Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN DASAR II

PEMERIKSAAN FISIK DADA

DISUSUN OLEH :
RIA NUR FITRIA 2010711003
CLARISAA GIANA PUTRI 2010711005
RAHMATIKA SYIFA NABILA 2010711023
MULIA INAYA AMNUR 2010711027

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


“VETERAN” JAKARTA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................2
2.1 Pemeriksaan Fisik Pada Bagian Dada
BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN...................................4
3.1 Prosedur Pemeriksaan Fisik Dada (Inspeksi, Palpasi
Perkusi dan Auskultasi).............................................4
3.2 Standar Operasional Procedure Pemeriksaan Dada.12
BAB IV PENUTUP.....................................................................12
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis pasien. Rekam medis
dan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan akan membantu untuk
menegakkan diagnosa dan perencanaan perawatan pasien.

Pemeriksaan fisik biasanya dialuakan sistematis, dimulai dari bagian kepala


dan berakhir pada anggota gerak bawah (kaki). Biasanya pemeriksaan ini
disebut pemeriksaan fisik head to toe. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4
cara yaitu, inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk), dan
auskultasi (mendengarkan).

1
BAB II

PEMBAHASAN

Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien
dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan
pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan
penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau


hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat
bagi klien. ( Dewi Sartika, 2017)

Pemeriksaan fisik dada merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan pada


pelayanan kesehatan di berbagai kondisi klinis seperti gagal jantung,
gangguan katup jantung, infeksi paru, atau pneumothorax. Pemeriksaan fisik
dada dilakukan dengan empat proses, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.

Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi
dari dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada pemeriksaan dada yang perlu
diperhatikan antara lain :

1. Posisi pasien diusahakan duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau


berbaring tergantung bagian mana yang akan diperiksa.
2. Daerah dada yang akan diperiksa harus terbuka
3. Usahakan keadaan pasien santai dan relaksasi untuk mengendorkan
otot-otot, terutama otot pernapasan
4. Usahakan pemeriksa untuk tidak kontak langsung dengan
pernapasan pasien, untuk menghindari penularan melalui
pernapasan, caranya dengan meminta pasien memalingkan muka ke
arah samping.

2
Pemeriksaan fisik bagian dada

Teknik pemeriksaan fisik dada terbagi menjadi empat, yaitu inspeksi,


palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dada penting dilakukan
untuk penegakan diagnosis berbagai penyakit yang menyebabkan gangguan
sistem kardiorespirasi seperti gagal jantung, pneumonia, trauma dada, dan
penyakit jantung bawaan.

 Persiapan pasien

Sebelum dilakukan pemeriksaan fisik dada, sediakan tempat yang privat


bagi pasien, dengan penerangan yang baik, tenang, dan nyaman. Penjelasan
dan persetujuan mengenai teknik pemeriksaan fisik dada harus diberikan
kepada pasien. Pada pasien wanita, klinisi laki-laki dapat didampingi oleh
tenaga medis perempuan sebagai saksi pemeriksaan klinis. Setelah pasien
mengerti dan menyetujui prosedur pemeriksaan fisik, maka pasien diminta
untuk melepas pakaian bagian atas. Klinis kemudian dapat mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum memulai pemeriksaan.

 Posisi pasien

Pasien diposisikan pada posisi Fowler, yaitu tempat tidur dinaikan sekitar 45
derajat. Pada pemeriksaan dada posterior, pasien dapat diposisikan
duduk,dan berbaring.

