Anda di halaman 1dari 8

UJMER 4 (1) (2015)

Unnes Journal of Mathematics Education Research

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SOAL


SETIPE TIMSS BERDASARKAN GAYA KOGNITIF SISWA PADA
PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Lia Vendiagrys  , Iwan Junaedi, Masrukan

Prodi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Gaya kognitif memiliki peran yang sangat penting dalam proses pemecahan masalah. Penelitian
Diterima April 2015 ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi profil kemampuan pemecahan masalah matematika
Disetujui Mei 2015 soal setipe TIMSS pada siswa SMP kelas VIII dengan gaya kognitif FI dan FD. Penelitian ini
Dipublikasikan Juni 2015 merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah tiga siswa FI dan tiga siswa FD kelas
________________ VIII SMP 3 Kudus. Teknik pengumpulan data adalah dokumen, tes, dan wawancara. Analisis
Keywords: data meliputi reduksi, penyajian data,dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian sebagai berikut
Problem-solving ability, (1) untuk subjek FI dalam menyelesaikan masalah memiliki profil: dapat memahami pernyataan
Field Independent, Field verbal dari masalah dan mengubahnya ke dalam kalimat matematika, lebih analitis dalam
Dependent menerima informasi, dapat memperluas hasil pemecahan masalah dan pemikiran matematis,
____________________ memberikan suatu pembenaran berdasarkan pada hasil,dan memecahkan masalah dalam konteks
kehidupan nyata, memperoleh jawaban yang benar, (2) Untuk subjek FD dalam menyelesaikan
masalah memiliki profil: dapat memahami pernyataan verbal dari masalah,tetapi tidak dapat
mengubahnya ke dalam kalimat matematika, lebih global dalam menerima informasi, mudah
terpengaruh manipulasi unsur pengecoh karena memandang secara global, tidak dapat
memperluas hasil pemecahan masalah, memberikan suatu pembenaran berdasarkan pada
hasil,dan memecahkan masalah dalam konteks kehidupan nyata, sering tidak dapat memperoleh
jawaban yang benar.

Abstract
___________________________________________________________________
Cognitive style has a very important role in the process of problem solving. This study aimed to obtain a profile
of mathematical problem solving ability student with FI and FD cognitive style. This research is a descriptive
qualitative approach. Subjects in this study were students of class VIII SMP 3 Kudus, ie three students FI and
FD. Data collection techniques is a document, test, interview. Data analysis included reduction, presentation,
and conclusion. The results of the study show that subject FI in resolving the problem have a profile: (a) to
understand the verbal statement of the problem and turn it into a mathematical sentence, (b) more analytical in
receiving the information, (c) can extend the results, providing a justification, and solve problems in real-life
contexts, (d) to obtain the correct answer. Subject FD in resolving the problem have a profile: (a) to understand
the verbal statement of the problem, but can’t turn it into a mathematical sentence, (b) more global in receiving
the information, (c) susceptible manipulation humbug elements because they view it globally, (d) can’t extend
the results, providing a justification, and solve problems in real-life contexts, (e) often can’t obtain the correct
answer.

© 2014 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6455
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id

