Masyarakat Adat
Menurut Hilman Hadikusuma dalam bukunya Pengantar Ilmu Adat Indonesia,
menjelaskan yang dimaksud dengan masyarakat adat adalah kesatuan masyarakat
yang tetap dan teratur dimana para anggotanya bukan saja terikat pada temapt
kediaman suatu daerah tertentu, baik dalam kaitan duniawi sebagai tempat kehidupan
maupun dalam kaitan rohani sebagai tempat pemujaan terhadap roh-roh
luhur(territorial), tetapi juga terikat pada hubungan keturunan dalam ikatan pertalian
darah dan atau kekerabatan yang sama dari satu leluhur, baik secara tidak langsung
karena pertalian perkawinan atau pertalian adat (genealogis).
Sedangkan, Mahkamah Konstitusi melalui Putusan MK No, 31/PUU-V/2007
merumuskan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat adat adalah:
“Suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
yang bersangkutan secara de facto masih ada dan/atau lanjut hidup (actual
existence), apabila setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur: a) ada
masyarakat yang warganya memiliki perasaan kelompok (in-group feeling); b)
ada pranata pemerintahan adat; d) ada perangkat norma hukum adat; dan e)
khusus bagi kesatuan masyarakat hukum adat yang bersifat territorial juga
terdapat unsur wilayah hukum adat tertentu.”
Sumber:
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, CV Mandar Maju,
Bandung, 2003, hlm. 108-109.
https://www.mkri.id
Selain tiga pasal diatas, indonesia juga terikat dalam komitmen internasional
mengenai pengakuan hal-hak Masayarakat adat. Pemerintah Indonesia turut
menandatangani deklarasi United Nation Declaration of The Rights of
Indigeneous People (UNDRIP) yang di dalamnya mengamanatkan bahwa
Masyarakat Adat memiliki hak yang sama terkait dengan penghidupan,
pendidikan, mempertahankan identitas, dan bebas dari segala bentuk diskriminasi.
Sumber: https://perempuan.aman.or.id/wp-content/uploads/2020/04/Tanya-Jawab-
FAQ-Soal-Masyarakat-Adat.pdf
Sumber: https://perempuan.aman.or.id/wp-content/uploads/2020/04/Tanya-Jawab-FAQ-Soal-
Masyarakat-Adat.pdf