Disusun Oleh :
(0205192102)
Dosen Pembimbing :
M. RIZAL,SH, M,HUM
PRODI JINAYAH 2C
MEDAN
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak
lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang
berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda)
berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW
diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat
KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:
Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu
hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara
lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian
perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur
hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda
berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda
berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus
untuk bagian tanah, sebagian keØtentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan
dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak
tanggungan.
Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang
jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan
perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu
perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga
dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa
dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.
B. Rumusan Masalah
2
5. Bagaimana dan seperti apakah yang dimaksud hak kebendaan ?
C. Tujuan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang
dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan
demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah SubyekHukum, sedangkan sesuatu yang
dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.1
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI, tidak sama dengan bidang
disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah benda (angkasa), sedangkan dalam
pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan sebagai benda, karena tidak /
belum ada yang (dapat) memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan system tertutup,
artinya orang tidak diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain dariyang telah diatur
dalam undang undang ini.Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya
harus dipatuhi,tidak boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari
yangtelah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala sesuatu yang
berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan termasuk juga pengertian benda yang
tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk pengertian
kekayaan, termasuk didalamnya tagihan /piutang, atau hak hak lainnya, misalnya bunga atas
deposito .
Juga pengertian benda secara yuridis menurut pasal 499 B.W. adalah segala ssuatu yang
dapat di haki atau menjadi objek hak milik . oleh karena itu , yang dimaksud benda menurut
undang-undang hanyalah sesuatu yang dapat di haki atau yang dapat di miliki orang . maka segala
sesuatu yang tidak dapat dimiliki orang bukanlah termasuk pengertian benda, seperti bulan,
matahari, bintang dan lain-lain.2
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda berwujud saja,namun
sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang benda
yangberwujud. Pengertian benda sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal dalam Hukum Adat
kita, karena cara berfikir orang Indonesia cenderung pada kenyataan belaka(concret
denken),berbeda dengan cara berfikir orang Barat yang cenderung mengkedepankan apa yangada
di alam pikirannya(abstract denken).3 Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti
benda, tetapi bisa berarti yang lain, seperti : “perbuatan hukum “ (Ps.1792 BW), atau
“kepentingan” (Ps.1354 BW),dan juga berarti “kenyataan hukum” (Ps.1263 BW).
4
2.Dasar Hukum
Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan yang
berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas penggunaan merek
perusahaan dan merek perniagaan .
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai benda
tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik .
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hak atas tanah
dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .4
4 Gunawan Widjaja, Seri hokum bisnis,memahami prinsip keterbukaan dalam hokum perdata.jakarta.raja grafindo
persada, 2007
5 Rachmadi Usman, hukum kebendaan, ( Jakarta: Sinar grafika, 2013). Hlm. 40
5
tidak berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan. Hak milik kebendaan dapat dialihkan
dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya, dengan segala akibat hukumnya.6
3. Asas individualitas(individualiteit)
Objek hak kebendaan selalu benda tertentu atau dapat ditentukan secara individual yang
merupakan kesatuan. Artinya orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang yang berwujud yang
merupakan kesatuan, misalnya: rumah, meubel, dan hewan. Tidak dapat atas barang yang
ditentukan menurut jenis dan jumlah, misalnya 10 buah kendaraan bermotor, 100 ekor burung.
Dengan kata lain seseorang tidak mempunyai hak kebendaan di atas barang-barang yang hanya di
tentukan menurut jenis dan jumlahnya.7
4. Asas totalitas (totaliteit)
hak kebendaan selalu terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan (psl 500, 588,
606 KUHPdt). Siapa yang mempunayai zakelijkrecht atas suatu zaak ia mempunyai zakelijkrecht
itu atas keseluruhan zaak itu, jadi juga atas bagian-bagiannya yang tidak sendiri. Misalnya hak
jaminan piutang atas kendaraan bermotor mobil BE 2601 AA, sebagai satu kesatuan, termasuk ban
serep, kunci, dongkrak, tape recorder dalam mobil.
Demikian pula terhadap barang-barang yang tidak berdiri sendiri. Akibatnya, jika suatu
benda sudah terlebur dalam benda lain, maka hak kebendaan atas benda pertama menjadi
lenyap. Terhadap akibat tersebut terdapat pelunakan:
Adanya hak milik bersama atas barang baru (pasal 607 KUHPerdata / BW).
Jika pada waktu terlebur sudah ada hubungan antara kedua pemilik yang bersangkutan (lihat
pasal 714, 725,1567 KUHPerdata / BW).
