KASUS 1
A. Identitas Klien
1. Nama : Tn. I
2. Umur : 65 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
C. Riwayat Biologis
1. Pola nutrisi
Pasien mengatakan sebelum dirawat, pasien makan 3x sehari dan tidak
mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi.
2. Pola eliminasi
Keluarga pasien mengatakan sebelum mengalami kelemahan ekstremitas, pasien
BAB dan BAK secara mandiri dan tidak mengalami gangguan dalam kebutuhan
eliminasi.
3. Pola istirahat dan tidur
Sebelum dirawat, pasien mengatakan pasien tidur teratur dari jam 10.00/11.00
malam dan bangun pukul 05.30.
4. Pola aktivitas dan bekerja
Pasien mengatakan sebelum dirawat, tidak ada gangguan dalam beraktivitas.
5. Kebutuhan personal hygiene
Keterangan :
0 = Mandiri
1 = Memerlukan alat
2 = Memerlukan bantuan
3 = Memerlukan alat dan bantuan
4 = Tergantung
D. Riwayat Keluarga
X X X X
X X X X X X X X X
: Laki-Laki X : Meninggal
: Perempuan : Pasien
E. Pengkajian Fisik
1. TTV
Keadaan Umum : pasien tampak lemah
TD : 128/77 mmHg
HR : 102x/menit
RR : 12x/menit
T : 370 C
SpO2 : 95%
Terpasang ventilator mode SIMV dengan RR setting 12x/menit dan Ftotal/RR
aktual 17x/menit.
2. Kepala
Bentuk bulat, perdarahan tidak ada, rontok tidak ada, tidak terdapat benjolan
massa, dan tidak terdapat luka. Pasien tidak mengalami nyeri kepala.
3. Sistem Neurologi :
a. Kesadaran : composmentis
b. GCS : E4MXVT
4. Sistem Penglihatan :
a. Tanda radang: Tidak ada
b. Sklera : Ikterus tidak ada
c. Konjungtiva : merah muda
d. Alat bantu : Tidak ada
e. Pupil: Isokor, simetris
f. Lensa: Jernih
g. Iris: Coklat gelap, simetris
h. Edema palpebra: Tidak ada
5. Sistem Pernapasan
a. Terpasang intubasi ETT diameter 8 cm dan kedalaman 20 cm
b. Ventilator: Mode SIMV
c. Terpasang closed suction
d. Pola napas : Ireguler
e. Suara paru : Ronkhi halus
f. Respiration rate : 12x/menit
g. RR setting = 12x/m dan Ftotal/RR aktual = 17x/m
h. Akumulasi sekret pada mulut dan hipersaliva
i. Retraksi intercostal : Tidak ada
j. Reflek batuk: Tidak ada
6. Sistem Kardiovaskuler
a. CRT : < 3 detik
b. Perubahan warna kulit : Tidak ada
c. Clubbing finger : Tidak ada
d. Edema : tidak ada
e. Akral : hangat
f. Suara jantung : BJ I & BJ II normal
g. Nyeri dada: Tidak ada
7. Sistem Pencernaan
a. Nutrisi
1) Pasien terpasang NGT
2) Tidak ada gangguan, diet diserap, dan tidak ada residu
3) Intake: Pasien mendapat diet cair 2.150 kkal/hari
b. Berat badan: 86 kg
c. Tinggi badan: 165 cm
d. Eliminasi
1) BAB: Frekuensi 1-2x/hari, terpasang pampers, konsistensi lunak
2) BAK: Frekuensi tidak dapat dikaji, terpasang kateter
3) Gangguan: Tidak ada
4) Urine Output: Kuning jernih
8. Sistem reproduksi
a. Perdarahan: Tidak ada
b. Gangguan: Tidak ada
9. Sistem integumen
a. Warna kulit : Coklat kehitaman
b. Nyeri tekan : Tidak ada
c. Edema: Tidak ada
d. Lesi: Tidak ada
e. Turgor kulit : Kembali dalam 3 detik
F. Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan Laboratorium (07/01/2019)
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hb 14,9 g/dl 13,48-17,4 g/dl
Eritrosit 5,16 106/mm3 4,40-6,30 106/mm6
Leukosit 25,3 103/mm3 4.73-10.89 103/mm3
Hematokrit 45 % 41-51 %
Trombosit 334 103/µL 170-396 103/Ul
RDW-CV 13,89% 11-15%
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Basofil 0% 0-1 %
Eosinofil 2% 1-6 %
Netrofil 83% * 50-70 %
Limfosit 9% * 20-40%
Monosit 6% 2-8 %
FAAL HEMOSTASIS
PT + INR
- Kontrol 14,90 detik
- Pasien 12,2 detik 12-18 detik
INR 0,88 detik
APTT
- Kontrol 32 detik
- Pasien 23,6 detik* 27-42 detik
KIMIA KLINIK
Analisa Gas Darah
Temperatur 370 C
FIO2 40%
pH 7,417 7,35-7,45
PCO2 42,4 mmHg 35-45 mmHg
PO2 49 mmHg* 83-108 mmHg
