Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH TERAPI MASASE TERHADAP NYERI OTOT GASTROCNEMIUS PADA

ATLET FUTSAL DI CLUB FUTSAL IKMAWAN MALANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Matakuliah Metode Penelitian

DISUSUN OLEH:

JEPRI DAUS

1801100487

Kelas: proxima

SEKOLAH TINGGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Nyeri merupakan gangguan otot yang sering terjadi pada banyak masyarakat di
Indonesia baik laki-laki maupun perempuan. Seperti yang banyak dialami oleh banyak
masyarakat di indonesia rasa nyeri atau pegal yang sering timbul di otot gastrocnemius
(betis) sangatlah mengganggu aktivitas sehari-hari. Rasa sakit yang timbul di wilayah
tersebut dapat menjadi rasa sakit yang tidak biasa seperti rasa nyeri berdenyut, atau
kesemutan dan ketidak nyamanan tersebut dapat terjadi akibat dari cidera,trauma berjalan
berlebihan dan olahraga yang terlalu berat porsinya (Lukman, 2009). Nyeri otot dapat
melibatkan lebih dari satu otot serta dapat melibatkan ligamen, tendon dan fascia, serta
jaringan lunak yaringan lunak yang menghubungkan otot, tulang dan organ. Penyebab
yang paling sering adalah tekanan, stres, kelelahan dan trauma ringan. Sedangkan nyeri
pada kaki dapat disebabkan oleh pemakaian sepatu yang tidak tepat yang mengakibatkan
trauma pada sendi, tulang, otot, ligamen, tendon atau jaringan lunak. Beberapa nyeri kaki
dapat disebabkan permasalahan pada tulang belakang atau aliran darah (Linda J. Vorvick,
2015) Myalgia atau disebut juga Nyeri otot merupakan gejala dari banyak penyakit dan
gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah atau
otot yang terlalu tegang. Myalgia yang terjadi tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan
oleh infeksi virus. Myalgia yang berlangsung dalam waktu yang lama menunjukkan
myopati metabolik, defi siensi nutrisi atau sindrom fatigue kronik (Koes Irianto,2014).
Menurut Mc. Ree Noble (2003: 357) Masase lahir di China 5000 tahun yang lalu,
dengan perkembangan zaman masase sampai di Indonesia dari zaman kerajaan Hindu
dan Budha, ditandai berbagai peninggalan candi dengan berbagai relief (Dwi Hatmisari
Ambarukmi dkk, 2010: 4). Terapi masase telah diketahui dan digunakan sejak zaman
dahulu sebagai media dalam penyembuhan pasien dan meningkatkan kesehatan. Seiring
berjalannya waktu terapi masase dianggap sebagai salah satu kebutuhan yang masuk
dalam terapi fisik, digunakan untuk berbagai macam pemulihan kebugaran, mengatasi
kelelahan hingga pemulihan cedera. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan (Satia
Graha, 2012: 11) dalam bukunya mengungkapkan, terapi masasse adalah salah satu
metode atau cara untuk membantu seseorang yang mengalami kelelahan, cedera ataupun
perawatan tubuh dengan melakukan sentuhan tangan pada kulit untuk mengurangi
ketegangan otot, memposisikan persendian pada tempatnya dan membantu memperlancar
peredaran darah pada anggota tubuh sehingga terasa bugar nyaman dan mengurangi
proses peradangan.
Masase frirage berasal dari kata, Masase yang artinya pijatan dan frirage yaitu
gabungan teknik masase atau manipulasi dari friction (gerusan) dan efflurage (gosokan)
yang dilakukan secara bersamaan dalam melakukan pijatan hanya menggunakan ibu jari
untuk memasasenya. Metode masase frirage yang bertujuan merawat cedera ringan yang
mengalami cedera seperti terkilir pada persendian dan kontraksi otot, perawatan tubuh,
perawatan bayi. Manipulasi dalam masase frirage menggunakan 4 cara yaitu manipulasi
friction, efflurage, traction (tarikan), dan reposition (reposisi) (Ali Satia Graha, 2012:
80). Seperti yang dijelaskan dibawah ini:
a. Manipulasi friction adalah manipulasi dengan cara menggerus.Tujuannya adalah
menghancurkan myogilosis yaitu timbunan dari sisa-sisa pembakaran yang terdapat
pada otot dan menyebabkan pengerasan serabut otot.
b. Manipulasi efflurage adalah menggunakan ibu jari untuk menggosok daerah tubuh
yang mengalami kekakuan otot. Tujuan dari manipulasi efflurage adalah untuk
memperlancar peredaran darah.
c. Traction (tarikan) adalah dengan menarik supaya ada peregangan pada bagian sendi
yang nantinya akan dilakukan reposisi.
d. Reposition (reposisi) adalah memposisikan bagian tubuh yang mengalami cedera
khususnya pada sendi ke posisi semula.

