Anda di halaman 1dari 12

BAB III

METODE PENGELOLAAN KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus

Studi kasus merupakan rancangan studi kasus yang mencakup

pengkajian satu unit kasus secara insentif, missal satu pasien, keluarga,

kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subyek cenderung

sedikit, jumlah variable yang diteliti sangat luas (Nursalam,2014). Studi

kasus memotret phenomena individual, situasi atau kelompok tertentu

yang terjadi dengan cara mengumpulkan informasi secara lengkap dengan

menggunakan prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang

ditemukan.

Pada rancangan studi kasus menguraikan desain yang dipakai pada

studi kasus. Menjelaskan desain studi kasus deskriptif yang dipilih untuk

studi kasus yang dilaksanakan. Rancangan yang digunakan adalah studi

kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah/fenomena dengan

batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan

menyeratkan sebagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu

dan tempat serta dipelajari berupa peristiwa, aktifitas atau individu.

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah

“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.A Dengan Gangguan Konsep Diri

Harga Diri Rendah Kronis Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggeleng Rt

01 / Rw 09 Kelurahan Nanggeleng Kecamatan Citamiang Kota

Sukabumi”.
3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus ini yaitu satu orang dengan “Asuhan

Keperawatan Jiwa Pada Tn.A Dengan Gangguan Konsep Diri Harga Diri

Rendah Kronis Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggeleng Rt 01 / Rw 09

Kelurahan Nanggeleng Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi”.

3.3 Fokus Studi

Fokus studi yang digunakan dalam kasus ini adalah 1 klien dengan

masalah keperawatan pada Tn.A Dengan Gangguan Konsep Diri Harga

Diri Rendah Kronis Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggeleng Rt 01 / Rw

09 Kelurahan Nanggeleng Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pernyataan yang menjelaskan istilah-

istilah kunci yang menjadi fokus studi kasus. Adapun definisi konsep yang

akan dipaparkan adalah definisi konsep diri, definisi harga diri rendah

definisi skizofrenia.

Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan

yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain ( Fajariyah,2012).

Konsep diri adalah gambaran konsep diri sebagai ide, perasaan dan

kepercayaan untuk mengenal dan siap berhubungan dan komunikasi


dengan orang lain serta berinteraksi dengan lingkungan. Kemudian

dikatakan juga bahwa konsep diri dapat diartikan cara individu

memandang dirinya secara utuh fisikal, mental, intelektual, sosial dan

spiritual (Dermawan dan Rusdi, 2013).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri

sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang hilang kepercayaan

diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal

diri (Yosep dan Sutini,2016). Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau

perasaan negatif terhadap diri sendri atau kemampuan klien, seperti tidak

berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama

dan terus menerus (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2016)

Skizofrenia adalah suatu psikois fungsional dengan gangguan

utama pada proses pikir serta disharmoni antara proses pikir,afek atau

emosi. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan

adanya penyimpangan yang sangat dasar dan adanya perbedaan dari

pikiran, disertai dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar.

Skizofrenia sering ditemukan pada lapisan masyarakat dan dapat dialami

oleh setiap manusia ( Sutejo, 2017 ).


3.5 Lokasi dan Waktu

1. Lokasi Pengelolaan Kasus

Pengelolaan kasus ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggeleng Rt 01 / Rw 09 Kelurahan Nanggeleng Kecamatan

Citamiang Kota Sukabumi

2. Waktu Pengelolaan Kasus

Pengelolaan kasus ini dilaksanakan selama 5 hari pada tanggal 30 Juni

2021 - 04 Juli 2021.

3.6 Pengumpulan Data

Sugiyono (2019) dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data

dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer,

dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta

(participant observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan

dokumentasi. Berdasarkan teori tersebut, maka teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam pengelolaan kasus ini adalah :

1.6.1 Observasi Partisipatif (Participant Observation)

Sugiyono (2019) dalam observasi ini, peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang

digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan

pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh

sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi


partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam

dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku

yang nampak.

Observasi yang dilakukan pada studi kasus ini yaitu penulis

melakukan pengamatan langsung pada klien melalui aktifitas yang

dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku klien. Perubahan

tersebut dapat terlihat saat dilakukan wawancara kepada klien.