Tujuan :

1. Mengetahui bentuk,kesimetrisan,ekspansi,keadaan kulit,dan dinding


dada
2. Mengetahui frekuensi,sifat,dan irama pernafasan
3. Mengetahui adanya nyeri tekan,atau peradangan

3
BAB III

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Inspeksi :
kesimetrisan,bentuk/postur dada,gerakan nafas
(frekuensi,irama,kedalaman,dan upaya pernafasan/penggunaan otot
otot bantu pernafasan),warna
kulit,lesi,edema,pembengkakan/penonjolan.
Normal : simetris,bentuk dan postur normal,tidak ada tanda-tanda
distress pernafasan,warna kulit sama dengan warna kulit lain,tidak
ada pembengkakan,penonjolan,dan edema.
Inspeksi dada dilakukan untuk menilai pola pernapasan, bentuk
dada, dan kelainan lainnya.
1. Pola pernapasan
Pola pernapasan yang dinilai mencakup kecepatan, ritme, dan
volume pernapasan. Pola pernapasan normal (eupnea) adalah
kecepatan 10-14 napas per menit. Kecepatan napas di bawah normal
disebut bradypnea. Beberapa keadaan, seperti penggunaan sedatif,
narkotik, atau alkohol, dan kelainan neurologis atau metabolik, dapat
menyebabkan bradypnea. Sebaliknya, keadaan seperti peningkatan
aktivitas fisik, infeksi, dan gagal jantung kongestif. dapat
menyebabkan peningkatan kecepatan respirasi, yang disebut sebagai
hiperpnea.
Pernapasan menggunakan otot tambahan, seperti otot
sternokleidomastoideus, interkostal, scalene, menunjukkan bahwa
terdapat usaha nafas eksesif yang dilakukan pasien. Terdapat tiga
khas pola pernapasan abnormal yang harus diperhatikan pada pasien,
yaitu pernapasan Cheyne-Stokes, Biot, dan Kussmaul.
 Pernapasan Cheyne-Stokes merupakan pola pernapasan cepat
dengan sifat kresendo-dekresendo yang diikuti periode apnea. Pola
pernapasan Cheyne-Stokes dapat ditemukan pada pasien gagal
jantung, peningkatan tekanan intrakranial, dan overdosis narkotika.

4
 Pernapasan Biot merupakaan peningkatan kecepatan dan kedalaman
pernapasan konstan yang diikuti periode apnea dengan durasi yang
berbeda-beda. Beberapa kondisi, seperti peningkatan tekanan
intrakranial dan meningitis telah dihubungkan dengan pola
pernapasan Biot
 Pernapasan Kussmaul memiliki ciri khas peningkatan volume tidal
dengan atau tanpa peningkatan kecepatan pernapasan. Pola
pernapasan ini sering kali ditemukan pada pasien ketoasidosis
diabetik dan gagal ginjal.

2. Bentuk dada
Bentuk dada abnormal dapat ditentukan melalui inspeksi struktur
tulang iga dan tulang belakang. Pectus excavatum memiliki
karakteristik depresi sternum, yang umunya terjadi pada sternum
bagian setengah bawah. Sebaliknya, kelainan dinding dada dengan
karakteristik protursi sternum disebut sebagai pectus carinatum.
Selain itu, gambaran peningkatan diameter anteroposterior, yang
disebut sebagai barrel chest, merupakan gambaran normal pada
anak. Namun, pada dewasa gambaran ini menunjukkan hiperinflasi
dada akibat penyakit paru obstruktif kronik.
Kelainan tulang belakang segmen thorasik, seperti kifosis dan
skoliosis, juga dapat ditentukan berdasarkan bentuk dada.

3. Kelainan lain
Beberapa kelainan juga dapat terlihat melalui inspeksi dada, seperti
lesi jinak maupun ganas. Lesi lainnya, seperti luka parut akibat
trauma atau bekas operasi dan ginekomastia juga dapat ditemukan
pada inspeksi dada.
Lesi spider naevi, yang ditandai adanya gambaran kumpulan
pembuluh darah yang menyerupai sarang laba-laba, dapat ditemukan
pada dada. Hal ini umumnya menunjukkan adanya perubahan
hormon estrogen atau penyakit hati seperti sirosis atau gagal hati.

