http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer
Abstract
___________________________________________________________________
Cognitive style has a very important role in the process of problem solving. This study aimed to obtain a profile
of mathematical problem solving ability student with FI and FD cognitive style. This research is a descriptive
qualitative approach. Subjects in this study were students of class VIII SMP 3 Kudus, ie three students FI and
FD. Data collection techniques is a document, test, interview. Data analysis included reduction, presentation,
and conclusion. The results of the study show that subject FI in resolving the problem have a profile: (a) to
understand the verbal statement of the problem and turn it into a mathematical sentence, (b) more analytical in
receiving the information, (c) can extend the results, providing a justification, and solve problems in real-life
contexts, (d) to obtain the correct answer. Subject FD in resolving the problem have a profile: (a) to understand
the verbal statement of the problem, but can’t turn it into a mathematical sentence, (b) more global in receiving
the information, (c) susceptible manipulation humbug elements because they view it globally, (d) can’t extend
the results, providing a justification, and solve problems in real-life contexts, (e) often can’t obtain the correct
answer.
34
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)
PENDAHULUAN
membentuk, dan memanfaatkan informasi
Pendidikan merupakan salah satu (Muhtarom, 2012). Gaya kognitif meliputi sikap
komponen utama untuk membangun suatu yang stabil, pilihan, atau strategi kebiasaan yang
bangsa. Seperti yang tertuang dalam UU No. 20 membedakan gaya individu dalam merasakan,
Tahun 2003, Pendidikan nasional bertujuan mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah
untuk berkembangnya potensi siswa agar (Saracho, 1997).
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Terdapat banyak dimensi dari gaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak kognitif yang dikembangkan oleh para ahli yang
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dapat membedakan individu. Dimensi yang
dan menjadi warga negara yang demokratis paling penting adalah field independent dan field
serta bertanggung jawab. Namun kenyataannya dependent (Salameh, 2011: 189). Siswa yang
mutu pendidikan di Indonesia masih sangat memiliki gaya kognitif FD cenderung melihat
memprihatinkan. Dari data TIMSS 2011, pola secara keseluruhan dan mengalami
terbukti bahwa rata-rata skor perolehan pada kesulitan dalam memisahkan aspek-aspek
mata pelajaran matematika berada pada urutan tertentu suatu situasi atau pola, sedangkan siswa
bawah. Indonesia menduduki peringkat 38 dari yang memiliki gaya kognitif FI lebih dapat
45 negara dengan skor 386 dari skor melihat bagian-bagian yang membentuk suatu
internasional tertinggi 613 pada pelajaran pola yang besar (Fajari, Kusmayadi, &
matematika secara keseluruhan. Iswahyudi). Banyak peneliti yang menyatakan
Pemecahan masalah memegang peranan bahwa siswa dengan gaya kognitif yang berbeda,
penting dalam matematika dan harus memiliki menerima proses informasi dan pemecahan
peran penting dalam pendidikan matematika masalah dengan cara yang berbeda (Hassan,
(NCTM, 2010). Pemecahan masalah merupakan 2002: 172). Permasalahannya adalah guru
fokus dari matematika sekolah (Takahashi, belum memperhatikan gaya kognitif siswa
2008; Ali, 2010; Caballero, Blanco, Guerrero, dalam pembelajaran. Guru masih menganggap
2011; Karatas & Baki, 2013). Karena itu, siswa memiliki kemampuan yang sama dalam
penting untuk mengembangkan kemampuan menyerap pelajaran dan memecahkan masalah
pemecahan masalah siswa sejak dini matematika.
(Takahashi, 2008; Arslan, 2010). Langkah- Salah satu model pembelajaran yang
langkah pemecahan masalah yang dikemukakan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
Polya (1973) meliputi: (1) understanding the masalah adalah Problem Based Learning (PBL).
problem (memahami masalah), (2) devising a plan PBL adalah suatu sistem belajar mengajar di
(membuat rencana), (3) carrying out the plan mana, tanpa persiapan sebelumnya, kelompok
(melaksanakan rencana), (4) looking back kecil siswa mempertimbangkan keadaan yang
(memeriksa kembali). tidak familiar, masalah atau tugas, dengan
Ketika siswa memecahkan masalah, siswa mengeksplorasi sifat situasi asing ini, para siswa
mencari solusi yang tepat dari masalah tersebut berbagi pengetahuan dan pengalaman
dengan caranya sendiri (Ali, 2010; Arslan, 2010; sebelumnya (Nathan, 2004). Berbeda dengan
Caballero, Blanco & Guerrero 2011; Ahghar, lingkungan kelas matematika konvensional,
2012). Pemilihan solusi yang berbeda dari siswa lingkungan PBL memberikan siswa kesempatan
dapat dikarenakan perbedaan gaya kognitif. untuk mengembangkan kemampuan mereka
Gaya kognitif adalah cara-cara bagaimana untuk beradaptasi dan mengubah metode ke
menerima rangsangan yang berbeda dan berpikir situasi baru yang sesuai (Abdullah, Tarmizia, &
untuk belajar. Gaya kognitif dapat didefinisikan Abub, 2010: 371).
