Foto: Para Penguasa Giri Kedhaton dan perannya dalam penyebaran Islam ke kawasan timur Dari Sumbawa Sunan Prapen berpindah ke Bali, dimana ia mulai mengadakan perundingan- perundingan dengan Dewa Agung dari Kerajaan Klungkung, Namun usaha ini tidak berhasil kemudian kembali ke Giri Kedhaton pada 1545. Bahkan, di akhir kekuasaan Sunan Dalem yang wafat pada 1546 dan digantikan oleh sang kakak Sunan Sedo Margi yang berkuasa hanya dua tahun setelah wafat dalam suatu perjalanan ke Pasuruan pada 1548. Pada 1548 Sunan Prapen berkuasa di Giri Kedhaton dan mengembalikan kebesaran Giri di tanah Jawa. Pasca wafatnya Sultan Trenggono pada 1546 dalam suatu ekspedisi militer ke Pasuruan terjadilah kekacauan di Demak. Banyak wilayah yang melepaskan diri dari kekuasaan Demak. Pada 1549, sebagai simbol kebebasan dari belenggu Demak, Sunan Prapen membangun sebuah kedaton baru di Giri, menggantikan kedaton milik kakeknya yang dibangun pada 1488. Sunan Prapen sosok raja Islam yang komplet. Ia adalah seorang Raja Pandita, pendakwah (penyebar ajaran Islam), seorang Empu pembuat senjata serta seorang Pujangga besar. Beliau berhasil mengembalikan kewibawaan Giri Kedhaton dimata para penguasa Jawa lainnya dengan melantik para Sultan dari Jawa dan luar Jawa serta menjadi juru damai dalam banyak konflik diantara mereka. Pasca terjadinya konflik antara Jipang-Pajang sebagai pewaris tahta Demak, Sunan Prapen menjadi mediator antara Mas Karebet/Jaka Tingkir putra menantu Sultan Trenggono dengan para bupati di wilayah Jawa Timur pada tahun 1568. Berkat usaha Sunan Prapen, akhirnya semua bupati di Jawa Timur, mengakui kedaulatan Pajang, sebagai kelanjutan kedaulatan Demak. Sunan Prapen kemudian melantik Sultan Hadiwijaya menjadi Sultan Pajang menggantikan kekuasaan Kesultanan Demak Bintoro di tanah Jawa pada 1568. Selanjutnya dalam konflik koalisi Pajang-Demak yang dipimpin Arya Pangiri, putra menantu Sultan Hadiwijaya melawan koalisi Mataram-Jipang yang dipimpin Sutawijaya-Benawa berakhir dengan kekalahan Pajang-Demak. Sunan Prapen kembali merestui penobatan Danang Sutawijaya sebagai penguasa Mataram di Kotagede menggantikan kekuasaan Pajang. Banyak penguasa Jawa menganggap Sunan Prapen seorang alim yang bijak. Diceritakan dalam Serat Kandha, Sunan Prapen juga menjadi juru damai peperangan antara Panembahan Senopati, penguasa Mataram dengan Jayalengkara Bupati Surabaya pada 1588 karena penolakan para bupati Jawa Timur tersebut terhadap kekuasaan Mataram. Saat itu Giri Kedhaton oleh Sunan Prapen dijadikan sebagai tempat berlindung bagi para Adipati Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terdampak pertempuran tersebut. Sejak saat itulah Sunan Prapen karena karomah dan kewibawaanya hampir selalu menjadi pelantik atau pemberi restu kepada raja Islam yang naik tahta di Pulau Jawa yang menjadi kerajaan bawahan Mataram maupun sejumlah Kesultanan di wilayah Indonesia Timur seperti di Pulau Kalimantan, Lombok dan Maluku. Sehingga petinggi VOC saat itu menyatakan kalau Sunan Prapen bertindak seperti Paus penguasa Tahta Suci Vatikan yang juga memberikan restu dan berkah kepada raja-raja di Eropa. Di samping kewibawaanya tersebut, Sunan Prapen juga merupakan seirang pujangga besar di masanya. Dia lah yang menggubah kitab Asrar dan kemudian digunakan sebagai dasar menyusun Jangka Jayabaya oleh Mapanji Sri Aji Jayabaya dari Kediri yang diteruskan oleh Oangeran Wijil l dan pujangga besar dari Surakarta Raden Ngabehi Ronggowarsito. Selain itu, Sunan Prapen juga dikenal sebagai empu atau pembuat keris. Karyanya yang terkenal di bidang pembuatan keris adalah keris Angun-angun. Konon Sunan Prapen hidup hingga mencapai usia lebih dari 100 tahun. Menurut penuturan pelaut Belanda Olivier van Noort, ketika singgah di Gresik pada 1601, dia mendengar bahwa daerah itu dipimpin oleh seorang tua berusia 120 tahun dengan para istrinya yang setia mendampinginya. Sunan Prapen diperkirakan wafat pada bulan Syawwal 1605. Tahta Giri Kedhaton diwariskan kepada putra sulungnya Panembahan Pangeran Kawis Guwo (1605-1616). Makam Sunan Prapen terletak di desa Klangonan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik sekitar 200 meter barat makam Sunan Giri. sekitar 100 meter jaraknya dengan makam Sunan Giri. Bentuk makamnya cukup panjang yang berada di dalam bangunan bercungkup terbuat dari kayu jati dan menyerupai makam-makam kuno. Kondisinya masih asli dan terlihat nampak megah dengan undak-undakan yang cukup tinggi, mirip makam raja-raja Mataram di Imogiri. Makam tersebut tidaklah seperti makam Sunan Giri yang banyak dikunjungi peziarah dari berbagai penjuru nusantara. Hanya sebagian orang yang menyempatkan diri untuk berziarah. Mereka itu biasanya peziarah yang suka lelaku tirakat atau para ahli suluk dari berbagai aliran tarekat. Alasannya, kalau melakukan lelaku dan berzikir di makam Sunan Prapen akan menuai ketenangan dan tidak terganggu kedatangan orang lain, sehingga dapat melakukan do’a dengan khusuk dan hikmat. Suasana yang demikian itu, menjadikan orang-orang yang melakukan ziarah kerasan. Tidak heran kalau banyak yang menginap selama beberapa hari tinggal di sekitar makam. Hal tersebut dilakukan karena merasakan seperti rumahnya sendiri dan suasananya menyerupai kehidupan jaman lampau.
Sumber: Jadikan Kesultanan Giri Pusat Peradaban Islam http://penerbit-menara-madina.blogspot.com/.../sunan... Menelusuri Penyebaran Islam di Lombok dari Buku Karya Dr Jamaluddin (1) https://lombokpost.jawapos.com/.../menelusuri-penyebaran.../ Ziarah Makam Wali (3): Sunan Giri di Gresik Baca selanjutnya: https://ganaislamika.com/ziarah-makam-wali-3-sunan-giri.../ https://ganaislamika.com/ziarah-makam-wali-3-sunan-giri.../ Hikayat Sunan Prapen https://historia.id/.../hikayat-sunan-prapen-DnML7/page/2 Tokoh Penyebar Awal Islam Di Bali: Klungkung, Badung, Denpasar, Buleleng dan Tabanan https://www.aswajadewata.com/tokoh-penyebar-awal-islam.../ Sunan Prapen, Penyebar Islam di Tanah Lombok https://apahabar.com/.../sunan-prapen-penyebar-islam-di