Pada laporan kerja lapangan di Rumah SakitmJa’far Medika Karanganyar, 140


dari 585 pasienm mengeluhkan nyeri otot kaki. Sedangkan laporan kerja lapangan di
Klinik dr Idra Wonogiri 10 dari 83 pasien mengeluhkan nyeri otot kaki (Puput
Mustikasari, 2015).
Hasil observasi di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pencak Silat Universitas
Negeri Yogyakarta pada bulan Desember 2017 diketahui bahwa, (1) Dari jumlah warga
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pencak Silat sebanyak 50 pesilat yang masih aktif
latihan maupun tidak aktif latihan, terdapat 15 orang pesilat yang mengalami keluhan
pergelangan kaki dan otot gastrocnemius. (2) Penyebab dari terjadinya cedera pada
pesilat di UKM adalah kesalahan gerakan yang diulang-ulang pada saat latihan, cedera
yang terjadi pasca pertandingan, serta kurangnya pemanasan dan pendinginan. (3) Sekian
banyak pesilat yang mengalami cedera tersebut, hanya ada beberapa pesilat yang
melakukan terapi, baik terapi masasse maupun terapi tradisional lainnya. (4) Pesilat yang
mengalami cedera, belum pernah melakukan terapi masasse dengan terapi latihan.
Dari permasalahan tersebut di atas, maka dengan ini penulis tertarik untuk
melakukan penelitian secara ilmiah mengenai pengaruh terapi masase terhadap nyeri otot
gastrocnemius pada atlet futsal di Club Futsal Ikmawan Malang
1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ adakah pengaruh terapi masase
terhadap nyeri otot gastrocnemius pada atlet fusal di Club Futsal Ikmawan Malang “

1.3 TUJUAN
1.3.1 TUJUAN UMUM

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi


masase terhadap nyeri otot gastrocnemius pada atlet fusal Di Club Futsal
Ikmawan Malang

1.3.2 TUJUAN KHUSUS


1. Untuk menidentifikasi nyeri otot gastrocnemius pada atlet fusal di Club Futsal
Ikmawan Malang sebelum dilakukan terapi masase
2. Untuk menidentifikasi nyeri otot gastrocnemius pada atlet fusal di Club Futsal
Ikmawan Malang setelah dilakukan terapi masase
3. Untuk menidentifikasi nyeri otot gastrocnemius pada atlet fusal di Club Futsal
Ikmawan Malang sebelum dan setelah dilakukan terapi masase

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
pada di Club Futsal Ikmawan Malang tentang cara mengurangi nyeri dengan
terapi masase

1.4.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan


menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh terapi masase terhadap nyeri otot
gastrocnemius pada atlet fusal Di Club Futsal Ikmawan Malang
1.4.3 Bagi institusi pendidikan
Hasil dari penelitian ini di harapkan menjadi referensi bagi mahasiswaselanjutnya
dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh terapi relaksasi
terhadap nyeri otot gastrocnemius. Hasil penelitian ini juga bias di gunakan
sebagai referensi di perpustakaan STIKES KENDEDES MALANG

1.4.4 Bagi institusi kesehatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan bahan masukan data dan
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai terapi komplementer dalam
meningkatkan derajat kesehatan

1.4.5 Bagi masyarakat


Sebagai bahan informasi mengenai pengaruh terapi masase terhadap nyeri otot
gastrocnemius pada atlet fusal Di Club Futsal Ikmawan Malang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Terapi Masase