34
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN
membentuk, dan memanfaatkan informasi
Pendidikan merupakan salah satu (Muhtarom, 2012). Gaya kognitif meliputi sikap
komponen utama untuk membangun suatu yang stabil, pilihan, atau strategi kebiasaan yang
bangsa. Seperti yang tertuang dalam UU No. 20 membedakan gaya individu dalam merasakan,
Tahun 2003, Pendidikan nasional bertujuan mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah
untuk berkembangnya potensi siswa agar (Saracho, 1997).
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Terdapat banyak dimensi dari gaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak kognitif yang dikembangkan oleh para ahli yang
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dapat membedakan individu. Dimensi yang
dan menjadi warga negara yang demokratis paling penting adalah field independent dan field
serta bertanggung jawab. Namun kenyataannya dependent (Salameh, 2011: 189). Siswa yang
mutu pendidikan di Indonesia masih sangat memiliki gaya kognitif FD cenderung melihat
memprihatinkan. Dari data TIMSS 2011, pola secara keseluruhan dan mengalami
terbukti bahwa rata-rata skor perolehan pada kesulitan dalam memisahkan aspek-aspek
mata pelajaran matematika berada pada urutan tertentu suatu situasi atau pola, sedangkan siswa
bawah. Indonesia menduduki peringkat 38 dari yang memiliki gaya kognitif FI lebih dapat
45 negara dengan skor 386 dari skor melihat bagian-bagian yang membentuk suatu
internasional tertinggi 613 pada pelajaran pola yang besar (Fajari, Kusmayadi, &
matematika secara keseluruhan. Iswahyudi). Banyak peneliti yang menyatakan
Pemecahan masalah memegang peranan bahwa siswa dengan gaya kognitif yang berbeda,
penting dalam matematika dan harus memiliki menerima proses informasi dan pemecahan
peran penting dalam pendidikan matematika masalah dengan cara yang berbeda (Hassan,
(NCTM, 2010). Pemecahan masalah merupakan 2002: 172). Permasalahannya adalah guru
fokus dari matematika sekolah (Takahashi, belum memperhatikan gaya kognitif siswa
2008; Ali, 2010; Caballero, Blanco, Guerrero, dalam pembelajaran. Guru masih menganggap
2011; Karatas & Baki, 2013). Karena itu, siswa memiliki kemampuan yang sama dalam
penting untuk mengembangkan kemampuan menyerap pelajaran dan memecahkan masalah
pemecahan masalah siswa sejak dini matematika.
(Takahashi, 2008; Arslan, 2010). Langkah- Salah satu model pembelajaran yang
langkah pemecahan masalah yang dikemukakan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
Polya (1973) meliputi: (1) understanding the masalah adalah Problem Based Learning (PBL).
problem (memahami masalah), (2) devising a plan PBL adalah suatu sistem belajar mengajar di
(membuat rencana), (3) carrying out the plan mana, tanpa persiapan sebelumnya, kelompok
(melaksanakan rencana), (4) looking back kecil siswa mempertimbangkan keadaan yang
(memeriksa kembali). tidak familiar, masalah atau tugas, dengan
Ketika siswa memecahkan masalah, siswa mengeksplorasi sifat situasi asing ini, para siswa
mencari solusi yang tepat dari masalah tersebut berbagi pengetahuan dan pengalaman
dengan caranya sendiri (Ali, 2010; Arslan, 2010; sebelumnya (Nathan, 2004). Berbeda dengan
Caballero, Blanco & Guerrero 2011; Ahghar, lingkungan kelas matematika konvensional,
2012). Pemilihan solusi yang berbeda dari siswa lingkungan PBL memberikan siswa kesempatan
dapat dikarenakan perbedaan gaya kognitif. untuk mengembangkan kemampuan mereka
Gaya kognitif adalah cara-cara bagaimana untuk beradaptasi dan mengubah metode ke
menerima rangsangan yang berbeda dan berpikir situasi baru yang sesuai (Abdullah, Tarmizia, &
untuk belajar. Gaya kognitif dapat didefinisikan Abub, 2010: 371).
sebagai variasi cara seseorang menerima, Berdasarkan uraian sebelumnya,
mengingat, dan berpikir atau sebagai cara-cara permasalahan dalam penelitian ini adalah
khusus dalam menerima, menyimpan, sebagai berikut: (1) bagaimanakah deskripsi

35
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)

kemampuan pemecahanmasalah matematika pengujian hasil penelitian analisis kemampuan


