Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MT3203 LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL 3

Modul A
Pembuatan dan Karakterisasi Komposit

Oleh:

Farhan Adi Farrasandi


13716033

Kelompok 05
Fuja Apriyanto 13716021
Farhan Adi Farrasandi 13716033
Naufal Hanif Hawari 13716033
M. Iqbal Aufarafi U 13716052
Aisyah Rahma Giffari 13716061

Tanggal Praktikum 25 Februari 2019


Tanggal Pengumpulan Laporan 10 Maret 2019
Asisten (NIM) Tafryan Agsan Masera
(13715015)

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan teknologi di bidang material sudah semakin pesat.


Salah satu perkembangan material adalah lahirnya material komposit yang
sebenarnya sudah lama ada. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi
komposit menjadi kebutuhan yang penting dalam industry dan teknologi,
mengingat di zaman yang serba modern ini, orang membutuhkan sifat unggul dari
gabungan beberapa material.

Komposit pada saat ini telah banyak diaplikasikan secara luas, mulai dari
barang-barang rumah tangga, alat olahraga, hingga komponen yang membutuhkan
ketelitian tinggi seperti badan (fuselage) dari pesawat terbang, komponen kereta api
(rem blok dan lantai), pressure vessel, komponen kapal selam, komponen sepeda,
komponen mobil, sepatu olahraga, peluru, jembatan, terowongan, rumah, bahkan
komposit juga dapat diaplikasikan dalam pembuatan kaki palsu dan biomaterials
lainnya. Pada modul ini, akan dibahas metode pembuatan komposit sederhana dan
karakterisasi untuk memperoleh sifat-sifat dari komposit.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Membuat komposit dengan Teknik Wet Hand Lay Up dan Compression


Molding
2. Menentukan Teknik karakterisasi komposit, khususnya sifat mekanik
dengan metode uji tarik dan uji fraksi volume
3. Menentukan hubungan antara metode manufaktur dan fraksi volume
penyusun komposit dengan sifat mekanik yang dimiliki komposit

2
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Terminologi

Komposit didefinisikan sebagai dua macam atau lebih material yang


digabungkan atau dikombinasikan dalam skala makroskopis ( dapat terlihat
langsung oleh mata), sehingga menjadi material baru yang lebih berguna. Secara
umum, komposit terdiri dari 2 material penyusun, yaitu matriks dan serat. Matriks,
berfungsi untuk perekat atau pengikat dan pelindung filler (pengisi) dari kerusakan
eksternal.

Gambar 2.1.1 Jenis-jenis material komposit [1]

2.2. Jenis Komposit yang Digunakan

Umumnya, matriks yang digunakan dalam apikasi material komposit


berbahan dasar polimer, atau lebih dikenal sebagai PMC (Polymer Matriks
Composite) karena memiliki sifat yang lebih tahan karat, korosi dan lebih ringan.
Filler (pengisi), atau dikenal juga sebagai serat adalah komponen dari material
komposit yang berfungsi sebagai Penguat dari matriks. Filler yang umum
digunakan : carbon, glass, aramid, kevlar.

3
Dalam praktikum ini, serat yang digunakan umumnya adalah serat gelas
(glass fiber), sehingga komposit yang dibuat dikenal juga sebagai GFRP (Glass
Fiber Reinforced Plastic), terdiri dari serat gelas, baik serat yang sifatnya kontinyu
atau diskontinyu. Serat tersebut terkandung dalam matriks polimer dan GFRP
merupakan jenis komposit yang diproduksi dalam jumlah terbesar.
Diameter normal serat gelas berkisar antara 3 hingga 20 mmm. Serat gelas dipilih
sebagai serat pada komposit karena beberapa alasan:

1. Mudah ditarik menjadi serat kekuatan tinggi dari keadaan cair.


2. Dapat dibuat menjadi FRP dengan prosesnya yang ekonomis dengan
menggunakan berbagai teknik manufaktur komposit.

3. Sebagai serat, serat ini relatif kuat, dan dapat menghasilkan komposit yang
memiliki kekuatan spesifik sangat tinggi.

4. Ketika digabungkan dengan berbagai plastik, ia memiliki kelembaman kimia


yang dapat menjadikan komposit bermanfaat dalam berbagai lingkungan korosif.

Karakteristik permukaan serat gelas sangat penting karena cacat permukaan


yang sangat kecil sekalipun dapat mempengaruhi sifat mekanik pada komposit,
khusunya pada kekuatan tarik. Cacat permukaan mudah dikenali dengan cara
digosok antara permukaan dengan bahan keras lain periode waktu singkat
umumnya memiliki lapisan permukaan yang melemah yang mengganggu ikatan ke
matriks.