2.1.1 Pengertian Terapi Masase
Pengertian terapi menurut poerwadarminto (2007: 1258), adalah suatu
usaha untuk mengobati suatu penyakit atau mengembalikan kondisi seseorang
setelah mengalami kelainan tertentu. Dari makna diatas dapat di definisikan
sebagai berikut, bahwa terapi adalah sebagai suatu usaha penyembuhan yang
dilakuakan secara terprogram dan sistematis melalui suatu proses identifikasi,
analisis, diagnosa, penyusunan layanan, evaluasi serta tindak lanjut sebagai
rekomendasi layanan.
Kata massage berasal dari bahasa arab, yaitu mash yang berarti “ menekan
dengan lembut”, atau dalam bahasa yunani, massien yang berarti “memijat dan
melulut”, dalam bahasa indonesia, massage diserap menjadi masase. Jadi masase
adalah suatu perbuatan dengan tangan pada bagian-bagian yang lunak dengan
prosedur manual atau mekanik yang dilaksanakan secara metodis dengan tujuan
menghasilkan efek fisiologis bagi tubuh. Teknik dan metode masase memiliki
bermacam-macam sehingga gerakan masase harus disesuaikan bentuk struktur
jaringan dan organ tubuh.
Terapi masase merupakan manipulasi yang baik dengan menggunakan alat
maupun tanpa alat pada jaringan-jaringan tubuh. Terapi masase dapat dilakukan
sendiri atau dengan bantuan orang lain. Masase berpengaruh pada sistem saraf,
otot dan sirkulasi darah. Masase merupakan penanganan yang positif pada tubuh
untuk memperlancar peredaran darah serta membantu penyembuhan bagian gerak
tubuh yang mengalami cedera, karena dapat membantu mengurangi perlekatan
diantara serat-serat otot dan membantu memindahkan timbunan cairan serta
memperlancar peredaran darah. (Graha dan Priyonoadi, 2009: 24).
Berdasarkan pernyataan di atas yang berkaitan dengan terapi masase yang
telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa terapi masase dapat digunakan untuk
relaksasi dan pengobatan atau terapi baik dalam penanganan gangguan peredaran
darah, kelelahan atau penanganan pasca cedera dan gangguan musculoskeletal
agar kembali pulih dan sehat. Dalam perkembangannya masase dapat dibedakan
menjadi beberapa macam di antaranya (Priyonoadi,2008: 5):
a. Sport massage adalah masase yang khusus diberikan kepada orang yang sehat
badannya, terutama olahragawan karena pelaksanannya memerlukan
terbukanya hampir seluruh tubuh. Tujuan sport massage adalah:
1. Memperlancar peredaran darah.
2. Merangsang persarafan terutama saraf tepi untuk meningkatkan kepekaan
rangsang.
3. Meningkatkan ketegangan otot dan meningkatkan kekenyalan otot untuk
meningkatkan daya kerja otot.
4. Mengurangi atau menghilangkan ketegangan saraf dan mengurangi rasa
sakit.
b. Segment massage adalah masase yang ditujukan untuk membantu
penyembuhan terhadap gangguan atau kelainan-kelainan fisik yang disebabkan
oleh penyakit tertentu. Ada beberapa macam segment massage salah satunya
adalah terapi masase
c. Cosmetic massage adalah masase yang khusus ditujukan untuk memelihara
serta meningkatkan kecantikan muka serta keindahan tubuh berserta
bagianbagiannya.
d. Macam masase yang lain: misalnya massage untuk merangsang jantung, erotic
massage, sensuale-massage, shiatsu massage serta bentukbentuk masase yang
lain.

2.2 Konsep Ketegangan Otot


2.2.1 Pengertian ketegangan otot
Ketegangan otot merupakan kontraksi involunter mendadak suatu
kelompok otot atau lebih yang meliputi kram dan kontraktur (Haight, 2005: 1064).
Pada dasarnya ketegangan otot merupakan tahap awal atau gejala awal dari
berbagai penyakit seperti adanya kram otot, nyeri otot,dan lain-lain. Tanda dan
gejala kram dan rasa nyeri mempunyai keterkaitan yang sangat erat
twrhadapketegangan otot yaitu adanya rasa nyeripada bagian yang mengalami
spasme, ketegangan pada otot, kelemahan serta perasaan ketidaknyamanan
laiannya