soal setipe TIMSS pada siswa SMP kelas VIII pemecahan masalah soal setipe TIMSS di SMP
dengan gaya kognitif field independent; (2) 3 Kudus dikaitkan dengan proses penelitian
bagaimanakah deskripsi kemampuan yang dilakukan peneliti. Analisis data dalam
pemecahan masalah matematika soal setipe penelitian ini menggunakan Model Miles and
TIMSS pada siswa SMP kelas VIII dengan gaya Huberman yang meliputi: (1) reduksi data (data
kognitif field dependent. reduction), (2) penyajian data (data display), (3)
penarikan kesimpulan/verifikasi.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil tes gaya kognitif GEFT
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 diperoleh 13 siswa memiliki gaya kognitif FI
Kudus kelas VIII dengan subjek kelas VIII E dan 17 siswa memiliki gaya kognitif FD.
yang terdiri dari 30 siswa. Kemudian dipilih tiga Kemudian dipilih 3 siswa yang memiliki gaya
siswa dengan gaya kognitif Field Independent (FI) kognitif FI dan 3 siswa dengan gaya kognitif
dan Field Dependent (FD) sebagai subjek FD.
penelitian terpilih untuk wawancara. Penetapan Perbandingan Profil Kemampuan
subyek dalam penelitian ini berdasarkan hasil tes Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan
GEFT.Data dalam penelitian ini adalah (1) data Gaya Kognitif Field Independent dan Field
gaya kognitif GEFT; (2) datakemampuan Dependent adalah sebagai berikut.
pemecahan masalah matematika siswa dengan Profil Kemampuan Pemecahan Masalah
soal setipe TIMSS untuk gaya kognitif FI dan Matematika Subjek dengan Gaya Kognitif Field
FD. Sumber data adalah skor hasil tes tertulis Independent
gaya kognitif GEFT dan skor hasil tes Berdasarkan hasil wawancara mendalam
kemampuan pemecahan masalah matematika, berbasis tes dan hasil tes tertulis, kemampuan
dokumen, dan wawancara. pemecahan masalah matematika soal setipe
Instrumen utama dalam penelitian ini TIMSS subjek FI dapat dideskripsikan sebagai
adalah peneliti sendiri karena data-data berikut.
penelitian dikumpulkan secara langsung oleh Memahami Masalah (Understanding the
peneliti, dengan instrumen bantu, soal tes Problem)
GEFT, RPP dan Silabus, soal tes dan pedoman Subjek FI cenderung analitis dalam
wawancara kemampuan pemecahan masalah mengolah informasi yang diperoleh dari soal,
matematika soal setipe TIMSS.Teknik sehingga dapat menemukan bagian penting yang
pengumpulan data yang dilakukan dalam dapat digunakan untuk menyelesaikan
penelitian ini adalah tes tertulis, wawancara, masalah.Hal ini senada dengan (Amstrong,
dokumentasi. Cool & Eugene, 2011) bahwa individu FD
Untuk mempertanggungjawabkan mengadopsi suatu orientasi global untuk
kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti memahami dan memproses informasi,
melakukan triangulasi.Triangulasi yang sedangkan individu FI mengadopsi suatu
dilakukan dalam penelitian ini adalah orientasi analitis untuk memahami dan
triangulasi waktu dan sumber.Hasil triangulasi mengolah informasi.Subjek FI dapat memahami
digunakan sebagai rujukan dalam mencapai pernyataan verbal dari masalah dan
transferability.Uji dependability terhadap data mengubahnya ke dalam kalimat
analisis kemampuan pemecahan masalah soal matematika.Pada saat menuliskan data yang
setipe TIMSS di SMP 3 Kudus dilakukan diketahui dan yang ditanyakan, subjek FI
dengan cara melakukan audit terhadap seluruh cenderung menggunakan notasi matematika dan
proses penelitian. Uji confirmability merupakan menggunakan bahasanya sendiri. Hal ini senada

36
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)