Didapatkan hasil klien menunduk, kontak mata kurang, mata klien

melihat kebawah ataupun keatas, tidak berani menatap lawan

bicara saat penulis melakukan wawancara.

1.6.2 Wawancara Mendalam (in depth interview)

Sugiyono (2019) wawancara semi terstruktur (semi

structure interview) jenis wawancara ini sudah termasuk dalam

kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih

bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan

dari jenis wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan

secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti

perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan.

Wawancara yang penulis lakukan bertujuan untuk

memperoleh data. Hasil wawancara atau anamnesis yang telah

dilakukan penulis, didapatkan data berupa identitas klien, identitas


penanggung jawab, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan

fisik tanda-tanda vital, psikososial, status mental, kebutuhan

persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan

lingkungan, pengetahuan serta aspek medik. Sumber data yang

penulis dapatkan dari klien dan keluarga. Pada data sekunder

penulis mendapatkan data dari keluarga yaitu bibi klien. Dari data

bibi klien didapatkan data penanggung jawab dan data awal

terjadinya gangguan jiwa pada klien hingga saat ini.

1.6.3 Dokumentasi

Sugiyono (2019) studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan

lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh studi

dokumentasi.

Penulis melakukan studi dokumentasi dengan melihat,

mempelajari dan mencatat dari pengkajian sampai evaluasi dalam

bentuk asuhan keperawatan. Data yang didapat dari klien yang saat

ini mengalami harga diri rendah kronis ini yaitu pada data subjektif

mayor ditemukan klien merasa tidak berarti/tidak berharga yang

disebabkan oleh kurang kasih sayang orang tua, merasa

malu/minder karena saat ini belum bekerja. Data objektif mayor

ditemukan postur tubuh menunduk, kontak mata kurang dan

tampak lesu/ tidak bergairah. Pada data subjektif minor ditemukan


klien mengungkapkan keputusasaan karena klien merasa tidak ada

yang peduli lagi padanya terutama orang tuanya. Pada data objektif

minor pada klien ditemukan data klien menghindari orang lain dan

lebih senang menyendiri.

3.7 Analisa Data

1. Analisa data

Analisa data didasarkan pada data yang terkumpul dengan cara

wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Selanjutnya data

dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk

direkomendasikan dalam intervensi, hasil data yang terkumpul dalam

bentuk catatan lapangan di jadikan satu dalam bentuk transkrip dan

dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif untuk menunjang

penentuan masalah keperawatan.

Analisis data pada studi kasus menggunakan pendekatan PES

(Problem, Etiologi dan Simptom) yang di tuangkan dalam bentuk

bagan sedangkan pada pendekatan terapan digunakan analisis

deskriptif.

Analisa data yang didapatkan dari hasil pengkajian dengan klien

yang saat ini mengalami harga diri rendah kronis yaitu pada data

subjektif klien mengatakan merasa tidak berguna karena kurang kasih

sayang dari orang tua, tidak ada yang peduli lagi padanya, mengalami

penolakan lingkungan sehingga dijauhi teman-temannya, dan merasa


malu karena belum bekerja. Pada data objektif ditemukan klien tampak

tidak berani menatap lawan bicara, kontak mata kurang, postur tubuh

menunduk, tidak mampu memulai pembicaraan, tampak lesu, lebih

senang menyendiri, tampak mengungkapkan putus asa dan mempunyai

pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan. Sehingga pada data

tersebut didapatkan masalah keperawatan harga diri rendah kronis.

Selain itu terdapat masalah keperawatan lain yaitu halusinasi

penglihatan (R), resiko perilaku kekerasan, regimen teraupetik in

efektif dan koping individu tidak efektif.

2. Penyajian data

Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif

yang dipilih. Untuk studi kasus, data disajikan secara narasi dan dapat

disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang

merupakan data pendukungnya. Penyajian data juga dapat dilakukan

dengan tabel, gambar maupun bagan. Kerahasiaan dari klien dijamin

dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.