2.2.2 Mekanisme ketegangan otot


Mekanisme ketegangan otot diawali dengan adanya kontraksi otot yang
berlebihan tanpa adanya suatu relaksasi atau istirahat. Umumnya terjadi karena
adanya kelelahan dan ketegangan pada bagian otot. Ketegangan otot dapat
menyebabkan rasa sakit yang dapat membatasi pergerakan kelompok otot
tertentu sehingga menyebabkan rasa nyeri. Stratemeier et al.,(2014: 80)
Mengatakan ketegangan otot terjadi karena kontraksi otot yang secara terus
menerus sehingga mengakibatkan keruskan pada serabut otot.
Ketegangan otot disebabkan oleh posisi sikap yang tegang dan konstan
serta berulang-ulang pada posisi yang sama sehingga akan terjadi pemendekan
otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak terlepas
dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang kurang fisiologi (Hayek et al. 2009:
868). Pada struktur yang normal, kontraksi otot mengurangi beban pada ligamen.
Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamen yang kurang elastis akan
menerima beban yang lebih berat (Stratemeier et al., 2014: 79). Rasa nyeri
timbul karena adanya iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada
capsula.
Ketegangan otot disebabkan karena adanya gerakan yang di lakukan
secara tiba-tiba yang menyebabkan jaringan otot belum siap dan sebelumnya
masih dalam kondisi yang tegang, kaku dan kurang pemanasan. Ketegangan otot
memberikan gejala yang khas, yaitu dengan adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus
menambah kontraksi. Ketegangan otot yang tidak diatasi mampu menimbulkan
dampak yang berbahaya seperti kerusakan jaringan disekitarnya dan
menyebabkan robek (Bailey, 2011: 3)
2.3 Kelelahan Otot
2.3.1 Pengertian kelelahan otot
Kelelahan otot merupakan ketidakmampuan otot untuk berkontraksi dan
memetabolisme bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengeluaran
kerja yang sama. Hal tersebut menjadi sebab berkurangnya energi pada kelelahan
otot.
Menurut Santoso (2011: 30) mengatakan bahawa kelelahan otot adalah
suatu kondisi yang dihasilkan dari kontraksi otot yang kuat dan berkepanjangan.
Kelelahan otot disebabkan oleh menurunnya kekuatan otot itu sendiri, kondisi
fisik serta menurunnya kepercayaan diri
2.3.2 Faktor penyebab kelelahan otot
Kelelahan (fatigue) adalah suatu fenomena fisiologis, suatu proses
terjadinya keadaan penurunan toleransi terhadap kerja fisik. Penyebabnya sangat
spesifik bergantung pada karakteristik kerja tersebut. Penyebab kelelahan dapat
ditinjau dari aspek anatomi berupa kelelahan sistem saraf pusat, neuromuskular
dan otot rangka, dan dari aspek fungsi berupa kelelahan elektrokimia, metabolik,
berkurangnya substrat energi, hiper/hipotermia dan dehidrasi. Terdapat beberapa
pendapat yang menjelaskan timbulnya kelelahan otot, di antaranya (1)
Penimbunan asam laktat merupakan penyebab timbulnya kelelahan otot. (2)
Akibat hasil Hidrolisis ATP dan glikolisis anaerob pada otot yang berolahraga. (3)
saraf. (Septiani dan Ilyas, dkk, 2010: 4)
Asam laktat yang banyak (dari penyedian ATP) terkumpul maka otot akan
kehilangan kempuannya untuk berkontraksi. Terbatasnya aliran darah pada otot
(ketika berkontraksi), otot akan menekan pembuluh darah dan membawa oksigen
memungkinkan terjadinya kelelahan (Santoso, 2004: 36). Selaian itu faktor-faktor
terjadinya kelelahan otot diantaranya yaitu penurunan glikogen pada otot,
berkurangnya aliran darah yang ke otot, asam laktat, dll. Menurut Santoso (2011:
33) mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kelelahan otot
antara lain: penurunan glikogen otot dan berkurangnya aliran darah ke otot.
kelelahan otot yaitu kelelahan pada susunan saraf pusat atau perifer (otot yang
sedang bekerja). Kelelahan ini disebabkan oleh otot atau fisik karena beban yang
berat yang dapat menimbulkan rasa nyeri atau tremor pada otot (Suma’mur, 2013).
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot, yaitu teori
kimia dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan.Pada teori kimia secara umum
menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkuranganya cadangan
energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi
otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab
sekunder. Pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya
merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan
dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari
sebagai kelelahan otot. Rangsangan ini menghambat pusat-pusat otak dalam
mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf
menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan
dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.
Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukan semakin
lelah kondisi otot seseorang.