dengan Morgan (Kheirzaden & Kassaian, 2011) berbeda (Goodenough dalam Saracho, 1997).
yang percaya bahwa ketika bidangnya tidak Pada soal nomor 12, subjek FI secara analitis
diorganisir secara jelas, individu FI relatif menyebutkan bahwa volume kenaikan air sama
cenderung menerapkan struktur mereka sendiri, dengan volume logam berbentuk limas yang
sedangkan individu FD menerima seperti apa dimasukkan ke dalam bejana. Untuk
adanya. Hal ini juga sesuai dengan karakteristik menentukan tinggi kenaikan air saat
subjek FI, yaitu mereka secara internal dimasukkank buah logam, subjek mengalikan
menunjukkan dan memproses informasi dengan tinggi kenaikan air saat dimasukkan 1 buah
strukturnya sendiri (Witkin, et.al., 1977). logam dengan k. Sedangkan untuk mengetahui
Membuat Rencana Penyelesaian (Devising banyak logam yang dimasukkan ke dalam
a Plan) bejana jika diketahui tinggi kenaikan air, subjek
Pada soal analyze, subjek FI dapat memasukkan ke persamaan volume naik =
menentukan hubungan antar variabel dan volume limas x k.
membuat kesimpulan yang valid dari informasi Pada soal synthesize/integrate, subjek FI
yang diberikan. Misalkan pada soal nomor 11, dapat menggabungkan fakta, konsep dan
subjek FI menyebutkan yang harus dicari adalah prosedur matematika untuk menetapkan hasil,
besar sudut terlebih dahulu. Kemudian subjek dan menggabungkan hasil untuk menghasilkan
mencari jarak dengan menggunakan rumus hasil yang lebih lanjut. Pada soal solvenon-routine
panjang busur. Dari jawaban subjek, terlihat problem, subjek FI dapat memecahkan masalah
bahwa dalam merencanakan penyelesaian dalam konteks kehidupan nyata.
masalah subjek FI cenderung lebih dipengaruhi Melaksanakan Rencana Penyelesaian
isyarat dari dalam dirinya sendiri, karena (Carrying Out the Plan)
memikirkan mencari besar sudut terlebih dahulu Pada langkah melaksanakan rencana
untuk mencari jarak yang ditempuh ujung penyelesaian, subjek FI mampu menggunakan
jarum jam. Hal ini sejalan dengan yang langkah-langkah pemecahan masalah yang telah
dikemukakan Amstrong, Cool, & Eugene (2011) direncanakan dengan benar dan dapat
yang menyatakan bahwa individu FI memperoleh ketepatan jawaban yang benar. Hal
mengadopsi pendekatan impersonal untuk ini senada dengan Hassan (2002) yang
pemecahan masalah, sedangkan individu FD menyatakan bahwa cara berpikir individu FI
mengadopsi pendekatan inter-personal untuk menunjang penampilan yang lebih tinggi dalam
memecahkan masalah. pemecahan masalah matematika dibandingkan
Pada soal generalize/specialize, subjek FI individu FD. Pada soal yang melibatkan
dapat memperluas hasil pemecahan masalah penggunaan Phytagoras, subjek FI
dan pemikiran matematis dengan menegaskan memanfaatkan triple Phytagoras. Subjek FI
kembali hasil yang lebih umum dan lebih luas, dapat langsung menemukan panjang sisi yang
dengan cara menggambar seperti gambar dicari tanpa melakukan perhitungan. Hal ini
sebelumnya dan menemukan pola berdasarkan senada dengan (Armstrong, Cools, & Eugene,
pada hasil pemecahan masalah sebelumnya, 2011) yang menyatakan bahwa individu FI
sehingga dapat menjawab masalah dengan cara mengadopsi pendekatan impersonal untuk
yang lebih singkat dan efektif. Hal ini sejalan pemecahan masalah, dan lebih memilih untuk
dengan yang dikemukakan Goodenough (dalam bekerja dalam situasi yang terstruktur. Pada soal
Saracho, 1997), yang menyatakan bahwa jika banyak buku yang dapat dimasukkan ke dalam
orang FD dan FI menggunakan beberapa proses kardus, Subjek FI dapat menjelaskan posisi buku
pembelajaran tanpa mengungkapkan kinerja dengan benar. Individu Field-independent (FI)
yang berbeda, orang FI bekerja dengan lebih dapat mengabstraksi item dari bidang sekitarnya
efektif, dan jika orang FD dan FI menggunakan dan menyelesaikan masalah yang memiliki
proses kognitif yang berbeda, efektivitas kinerja komponen penting dari konten tersebut (Hassan,
mereka akan bervariasi dalam kondisi yang 2002).

37
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)

