Makalah PPP ATG Kelompok 5-Keterampilan Merumuskan Program Pembelajaran Individual Anak Tunagrahita
Makalah PPP ATG Kelompok 5-Keterampilan Merumuskan Program Pembelajaran Individual Anak Tunagrahita
Oleh Kelompok 5 :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia serta kasih
sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah keterampilan pelaksanaan identifikasi anak
tunagrahita ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita,Nabi Muhammad SAW.
tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Jon Efendi, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah perspektif pendidikan dan pembelajaran anak tunagrahita.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahandan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan,
walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
BAB II ......................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 12
Kesimpulan ............................................................................................................................................. 13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang bermutu dalam praktek proses pembelajaran harus dapat memenuhi seluruh
kebutuhan peserta didik atau dengan kata lain proses pembelajaran berpusat pada pesert didik. Peserta
didik harus merasa nyaman, senang dan tidak tertekan ketika terlibat dalam kegiatan belajar.
Pembelajaran harus memberikan makna yang mendalam dan selalu diarahkan untuk tumbuh dan
kembang peserta didik menghargai lingkungan sehingga potensinya dapat berkembang secara
optimal. Pendidikan yang bermutu secara fungsional menghantarkan setiap individu untuk mampu
bertahan, berdaya saing, secara mandiri dalam kehidupan yang dinamis dan bergerak cepat penuh
persaingan. Di lain pihak praktik-praktik pendidikan khususnya layanan proses pembelajaran yang
selama ini banyak dilakukan, baru sebatas pada bagaimana peserta didik dibelajarkan untuk menerima
sejumlah materi guna memenuhi tuntutan program dan kurikulum yang telah ditetapkan, di mana
program pembelajaran dirancang sesuai dengan jadwal untuk memenuhi target-target yang sarat dan
ketat. Daya serap pembelajaran diukur melalui penilaian yang belum sepenuhnya mengukur
kompetensi peserta didik. Layanan pembelajaran belum banyak menyentuh kepentingan peserta didik
sebagai pembelajar, layanan pembelajaran belum memenuhi kekhasan serta keberagaman peserta
didik, yang berkaitan dengan kondisi fisik, kecerdasan, mental, emosional dan sosial. Padahal layanan
pendidikan yang bermutu telah menjadi komitmen, tanggung jawab dan kewajiban pemerintah
sekaligus hak setiap warga negara. Kondisi yang digambarkan tersebut menunjukkan adanya
kesenjangan antara tuntutan dunia pendidikan yang seharusnya di satu pihak dengan kondisi yang
sebenarnya terjadi pada tingkat layanan pendidikan dilain pihak. Kesenjangan ini akan lebih nampak
apabila dicermati layanan pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yang mencakup
pembelajaran untuk anak tunagrahita.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di atas maka rumusan masalahnya ialah:
C.Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah : pertama menjelaskan jenis dari program
pembelajaran individual bagi anak tunagrahita seperti dari segi ppi perkembangan,akademik,dan
fungsional.
BAB II
PEMBAHASAN
Penerapan program pembelajaran individual (PPI) pada peserta didik berkebutuhan khusus sangat
strategis, Rochyadi (2005) mengemukakan beberapa hal yang mendasari pengembangan program
pembelajaran individual (PPI) pada anak berkebutuhan khusus yaitu: (1) Anak berkebutuhan khusus
dalam belajar berbeda dengan anak normal, makin berat tingkat kecacatannya semakin komplek cara
belajarnya. Anak berkebutuhan khusus memerlukan modifikasi dan rentang waktu yang berbeda
dibandingkan dengan peserta didik yang normal. (2) Sekolah bertanggung jawab memberikan
keterampilan fungsional agar supaya siswa dapat mandiri. Dengan demikian, diharapkan sekolah
dapat mengajarkan keterampilan fungsional yang dibutuhkan siswa dalam menjalankan
kehidupannya baik di sekolah, di rumah dan di masyarakat. (3) Guru harus berhubungan dengan
orangtua peserta didik di dalam menjalankan program maupun evaluasi programnya. (4) Guru sangat
berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Guru juga harus dapat meyakinkan masyarakat
bahwa tujuan materi dalam program pembelajaran individual (PPI) dapat diterima: praktis, efektif,
dan manusiawi. (5) Anak berkebutuhan khusus membutuhkan pelayanan pendidikan dengan prinsip-
prinsip modifikasi perilaku.