5
2. Palpasi
Simestris,pergerakan dada,massa atau lessi,nyeri,taktil fremitus
(untuk mendeteksi perubahan intensitas vibrasi yang diciptakan saat
pasien berbicara yang mengindikasikan adanya proses patologis
pada paru)
(perawat berdiri di belakang pasien ,instruksikan pasien untuk
mengucsp angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan
perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien )
Normal : integritas kulit baik,tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-
tanda peradangan,ekspansi simetris,taktil femitus cenderung teraba
jelas.
Pada palpasi pemeriksaan fisik dada dilakukan pemeriksaan taktil
fremitus dan ekspansi dada. Selain itu, deteksi abnormalitas, seperti
massa atau krepitus tulang juga dapat dilakukan dalam pemeriksaan
palpasi dada.
1. Taktil Fremitus
Taktil fremitus dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi
perubahan intensitas vibrasi yang diciptakan saat pasien berbicara
yang mengindikasikan adanya proses patologis pada paru. Berikut
ini merupakan prosedur pemeriksaan taktil fremitus :
 Menjelaskan prosedur taktil fremitus pada pasien
 Meletakkan perbatasan ulna tangan secara horizontal pada bagian
dada
 Meminta pasien untuk menyebutkan kata ‘tujuh puluh tujuh’
 Palpasi dilakukan dimulai pada bagian apeks paru dan berpindah
secara berseberangan pada posisi yang sama dan dilanjutkan sampai
basal paru
 Manuver dilakukan secara berulang pada bagian posterior dada
dengan meminta pasien duduk dan melipat lengan pada dinding dada
untuk menggeser kedua skapula
Peningkatan taktil fremitus mengindikasikan adanya jaringan paru
yang lebih padat, seperti konsolidasi akibat pneumonia. Sedangkan

6
penurunan taktil fremitus mengindikasikan adanya udara atau cairan
pada ruang pleura atau penurunan densitas jaringan paru, seperti
pada asma atau penyakit paru obstruktif kronik.
2. Ekspansi Dada
Pemeriksaan ekspansi dada dilakukan untuk menilai kedalaman dan
kualitas pergerakan dari setiap sisi dada. Berikut ini prosedur
ekspansi dada :
 Meletakkan kedua tangan pada dada anterior pasien
 Meletakkan kedua jempol tangan pada garis tengah tubuh
dan mempertahankan tidak lepas dari dada pasien
 Letakkan jari-jari tangan lainnya pada sisi dada sejauh
mungkin pada level tulang rusuk ke-10
 Meminta pasien untuk bernapas secara normal. Jempol
tangan akan bergerak 2-3 cm saat pasien melakukan inspirasi
dan jempol tangan akan kembali ke letak semula saat pasien
melakukan ekspirasi
 Melakukan prosedur kembali pada bagian posterior dada
pasien
Pada pasien normal akan ditemukan dada bergerak secara simetris.
Apabila terdapat penurunan ekspansi dada unilateral, maka
kemungkinan terdapat patologi pada daerah dada tersebut, seperti
pneumotorax, efusi pleura, atau pneumonia. Penurunan ekspansi
dada secara bilateral dapat menunjukkan kemungkinan terdapat
asthma atau penyakit paru obstruktif kronik.

3. Perkusi :
Perkusi dilakukan untuk mengetahui area di bawah lokasi yang
diperkusi berisi jaringan paru dengan suara sonor, berisi cairan
dengan suara redup, berisi padat atau darah dengan suara pekak, atau
berisi udara dengan suara hipersonor.
1. Teknik perkusi

7
 Tekan phalanx distal jari tengah secara pelan pada area yang ingin
diperkusi dan angkat jari lainnya dari permukaan dada untuk
mencegah penurunan suara perkusi
 Ketuk ujung jari yang bersentuhan dengan dinding dada dengan
ujung jari tengah dari tangan lainnya dengan pergerakan pergelangan
secara cepat dan tajam
 Lakukan perkusi secara berulang apabila suara perkusi kurang
terdengar
 Perkusi dinding dada anterior, posterior, dan lateral secara sistematis
dan bandingkan masing-masing sisi.
 Perkusi dilakukan secara superior menuju inferior untuk mengetahui
posisi diafragma saat bernapas. Apabila sudah terdapat perubahan
suara perkusi, maka pasien diminta untuk inspirasi dan menahan
nafas. Kemudian klinisi melanjutkan perkusi secara inferior untuk
mengetahui level diafragma saat inspirasi maksimal paksa.
Umumnya, perbedaan level inspirasi dan ekspirasi diafragma adalah
sebesar 2-3 cm