Memeriksa Kembali Hasil Penyelesaian ( digunakan untuk menjawab masalah yang


Looking Back) dihadapi. Tetapi terdapat juga subjek FD yang
Pada langkah memeriksa kembali hasil tidak dapat menentukan hubungan antar
penyelesaian, Subjek FI memeriksa jawaban variabel dan membuat kesimpulan yang valid
yang diperoleh pada setiap langkah proses dari informasi yang diberikan dan tidak dapat
pemecahan masalah yang dilakukan dengan menghubungkan informasi-informasi yang telah
cara meneliti atau mengecek ulang jawabannya, diketahui dalam soal untuk memperoleh hal-hal
dan memperoleh jawaban yang benar. yang ditanyakan. Misalkan pada soal nomor 11,
Profil Kemampuan Pemecahan Masalah subjek FD menyebutkan bahwa rumus yang
Matematika Subjek dengan Gaya Kognitif Field akan digunakan adalah panjang busur, tetapi
Dependent subjek FD tidak mencari besar sudut terlebih
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dahulu. Dari jawaban subjek, terlihat bahwa
berbasis tes dan hasil tes tertulis, kemampuan dalam merencanakan penyelesaian masalah
pemecahan masalah matematika soal setipe subjek FD cenderung lebih dipengaruhi isyarat
TIMSS subjek FD dapat dideskripsikan sebagai dari luar, karena subjek FD langsung
berikut. memikirkan rumus panjang busur, seperti yang
Memahami Masalah (Understanding the telah diajarkan sebelumnya. Hal ini sejalan
Problem) dengan yang dikemukakan Amstrong, Cool, &
Subjek FD cenderung berfikir secara Eugene (2011) yang menyatakan bahwa
global (menyeluruh) dalam mengolah informasi individu FI mengadopsi pendekatan impersonal
yang diperoleh dari soal.Hal ini senada dengan untuk pemecahan masalah, sedangkan individu
(Amstrong, Cool & Eugene, 2011) bahwa FD mengadopsi pendekatan inter-personal
individu FD mengadopsi suatu orientasi global untuk memecahkan masalah.
untuk memahami dan memproses informasi, Pada soal generalize/specialize, subjek FD
sedangkan individu FI mengadopsi suatu mampu mengungkapkan pengetahuan apa saja
orientasi analitis untuk memahami dan yang dapat digunakan untuk menjawab
mengolah informasi.Subjek FD cenderung masalah, mampu menghubungkan informasi-
menerima informasi apa adanya tanpa informasi yang telah diketahui dalam soal untuk
menyesuaikan dengan bahasa matematika, memperoleh hal-hal yang ditanyakan, dapat
subjek masih menuliskan yang diketahui dan mencari langkah-langkah yang sesuai yang akan
yang ditanyakan dalam bentuk kalimat verbal digunakan untuk menjawab masalah yang
seperti dalam soal. Hal ini senada dengan dihadapi. Subjek tidak dapat memperluas hasil
Morgan (Kheirzaden & Kassaian, 2011) yang pemecahan masalah dan pemikiran matematis
percaya bahwa ketika bidangnya tidak soal sebelumnya untuk menjawab soal b dan c.
diorganisir secara jelas, individu FI relatif Pada soal nomor 7, terdapat subjek FD yang
cenderung menerapkan struktur mereka sendiri, menerapkan rumus luas permukaan limas,
sedangkan individu FD menerima seperti apa padahal tendanya berbentuk prisma.Subjek FD
adanya. mudah terpengaruh oleh manipulasi unsur
Membuat Rencana Penyelesaian (Devising pengecoh pada konteks aslinya karena
a Plan) memandang secara global. Hal ini sesuai dengan
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, karekteristik Subjek FD, yaitu mudah
pada soal analyze, subjek FD mampu terpengaruh unsur pengecoh pada konteks
mengungkapkan pengetahuan apa saja yang aslinya, karena memandang secara global. Hal
dapat digunakan untuk menjawab masalah. ini senada dengan (Witkin, et.al.,1977) yang
Subjek dapat menentukan hubungan antar menyatakan bahwa individu FD cenderung sulit
variabel dan membuat kesimpulan yang valid untuk menentukan bagian sederhana dari
dari informasi yang diberikan. Subjek mampu konteks aslinya atau mudah terpengaruh oleh
mencari langkah-langkah yang sesuai yang akan manipulasi unsur-unsur pengecoh karena

38
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)