Dalam penyajian data penulis menggunakan dengan cara narasi

yang didapatkan dari ucapan verbal klien dan keluarga selain itu

penulis menggunakan tabel seperti yang ada pada analisa data,

intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

3. Kesimpulan

Kesimpulan dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara


teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan

dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data

pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan klien saat ini mengalami

harga diri rendah kronis yang ditandai dengan klien merasa tidak

berarti/tidak berharga yang disebabkan oleh kurang kasih sayang orang

tua, merasa malu/minder karena saat ini belum bekerja,

mengungkapkan keputusasaan karena klien merasa tidak ada yang

peduli lagi padanya terutama orang tuanya. tidak berani menatap lawan

bicara, kontak mata kurang, postur tubuh menunduk, tidak mampu

memulai pembicaraan, tampak lesu, lebih senang menyendiri. Penulis

merencanakan dan melaksakan strategi pelaksanaan pada klien dengan

membina hubungan saling percaya, mendiskusikan aspek positif dan

kemampuan yang dimiliki, membantu menilai aspek positif atau

kemampuan yang dapat dilakukan, membantu memilih aspek positif

atau kemampuan yang akan dilatih, melatih aspek positif atai

kemampuan yang dipilih, memberi pujian setiap kegiatan,

memfasilitasi untuk bercerita mengenai keberhasilan, membantu

membuat jadwal latihan, membantu menilai manfaat latihan yang

dilakukan. Didapatkan hasil evaluasi sesuai dengan tujuan dan kriteria

yang penulis cantumkan.

3.8 Etika Pengelolaan Kasus


Studi kasus dapat tidak memberikan dampak negative berupa

masalah etika dengan cara melakukan langkah-langkah antisipatif dengan

memenuhi beberapa prinsip etika penelitian salah satunya adalah

ijin/persetujuan. Pertimbangan etik dalam studi kasus dilaksanakan dengan

memenuhi prinsip the five right of human subject in research (Macnee,

2004) diantaranya adalah :

a. Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi atau mengundurkan diri.

Dalam hal ini penulis telah menerapkan hak otonomi pada klien yaitu

dengan memberikan kebebasan pada klien mengenai pelaksanaan yang

akan dilaksanakan dan sepenuhnya ditentukan oleh klien, mulai dari

menentukan waktu, berapa lama, tempat dan lain-lain.

b. Hak terhadap privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak

untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang

dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan

bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.

Dalam hal ini penulis telah menerapkan hak privacy dan dignity

dengan menghargai dan mentoleransi perbedaan yang ada pada klien

seperti perilaku, karakter, latar belakang dan lain-lain. Terkait privacy

ketika penulis melakukan pengkajian klien menyebutkan nama dan

panggilan yang disukai.


c. Hak anonymity dan confidelity, maka semua informasi yang didapat

dari klien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga informasi

individual tertentu bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien

juga harus dijaga kerahasiaan atau keterlibatannya.

Dalam hal ini penulis telah menerapkan hak anonymity dan confidelity,

dengan tidak mencantumkan nama responden dan hanya ditulis berupa

inisial nama klien pada lembar hasil penelitian yang disajikan.

Kerahasian data-data klien akan dijaga oleh penulis.

d. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hal yang

sama untuk dipilih atau terlibat dalam studi kasus tanpa deskriminasi

dan diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh

persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan

terhadap masalah yang muncul selama partisipasi.

Dalam hal ini penulis telah menerapkan hak terhadap penanganan yang

adil pada klien berdasarkan kriteria yang didapatkan dengan masalah

harga diri rendah kronis, kriteria yang ditemukan pada klien dengan

harga diri rendah kronis yaitu klien merasa tidak berarti karena kurang

kasih sayang dari orang tuanya, merasa malu karena belum bekerja,

mengungkapkan keputusasaan karena tidak ada yang peduli lagi

padanya, serta didapatkan postur tubuh menunduk, kontak mata

kurang, lesu, menghindari orang lain dan lebih senang menyendiri.

Penulis memberi lembar persetujuan / inform consent sebagai tanda

bahwa klien bersedia menjadi responden.


e. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan

kerugian mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan

peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk

meminimalkan bahaya dan kerugian serta memaksimalkan manfaat.

Dalam hal ini penulis telah menerapkan hal perlindungan klien dengan

menjaga keamanan data-data klien dan keluarga seperti identitas klien,

identitas keluarga, alamat dan lain-lain demi menjaga kerahasiaan

klien. Menjaga seluruh kerahasian klien terkait data-data klien atas

dasar untuk kepentingan kesembuhan klien bukan untuk eksploitasi

data klien.

Anda mungkin juga menyukai