Anda di halaman 1dari 4

KHALIK NST

P3K & PPHP

Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak (PPPK) dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) pada Pekerjaan Konstruksi

Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak (PPPK)

Bila kita membuka Juknis Perpres 70 tahun 2012 yaitu Perka LKPP 14 tahun 2012 Pada BAB III Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi
Bagian C Penandatangan Kontrak dan Pelaksanaan Kontrak Poin 2 Pelaksanaan Kontrak

Huruf e. Pemeriksaan Bersama

1) Apabila diperlukan,pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, PPK bersama-sama dengan Penyedia melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan bersama
dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan untuk setiap rencana mata pembayaran.

2) Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak atas usul PPK.

3) Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi Kontrak, maka
harus dituangkan dalam adendum Kontrak.

Huruf g. Perubahan Kegiatan Pekerjaan

1) Untuk kepentingan pemeriksaan, PA/KPA dapat membentuk Panitia/Pejabat Peneliti Pelaksanaan Kontrak atas usul PPK.

2) Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lokasi pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan
dalam dokumen Kontrak, maka PPK bersama Penyedia dapat melakukan perubahan, meliputi antara lain:

1. a) menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak;


2. b) mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;
3. c) mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lokasi pekerjaan; dan/atau
4. d) melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam Kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan;

3) Perubahan pekerjaan pada angka 2) berlaku untuk pekerjaan

yang menggunakan Kontrak Harga Satuan atau bagian pekerjaan yang menggunakan harga satuan dari Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga
Satuan.

4) Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada angka 2) dilaksanakan dengan ketentuan:

1. a) tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam perjanjian/Kontrak awal
2. b) tersedia anggaran untuk pekerjaan tambah.

5) Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh PPK secara tertulis kepada Penyedia kemudian dilanjutkan dengan negosiasi teknis dan harga dengan
tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam Kontrak awal.

6) Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara sebagai dasar penyusunan adendum Kontrak.

m. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

1) Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK atas pertimbangan yang layak dan wajar untuk hal-hal sebagai berikut:

1. a) pekerjaan tambah;
2. b) perubahan disain;
3. c) keterlambatan yang disebabkan oleh PPK;
4. d) masalah yang timbul diluar kendali Penyedia; dan/atau
5. e) Keadaan Kahar.

2) Waktu penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang sekurangkurangnya sama dengan waktu terhentinya Kontrak akibat Keadaan Kahar.

3) PPK dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan atas Kontrak setelah melakukan penelitian terhadap usulan tertulis yang diajukan oleh
Penyedia.

4) PPK dapat menugaskan Panitia/Pejabat Peniliti Pelaksanaan Kontrak untuk meneliti kelayakan usulan perpanjangan waktu pelaksanaan.

5) Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan dituangkan dalam adendum Kontrak.

Mengacu pada aturan yang lebih tinggi yaitu Perpres 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahan – perubahannya.

Pasal 8 ayat 2 huruf a : Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal diperlukan, PA dapat: menetapkan tim
teknis; dan/atau

Penjelasan pasal 8 ayat 2 huruf a : Yang dimaksud dengan tim teknis adalah timyang dibentuk oleh PA untuk membantu PA dalam pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa. Tim teknis antara lain terdiri atas tim uji coba, panitia/pejabat peneliti pelaksanaan Kontrak, dan lain-lain.

Pasal 87 :

Ayat 1 : Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi:
1. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak;
2. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;
3. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; atau
4. mengubah jadwal pelaksanaan.

Ayat 1a : Perubahan Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku untuk pekerjaan yang

menggunakan Kontrak Harga Satuan atau bagian pekerjaan yang menggunakan harga satuan dari Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan.

Ayat 2 : Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan:

1. tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam perjanjian/Kontrak awal; dan
2. tersedia anggaran untuk pekerjaan tambah.

Ayat 3 : Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan Kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak
lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia Barang/Jasa spesialis.

Ayat 4 : Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan
besarnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Dokumen Kontrak.

Ayat 5 : Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak.

Penjelasan pasal 87 ayat 5 : Masalah administrasi yang dimaksud dalam ayat ini antara lain pergantian PPK dan perubahan rekening penerima.

Pasal 91 ayat 6 : Setelah terjadinya Keadaan Kahar, para pihak dapat melakukan kesepakatan, yang dituangkan dalam perubahan Kontrak.

Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) pada Pekerjaan Konstruksi

Berpedoman pada Perpres 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan perubahan – perubahannya.

Pasal 1 angka 10 Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan
menerima hasil pekerjaan.

Pasal 7 ayat 1 Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia Barang/Jasa terdiri atas: a. PA/KPA; b. PPK; c. ULP/Pejabat
Pengadaan; dan d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Pasal 18 :

Ayat 1 : PA/KPA menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Ayat 2 : Anggota Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri maupun instansi lainnya.

Ayat 3 : Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (2), anggota Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD atau
Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dapat berasal dari bukan pegawai negeri.

Ayat 4 : Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;


2. memahami isi Kontrak;
3. memiliki kualifikasi teknis;
4. menandatangani Pakta Integritas; dan
5. tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau Bendahara.

Ayat 5 : Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk:

1. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
2. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/ pengujian; dan
3. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.

Ayat 6 : Dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa memerlukan keahlian teknis khusus, dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Ayat 7 : Tim/tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh PA/KPA.