2.4 Konsep Nyeri


2.4.1 Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi
diri. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang
harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Potter &
Perry, 2005: 356).
International Association for Study of Pain (1979), mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan baik secara actual
maupun potensial.
2.4.2 Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri dapat terjadi akibat ambang rangsang nyeri di lewati
oleh rangsangan mekanika, termal atau kimiawi. Rangsangan ini akan terdeteksi
oleh nosiseptor yang merupakan ujung dari saraf bebas, selanjutnya rangsangan
ini akan di bawa sebagai impuls saraf melalui saraf A delta yang bermielin dengan
kecepatan hantar yang cepat, tajam, dan terlokalisasi, serta serabut C yang tidak
bermielin dengan kecepatan hantar yang lambat dan bertanggung jawab atas nyeri
yang tumpul, yang tidak terlokalisasi dan jelas (Moeliono, 2008: 5). Berdasarkan
mekanisme terjadinya, nyeri terbagi menjadi nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik.
Nyeri nosiseptif disebabkan karena kerusakan jaringan yang mengakibatkan
dilepaskannya bahan kimiawi yang disebut excitatory neurotransmitter seperti
histamine dan bradikinin, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya rekasi
inflamasi. Selanjutnya bradikinin melepaskan prostaglandin dan substansi yang
merupakan neurotransmitter. Nyeri nosiseptif dibagi menjadi nyeri viseral dan
nyeri somatik. Nyeri viseral terjadi akibat stimulasi nosiseptor yang berada
dirongga abdominal dan rongga thoraks.
Nyeri somatik terbagi menjadi nyeri somatic dalam dan nyeri kutaneus.
Nyeri somatik dalam berasal dari tulang, tendon, saraf dan pembuluh darah,
sedangkan nyeri kutaneus berasal dari kulit dan jaringan bawah kulit (Moeliono,
2008: 7).
Nyeri neuropatik berasal dari kerusakan jaringan saraf akibat penyakit atau
trauma, disebut nyeri neuropatik perifer apabila disebabkan oleh lesi saraf tepi,
dan nyeri sentral apabila disebabkan lesi pada otak, batang otak atau medulla
spinalis (Moeliono, 2008: 7).
2.4.3 Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan lama waktu terjadinya nyeri inilah maka nyeri dibagi menjadi
dua tipe yaitu: nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasa di disebut nyeri
normal dan terjadi dalam waktu yang singkat, penyebabnya karena terjadi jejas
atau lesi pada jaringan lunak, infeksi dan inflamasi. Nyeri akut terjadi kurang dari
6 bulan (3-6 bulan) maka dari itu bersifat temporer. Nyeri akut dapat sembuh
tanpa terapi, atau jika penyebab nyeri telah dihilangkan dan memberi merespon
baik dengan analgetik dan istirahat yang cukup. Namun apabila kegagalan
penyembuhan pada nyeri akut akan berakibat pada nyeri kronik (moeliono, 2008:
2). Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang menetap sebulan luar biasa saja
dari penyakit akut atau waktu yang wajar untuk cedera untuk menyembuhkan,
atau dikaitkan dengan proses patologis kronis yang menyebabkan nyeri terus
menerus, atau nyeri yang berulang pada interval selama berbulan-bulan atau tahun
(Rajagopal, 2006: 334).