Serat yang baru ditarik biasanya dilapisi selama proses drawing dengan
ukuran, lapisan tipis suatu zat yang melindungi permukaan serat dari kerusakan
interaksi lingkungan yang tidak diinginkan. Ukuran ini biasanya dihilangkan
sebelum fabrikasi komposit dan diganti dengan coupling agent atau pelapis yang
menghasilkan ikatan kimia antara serat dan matriks. Ada beberapa batasan pada
material GFRP ini. Meskipun memiliki kekuatan tinggi, mereka tidak terlalu kaku
dan tidak dapat menunjukkan sifat kekakuan yang diperlukan untuk beberapa
aplikasi engineering (misalnya, sebagai struktural untuk pesawat terbang dan

4
jembatan). Sebagian besar bahan fiberglass terbatas pada suhu layanan di bawah
200 C (400F); pada suhu yang lebih tinggi, sebagian besar polimer mulai meleleh
(sudah diatas Tm). Temperatur kerja dapat diperpanjang hingga sekitar 300 C (575
F) dengan menggunakan leburan silika yang memiliki kemurnian tinggi untuk serat
dan polimer suhu tinggi seperti resin polimida. Banyak aplikasi fiberglass
composite yang sering ditemukan: komponen otomotif dan kelautan, pipa plastik,
wadah penyimpanan, dan lantai . Industri transportasi menggunakan peningkatan
jumlah plastik yang diperkuat serat gelas dalam upaya untuk mengurangi berat
kendaraan dan meningkatkan efisiensi bahan bakar[1].

2.3. Teknik Manufaktur

Untuk membuat CFRP, banyak metode Teknik manufaktur yang dapat


dilakukan. Dalam modul ini, berikut adalah 2 metode sederhana pembuatan
komposit berpenguat serat gelas yang dilakukan pada percobaan ini:

1. Wet Hand Lay Up

Resin diresapi dengan tenaga tangan tangan menjadi serat yang berupa
kain tenun, rajutan, dijahit atau diikat. Biasanya dilakukan dengan rol atau kuas,
dengan menggunakan impregnator jenis nip-roller untuk memaksa resin masuk ke
dalam kain dengan cara memutar rol dan bak resin. Laminat yang sudah jadi
tersebut dibiarkan curing di bawah kondisi atmosfer standar

Gambar 2.3.1 Skema metode Wet Hand Lay Up [2]

5
Pemilihan material penyusun:
Resin: epoksi, poliester, vinilester, fenolik.(diutamakan resin termoset)
Serat: umumnya menggunakan serat gelas

Keuntungan metode Wet Hand Lay Up:

i) Banyak digunakan selama bertahun-tahun.

ii) Prinsip paling sederhana dalam pembuatan komposit.

iii) Perkakas berbiaya rendah, jika digunakan resin curing pada suhu kamar.

iv) Pemilihan jenis material lebih bervariasi

v) Fraksi serat lebih tinggi, dan serat yang digunakan lebih panjang dibandingkan
dengan spray lay-up.

Kekurangan Wet Hand Lay Up:

i) Pencampuran resin, isi resin laminasi, dan kualitas laminasi sangat tergantung
pada keterampilan laminator. Laminasi kadar resin rendah biasanya tidak dapat
dicapai tanpa penggabungan jumlah void yang berlebihan.

ii) Pertimbangan kesehatan dan keselamatan dari resin. Berat molekul lebih rendah
dari resin lay-up tangan umumnya berarti bahwa mereka memiliki potensi untuk
menjadi lebih berbahaya daripada produk dengan berat molekul lebih tinggi.
Viskositas yang lebih rendah dari resin juga berarti bahwa resin dan serat memiliki
kecenderungan yang meningkat untuk menembus pakaian dll.

iii) Pembatasan konsentrasi styrene di udara ke level yang ditetapkan dari poliester
dan vinilester menjadi semakin sulit tanpa sistem ekstraksi yang mahal
iv) Resin harus memiliki viskositas rendah agar dapat dikerjakan dengan tangan.
Umumnya dapat menurunkan sifat mekanik / termal [3]

6
2. Compression Molding

Metode pencetakan komposit di mana bahan cetakan, umumnya dipanaskan,


pertama kali ditempatkan di rongga cetakan terbuka dan dipanaskan. Cetakan
ditutup dengan gaya atas atau bagian steker, tekanan diterapkan untuk memaksa
material penyusun komposit bersentuhan dengan semua bidang cetakan, sementara
panas dan tekanan dipertahankan sampai bahan cetakan telah mengalami curing.
Proses ini menggunakan resin thermoset dalam tahap pengerasan sebagian, baik
dalam bentuk butiran, massa seperti dempul, atau membentuk preform.

