Anda di halaman 1dari 19

VENTILASI MEKANIK

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Kritis


Dosen Pembimbing: Yulia Candra Lestari, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh :

Wakhida Puspita Aryani

1801100504

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Chronic Obstruktive Pulmonary Disease
(COPD), sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kritis. Dalam
hal ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali
ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diperlukan guna
tersusunnya makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, September 2021


Wakhida Puspita Aryani
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

2.2 Klasifikasi

2..3 Indikasi

2.4 Prinsip Penatalaksanaan

2.5 Gambaran Volume Ventilasi

2.6 Setting Ventilator

2.7 Perawatan Pada Pasien

2..8 Komplikasi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUTSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari tahun ke tahun perkembangan teknologi semakin pesat dan menyentuh hampir
semua bidang kehidupan manusia. Pada akhirnya, setiap individu harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi, agar dapat beradaptasi dengan
perkembangan tersebut. Hal ini juga berlaku untuk profesi keperawatan, khususnya bidang
keperawatan kritis di unit perawatan intensif (ICU).
Di ruang perawatan kritis, pasien yang dirawat ada pasien yang membutuhkan mesin
yang dapat mendukung kelangsungan hidupnya, termasuk mesin ventilator, pemantauan,
pompa infus, pompa jarum suntik, dll. Dengan kondisi ini, petugas kesehatan, terutama
perawat di ruang perawatan kritis, harus menguasai dan mampu menggunakan teknologi
yang sesuai dengan mesin tersebut, karena perawat akan selalu berada di sisi pasien selama
24 jam.
Pemanfaatan teknologi di bidang perawatan kritis terjadi dalam dua proses, yaitu transfer
dan transformasi teknologi dari teknologi medis ke teknologi keperawatan. Alih teknologi
adalah alih teknologi yang mengacu pada tugas, peran atau penggunaan peralatan yang
sebelumnya dilakukan oleh satu kelompok profesional ke kelompok lain. Sedangkan
transform (change) technology mengacu pada penggunaan teknologi kedokteran sebagai
bagian dari teknologi keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan
dan hasil yang ingin dicapai pasien. Ventilasi mekanik atau yang lebih dikenal dengan
ventilator merupakan teknologi kedokteran yang ditransfer oleh dokter kepada perawat
kemudian ditransformasikan oleh keperawatan sehingga menjadi bagian dari keperawatan.
Perawat pemula yang pengetahuan dan pengalaman teknologinya masih kurang akan
menganggap ventilator sebagai beban kerja tambahan, karena hanya dapat memantau dan
mencatat observasi pasien. Sementara itu, perawat berpengalaman akan memanfaatkan dan
menggunakan ventilator sebagai bagian dari keperawatan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada pasien di ruang kritis dan akan berdampak positif bagi profesi
keperawatan.
Penguasaan teknologi akan menjadi modal bagi perawat untuk mengontrol pekerjaannya
(Alasad, 2002). Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya perawat
ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar tentang penggunaan ventilator
mekanik. Pemahaman yang benar sangat membantu perawat dalam memberikan pelayanan
yang optimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ventilasi mekanik?
2. Apa saja kalsifikasi dari ventilasi mekanik?
3. Apa prinsip penatalaksanaan ventilasi mekanik?
4. Apa saja indikasi dari ventilasi mekanik?
5. Bagaimana cara pengesetan volume ventilator?
6. Bagaimana setting ventilasi mekanik?
7. Bagaimana perawatan saat menggunakan ventilasi mekanik?
8. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ventilasi mekanik
2. Untuk mengetahui klasifikasi ventilasi mekanik
3. Untuk mnegetahui prinsip penatalaksanaan ventilasi mekanik
4. Untuk mengetahui indikasi pemasangan ventilasi mekanik
5. Untuk mengetahui cara mengeset volume ventilasi mekanuk
6. Untuk mengetahui cara menyetting ventilasi mekanik
7. Untuk mengetahui cara perawatan pasien menggunakan alat ventilasi mekanik
8. Untuk mengetahui komplikasi dari ventilasi mekanik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.  (Brunner dan
Suddarth, 1996).