Lenyapnya barang yang ternyata terjadi atas usaha pemiliknya sendiri (pasal 602, 606, 608
KUHPerdata / BW).
6 Ibid.. hlm 41
7 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum perdata, ( yogyakarta: liberty, 1981 ).hlm. 37
8 Ibid, Hlm. 38.
6
karena terjadinya lebih dahulu daripada hak memungut hasil. Artinya kreditur mempunyai hak
memperlakukan (melelang) benda jaminan itu tanpa memperhatikan hak-hak yang terjadi lebih
kemudian, seolah-olah benda jamina itu tidak dibebani oleh hak yang lainnya.
Asas prioriteit sifatnya tidak tegas, tetapi akibat dari sifat ini bahwa seorang itu hanya dapat
membarikan hak yang tidak melebihi apa yang dipunyai (asas nemoplis) yang artinya bahwa orang
dapat memberikan atau memindahkan kepada orang lain suatu hak yang lebih besar (banyak)
daripada hak yang ada pada dirinya. Vollmar berpendapat, bahwa orang yang memperoleh
peralihan hak tidak bisa memperoleh hak lebih daripada yang dimiliki pemilik yang lebih dahulu.
Berlakunya asas prioriteit didalam praktek ternyata ada yang ditrobos, sehingga urut-urutan hak
kebendaan menjadi terganggu. Misalnya seseorang memberikan wewenang pada temannya untuk
menempati rumahnya, tetapi malahan rumah itu dihipotekkan oleh yang menempati (dijadikan
tanggungan hutang). Disini asas prioriteit ditrobos sebab yang didahulukan adalah hipotek recht-
nya. 9
7. Asas percampuran (Verminging)
Hak kebendaan yang terbatas jadi selain hak milik hanya mungkin atas benda orang lain.
Tidak dapat orang itu untuk kepentingan sendiri memperoleh hak gadai (menerima gadai) hak
memungut hasil atas barangnya sendiri. Apabila hak yang membebani dan yang dibebani itu
terkumpul dalam satu tangan , maka hak yang membebani itu lenyap (pasal 706, 718, 724, 736,
807 KUHPdt). Jadi orang yang mempunyai hak memungut hasil atas tanah kemudian membeli
tanah itu, maka hak memungut hasil itu lenyap, contohnya ialah hak numpang karang lenyap
apabila tanah pekarangan itu dibeli oleh yang bersangkutan (pasal 718 KUHPdt). Hak memungut
hasil lenyap apabila pemegang hak tersebut menjadi pemilik pekarangan itu. Misalnya karena jual
beli, karena pewarisan, karena hibah (pasal 807 KUHPdt).10
8. Asas pengaturan dan perlakuan
yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak Terhadap benda bergerak tak
bergerak terdapat perbedaan pengaturan dalam hal terjadi peristiwa hukum penyerahan,
pembebanan, bezit, kedaluarsa mengenai benda-benda roernd dan Onroerend berlainan. Demikian
menegenai Iura in realina yang dapat diadakan, misalnya untuk benda bergerak maka hak
kebendaan yang dapat diadakan : gadai, hak memungut hasil; sedangkan untuk benda tetap ;
pengabdian pekarangan, erfpacht, postal, hipotek, hak pakai dan mendiami.
10. Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa hak kebendaan mempunyai sifat
(zakelijk overeenkomst)
9 Ibid..
10 Ibid..
11 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 46
7
Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendanya itu di serahkan kepada yang
memperoleh hak kebendaan itu. Untuk memperoleh hak kebendaan perlu dilakukan dengan
perjanjian zakelijk. Yaitu perjanjian memindahkan hak kebendaan. Setelah perjanjian zakelijk
selesai dilakukan, tujuan pokok tercapai yaitu adanya hak kebendaan. Tegasnya, hak yang melekat
atas benda itu berpindah, apabila bendahnya itu diserahkan kepada yang memperoleh hak
kebendaan itu. Misalnya hak sewa rumah. Hak mendiami rumah hanya akan diperoleh apabila
rumah itu diserahkan kepada penyewa, diserahkan kepada yang mendiaminya. Sifat perjanjian ini
menjadi makin penting adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas Iura in Realina
sebagaimana dimungkinkan dalam Undang Undang.12
Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat dipindahpindahkan,
seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat diatasnya. Benda tidak bergerak karena
tujuannya adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda pokoknya, untuk
tujuan tertentu, seperti mesin mesin yang dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah untuk dipakai
secara tetap dan tidak untuk dipindah-pindah (Ps.507 BWI). Benda tidak bergerakkarena undang
undang adalah hak hak yang melekat pada benda tidak bergerak tersebut, seperti hipotik, crediet
8
verband, hak pakai atas benda tidak bergaerak,hak memungut hasil atas benda tidak bergerak
(Ps.508 BWI).14
9
Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus dilakukan terlebih
dahulu terhadap barang barang bergerak, dan apabila masih belum mencukupi untuk pelunasan
hutang tergugat, baru dilakukan executoir terhadap barang tidak bergerak.