2.5 Konsep Anatomi Otot Gastrocnemius


2.5.1 Pengertian Otot Gastrocnemius
Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah
berkontraksi yang berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh baik yang
disadari maupun yang tidak (Wiarto, 2014: 27). Sistem gerak suatu organisme
pada dasarnya dilayani oleh sel-sel otot khusus yang disebut “fibra otot”,
sedangkan pengawasan terhadap energi penggeraknya dilakukan oleh sel-sel
syaraf (nervus). (Sudibjo dkk, 2011: 19).
Otot merupakan organ tubuh yang bekerja melalui kontraksi yang
menghasilkan gerakan pada tubuh. Otot merupakan kelompok jaringan terbesar
dalam tubuh dan membentuk sekitar setengah setengah berat badan tubuh.
Menurut Pangemanan, dkk, (2012: 109) jaringan otot rangka mencapai 40%
sampai 50% berat tubuh, dan sebagian besar tersusun dari sel-sel kontraktil yang
disebut serat otot.
2.5.2 Otot Gastrocnemius
Menurut Paulsen & Waschke (2012) otot gastrocnemius merupakan otot
pada betis yang menghubungkan knee joint dan ankle bagian posterior. Otot
gastrocnemius merupakan sebagian besar otot betis. Pada bagian atas, terdiri dari
dua tendon pada bagian lateral dan medial dari bagian atas condylus femuris
bagian ini terpisah sampai pada kapsul knee joint. Bagian medial lebih besar dari
lateral dan porsi ototnya lebih distal dari bagian lateral. Serabut otot dari
pertemuan kedua bagian ini akan berjalan ke arah distal yang lebarnya semakin
mengecil, di mana dimulai pada septum di antara dua bagian dan akan berhenti
dan mengecil di atas otot soleus. Pada bagian distal otot ini akan mengecil dan
berubah menjadi tendocalcaneus (tendon Achilles) yang akan melekat pada tulang
calcaneus. Origo m. gastrocnemius pada bagian medial pada medial condylus
femuris dan insertio pada tulang calcaneus. Sedangkan origo bagian lateral pada
lateral condylus femuris dan insertio pada tulang calcaneus.

Gambar . Otot gastrocnemius (Paulsen, F., & Waschke, J, 2012).

2.5.3 Fisiologi Otot Gastrocnemius


Otot gastrocnemius dominan pada fast-twitch muscle fiber dibanding otot
soleus yang lebih dominan slow-twitch muscle fiber sehingga otot soleus lebih
digunakan untuk stabilitas ankle dan postur kontrol dibanding otot gastrocnemius,
sedangkan pada otot gastrocnemius lebih berperan pada aktivitas yang
membutuhkan kecepatan reaksi seperti berlari dan melompat (Ganong, W F,
2002).
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 KERANGKA KONSEP

Faktor yang mempengaruhi: Terapi masase: Indicator skala nyeri


:
1. Penimbunan asam laktat 1. Meredakan nyeri 1. 0=tidak nyeri
merupakan penyebab 2. Mengistirahatkan 2. 1-3 =nyeri ringan
timbulnya kelelahan otot. otot yang tegang 3. 4-6=nyeri sedang
2. Akibat hasil Hidrolisis 3. Mencegah atau 4. 7-9=nyeri berat
ATP dan glikolisis mengatasi cedera terkontrol
anaerob pada otot yang 4. Sarana pemulihan 5. 10=nyeri berat
berolahraga. tidak terkontrol
3. saraf. (Septiani dan Ilyas, Nyeri otot:
dkk, 2010: 4) 1. Nyeri ringan
2. Nyeri sedang
3. Nyeri berat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Masase Terhadap Terhadap Nyeri Otot
Gastrocnemius Pada Atlet Futsal Ikmawan Malang

Keterangan:
: Diteliti

: Tidak diteliti
: Berpengaruh
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan
hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya (Sugiyono, 2013). Hipotesis
merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Nol (H0)
Yaitu itu hipotesis yang memprediksi bahwa variabel independen tidak mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen.
2. Hipotesis Alternatif (H1)
Yaitu hipotesis yang memprediksi bahwa variabel independen mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desaian penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experiment yaitu
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan treatmen namun tidak secara acak dengan
one group pre test-post test. (Shadish, Cook, & Campbel: 2002).

Intervensi

Observasi Skala Nyeri Terapi Masase Observasi Skala Nyeri

Gambar 4.1. Desain Penelitian “Pengaruh Terapi Masase Terhadap Nyeri Otot
Gastrocnemius Pada Atlet Futsal Di Club Futsal Ikmawan Malang”
4.2 Kerangka kerja

Populasi
Pemain futsal IKMAWAN Malang 35 orang

Sampel
Pemain futsal IKMAWAN Malang 35 orang

Teknik sampling
Total sampling

Desain penelitian
Quasy eksperimental one group pre-post test design

Pengumpulan data
Menggunakan lembar Obeservasi

Pengolahan data
Editting, Coding, kriteria/penggolongan, tabulating

Analisa data
Statistik Uji Wilcoxon

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Gambar 4.2. Kerangka kerja “Pengaruh Terapi Masase Terhadap Nyeri Otot
Gastrocnemius Pada Atlet Futsal Di Club Futsal Ikmawan Malang”
4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat,
2009).
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009).
4.3.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan
subjek penelitian (Nursalam, 2013). Teknik sampling dalam penelitian adalah Total
Sampling (Sugiyono, 2012).