Guru diharapkan mampu mengorganisir kegiatan belajar mengajar di kelas melalui program
pembelajaran. Program pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan satu unit atau kesatuan
kegiatan yang berkesinambungan dalam proses pembelajaran yang memiliki tujuan dan melibatkan
sekelompok orang (guru dan siswa) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kelas inklusi
tidak semua siswa bisa menyesuaikan program tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan, oleh
karena itu ada program tersendiri untuk anak yang berkebutuhan khusus. Program tersebut dinamakan
dengan PPI. Dalam pelaksanaannya, PPI mempunyai tim tersendiri meliputi: Kepala Sekolah, Guru
Umum, Guru Pengajar Khusus, Orang Tua Siswa, Tenaga Ahli dan siswa. Program Pembelajaran
Individual dirancang bukan untuk mengendalikan siswa secara keseluruhan, melainkan disesuaikan
dengan kondisi, karakter, dan kompetensi yang dimiliki siswa. Program Pembelajaran Individual yang
ada pada satu kelas inklusi belum tentu sama antara siswa satu dengan siswa lainnya. Misalkan siswa
yang autis, ADHD, tuna daksa, tunagrahita, lambat belajar dsb masing-masing memiliki PPI dengan
strategi dan penanganan yang berbeda-beda.
Langkah-Langkah Merumuskan PPI Menurut Kitano dan Kirby (1986) dalam Mulyono
Abdulrrahman (2005) ada lima langkah dalam merumuskan program pembelajaran individual: 1.
Membentuk tim PPI, tim penyusun PPI terdiri atas guru kelas, guru bidang studi, kepala sekolah,
Guru Pendamping Khusus (GPK), orang tua atau tenaga ahli lain yang ada dan terkait dengan kondisi
anak. Tim PPI ini bertanggungjawab atas program yang dirancang bersama. 2. Menilai kekuatan,
kelemahan, minat dan kebutuhan anak dari berbagai aspek perkembangan; emosi, sosialisasi, kognitif,
bahasa, fisik motorik dan lain-lain serta program khusus. 3. Mengembangkan tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. 4. Merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan, dan 5. Menentukan
metode evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menentukan kemajuan anak. Tujuan ppi
perkembangan ini adalah Untuk mengembangkan atau mengaktualisasikan kemampuan anak
tunagrahita baik fisik, intelektual, sosial, dan emosi agar anak mampu melakukan keterampilan hidup
sehari-hari di masyarakat tanpa banyak bantuan orang lain.
PPI (pprogram pembelajaran individual) merupakan suatu perangkat yang berisi mengenai program
yang akan diberikan kepada anak. Dalam PPI memang tidak ada format standar yang diberlakukan
tetapi pada prosesnya penyusunan PPI wajib dilakukan setelah asesmes dilakukan. Berikut ini
adalah contoh PPI
Identitas Siswa
Nama : WN Kelas : III
Tempat/tanggal lahir : tgl-bln-thn Alamat : Sukamaju
Usia : 14 Tahun Semester :
Ketunaan : Tunagrahita ringan Hasil test psikologis :
Tahun Ajaran :2018
-Program Pembelajaran
Fungsional dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Alasan pelaksanaan PPI itu penting bagi
ABK menurut Snell (1983), adalah: a) semua ABK masih memiliki potensi untuk belajar; 2) semua
ABK membutuhkan pembelajaran keterampilan, yang sesuai dengan kebutuhan kehidupan sehari-
hari di rumah dan di masyarakat; c) sekolah harus melaksanakan pembelajaran keterampilan
fungsional, sesuai kebutuhan individual;d) prinsip-prinsip pengembangan perilaku secara universal,
dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran; e) penilaian hasil belajar dilakukan secara informal
(tidak penilaian kriteria standar), lebih sesuai diterapkan untuk penilaian tingkah laku fungsional; dan
f) prosedur dan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan anak.
pembelajaran individual merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri. Model
pembelaran individual sangat mudah diterapkan oleh guru dalam PBM dikelas, karena pembelajaran
bukan lagi didominasi oleh guru, melainkan pada peserta didik sebagai sentral pembelajaran.
Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru akan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Kondisi
ini terjadi karena siswa bukan lagi dianggap sebagai obyek pembelajaran tetapi sebagai subyek
sekaligus sebagai sentral dalam proses belajar mengajar, siswa bukan hanya dapat mempelajari materi
pelajaran secara maksimal, tetapi juga secara otomatis melatih dan mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan sosial karena sebelum mengajar guru telah mengadakan pengukuran kemampuan siswa
dengan melakukan asesmen terhadap setiap siswa di kelas dan suasana selama pembelajaran
berlangsung akan menyenangkan dan bermakna melalui permainan yang disepakati bersama.
Ketrampilan dasarnya meliputi membaca, menulis, dan berhitung. Bagi anak luar biasa, ketrampilan
akademik dasar harus dirancang fungsional, artinya langsung dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari.
Pengajaran membaca, misalnya, dikaitkan dengan materi se-hari-hari seperti membaca menu
makanan, membaca tanda lalu lin-tas, resep obat, petunjuk penggunaan obat dsb. Pengajaran menulis
dikaitkan dengan pengisian berbagai formulir, menulis lamaran, membuat catatan. Sedangkan
pengajaran matematika berisi materi menghitung uang, berbelanja.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan materi diatas adalah:
Program pembelajatran individual dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus pada dasarnya ingin
memberikan pengalaman belajar kepada mereka sesuai dengan masalah dan kebutuhan masing-
masing individu. Melalui proses pembelajaran individual ini diharapkan anak akan dibelajarkan
secara optimal sesuai dengan karakteristik, dan kapasitas perkembangan mentalnya. Penerapan PPI
menjadi sangat penting artinya bagi kelangsungan proses belajar anakberkebutuhan khusus, Proses
pembelajaran yang semata-mata didasarkan kepada kurikulum, ternyata tidak menunjukkan hasil
yang sesuai dengan potensi dan harapan orang tua.. PPI diyakini dan banyak disepakati sebagai cara
untuk membelajarkan mereka secara tepat. Dalam menganalisis kebutuhan, hendaknya para pengelola
pendidikan termasuk guru, berorientasi kepada kecakapan hidup. Pendidikan berorientasi kecakapan
hidup pada dasarnya meliputi tiga unsur yaitu: Pertama; kecakapan generic (generic life skill) yang
meliputi dua aspek; yaitu kecakapan sosial (social skill) dan kecakapan personal (personal skill).
Kedua; Kecakapan akademik (academic skill). Ketiga; kecakapan vokasional (Vocasional skill).
DAFTAR PUSTAKA
Louk, M. J. H., & Sukoco, P. (2016). Pengembangan media audio visual dalam pembelajaran
keterampilan motorik kasar pada anak tunagrahita ringan. Jurnal Keolahragaan, 4(1), 24-33.
Mardiana, A., Muzakki, I., Sunaiyah, S., & Ifriqia, F. (2020). IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBELAJARAN
INDIVIDUAL SISWA TUNAGRAHITA KELAS INKLUSI. SITTAH: Journal of Primary Education, 1(2), 177-
192.
Amin, M.,1995. Ortopedagogik Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud, Ditjen Dikti, Proyek Pendidikan
Guru
Rochyadi & Alimin, 2005. Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak
Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Direktorat P2TK dan KPT.
https://paudpedia.kemdikbud.go.id/uploads/pdfs/Tampilan_Program_Pembelajaran_Individual_okb
gt_FA.pdf
Kertu, N. W., DANTES, D. N., & SUARNI, D. N. K. (2015). PENGARUH PROGRAM PEMBELAJARAN
INDIVIDUAL BERBANTUAN MEDIA PERMAINAN DAKON TERHADAP MINAT BELAJAR DAN
KEMAMPUAN BERHITUNG PADA ANAK KELAS III TUNAGRAHITA SEDANG SLB C1 NEGERI
DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia, 5(1).