memandang secara global. Hal tersebut Pada langkah memeriksa kembali hasil
jugasenada dengan Johnstone & Al-Naeme penyelesaian, FD memeriksa jawaban yang
(dalam Hassan, 2002) yang menyatakan bahwa diperoleh pada setiap langkah proses pemecahan
Subjek FD kesulitan dalam memisahkan ’sinyal’ masalah yang dilakukan dengan cara meneliti
dari ’noise’, relevan dari yang tidak relevan, apa atau mengecek ulang jawabannya. Tetapi Subjek
yang penting dan informasi yang FD masih salah menjawab walau sudah
membingungkan. Dalam merencanakan memeriksa kembali penyelesaiannya.
penyelesaian, subjek FD cenderung
menggunakan cara yang panjang, sesuai dengan SIMPULAN DAN SARAN
cara-cara yang biasa diajarkan.
Pada soal synthesize/integrate, subjek FD Profil kemampuan pemecahan masalah
dapat menggabungkan fakta, konsep dan matematika yang ditunjukkan oleh subjek FI
prosedur matematika untuk menetapkan hasil, adalah sebagai berikut: (1) pada langkah
dan menggabungkan hasil untuk menghasilkan memahami masalah, subjek dapat memahami
hasil yang lebih lanjut. Pada soal yang pernyataan verbal dari masalah dan
berhubungan dengan teorema Phytagoras, mengubahnya ke dalam kalimat matematika,
subjek FD menggunakan rumus Phytagoras lebih analitis dalam menerima informasi; (2)
yang sudah diperoleh untuk mencari panjang sisi pada langkah membuat rencana penyelesaian,
yang belum diketahui.Pada soal justify,subjek subjek dapat mengungkapkan pengetahuan dan
FD tidak mampu mengungkapkan pengetahuan langkah-langkah yang sesuai untuk menjawab
apa saja yang dapat digunakan untuk menjawab masalah, cenderung mampu secara analitik
masalah. Hal tersebut terjadi karena subjek FD menentukan bagian-bagian sederhana dari
tidak dapat memahami masalah. Subjek FD konteks aslinya, menentukan hubungan antar
tidak dapat memberikan suatu pembenaran variabel dan membuat kesimpulan yang valid
berdasarkan pada hasil atau sifat matematika dari informasi yang diberikan, memperluas hasil
yang diketahuinya. Pada soal solvenon-routine pemecahan masalah dan pemikiran matematis
problem, subjek FD dapat memecahkan masalah dengan menegaskan kembali hasil yang lebih
dalam konteks kehidupan nyata dimana tidak umum dan lebih luas, memberikan suatu
sering dijumpai dengan menerapkan fakta, pembenaran berdasarkan pada hasil atau sifat
konsep, dan prosedur matematika dalam matematika yang diketahuinya, dan
konteks yang kompleks. memecahkan masalah dalam konteks kehidupan
Melaksanakan Rencana Penyelesaian nyata; (3) pada langkah melaksanakan rencana
(Carrying Out the Plan) penyelesaian, subjek dapat menggunakan
Pada langkah melaksanakan rencana langkah-langkah pemecahan masalah yang telah
penyelesaian, subjek FD mampu menggunakan direncanakan dengan benar dan memperoleh
langkah-langkah pemecahan masalah yang telah ketepatan jawaban yang benar; (4) pada
direncanakan. Pada soal analyze langkah memeriksa kembali hasil penyelesaian,
dansynthesize/integratesubjek FD dapat subjek meneliti atau mengecek ulang
memperoleh ketepatan jawaban yang benar. jawabannya.
Terdapat juga subjek FD yang tidak dapat Profil kemampuan pemecahan masalah
memperoleh jawaban yang benar, karena matematika soal setipe TIMSS yang ditunjukkan
rencana pemecahan masalah yang dibuat salah. oleh subjek FD adalah sebagai berikut: (1) pada
Pada soal generalize/specialize, justify, dan langkah memahami masalah, subjek dapat
solvenon-routine problemsubjek FD tidak dapat memahami pernyataan verbal dari masalah,
memperoleh jawaban yang benar. tetapi tidak dapat mengubahnya ke dalam
Memeriksa Kembali Hasil Penyelesaian ( bahasa matematika, lebih global dalam
Looking Back) menerima informasi; pada langkah membuat
rencana penyelesaian, subjek dapat

39
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)

mengungkapkan pengetahuan dan langkah- and Behavioral Sciences, 69 ( 2012 ) 688 –


