Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS MANDIRI

WAHAM

1. Definisi Waham

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus menerus, namun tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan
isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi
pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham
yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf, 2015).

2.Proses Terjadinya Waham

Salah satu penyebab dari perubahan proses fikir: waham yaitu gangguan konsep
diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal diri. Waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Adanya beberapa orang yang
mempercayai klien dalam lingkungan menyebabkan klien merasa didukung, lama
kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang – ulang.

1) Faktor Presdiposisi

a. Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang. Hal


ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi,
klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif.

b. Faktor Sosial Budaya

Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya


waham.

1
c. Faktor Psikologis

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat menimbulkan


ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap kenyataan.

d. Faktor Biologis

Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak, atau
perubahan sell kortikal dan limbik.

e. Faktor Genetik

2) Faktor Presipitasi

a. Faktor Sosial Budaya

Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.

b. Faktor Biokimia

Dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab
waham ada seseorang.

c. Faktor Psikologis

Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah


sehingga klien.

3. Klasifikasi Waham

a. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah bank swasta
lho..” atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional”.

2
b. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai


dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya
tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam makanan saya”.

c. Waham agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk surga saya harus
membagikan uang kepada semua orang.”

d. Waham somatik

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta


diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita
penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tandatanda
kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.

e. Waham nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di
sini adalah roh-roh”.

4. Tanda dan Gejala Waham

1) Kognitif

a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.

b. Individu sangat percaya pada keyakinannya.

c. Sulit berpikir realita.

d. Tidak mampu mengambil keputusan.

2) Afektif

a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.

b. Afek tumpul.
3
3) Perilaku dan hubungan sosial

a. Hipersensitif

b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal

c. Depresif

d. Ragu-ragu

e. Mengancam secara verbal

f. Aktivitas tidak tepat

g. Streotif

h. Impulsif

i. Curiga

4) Fisik

a. Kebersihan kurang

b. Muka pucat

c. Sering menguap

d. Berat badan menurun

e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

5.Pohon Masalah

Risiko kerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses pikir: waham

Gangguan konsep diri:

harga diri rendah: kronis


4
Diagnosa Keperawatan

1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.

2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

6.Tindakan Keperawatan Pada Pasien

Tujuan

a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.

b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.

c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.

Tindakan

a. Bina hubungan saling percaya.

1) Mengucapkan salam terapeutik.

2) Berjabat tangan.

3) Menjelaskan tujuan interaksi.

4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.

b. Bantu orientasi realitas.

1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.

4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan


dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.

5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.

5
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.

1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.

2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.

3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.

4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.

5) Melatih minum obat yang benar.

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

a.Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.

b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.

1) Cara merawat pasien waham di rumah.

2) Follow up dan keteraturan pengobatan.

3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.

c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat).

d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.

Daftar Pustaka

Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Struat Buku
1 Edisi Indonesia. Singapura :Elsevier.
6
Yusuf, A.H., Fitryasari, R. & Nihayati, H.E.(2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Wuryaningsih, dkk. (2018). Buku Ajar Kesehatan Jiwa 1. Jember : Unej Press.

Azizah, L., Zainuri I. & Akbar A. (2016). Buku Ajar Kesehatan Jiwa (teori dan
aplikasi praktik klinik). Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Rahmawati, P.M. (2017). Modul Keperawatan Jiwa. Lumajang: Akademi


Keperawatan Pemkab Lumajang.

Muhith A., (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
CV Andi Offset.

Afnuhazi R. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta. Gosyen Publishing.

Rosinta A. (2019). Gambaran Ide-ide Saat Terjadi Waham Pada Pasien yang
Dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Urecol vol 9 (1).

Husni M. (2019). Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi Terhadap


Penurunan Kecemasan Klien Halusinansi di RSJ Sambang Lihum. Jurnal Sari Mulia. Vol 1
(1); 81-87

Mulyono E. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemampuan


Klien Mengontrol Halusinasi. Jurnal Medika. Vol 2(1).

Agustina M. (2017). Tingkat Pengetahuan Pasien dalam Melakukan Cara


Mengontrol dengan Perilaku Pasien Halusinasi Pendengaran. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan. Vol 7 No 4.

7
8

Anda mungkin juga menyukai