Gambar 2.1.2 Skema metode Wet Hand Lay Up [4]

Keuntungan metode Compression Molding:

• Tidak ada limbah materi plastik (tidak ada sistem runner atau gate)
• Tegangan internal yang minimum dalam komponen
• Proses dapat digunakan untuk komponen yang sangat berat
• Peralatan yang tidak begitu mahal

7
Kekurangan Compression Molding:

• Perkakas awal yang tinggi biaya produksinya


• Biaya mesin relative mahal
• Produk memiliki Batasan dalam hal dimensi

8
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Wet Hand Lay Up

Preform serat gelas dipotong sebesar 30 cm x


15 cm sebanyak 4 lembar

Areal density dihitung dan ditentukan jumlah


lembaran yang akan digunakan

Resin dicampur dengan katalis (1-2%w resin),


lalu diaduk rata

kertas mika diletakkan diatas papan tripleks


sebagai landasan

Serat gelas diletakkan diatas mika lalu dikuaskan


resin yang sudah diberi katalis dengan
menggunakan roller

Serat lainnya dilapisi secara bertahap (langkah


no. 4 diulangi)

Bagian atas dilapisi dengan mika

Komposit dibiarkan hingga curing

3.2. Compression Molding

9
Preform serat gelas dipotong dengan ukuran 30
cm x 15 cm sebanyak 4 lembar

Jumlah lembaran dan Areal density dihitung

Resin dicampur dengan katalis, lalu diaduk hingga


rata

Kertas mika diletakkan pada papan tripleks


sebagai landasan

Serat gelas diletakkan diatas mika, lalu


dikuaskan resin yang sudah diberi katalis

Bagian atas dilapisi dengan mika

Serat gelas ditekan dengan menggunakan alat


kompresi pada waktu dan tekanan yang
bervariasi

Komposit dibiarkan hingga cured sempurna

10
3.3. Uji Tarik

Massa total komposit diukur

Spesimen diletakkan pada grip uji tarik

Kecepatan penarikan diatur pada mesin


uji tarik sebesar 2 mm/menit

Beban dan pertambahan panjang


spesimen dicatat selama pengujian

Serat gelas diletakkan diatas mika, lalu


dikuaskan resin yang sudah diberi
katalis

Data dikonversi menjadi kurva


Tegangan dan Regangan

Perhitungan sifat mekanik

3.4. Uji Bakar

11
Massa total komposit dihitung sebelum
diuji bakar

Spesimen dimasukkan ke dalam oven


dengan temperatur 200 ℃ selama 1 jam
menggunakan crucible

Crucible berisi spesimen dipindahkan


ke tungku dengan temperatur 500℃
hingga seluruh matriks terbakar

Setelah matriks habis, sisa serat


kemudian ditimbang

Fraksi volume penyusun komposit


dihitung

12
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1. Data Praktikum


Jenis Serat : Serat Gelas

Jenis Matriks : Polyester

Jumlah Lapisan : 4 lapis

Tekanan : 25 bar (Compression Molding)

Dimensi Serat : 21 x 14 cm

Panjang : 21 cm

Lebar : 14 cm

Berikut merupakan data hasil uji tarik spesimen komposit yang telah dibuat

Tabel 4.1.1. Data hasil uji tarik spesimen

Spesimen Tebal Gauge Gauge Length Panjang F(N)


(mm) Length Awal Akhir (mm) (mm)
(mm)

WHLU 1 1,793 50 51,45 24,03 4800

WHLU 2 1,837 50 51,14 24,473 5600

WHLU 3 1,913 50 52,12 23,667 4875

CM 1 1,74 50 53,06 21,723 3800

CM 2 1,717 50 53,06 23,337 4550

CM 3 1,857 50 51,01 23,703 5150

13
Setelah dilakukan uji tarik, spesimen dapat diketahui densitas seratnya
melalui uji bakar. Berikut merupakan data massa dari 6 spesimen komposit (3
spesimen metode WHLU, dan 3 spesimen metode CM) sebelum dan sesudah
dibakar

Tabel 4.1.2. Data Hasil Uji Bakar Spesimen

Jenis Manufaktur Massa Kering Massa Setelah Densitas


(gr) Dibakar (gr) (gr/cm3)
WHLU 6,4128 3,375 2,319
CM 4,5939 2,8716 4,594

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Menentukan Regangan dari Tiap Spesimen Komposit

Penentuan regangan dapat ditinjau dari Gauge Length tiap spesimen,


dimana rumus untuk mencari regangan dapat dinyatakan sebagai berikut:

∆𝑙
𝑒=
𝑙
Contoh perhitungan: Spesimen 2 Compression Molding

3,06
𝑒=
50

𝑒 = 0,00612

14
Tabel 4.2.1. Data Regangan Spesimen

Gauge Length Gauge Length Regangan Regangan


Spesimen
Awal (mm) Akhir (mm) Spesimen Rata-rata

WHLU 1 50 51,45 0,029


WHLU 2 50 51,14 0,0228 0,0314
WHLU 3 50 52,12 0,0424
CM 1 50 53,06 0,0612
CM 2 50 53,06 0,0612 0,1426
CM 3 50 51,01 0,0202