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. (Carpenito, Lynda Juall 2000).

Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator mekanik adalah suatu alat
bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.  Ventilator mekanik merupakan
peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. ( Corwin, Elizabeth J, 2001).

Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan
atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan ventilator
mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi
pernapasan kembali ke keadaan normal. (Bambang Setiyohadi, 2006).

Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positif atau negative
yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu lama. Tujuan
pemasangan ventilator mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal
dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolic pasien, memperbaiki hipoksemia, dan
memaksimalkan transport oksigen. ( Iwan Purnawan, 2010).

 Tujuan pemasangan
Ada beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1. Mengurangi kerja pernapasan
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

2.2 Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan berdasarkan cara


alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah ventilator tekanan-negatif dan
tekanan-positif. Sampai sekarang kategori yang paling umum digunakan adalah ventilator
tekanan-positif. Ventilator tekanan-positif juga termasuk klasifikasi metoda fase inspirasi akhir
(tekanan-bersiklus, waktu-bersiklus dan volume-bersiklus).

a. Ventilator Tekanan Negatif


Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan
mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara untuk mengalir
ke dalam paru-paru, sehingga memenuhi volumenya. Secara fisiologis, jenis ventilasi
terbaru ini serupa dengan ventilasi spontan. Ventilator jenis ini digunakan terutama
pada gagal nafas kronik yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular seperti
poliomielitis, distrofimuskular, sklerosis lateral amiotrofik, dan miasteniagravis.
Penggunaannya tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya
membutuhkan perubahan ventilatori sering.
Ventilator tekanan negatif adalah alat yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan
intubasi jalan nafas pasien. Ventilator ini digunakan paling sering untuk pasien dengan
fungsi pernafasan borderline akibat penyakit neuromuskular. Akibatnya, ventilator ini
sangat baik untuk digunakan di lingkungan rumah. Terdapat beberapa jenis ventilator
tekanan negatif: iron lung, body wrap, dan chest cuirass.
- Drinker Respirator Tank (Iron Lung). Iron Lung adalah bilik tekanan negatif yang
digunakan untuk ventilasi. Alat ini pernah digunakan secara luas selama epidemik
polio pada masa lalu dan sekarang digunakan oleh pasien-pasien yang selamat dari
penyakit polio dan kerusakan neuromuskular lainnya.
- Body Wrap (Pneumowrap) dan Chest Cuirass (Tortoise Shell). Kedua alat portabel
ini membutuhkan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan bilik tekanan
negatif disekitar toraks dan abdomen. Karena masalah-masalah dengan ketepatan
ukuran dan kebocoran sistem, jenis ventilator ini hanya digunakan dengan hati-hati
pada pasien tertentu. 
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan
positif pada jalan nafas, serupa dengan mekanisme di bawah, dan dengan demikian
mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Ekspirasi terjadi secara pasif.
Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakea atau trakeostomi. Ventilator ini
secara luas digunakan di lingkungan rumah sakit dan meningkat penggunaannya di
rumah untuk pasien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan
positif, yaitu:
1. Ventilator Tekanan-Bersiklus.
Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri
inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain, siklus ventilator
hidup, mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Keterbatasan utama dengan
ventilator jenis ini adalah bahwa  volume udara atau oksigen dapat beagam sejalan
dengan perubahan tahanan atau kompliens jalan napas pasien. Akibatnya adalah
suatu ketidakkonsistensian dalam jumlah volume tidal yang dikirimkan dan
kemungkinan mengganggu ventilasi. Konsekuensinya, pada orang dewasa,
ventilator tekanan-bersiklus dimaksudkan hanya untuk penggunaan jangka pendek
di ruang pemulihan. Jenis yang paling umum dari ventilator jenis ini adalah mesin
IPPB.
2. Ventilator Waktu-Bersiklus
Ventilator waktu-bersiklus mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu
yang ditentukan. Volume udara yang diterima pasien diatur oleh kepanjangan
inspirasi dan frekuensi aliran udara. Sebagian besar ventilator mempunyai frekuensi
kontrol yang menentukan frekuensi pernapasan, tetapi waktu-pensiklus murni
jarang digunakn untuk orang dewasa. Ventilator ini digunakan pada neonatus dan
bayi.
3. Ventilator Volume-Bersiklus
Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan-positif yang paling
banyak digunakan sekarang. Dengan ventilator jenis ini, volume udara yang akan
dikirimkan pada setiap inspirasi telah ditentukan. Mana kala volume preset ini telah
dikirimkan pada pasien, siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif.
Dari satu nafas ke nafas lainnya, volume udara yang dikirimkan oleh ventilator
secara relatif konstan, sehingga memastikan pernapasan yang konsisten, adekuat
meski tekanan jalan nafas beragam.
2.3 Indikasi dan Efek Samping
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2), peningkatan kadar
karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persistem (penurunan pH), maka ventilasi mekanis
kemungkinan diperlukan. Selain itu pada kondisi kondisi di bawah ini diindikasikan
menggunakan ventilator mekanis.
1. Gagal Napas
Pasien dengan distres pernapasan gagal napas (apnue) maupun hipoksemia yang tidak
teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya
pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi
gagal napas yang sebenarnya. Distress pernapasan disebabkan ketidakadekuatan
ventilasi dan atau oksigenisasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernapasan dada (kegagalan memompa
udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi Jantung
Tidak semua pasien dengan ventilator mekanik memiliki kelainan pernapasan primer.
Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah
pada system pernapasan (system pernapasan sebagai akibat peningkatana kerja napas
dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan kolaps. Pemberian ventilator untuk
mengurangi beban kerja system pernapasan sehingga beban kerja jantung juga
berkurang.
3. Disfungsi Neurologis
Pasien dengan GCS 8 atau kurang, beresiko mengalami apnoe berulang juga
mendapatkan ventilator mekanik. Selain itu ventilator mekanik berfungsi untuk
menjaga jalan napas pasien. Ventilator mekanik juga memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilator
mekanik.
Efek samping dari ventilasi mekanik adalah akibat dari tekanan positif pada rongga
thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output
juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan
usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena
ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri
berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi
gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB
dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah
jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun
menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax
darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.