4.4 Variabel Penelitian


Variable adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif (Hidayat, 2009).
4.5.1 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang dengan keberadaannya
menyebabkan perubahan pada variabel lainnya (Hidayat, 2009).
4.5.2 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau
perubahan yang terjadi pada variabel independen (Hidayat, 2009).
1.5.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010: 85).
1.1 Tabel Definisi Operasional Pengaruh Terapi Masase Terhadap Nyeri Otot
Gastrocnemius Pada Atlet Futsal Di Club Futsal Ikmawan Malang

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor /kriteria

Variabel Tindakan instingtif yang SOP terapi Skor:


independe dialakukan dengan masase 1. Jawaban iya= 1
n: manipulasi tertentu, 2. Jawaban tidak= 0
Terapi seperti Kriteria:
masase mengurut,menggosok,me
mukul dan menekan pada a. Baik dengan
bagian tubuh tertentu skor>75%
yang dapat menghasilakn b. Cukup dengan
efek fisiologis skor 45%-74%
profilaktis,dan terpeutis c. Kurang <45%
bagi tubuh

Variable Perasaan tidak nyaman 1. Nyeri ringan Observasi Rasio  Skala 0, tidak
Dependen: pada otot yang umumnya 2. Nyeri dan nyeri
Nyeri otot di sebabkan oleh sedang kuisioner
rangsangan yang kuat 3. Nyeri berat  Skala 1, nyeri
atau merusak sangat ringan
 Skala 2, nyeri
ringan. Ada
sensasi seperti
dicubit, namun
tidak begitu sakit
 Skala 3, nyeri
sudah mulai
terasa, namun
masih bisa
ditoleransi
 Skala 4, nyeri
cukup
mengganggu
(contoh: nyeri
sakit gigi)
 Skala 5, nyeri
benar-benar
mengganggu dan
tidak bisa
didiamkan dalam
waktu lama
 Skala 6, nyeri
sudah sampai
tahap mengganggu
indera, terutama
indera penglihatan
 Skala 7, nyeri
sudah membuat
Anda tidak bisa
melakukan
aktivitas
 Skala 8, nyeri
mengakibatkan
Anda tidak bisa
berpikir jernih,
bahkan terjadi
perubahan
perilaku
 Skala 9, nyeri
mengakibatkan
Anda menjerit-
jerit dan
menginginkan cara
apapun untuk
menyembuhkan
nyeri

 Skala 10, nyeri


berada di tahap
yang paling parah
dan bisa
menyebabkan
Anda tak sadarkan
diri

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di lokasi penelitian Wijaya Putra Malang. Waktu penelitian
dihitung mulai dari pelaksanaan hari pertama sampai dengan hari terakhir penelitian.
Pengambilan data primer dilakukan selama satu hari.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Ada beberapa
alat ukur pengumpulan data antara lain dapat berupa lembar observasi (Hidayat, 2009).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi.
4.7.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP dan
lembar observasi yaitu dengan menggunakan alat ukur skala nyeri Numeric Rating
Scale [NRS]. Lembar observasi berisikan skala nyri ringan, sedang, berat yang di ukur
setelah responden selesai bermain futsal sebelum terapi dan sesudah terapi. Lembar
observasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lembar observasi yang
dimodifikasi sendiri oleh peneliti yang mengacu pada Numeric Rating Scale [NRS].
4.7.2 Uji Validitas
Alat ukur instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat
ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data (Hidayat, 2014). Uji validitas
dalam penelitian ini menggunakan pearson product moment (r) untuk melihat nilai
korelasi tiap-tiap pertanyaan signifikan, maka nilai r hitung dibandingkan dengan nilai
r tabel. Dasar pengambilan keputusan adalah valid jika r hitung > r tabel dan tidak
valid jika r hitung < dari r table.
4.7.3 Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat
ukur dapat digunakan atau tidak (Hidayat, 2014). Item instrumen penelitian yang valid
dilanjutkan dengan uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach yaitu
membandingkan nilai r hasil (alpha) dengan nilai r tabel.
4.7.4 Proses Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap Perisinan
a. Peneliti terlebih dahulu mengajukan judul proposal skripsi pada Institusi
pendidikan.
b. Institusi pendidikan mengajukan permohonan surat ijin peneliti yang ditujukan
kepada Ketua Organisasi IKMAWAN Malang
c. Setelah mendapat ijin dari Ketua Organisasi IKMAWAN Malang,
memberitahukan bahwa peneliti akan mengadakan penelitian ditempat tersebut.
d. Peneliti membuat proposal dengan bimbingan dari Institusi pendidikan dan
telah diujikan terlebih dahulu kemudian dilakukan penelitian.
2. Proses Pengumpulan Data
a. Sebelum dilakukan terapi peneliti terlebih dahulu menemui Ketua Organisasi
IKMAWAN Malang untuk diantarkan menemui dan mengidentifikasi tim
pemain futsal
b. Selanjutnya peneliti mengumpulkan responden di dalam satu lapangan yang
sudah peneliti identifikasi
c. Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian yang
dilakukan.
d. Sebelum dilakukan terapi responden diberikan dahulu lembar persetujuan
(informet consent) menjadi responden.
e. Semua responden bersedia dan menandatangani lembar persetujuan (informet
consent)
f. Peneliti dilakukan pada atlet futsal yang bersedia menjadi responden.
g. Penelitian dilaksanakan setelah atlet futsal bersedia menjadi responden dan telah
menandatangani lembar persetujuan.
h. Selanjutnya responden diobservasi skala nyeri sebelum dilakukan terapi.
i. Setelah dialkukan terapi responden di observasi skala nyeri
j. Dalam penelitian ini peneliti dibantu enumerator 10 orang
k. Setelah penelitian selesai dilaksanakan, maka dilakukan proses pengolahan data.