4.2.2. Fraksi dari Komponen Komposit (Serat,Matriks,Void)

Berdasarkan Rule of Mixture, berlaku beberapa persamaan sebagai berikut:

Vf + Vm + Vvoid = 1 (asumsi)
𝑊𝑓 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙−𝑊𝑓
⍴𝑓
− ⍴𝑚
Vvoid = 1 - 𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
⍴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑊𝑚
⍴𝑚
Vm = 𝑊𝑓 (1−𝑊𝑓)
+
⍴𝑓 ⍴𝑚

𝑊𝑓
⍴𝑓
Vf = 𝑊𝑓 (1−𝑊𝑓)
+
⍴𝑓 ⍴𝑚

Dari keempat persamaan diatas dan data yang telah diperoleh, kita dapat mencari
nilai Vvoid, Vf, dan Vm

15
a. WHLU

3,375 6,4128−3,375
+
2,319 1,37
Vvoid = 1 - 6,4128 =0
2,319

3,375
2,319
Vf = 3,375 (1−3,375) = 0,456
+
2,319 1,37

Vm = 1 − 0,456

Vm = 0,544

b. CM

2,871 4,594−2,871

2,59 1,37
Vvoid = 1 - 6,4128 = 0
2,314

𝑊𝑓
⍴𝑓
Vf = 𝑊𝑓 (1−𝑊𝑓)
+
⍴𝑓 ⍴𝑚

16
4.2.3. Menentukan Kekuatan Tarik Maksimum Spesimen

Tabel 4.2.2.. Data hasil uji tarik spesimen

Gauge Gauge Luas Tegangan


Tebal Length Length Permukaan Tarik
Spesimen F(N) Rata Rata
(mm) Awal Akhir Rata-rata Maksimum
(mm) (mm) (mm) (MPa)

WHLU 1 1,793 50 51,45 43,086 4800


111,4051

WHLU 2 1,837 50 51,14 44,96 5600


124,5552 114,5492

WHLU 3 1,913 50 52,12 45,27 4875


107,6872
CM 1 1,74 50 53,06 37,798 3800 100,5344
CM 2 1,717 50 53,06 40,07 4550 113,5513 110,3593
CM 3 1,857 50 51,01 44,02 5150 116,9923

17
18
BAB V
ANALISIS DATA

Dari percobaan modul ini, terdapat 2 metode yang digunakan untuk


membuat komposit, yaitu metode manual Wet Hand Lay Up dan Metode
Compression Molding. Pembuatan Komposit dengan Wet Hand Lay Up
menggunakan tenaga manual/ dengan roll yang telah dilapisi oleh resin, sedangkan
Compression Molding, lapisan serat dan resin dimasukkan ke dalam mesin
kompresi untuk kemudian selanjutnya ditekan agar resin dapat menempel pada
preform, lalu keduanya ditunggu hingga curing.

Berdasarkan perhitungan, seharusnya void bernilai negative (dibawah 0),


namun diasumsikan void = 0 karena komposit yang dihasilkan masih tergolong
berat. Untuk hasil uji tarik, komposit dengan metode WHLU memiliki kekuatan
tarik yang lebih besar dibanding Compression Molding, ini disebabkan kekuatan
dari WHLU bergantung pada orang yang mengerjakan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Callister Jr, William D, 2009, Materials Science And Engineering An.


Introduction, 8th Edition, New Jersey : John Wiley & Sons, Inc,
2. Judawisastra, Hermawan. Slide Mata Kuliah Material Komposit.

3. https://id.wikipedia.org/wiki/Material_komposit

20
Tugas setelah praktikum

1. Ambil contoh sebuah komponen teknik (engineering component) yang terbuat


dari komposit (tidak harus FRP), jelaskan secara detail :

(a) Gambar komponen tersebut


(b) Nama dan penggunaan komponen
(c) Identifikasi jenis komposit
(d) Pembebanan yang diterima komponen
(e) Proses produksi komponen
(f) Sifat-sifat unggul komponen
(g) Tipikal modus kegagalan komponen

2. Jelaskan proses produksi serat yang anda pakai ketika praktikum!

Jawab

1. a,

21
b. Pipeline, mengalirkan fluida dengan jarak yang panjang, biasanya berupa migas
(minyak dan gas)
c. Termasuk Jenis FRP
d.

E Filament Winding
f. Tahan Korosi, Tahan Hot Crack, Umur Pakai komponen lebih lama

2. Sudah terdapat pada bab Teori Dasar

22

Anda mungkin juga menyukai