SO2% 81,4
Hct 36% 39-49%
Hb 12 g/dL 13,2-17,3 g/dL
Na+ 140,3 mmol/L 136-146 mmol/L
K+ 4,29 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Ca++ 1,20 mmol/L 1,09-1,30 mmol/L
Lactat 1,1 mmol/L 0,7-2,5 mmol/L
pHtc 7,417
pCO2tc 42,4 mmHg
pO2tc 49 mmHg
TCO2 28,9 mmol/L 22-29 mmol/L
Bikarbonat (HCO3) 27,6 mmol/L
BEecf 2,8 mmol/L
BEb 3,3 mmol/L
SBC 27 mmol/L
O2CT 13,7 mmol/L
RI 3,8
O2Cap 16,7 mL/dL
A 233,7 mmHg
A-aDO2 184,7 mmHg
a/A 0,2
PO2/ FIO2 122,6 mmHg
HATI
Bilirubin total 1,20 mg/dL* 0,1-1 mg/dL
AST/SGOT 65 U/L* 0-38 U/L
ALT/SGPT 111 U/L* 0-41 U/L
Albumin 3,6 g/dL 3,5-5 g/dL
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Sewaktu 91 mg/dL <200 mg/dL
GINJAL
Ureum 58 mg/dL* 16,6-48,5 mg/dL
Kreatinin 0,68 mg/dL 0,50-0,90 mg/dL
ELEKTROLIT
Kalsium (Ca) 9 mg/dL 8,4-9,7 mg/dL
Natrium (Na) 146 mEq/L 135-155 mEq/L
Kalium (K) 4,6 mEq/L 3,5-5,5 mEq/L
Klorida (Cl) 105 mmol/L 96-106 mmol/L
2. Farmakologi
a. Meropenem 1 gr setiap 8 jam IV
b. Omeprazole 40 mg setiap 24 jam IV
c. N-Asetil Systein 200 mg setiap 8 jam via NGT
d. Bisolvon 4 mg setiap 8 jam via NGT
e. Candesartan 16 mg setiap 24 jam via NGT
f. Amlodipine 10 mg setiap 24 jam via NGT
g. Vitamin C 1 gr setiap 8 jam IV
h. Neurobion 1 tablet setiap 24 jam via NGT
i. Amikasin 1 gr setiap 24 jam IV
j. Levoflaxacin 750 mg setiap 24 jam IV
k. Cairan ringerfundin 500 ml GTT 10 tetes/menit
KASUS 2
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tn X terdiagnosa GBS melalui gejala klinis yang timbul, hasil Elektromiografi / EMG dan
analisa cairan serebrospinal yang menunjukkan tanda pasti GBS. Tn X pada awalnya
mengalami gejala demam (hari ke 0). Tn X memeriksakan diri ke layanan klinik dokter
umum diduga mengalami infeksi Demam Dengue karena hasil pemeriksaan darah lengkap
ditemukan trombositopenia. Tn X sempat dirawat selama sehari, setelah diperiksa kembali,
terjadi peningkatan trombosit kemudian beliau diijinkan pulang. Pada hari ke-2, demam tidak
muncul, namun gejala defisit neurologis mulai muncul. Gejala defisit neurologis yang
muncul adalah kelemahan pada kedua kaki di mana pasien memerlukan bantuan untuk
berjalan ke kamar mandi di rumahnya dengan cara dipapah. Selain itu, Tn X mulai
mengalami perubahan pada suara, mulai sulit menelan, sering batuk, wajah dilaporkan baal.
Pada hari tersebut pasien kembali di rawat di RS dan dirujuk ke spesialis neurologis. Pada
hari ke-3 dilakukan CT Scan Brain, dan tidak ditemukan adanya perdarahan atau iskemik di
otak. Diagnosa pada hari tersebut belum dapat ditegakkan, pasien pun disarankan untuk
menjalani EMG dan kakak pasien langsung merujuk ke RS Swasta X di Jakarta Selatan
dimana dia bekerja. Pada hari ke 3 setelah dirujuk, sore harinya tindakan EMG segera
dilakukan dan hasilnya positif mengarah ke GBS dan pada malam harinya tindakan Lumbal
Pungsi pun segera dilakukan. Pada saat itu dilakukan pemasangan selang nasogastrik dan
memantau status pernapasan pasien dimana pasien sudah mulai mengalami paraplegia. Pada
hari ke-4 pasien dianjurkan untuk menjalani terapi Plasmaferesis di RSUPN X Jakarta.
Plasmaferesis baru dilaksanakan pada hari berikutnya. Pasien menjalani plasmaferesis
sebanyak 5 kali dengan rentang waktu dua hari sekali. Setiap kali proses plasmaferesis
memerlukan albumin 5% sebagai pengganti. Selama melakukan terapi plasmaferesis ke-1 dan
ke-2 pasien belum terdapat perubahan yang signifikan. Pasien masih memerlukan bed rest
karena kekuatan otot masih belum adekuat, status respirasi stabil (hanya memerlukan nasal
kanula), kemampuan menelan masih belum adekuat (makan masih melalui selang
nasogastrik).