sebagai variasi cara seseorang menerima, Berdasarkan uraian sebelumnya,
mengingat, dan berpikir atau sebagai cara-cara permasalahan dalam penelitian ini adalah
khusus dalam menerima, menyimpan, sebagai berikut: (1) bagaimanakah deskripsi
35
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)
36
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)
dengan Morgan (Kheirzaden & Kassaian, 2011) berbeda (Goodenough dalam Saracho, 1997).
yang percaya bahwa ketika bidangnya tidak Pada soal nomor 12, subjek FI secara analitis
diorganisir secara jelas, individu FI relatif menyebutkan bahwa volume kenaikan air sama
cenderung menerapkan struktur mereka sendiri, dengan volume logam berbentuk limas yang
sedangkan individu FD menerima seperti apa dimasukkan ke dalam bejana. Untuk
adanya. Hal ini juga sesuai dengan karakteristik menentukan tinggi kenaikan air saat
subjek FI, yaitu mereka secara internal dimasukkank buah logam, subjek mengalikan
menunjukkan dan memproses informasi dengan tinggi kenaikan air saat dimasukkan 1 buah
strukturnya sendiri (Witkin, et.al., 1977). logam dengan k. Sedangkan untuk mengetahui
Membuat Rencana Penyelesaian (Devising banyak logam yang dimasukkan ke dalam
a Plan) bejana jika diketahui tinggi kenaikan air, subjek
Pada soal analyze, subjek FI dapat memasukkan ke persamaan volume naik =
menentukan hubungan antar variabel dan volume limas x k.
membuat kesimpulan yang valid dari informasi Pada soal synthesize/integrate, subjek FI
yang diberikan. Misalkan pada soal nomor 11, dapat menggabungkan fakta, konsep dan
subjek FI menyebutkan yang harus dicari adalah prosedur matematika untuk menetapkan hasil,
besar sudut terlebih dahulu. Kemudian subjek dan menggabungkan hasil untuk menghasilkan
mencari jarak dengan menggunakan rumus hasil yang lebih lanjut. Pada soal solvenon-routine
panjang busur. Dari jawaban subjek, terlihat problem, subjek FI dapat memecahkan masalah
bahwa dalam merencanakan penyelesaian dalam konteks kehidupan nyata.
masalah subjek FI cenderung lebih dipengaruhi Melaksanakan Rencana Penyelesaian
isyarat dari dalam dirinya sendiri, karena (Carrying Out the Plan)
memikirkan mencari besar sudut terlebih dahulu Pada langkah melaksanakan rencana
untuk mencari jarak yang ditempuh ujung penyelesaian, subjek FI mampu menggunakan
jarum jam. Hal ini sejalan dengan yang langkah-langkah pemecahan masalah yang telah
dikemukakan Amstrong, Cool, & Eugene (2011) direncanakan dengan benar dan dapat
yang menyatakan bahwa individu FI memperoleh ketepatan jawaban yang benar. Hal
mengadopsi pendekatan impersonal untuk ini senada dengan Hassan (2002) yang
pemecahan masalah, sedangkan individu FD menyatakan bahwa cara berpikir individu FI
mengadopsi pendekatan inter-personal untuk menunjang penampilan yang lebih tinggi dalam
memecahkan masalah. pemecahan masalah matematika dibandingkan
Pada soal generalize/specialize, subjek FI individu FD. Pada soal yang melibatkan
dapat memperluas hasil pemecahan masalah penggunaan Phytagoras, subjek FI
dan pemikiran matematis dengan menegaskan memanfaatkan triple Phytagoras. Subjek FI
kembali hasil yang lebih umum dan lebih luas, dapat langsung menemukan panjang sisi yang
dengan cara menggambar seperti gambar dicari tanpa melakukan perhitungan. Hal ini
sebelumnya dan menemukan pola berdasarkan senada dengan (Armstrong, Cools, & Eugene,
pada hasil pemecahan masalah sebelumnya, 2011) yang menyatakan bahwa individu FI
sehingga dapat menjawab masalah dengan cara mengadopsi pendekatan impersonal untuk
yang lebih singkat dan efektif. Hal ini sejalan pemecahan masalah, dan lebih memilih untuk
dengan yang dikemukakan Goodenough (dalam bekerja dalam situasi yang terstruktur. Pada soal
Saracho, 1997), yang menyatakan bahwa jika banyak buku yang dapat dimasukkan ke dalam
orang FD dan FI menggunakan beberapa proses kardus, Subjek FI dapat menjelaskan posisi buku
pembelajaran tanpa mengungkapkan kinerja dengan benar. Individu Field-independent (FI)
yang berbeda, orang FI bekerja dengan lebih dapat mengabstraksi item dari bidang sekitarnya
efektif, dan jika orang FD dan FI menggunakan dan menyelesaikan masalah yang memiliki
proses kognitif yang berbeda, efektivitas kinerja komponen penting dari konten tersebut (Hassan,
mereka akan bervariasi dalam kondisi yang 2002).