2.4 Prinsip-prinsip Penatalaksanaan


Menurut Pontopidan (2003), seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik
(ventilator) bila :
1. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.
2.5 Gambaran Volume Ventilasi
Berbagai gambaran digunakan dalam penatalaksanaan pasien pada ventilator mekanis.
Ventilator disesuaikan sehingga pasien merasa nyaman dan ”dalam harmoni” dengan mesin.
Perubahan yang minimal dari dinamik kardiovaskuler dan paru diharapkan. Jika volume
ventilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan terpenuhi dan akan ada
sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan kardiovaskuler.
Pengesetan awal ventilator setting :
1. Atur mesin untuk memberikan volume tidal yang dibutuhkan (10-15 ml/kg).
2. Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah untuk 
mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg). Pengesetan ini dapat diatur
tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan pada hasil pemeriksaan gas
darah arteri.
3. Catat tekanan inspiratori puncak.
4. Atur cara (bantu-kontrol atau ventilasi mandatori intermiten) dan frekuwensi
sesuai dengan program medik dokter.
5. Jika ventilator diatur pada cara bantu kontrol, sesuaikan sensivitasnya sehingga
pasien dapat merangsang ventilator dengan upaya minimal (biasanya 2 mmHg
dorongan inspirasi negatif).
6. Catat volume 1 menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida (PCO2) dan PO2,
setelah 20 menit ventilasi mekanis kontinu.
7. Sesuaikan pengesetan (FO2 dan frekuwensi) sesuai dengan hasil pemeriksaan gas
darah arteri atau sesuai dengan yang ditentukan oleh dokter.
8. Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mulai “Bucking” ventilator karena
alasan yang tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia dan ventilasikan manual pada
oksigen 100% dengan bag resusitasi.
2.6 Setting Ventilator
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang
diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
a. Frekuensi pernafasan permenit
Frekuensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam satu
menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter alarm RR
diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR sebesar 10x/menit,
maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah 8x/menit. Sehingga
cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau hipoventilasi.
b. Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien setiap
kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari compliance,
resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal mampu mentolerir
volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup dengan 5-8
cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah nilai yang kita
seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien menggunakan time cycled.  
c. Konsentrasi oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan oleh
ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada awal
pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi kebutuhan
FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator dilakukan
pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut maka dapat
dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
d. Rasio inspirasi : ekspirasi
      Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu inspirasi + waktu istirahat
              Waktu ekspirasi
Keterangan :
1) Waktu inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume
tidal atau mempertahankan tekanan.
2) Waktu istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
3) Waktu ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
udara pernapasan
4) Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase
inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan
PaO2.
e. Limit pressure / inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
f. Flow rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan ventilator dalam memberikan volume tidal
pernapasan yang telah disetting permenitnya. 
g. Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan pasien
dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki nilai sensivitas
antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity adalah antara 2-20
L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka semakin mudah seseorang
melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan
untuk memulai bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O.
Sebaliknya semakin rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau berat pasien
untuk bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak
diharapkan untuk bernaps spontan. 
h. Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah menandakan
kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam
kondisi siap.
i. Positive end respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli diakhir
ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan sangat
penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.