2. Batas jantung
Selain itu, perkusi dada juga dapat dilakukan untuk menentukan
batas-batas jantung. Batas jantung kiri umumnya terdapat pada
intercostal space (ICS) 4-6 linea midklavikularis kiri dan batas kanan
jantung pada linea parasternalis kanan. Batas atas jantung umumnya
terdapat pada ICS 2 kanan linea parasternalis kanan. Berikut ini
merupakan prosedur perkusi dalam menentukan batas jantung kiri
dan kanan pasien :
 Perkusi dilakukan dari dinding dada midklavikula sebelah
kanan secara superior menuju inferior sampai terdapat
perubahan dari sonor menjadi pekak, yang menunjukkan
batas paru hati
 Naikkan 2 jari dari batas paru hati dan perkusi dari lateral ke
medial

8
 Tentukan batas kanan jantung melalui perubahan suara
perkusi dari sonor menjadi pekak
 Batas jantung kiri ditentukan melalui letak iktus kordis
4. Auskultasi
Auskultasi dada dilakukan dengan stetoskop dan dilakukan pada saat
inspirasi dan ekspirasi paksa. Secara umum, bagian stetoskop yang
digunakan untuk auskultasi adalah diafragma karena bagian
diafragma lebih baik dalam menangkap suara nada tinggi
Pemeriksaan auskultasi dada dapat digunakan untuk mendengar
suara paru maupun suara jantung. Auskultasi dada lebih baik
dilakukan pada suasana sunyi.
1. Auskultasi paru
Auskultasi paru dilakukan pada seluruh lapang paru, baik secara
anterior maupun posterior. Berikut ini merupakan prosedur
auskultasi paru :
 Menjelaskan prosedur auskultasi dada pada pasien
 Letakkan diafragma stetoskop pada bagian dinding dada sisi
apeks paru
 Minta pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi
melalui hidung
 Lanjutkan auskultasi ke semua lobus paru dan bandingkan
antara kedua sisi dada
 Kemudian, lakukan prosedur auskultasi kembali pada bagian
posterior dada dengan meminta pasien duduk tegak dan
menyilangkan lengan pada dinding dada untuk menggeser
scapula
Suara napas normal adalah suara
vesicular,bronchovesikuler,bronchial,tracheal. Suara wheezing
umumnya menunjukkan terdapat penyempitan saluran napas distal
dan dapat menjadi tanda dari penyakit asthma, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), atau obstruksi saluran napas. Suara
ronchi menandakan terdapatnya sekresi pada saluran napas besar

9
dan menandakan beberapa penyakit seperti bronkitis, pneumonia,
edema paru, atau emfisema. Pleural rub merupakan suara akibat
inflamasi permukaan pleura yang bergesekan saat bernapas. Suara
stridor adalah suara yang besar dan kasar saat inspirasi akibat
obstruksi saluran napas proksimal.
2. Auskultasi jantung
Auskultasi jantung membutuhkan pendengaran yang baik dan
kemampuan dalam membedakan kelainan suara yang tipis. Suara
jantung terbagi menjadi dua suara berdasarkan tutup-bukanya katup
jantung, yaitu sistolik dan diastolik. Auskultasi jantung dilakukan
pada empat area jantung, yaitu :
 Area aortik : ICS 2 parasternal kanan
 Area pulmonal : ICS 2 parasternal kiri
 Area tricuspid : ICS 4 parasternal kiri
 Area mitral : ICS 5 midklavikula kiri
Kelainan pada auskultasi jantung ditandai dengan penemuan suara
jantung tambahan seperti gallop dan murmur.
 Gallop : merupakan penambahan suara jantung yang
umumnya diakibatkan pengisian ventrikel dengan volume
banyak dan cepat. Kondisi ini dapat ditemukan pada gagal
jantung kiri, jantung hipertensif, atau pada keadaan fisiologis
jantung atlet dan ibu hamil
 Murmur : merupakan suara tambahan akibat turbulensi aliran
darah yang dapat terjadi saat sistolik, diastolik, atau kontinu.
Murmur sistolik dapat ditemukan pada beberapa keadaan,
seperti defek septum ventrikel, regurgitasi mitral, dan
regurgitasi trikuspid. Murmur diastolik dapat ditemukan pada
stenosis mitral dan stenosis trikuspid. Murmur kontinu dapat
ditemukan pada kelainan kongenital, seperti patent ductus
arteriosus