Ayat 8 : Dalam hal pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a, dilakukan setelah
berkoordinasi dengan Pengguna Jasa Konsultansi yang bersangkutan.

Penjelasan Pasal 18

Ayat (1) – Apabila Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan lebih dari (satu), dibentuk Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.

Ayat (5) – Huruf a – Ketentuan dalam Kontrak mencakup kesesuaian jenis, spesifikasi teknis, jumlah,waktu, tempat, fungsi, dan/atau ketentuan
lainnya.

Pasal 95

Ayat 1 : Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Kontrak, Penyedia Barang/Jasa
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan pekerjaan.

Ayat 2 : PA/KPA menunjuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan.

Ayat 3 : Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melalui
PPK memerintahkan Penyedia Barang/Jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam
Kontrak.

Ayat 4 : Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Kontrak.

Ayat 5 : Khusus Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya:

1. Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya melakukan pemeliharaan atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam Kontrak,
sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan;
2. masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6 (enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga)
bulan; dan
3. masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.

(6) Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berakhir, PPK mengembalikan Jaminan Pemeliharaan/uang retensi kepada
Penyedia Barang/Jasa.

(7) Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan para pihak dalam Kontrak.

(8) Penyedia Barang/Jasa menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan pada saat proses serah terima akhir (Final Hand Over).

(9) Penyedia Barang/Jasa yang tidak menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
dimasukkan dalam Daftar Hitam.

Penjelasaan Pasal 95

Ayat (5)

Huruf a – Masa pemeliharaan pekerjaan harus diberikan waktu yang cukup, dengan memperhatikan sifat, jenis dari pekerjaannya.

Huruf b – Yang dimaksud dengan pekerjaan permanen adalah pekerjaan yang umur rencananya lebih dari 1 (satu) tahun.

Yang dimaksud dengan pekerjaan semi permanen adalah pekerjaan yang umur rencananya kurang dari 1 (satu) tahun.

Ayat (7) – Untuk pengadaan barang, para pihak mengikuti jangka waktu yang ditentukan oleh pabrik (garansi pabrikan).

Mari kita baca aturan turunan dari Perpres 54 tahun 2010 dan perubahannya yaitu Perka LKPP 14 tahun 2012

Juknis Perpres 70 tahun 2012 yaitu Perka LKPP 14 tahun 2012 Pada BAB III Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi Bagian C
Penandatangan Kontrak dan Pelaksanaan Kontrak Poin 2 Pelaksanaan Kontrak

o. Serah Terima Pekerjaan

1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus), Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan.

2) Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Penyedia. Apabila terdapat
kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan, Penyedia wajib memperbaiki/menyelesaikannya.

4) PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak dan diterima oleh
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

5) Dalam hal masa pemeliharaan tidak melewati akhir tahun anggaran, maka pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima perseratus)
dari nilai Kontrak, sedangkan yang 5% (lima perseratus) merupakan retensi selama masa pemeliharaan atau pembayaran dilakukan sebesar 100%
(seratus perseratus) dari nilai Kontrak dan Penyedia harus menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak.
6) Dalam hal masa pemeliharaan melewati akhir tahun anggaran, maka pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus perseratus) dari nilai Kontrak
dan Penyedia harus menyerahkan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak.

7) Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.

8) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan akhir pekerjaan.

9) PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah Penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan baik. PPK
wajib melakukan pembayaran sisa nilai Kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan Jaminan Pemeliharaan.

10) Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan sebagaimana mestinya, maka PPK berhak menggunakan uang retensi untuk
membiayai perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan jaminan pemeliharaan.

KOMENTAR 8 Komentar
KATEGORI Uncategorized

8 Tanggapan ke “P3K & PPHP”

Ady Oktober 24, 2016 pada 1:01 pm #


Kami ad kasus kontrak pengadaan bahan makanan. Napi…kami ada adendum karena jumlah napi bertambah otomatis stlah dihitung adendum
nilai kontrak di atas 10% apakah diperbolehkan

BALAS
khalik nst Oktober 25, 2016 pada 5:14 am #
Nilai kontrak hanya boleh bertambah 10%.

BALAS
khalik nst Oktober 25, 2016 pada 5:15 am #
Bila ada anggaran tambahan, silahkan di SPK kan atau dilelangkan, sesuai kebutuhan.

BALAS
Harsono November 29, 2017 pada 2:06 pm #
It is good for the beginner like me

BALAS
Aveka Februari 9, 2018 pada 12:18 am #
Apakah PPPK boleh merangkap sebagai PPHP?

BALAS
khalik nst Maret 4, 2018 pada 10:47 am #
Menurut kami sebaiknya jangan dirangkap.

BALAS
sujoko Oktober 15, 2019 pada 10:31 am #
Assalammualaikum wr wb, pak khalik mau tanya terkait panitia peneliti pelaksanaan kontrak jasa konsultansi ada nggak bentuk standar prosesnya
mulai dari awal hingga akhirnya, mksh pak

BALAS
khalik nst Oktober 28, 2019 pada 3:09 am #
Coba konsultasi sama Pak Mudji h p://www.mudjisantosa.net/

BALAS

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

BUAT SITUS WEB ATAU BLOG GRATIS DI WORDPRESS.COM.

Anda mungkin juga menyukai