4.7 Pengolahan Data


Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan peneliti adalah mengolah data,
sehingga dapat dianalisis dan diambil kesimpulannya. Tujuannya adalah menyiapkan data
agar mudah ditangani dalam analisisnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah data
relevan dengan tujuan penelitian, kualitas data dapat dipercaya, gunakan metode yang tepat
dan mudah, ungkapkan batasan kelemahannya bila ada, hasil olahan data harus sesuai
standar, data mudah dimengerti (Sulistyaningsih, 2011).
4.8.1 Editing
Editing adalah kegiatan memeriksa data, kelengkapan, kebenaran pengisihan,
keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan dan konsistensi data berdasarkan tujuan
penelitian. Apabila masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak
mungkin dilakukan penelitian ulang maka kuisioner dikeluarkan (Sulistyaningsih,
2011).
4.8.2 Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
atas beberapa kategori. Bukan karena hanya angka yang dapat diolah secara statistik
dengan bantuan program computer (Sulistyaningsih, 2011).
4.8.3 Scoring
Scoring adalah memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu
diberi skor. Skor dalam penelitian ini adalah 1-3= ringan, 4-6= sedang, 7-9= berat, 10=
tidak tertahan (Arikunto, 2010 dalam Nursalam, 2011).
4.8.4 Tabulating
Sebelum data di klasifikasikan, data dikelompokkan terlebih dahulu untuk
kepentingan penelitian ini. Selanjutnya data ditabulasikan sehingga diperoleh
frekuensi dari masing-masing kelompok pernyataan.

4.8 Analisa Data/Penyajian Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Statistik Uji
Wilcoxon dengan menggunakan bantuan program computer SPSS (Statistical Product and
Service Solutions) for windows.

4.9 Etika Penelitian


Peneliti menggunakan manusia sebagai subjek, maka tidak boleh bertentangan
dengan etika. Tujuan harus etis dalam arti hak responden harus dilindungi (Hidayat, 2014).
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat pengantar dari institusi (STIKes Kendedes
Malang), untuk mendapat persetujuan, melakukan penelitian dengan menekankan masalah
etika meliputi:
4.10.1 Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan adalah agar
responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian selama dalam pengumpulan
data. Semua responden bersedia untuk diteliti dan menandatangani lembar p
ersetujuan. (Hidayat, 2014).
4.10.2 Anonymity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas, peneliti tidak mencantumkan nama
responden. Pada lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu (Hidayat, 2014).

4.10.3 Confidentially (Kerahasian)


Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.
Peneliti senantiasa menjaga kerahasiaan dari data yang di peroleh, dan hanya akan
disajikan kepada kelompok tertentu yang berhubungan dengan penelitian, sehingga
rahasia subyek penelitian benar-benar terjamin (Hidayat, 2014).

Anda mungkin juga menyukai