10
 Rubs : pericardial friction rub terjadi akibat gesekan antara
lapisan visceral dan parietal perikardial. Suara ini umumnya
dapat ditemukan pada keadaan perikarditis.

Pemeriksaan payudara

Tujuan :

1. mengetahui adanya massa atau ketidakteraturan dalam jaringana


payudara
2. mendeteksi awal adanya kanker payudara

Prosedur :

inspeksi : integritas kulit

palpasi : bentuk,simestris,ukuran,aerola,dan putting

11
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN FISIK DADA

UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN
NASIONAL SOP : PENGKAJIAN FISIK
VETERAN PEMERIKSAAN DADA
JAKARTA

PENGERTIAN Pemeriksaan thorak adalah untuk


mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi
dari thorak dan organ didalamnya
TUJUAN 1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan,
ekspansi, keadaaan kulit, dinding
dada.
2. Mengetahui frekuensi, sifat, irama,
pernafasan
3. Mengetahui adanya nyeri tekan,
masa, peradangan, taktil fremitus.
4. Mengetahui keadaan paru
5. Mengetahui Mengetahui batas paru-
paru batas paru-paru dan organ dan
organ lain disekitar lain
disekitarnya
INDIKASI Indikasi Pemeriksaan Dada :
Nyeri atau rasa tidak nyaman pada
dada, Sesak napas, Palpitasi, Edema,
Batuk, Penurunan kesadaran, Trauma,
Riwayat penyakit jantung atau paru,
Riwayat merokok, Riwayat eksposur zat
berbahaya misalnya akibat pekerjaan,
seperti debu silika, debu asbes, dan debu
timah.
KONTRAINDIKASI Kontraindikasi Pemeriksaan Dada :
Secara umum, tidak ada kontraindikasi
pemeriksaan fisik dada. Tindakan ini
sederhana, dan jika dilakukan dengan baik
tidak memiliki risiko khusus.
TAHAP PRA 1. Lihat Catatan Keperawatan
INTERAKSI 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah

12
tindakan
3. Persiapkan Alat
4. Dekatkan peralatan pada pasien
TAHAP ORIENTASI 1. Salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri.
3. Evaluasi Perasaan Pasien
4. Menjelaskan tindakan, tujuan
tindakan, dan prosedur tindakan
pada pasien/keluarga.
5. Berikan kesempatan pada
klien/pada keluarga klien untuk
bertanya dan minta persetujuan
klien
TAHAP KERJA 1. Mengatur posisi klien supinasi dan
menganjurkan klien atau keluatga klien
untuk membuka areal
2. Inspeksi (melakukan inspeksi dari depan
dan belakang klien)
- Perhatikan bentuk thorak depan dan
belakang klien, amati kesimetrisannya,
kaji respiratory rate, ritme
pernafasannya
- Amati penggunaan oto bantu
pernafasan, ada tidaknya retrasi
dinding dada.
3. Palpasi
- Berdiri di depan dan letakkan kedua
telapak secara datar pada dinding
klien, anjurkan klien untuk menarik
nafas.
- Rasakan gerakan dinding dada dan
bandingkan sisi kanan dan sisi kiri.
- Merasakan perbandingan gerakan
nafas
kanan dan kiri, meletakkan telapak
tangan di
punggung klien di kanan dan kiri
thorak
- Membandingkan fremitus suara kanan
dan kiri dengan cara meletakkan
kedua tangan
pada punggung klien di kanan dan kiri
tulang belakang ( klien diminta
mengucapakan 99 atau 77 )
- Ada tidaknya nyeri tekan di tulang
kosta
4. Perkusi
- Atur posisi klien supinasi
- Melakukan perkusi secara
sistematis dari atas kebawah,
membandingkan kiri dan kanan
- Melakukan perkusi dalam daerah
daerah supralavikula
- Melakukan perkusi untuk mencari
batas  paru dan hati dan memberi

