enzyme
inhibitor (ACEI) dan non farmakologi meliputi posisi semi fowler pada pasien dengan
komplikasi sesak nafas dan meminimalkan aktifitas fisik pasien (Setiawati, 2012).
Pentingnya kombinasi dalam penatalaksanaan terapi gagal jantung perlu dimonotoring
dan diwaspadai dalam tindakan asuhan keperawatan. Hal ini melatarbelakangi dalam
pengelolaan pasien gagal jantung di ruang ICU RSUD Dr. Tjitrowardojo Kabupaten
Purworejo.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep terkait gagaj jantung secara umum meliputi definisi, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pathway dan penatalaksanaan gagal jantung.
2. Untuk mngetahui tindakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, analisis data,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
3. Untuk mengetahui evidence based nursing terkait penatalaksanaan dalam keperawatan
pada pasien dengan gagal jantung.

Anda mungkin juga menyukai