langkah yang sesuai untuk menjawab masalah, 694.
dapat menentukan hubungan antar variabel dan Ali, R. 2010. Effect of Using Problem Solving Method
in Teaching Mathematics on the Achievement
membuat kesimpulan yang valid dari informasi
of Mathematics Students.Asian Social
yang diberikan, mudah terpengaruh oleh
Science.Vol. 6.No. 2.
manipulasi unsur pengecoh pada konteks aslinya Amstrong, S. J., Cools, E., &Smith , E. S. 2011. Role
karena memandang secara global, tidak dapat of Cognitive Styles in Business and
memperluas hasil pemecahan masalah dan Management: Reviewing 40 Years of
pemikiran matematis dengan menegaskan Research ijmr_315 1.25. International Journal of
kembali hasil yang lebih umum dan lebih luas, Management Reviews.
memberikan suatu pembenaran berdasarkan Arslan, E. Analysis of Communication Skill and
pada hasil atau sifat matematika yang Interpersonal Problem Solving in Preschool
Trainees. 2010. SocialBehavior and Personality,
diketahuinya, dan memecahkan masalah dalam
38(4), 523-530.
konteks kehidupan nyata; ada langkah
Caballero, A., Blanco, L. J., & Guerrero, E.
melaksanakan rencana penyelesaian, subjek 2011.Problem Solving and Emotional
menggunakan langkah-langkah pemecahan Education in Initial Primary Teacher
masalah yang telah direncanakan tetapi sering Education.Eurasia Journal of Mathematics,
tidak dapat memperoleh ketepatan jawaban Science & Technology Education.7(4), 281-292.
yang benar; pada langkah memeriksa kembali Fajari, A. F. N., Kusmayadi, A. T., & Iswahyudi, G.
hasil penyelesaian, subjek meneliti atau 2013.Profil Poses Berpikir Kritis Siswa dalam
mengecek ulang jawabannya. Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual
Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent
Karena subjek FI dan FD belajar secara
Independent dan Gender. Jurnal UNS.
bersama dalam satu kelas, sehingga disarankan:
Hassan, A. 2002.Students’ Cognitive Style and
(a) pada subjek FI dapat dibantu dengan Mathematics Word Problem Solving.Journal of
memberikan latihan soal yang lebih menantang, the Korea Society of Mathematical Education
sehingga mereka dapat mengembangkan Series.Research in Mathematical Education.
kemampuan pemecahan masalah pada berbagai Vol. 6, No. 2, September 2002, 171–182.
bentuk soal; (b) kekurangan pada subjek FD Karatas, I. & Baki, A. 2013.The Effect of Learning
dapat dibantu dengan memberikan banyak Environments Based on Problem Solving on
latihan soal, dilatih untuk mengubah kalimat Students’ Achievements of Problem
Solving.International Electronic Journal of
verbal ke dalam kalimat matematika, dan lebih
Elementary Education, 5(3), 249-268.
dibimbing pada saat menganalisis informasi
Kheirzaden, S. & Kassaian, Z. 2011. Field-
pada soal. dependence/independence as a Factor
Affecting Performance on Listening
DAFTAR PUSTAKA Comprehension Sub-skills: the Case of Iranian
EFL Learners. Journal of Language Theaching
Abdullah, N. I., Tarmizia, R. A., & Abub, R. 2010. and Research. Vol. 2, No. 1, pp 188-195.
The Effects of Problem Based Learning on Finland: Academia Publisher.
Mathematics Performance and Affective NCTM. 2010. Why Is Teaching With Problem Solving
Attributes in Learning Statistics at Form Four Important to Student Learning? Reston, USA:
Secondary Level. International Conference on NCTM, Inc.
Mathematics Education Research (ICMER 2010). Polya, G. 1973. How to Solve it: A new Aspect of
Procedia Social and Behavioral Sciences 8 Mathematical Method. 2nd ed. New Jersey:
(2010) 370–376. Princenton University Press.
Ahghar, G. 2012. Effect of Problem-solving Skills Salameh, E. M. 2011. A Study of Al Balqa’ Applied
Education on Auto-regulation learning of University Students Cognitive Style.
High School Students in Tehran.International International Education Studies. Vol. 4, No. 3,
Conference on Education and Educational pp 189-193.
Psychology (ICEEPSY 2012). Procedia-Social

40
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)

Saracho, O. N. 1997. Teachers’ and Students’ Cognitive Research and Development in Problem
Styles in Early Childhood Education.London : Solving in Mathematics Education),
Greenwood Publishing Group. Monteree, Mexico.
Takahashi, 2008. “Beyond Show and Tell: Neriage Witkin, H. A., Moore, C. A., Goodenough, D. R., &
for Teaching through Problem-Solving–Ideas Cox, P. W., 1977.Field-Dependent and Field-
from Japanese Problem-Solving Approaches Independent Cognitive Style and Their
for Teaching Mathematics”. Papers. The 11th Educational Implications.Review of educatioanl
International Congress on Mathematics Reaserch Vol. 47 No. 1.Pp. 1 - 64.
Education in Mexico (Section TSG 19:

41

Anda mungkin juga menyukai