13
tanda
5. Auskultasi
- Gunakan diafragma stetoskop
untuk orang dewasa dan bell
untuk anak anak 
- Letakkan stetoskop dengan kuat
pada kulit diatas area interkostal
- Instruksikan klien bernafas secara
perlahan dan dalam dengan mulut
sedikit tertutup
- Mulai auskultasi dengan urutan
yang benar 
- Dengarkan inspirasi dan ekspirasi
pada setiap tempat
TAHAP TERMINASI 1. Evaluasi hasil kegiatan.
2. Berikan umpan balik positif pada
pasien
3. Kontrak waktu pertemuan
selanjutnya
4. Akhiri pertemuan dengan cara baik
5. Cuci tangan.
6. Sampaikan salam terapeutik untuk
mengakhiri kegiatan.

DOKUMENTASI 1. Catat intervensi yang dilakukan


pada pasien
2. Catat respon klien dan hasil
pengkajian
3. Tanda tangan dan nama perawat

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis.
Pemeriksaan fisik bagian dada dilakukan untuk melihat apakah ada
gangguan atau masalah pada bagian luar dada pasien begitupun dengan
organ bagian dalam dari tubuh pasien. Pada pemeriksaan fisik bagian
dada akan dilihat bagaimana pola pernapasan pasien, bentuk dada

14
pasien, pergerakan dada, suara paru, batas jantung dan kelainan lain
yang ada. Pada pasien wanita ditambahkan pemeriksaan payudara.
4.2 Saran
Sebagai seorang tenaga medis kita sudah sepatutnya untuk melakukan
pemeriksaan fisik yag lengkap dan rinci pada pasien untuk membantu
menegakkan diagnosa dan perencanaan perawatan yang tepat pada
pasien. Karena hasil pemeriksaan fisik ini sangat membantu tenaga
kesehatan lainnya (tidak hanya seorang perawat) untuk kemajuan dan
kesembuhan pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bickley, L. S., Szilagyi, P. G., & Bates, B. (2019). BATES: Buku Ajar
Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. In Journal of Chemical
Information and Modeling.

Lewandowski, C. M., Co-investigator, N., & Lewandowski, C. M. (2015).


BATES BUKU AJAR PEMERIKSAAN FISIK & RIWAYAT
KESEHATAN. In The effects of brief mindfulness intervention on
acute pain experience: An examination of individual difference.

Debora,oda.,(2017).BUKU PROSES KEPERAWATAN DAN


PEMERIKSAAN FISIK.,EDISI 2

Wiranata, budiarto. (2016). Teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.


Kesehatan.

Widuri. (2017). Asuhan Keperawatan Pada klien Tuberkulosis Paru Dengan


ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di Ruang Melati Rumah Sakit
Umum Daerah Bangil Pasuruan. Jurnal Keperawatan.

Rahma Hidayati. (2019). TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK (1st ed.). Jakad


Media Publishing.

Dewi, P. B. D. T. (2018). Efusi Pleura Masif: Sebuah Laporan Kasus.


Jurnal OJS.

Satriadi, A. (2021). ANALISIS SUARA PERNAPASAN PARU-PARU


ASMA DENGAN TIDAK ASMA MENGGUNAKAN METODE K
NEAREST NEIGHBORS. DIELEKTRIKA.
https://doi.org/10.29303/dielektrika.v8i1.251

16

Anda mungkin juga menyukai