4. Hak Kebendaan
10
Setiap manusia dapat memiliki atau menguasai dari pada benda-benda untuk kepentingannya,
oleh karena diperlukan peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
benda-benda tersebut.17 Menurut buku II BW ( pasal 499-1232) tentang benda, meletakkan dasar
peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antar sesorang atau bdan
hukum atau benda.18
11
1. Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .
Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka hak kebendaan yang
termasuk dalam kategori ini adalah ;
Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus adalah :
Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai
Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut
hasil hutan
Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
Hak guna ruang angkasa
Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social21
1. Melaui Pengakuan
Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian didapatkan dan diakui oleh
seseorang yang mendapatkannya, dianggap sebagai pemiliknya. Contohnya, orang yang
menangkap ikan, barang siapa yang mendapat ikan itu dan kemudian mengaku sebagai
pemiliknya, dialah pemilik ikan tersebut. Demikian pula halnya dengan berburu dihutan, menggali
harta karun dlsb.
2. Melalui Penemuan
12
Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari penguasaannya, karena misalnya jatuh
di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa
pemiliknya, menjadi pemilik barang yang diketemukannya .
Contoh ini adalah aplikasi hak bezit.
3. Melalui Penyerahan
Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui penyerahan berdasarkan alas hak
(rechts titel) tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa, hibah warisan dlsb Dengan adanya
penyerahan maka titel berpindah kepada siapa benda itu diserahkan.
4. Dengan Daluwarsa
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu sebelumnya
(misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh setelah lewat waktu 3 tahun
sejak orang tersebut menguasai benda yang bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah :
jika ada alas hak, 20 tahun
jika tidak ada alas hak, 30 tahun
5. Melalui Pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum waris yang berlaku, bisa
hukum adat, hukum Islam atau hukum barat.
6. Dengan Penciptaan
Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah ada maupun samasekali baru,
dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu.Contohnya orang yang menciptakan patung
dari sebatang kayu, menjadi pemilik patung itu, demikian pula hak kebendaan tidak berwujud
seperti hak paten, hak cipta dan lain sabagainya.
7. Dengan cara ikutan / turunan
Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak sapi yang dilahirkan dari
induknya itu menjadi miliknya juga. Demikian pula orang yang membeli sebidang tanah, ternyata
diatas tanah itu kemudian tumbuh pohon durian, maka pohon durian itu termasuk milik orang yang
membeli tanah tersebut.
13
Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30 tahun (karena ada alas hak), sedangkan
untuk benda bergerak 3 tahun.
5. Karena Pencabutan Hak
Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas benda tertentu, dengan
memenuhi syarat :
harus didasarkan suatu undang undang
dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi yang layak )
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang dapat diberikan/diletakkan
suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dasar hukumnya ialah beberapa undang-
undang yang berlaku.
Asas-asas hukum benda
1. Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)
2. Asas dapat di pindah tangankan
3. Asas individualitas (individualiteit)
4. Asas totalitas (totaliteit)
5. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)
6. Asas prioritas (prioriteit)
7. Asas percampuran (Verminging)
8. Asas pengaturan dan perlakuan
9. Asas publisitas (publiciteit)
10. Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa hak kebendaan mempunyai
sifat (zakelijk overeenkomst)
Macam-macam benda
15
DAFTAR PUSTAKA
Soebekti. 2001.Pokok-pokok hokum perdata. Jakarta.Internusa.
Tutik, Titik Triwulan. 2010.hukum perdata dalam sistem hukum nasional. Jakarta. Kencana.
Prodjodikoro, Wirjdono.dalam Riduan Syahrani.1981. seluk beluk dan asas-asas hukum perdata.
Bandung. Alumni.
Widjaja, Gunawan. 2007. Seri hokum bisnis,memahami prinsip keterbukaan dalam hokum
perdata. Jakarta. Raja grafindo persada.
HS, Salim. Pengantar hukum perdata tertulis (BW). Jakarta. sinar grafika.
16