37
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)
38
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)
memandang secara global. Hal tersebut Pada langkah memeriksa kembali hasil
jugasenada dengan Johnstone & Al-Naeme penyelesaian, FD memeriksa jawaban yang
(dalam Hassan, 2002) yang menyatakan bahwa diperoleh pada setiap langkah proses pemecahan
Subjek FD kesulitan dalam memisahkan ’sinyal’ masalah yang dilakukan dengan cara meneliti
dari ’noise’, relevan dari yang tidak relevan, apa atau mengecek ulang jawabannya. Tetapi Subjek
yang penting dan informasi yang FD masih salah menjawab walau sudah
membingungkan. Dalam merencanakan memeriksa kembali penyelesaiannya.
penyelesaian, subjek FD cenderung
menggunakan cara yang panjang, sesuai dengan SIMPULAN DAN SARAN
cara-cara yang biasa diajarkan.
Pada soal synthesize/integrate, subjek FD Profil kemampuan pemecahan masalah
dapat menggabungkan fakta, konsep dan matematika yang ditunjukkan oleh subjek FI
prosedur matematika untuk menetapkan hasil, adalah sebagai berikut: (1) pada langkah
dan menggabungkan hasil untuk menghasilkan memahami masalah, subjek dapat memahami
hasil yang lebih lanjut. Pada soal yang pernyataan verbal dari masalah dan
berhubungan dengan teorema Phytagoras, mengubahnya ke dalam kalimat matematika,
subjek FD menggunakan rumus Phytagoras lebih analitis dalam menerima informasi; (2)
yang sudah diperoleh untuk mencari panjang sisi pada langkah membuat rencana penyelesaian,
yang belum diketahui.Pada soal justify,subjek subjek dapat mengungkapkan pengetahuan dan
FD tidak mampu mengungkapkan pengetahuan langkah-langkah yang sesuai untuk menjawab
apa saja yang dapat digunakan untuk menjawab masalah, cenderung mampu secara analitik
masalah. Hal tersebut terjadi karena subjek FD menentukan bagian-bagian sederhana dari
tidak dapat memahami masalah. Subjek FD konteks aslinya, menentukan hubungan antar
tidak dapat memberikan suatu pembenaran variabel dan membuat kesimpulan yang valid
berdasarkan pada hasil atau sifat matematika dari informasi yang diberikan, memperluas hasil
yang diketahuinya. Pada soal solvenon-routine pemecahan masalah dan pemikiran matematis
problem, subjek FD dapat memecahkan masalah dengan menegaskan kembali hasil yang lebih
dalam konteks kehidupan nyata dimana tidak umum dan lebih luas, memberikan suatu
sering dijumpai dengan menerapkan fakta, pembenaran berdasarkan pada hasil atau sifat
konsep, dan prosedur matematika dalam matematika yang diketahuinya, dan
konteks yang kompleks. memecahkan masalah dalam konteks kehidupan
Melaksanakan Rencana Penyelesaian nyata; (3) pada langkah melaksanakan rencana
(Carrying Out the Plan) penyelesaian, subjek dapat menggunakan
Pada langkah melaksanakan rencana langkah-langkah pemecahan masalah yang telah
penyelesaian, subjek FD mampu menggunakan direncanakan dengan benar dan memperoleh
langkah-langkah pemecahan masalah yang telah ketepatan jawaban yang benar; (4) pada
direncanakan. Pada soal analyze langkah memeriksa kembali hasil penyelesaian,
dansynthesize/integratesubjek FD dapat subjek meneliti atau mengecek ulang
memperoleh ketepatan jawaban yang benar. jawabannya.
Terdapat juga subjek FD yang tidak dapat Profil kemampuan pemecahan masalah
memperoleh jawaban yang benar, karena matematika soal setipe TIMSS yang ditunjukkan
rencana pemecahan masalah yang dibuat salah. oleh subjek FD adalah sebagai berikut: (1) pada
Pada soal generalize/specialize, justify, dan langkah memahami masalah, subjek dapat
solvenon-routine problemsubjek FD tidak dapat memahami pernyataan verbal dari masalah,
memperoleh jawaban yang benar. tetapi tidak dapat mengubahnya ke dalam
Memeriksa Kembali Hasil Penyelesaian ( bahasa matematika, lebih global dalam
Looking Back) menerima informasi; pada langkah membuat
rencana penyelesaian, subjek dapat
39
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)
40
Lia Vendiagrys, Iwan Junaedi, Masrukan / UJMER 4 (1) (2015)
Saracho, O. N. 1997. Teachers’ and Students’ Cognitive Research and Development in Problem
Styles in Early Childhood Education.London : Solving in Mathematics Education),
Greenwood Publishing Group. Monteree, Mexico.
Takahashi, 2008. “Beyond Show and Tell: Neriage Witkin, H. A., Moore, C. A., Goodenough, D. R., &
for Teaching through Problem-Solving–Ideas Cox, P. W., 1977.Field-Dependent and Field-
from Japanese Problem-Solving Approaches Independent Cognitive Style and Their
for Teaching Mathematics”. Papers. The 11th Educational Implications.Review of educatioanl
International Congress on Mathematics Reaserch Vol. 47 No. 1.Pp. 1 - 64.
Education in Mexico (Section TSG 19:
41