Fisiologi Pernafasan Ventilasi Mekanis
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis
berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara
masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.  Pada pernafasan dengan
ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien,
sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra
thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.
2.7 Perawatan pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
Untuk merawat pasien yang menggunakan alat bisa melaukan hal seperti berikut :
1. Melakukan monitoring pasien tiap jam, meliputi : tingkat kesadaran, rekasi pupil, GCS,
gambaran ECG, tekanan darah, pernafasan (suara nafas, frekuesi, work of breathing),
suhu tubuh, saturasi oksigen CVP (perawatan dan pengukuran) jika ada, adanya
empisema subcutis, adanya kejang, adanya nyeri, adanya kelemahan anggota gerak,
haluaran urin (warna dan jumlah), abdomen (distensi abdomen, distensi vesika,
peristaltik), balance cairan, monitoring ILV
2. Lakukan perawatan umum pasien, memandikan pasien, lakukan oral hygiene, lakukan
perawatan mata, lakukan perawatan kulit (dekubitus)
3. Lakukan perawatan khusus alat yang terpasang pada pasien, perawatan CVP, NGT, ETT,
WSD, TT, kateter, dll
4. Monitoring ventilator
a. Observasi yang perlu diperhatikan : tidal volume, frekuensi, mode ventilator,
kecepatan aliran gas, konsentrasi oksigen, sisitem alarm
b. Observasi kerja ventilator : bagian sirkuit tersusun benar dan rapi, humidifier cukup
terisi air, alarm bekerja dengan baik dengan sumber listrik atau gas, tidak ada
kebocoran pada bagian lain, tidak ada sumbatan pad sirkuit
5. Berikan nutrisi yang adekuat
Sebelum memasukan nutrisi lakukan penghisapan lambung terlebih dahulu
6. Berikan rasa nyaman
a) Yang tidak berhubungan dengan ventilator
Nyeri karena penyakitnya (kolaborasi pemberian analgesik), posisi tidur yang kurang
nyaman, lakukan alih baring setiap a2 jam, distensi lambung dan abdomen. Letak
ETT yang salah, tindakan suction yang kurang baik
b) Yang berhubungan dengan ventilator
Hipoksia afasia, humidifikasi terlalu panas, tidak mampu bicara dan menelan, adanya
clotting pada ETT
7. Atasi sekresi lender pada jalan nafas pasien dengan suction dan lakukan fisioterapi
8. Periksa AGD jika diperlukan
9. Lakukan weaning ventilator sesuai kondisi pasien
2.8 Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, Pasien dengan ventilator
mekanis memerlukan observasi, keterampilan dan asuhan keperawatan berulangtapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Komplikasi pada jalan nafas
Aspirasi dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah intubasi. Kita dapat
meminimalkan resiko aspirasi setelah intubasi dengan mengamankan selang,
mempertahankan manset mengembang, dan melakukan penghisapan oral dan selang
kontinu secara adekuat. Bila resusitasi diperpanjang dan distensi gastrik terjadi, jalan
nafas harus diamankan sebelum memasang selang nasogastrik untuk dekompresi
lambung. Bila aspirasi terjadi potensial untuk terjadinya SDPA meningkat.
Kebanyakan pasien dengan ventilator perlu dilakukan restrein pada kedua tangan,
karena ekstubasi tanpa disengaja oleh pasien sendiri dengan aspirasi adalah
komplikasi yang pernah terjadi. Selain itu self-extubation dengan manset masih
mengembang dapat menimbulkan kerusakan pita suara.
Prosedur intubasi itu sendiri merupakan resiko tinggi. Contoh komplikasi intubasi
meliputi:
a. Intubasi lama dan rumit meningkatkan hipoksia dan trauma trakea.
b. Intubasi batang utama (biasanya kanan) ventilasi tak seimbang, meningkatkan
laju mortalitas.
c. Intubasi sinus piriformis (jarang) abses faringeal.
Pnemonia Pseudomonas sering terjadi pada kasus intubasi lama dan selalu
kemungkinan potensial dari alat terkontaminasi.
2. Masalah Selang Endotrakeal
Bila selang diletakkan secara nasotrakeal, infeksi sinus berat dapat terjadi.
Alternatifnya, karena posisi selang pada faring, orifisium ke telinga tengah dapat
tersumbat, menyebabkan otitis media berat, kapanpun pasien mengeluh nyeri sinus
atau telinga atau terjadi demam dengan etiologi yang tidak diketahui, sinus dan
telinga harus diperiksa untuk kemungkinan sumber infeksi.
Beberapa derajat kerusakan trakeal disebabkan oleh intubasi lama. Stenosis
trakeal dan malasia dapat diminimalkan bila tekanan manset diminimalkan. Sirkulasi
arteri dihambat oleh tekanan manset kurang lebih 30 mm/Hg. Penurunan insiden
stenosis dan malasia telah dilaporkan dimana tekanan manset dipertahankan kurang
lebih 20 mm/Hg. Bila edema laring terjadi, maka ancaman kehidupan paskaekstubasi
dapat terjadi.
3. Masalah Mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2-4 jam ventilator
diperiksa oleh staf keperawatan atau pernafasan. VT tidak adekuat disebabkan oleh
kebocoran dalam sirkuit atau manset, selang atau ventilator terlepas, atau obstruksi
aliran. Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi, bronkospasme
berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal.
Secara latrogenik menimbulkan komplikasi melampaui kelebihan ventilasi
mekanis yang menyebabkan alkalosis respiratori dan karena ventilasi mekanis
menyebabkan asidosis respiratori atau hipoksemia. Penilaian GDA menentukan
efektivitas ventilasi mekanis. Perhatikan, bahwa pasien PPOM diventilasi pada nilai
GDA normal mereka, yang dapat melibatkan kadar karbondioksida tinggi.
4. Barotrauma
Ventilasi mekanis melibatkan “pemompaan” udara kedalam dada, menciptakan
tekanan positif selama inspirasi. Bila TEAP ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan
dilanjutkan melalui ekspirasi. Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan
alveolus atau emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan
tekanan pneumotorak-situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan dispnea berat
tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit. Tekanan ventilator
menggambarkan peningkatan tajam pada ukuran, dengan terdengarnya bunyi alarm
tekanan. Pada auskultasi, bunyi nafas pada area yang sakit menurun atau tidak ada.
Observasi pasien dapat menunjukkan penyimpangan trakeal. Kemungkinan paling
menonjol menyebabkan hipotensi dan bradikardi yang menimbulkan henti jantung
tanpa intervensi medis. Sampai dokter datang untuk dekompresi dada dengan jarum,
intervensi keperawatannya adalah memindahkan pasien dari sumber tekanan positif
dan memberi ventilasi dengan resusitator manual, memberikan pasien pernafasan
cepat.
5. Penurunan Curah Jantung
Penurunan curah jantung ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama kali
dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus simpatis dan
menurunnya aliran balik vena. Selain itu hipotensi adalah tanda lain dan gejala dapat
meliputi gelisah yang tidak dapat dijelaskan, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
haluarana urine, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat, pucat, lemah, dan nyeri
dada. Hipotensi biasanya diperbaiki dengan meningkatkan cairan untuk memperbaiki
hipovolemia.
6. Keseimbangan air positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan reseptor vagal
pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini merangsang pengeluaran hormon
antidiuretik dari hipofise posterior. Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan
haluaran urine melengkapi masalah dengan merangsang respons aldosteron renin-
angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak stabil, dan
yang memerlukan jumlah besar resusitasi cairan dapat mengalami edema luas,
meliputi edema sakral dan fasial.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama
(Brunner and Suddarth, 2001).
Terdapat beberapa jenis ventilator mekanis.Ventilator diklasifikasikan
berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi. Dua kategori umum adalah
ventilator tekanan-negatif dan tekanan-positif.Sampai sekarang kategori yang
paling umum digunakan adalah ventilator tekanan-positif. 
Jika pasien mengalami penurunan kontinu oksigenasi (PaO 2), peningkatan kadar
karbondioksida arteri (PaCO2), dan asidosis persisten (penurunan pH), maka
ventilasi mekanis kemungkinan diperlukan. Kondisi seperti pascaoperatif bedah
toraks atau abdomen, takar lajak obat, penyakit neuromuskular, cedera inhalasi,
PPOM, trauma multipel, syok, kegagalan multisistem, dan koma semuanya dapat
mengarah pada gagal nafas dan perlunya ventilasi mekanis
3.2 Saran
Perawat yang bekerja di ruang kritis hendaknya adalah perawat yang
berpengalaman atau perawat yang mau belajar untuk meningkatkan
pengetahuannya mengenai teknologi di ruang kritis terkait penggunaan mesin-
mesin penunjang kehidupan yang digunakan oleh pasien-pasiennya.
Perawat diharapkan harus mampu untuk menganalisa
manfaat transfer dan transform teknologi dari teknologi medis menjadi teknologi
keperawatan, tidak hanya di area keperawatan kritis tapi juga di area-area
keperawatan lainnya. Hal ini sebenarnya akan meningkatkan kualitas praktek dan
profesi keperawatan. Namun sayangnya masih ada perawat yang beranggapan
bahwa teknologi di suatu area keperawatan merupakan suatu tambahan pekerjaan
bagi perawat.  
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Abdul. 2011. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik.

Diakses http://senyumbening.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html
(14 september 2021, 19.20)

Basuri, Chairul. 2012. Triase dalam KGD. Diakses

http://healthnewsdarulmuttaqin.blogspot.com/2012/10/ventilasi-mekanik.html (14 september


2021, 19.37)

Herdman, T. Heather. 2012. Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. EGC:Jakarta

Priangga, D. Satria. 2011.Ventilator Mekanis. Diakses

http://satriadwitriangga.blogspot.com/2011/11/ventilator-mekanis.html (14 september 2021)

Zahra, Nuraini. 2012. Konsep dasar ventilasi mekanik. Diakses

http://nurainiperawatpjnk.blogspot.com/2012/09/ventilasi-mekanik.html

Anda mungkin juga menyukai