Anda di halaman 1dari 16

SPRAY SPRINKLER PESTISIDA

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPA Terapan

Yang Dibina Oleh Ibu Isnanik Juni Fitriyah, S.Pd., M.Si.

Oleh:
Yana Lazuardhana Shalsabilla (190351620424)
Kelompok A Offering A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

September 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
petunjuk, kesehatan, dan kesabaran kepada kami sehingga makalah yang berjudul “Spray
Sprinkler Pestisida” dapat terselesaikan dengan tepat waktu yang disusun sebagai salah satu
tugas mata kuliah IPA Terapan.

Pada kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dan kepada
yang terhormat:

1. Ibu Isnanik Juni Fitriyah, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembina mata kuliah Zat Aditif
dan Adiktif.

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moral maupun materi.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah ini. Khususnya dari dosen pembina mata kuliah
IPA Terapan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk bekal di masa
yang akan datang. Akhir selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Malang, 02 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1 Macam-Macam Hama...................................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Pestisida......................................................................................................5
2.3 Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Komposisi Kimianya..............................................6
2.4 Konsep Fisika dan Cara Kerja Spray Sprinkle Pestisida.............................................10
Bab III Penutup......................................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hama sangat meresahkan dan dapat merugikan para petani. Keberadaan hama di
tanaman ditanam oleh petani dapat merusak sehingga kualitas tanaman tersebut menjadi
rendah. Oleh karena itu dibutuhkan cara untuk mengendalikan hama, salah satunya
menggunakan pestisida organik maupun non-organik. Pestisida mengandung senyawa kimia
yang dapat mengakibatkan kematian bagi hama, sehingga pestisida dapat menjalankan
fungsinya sebagai pembasmi hama.

Kebanyakan pertanian di Indonesia masih membasmi hama tanaman dengan cara


menyemprotkan manual pestisida. Dengan cara tersebut, banyak kekuranggannya antara lain
membutuhkan banyak tenaga, waktu dan jumah pestisida yang tidak sedikit, serta tidak
meratanya pestisida. Hal itu dapat merugikan petani sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan alat
inovasi untuk melakukan itu semua. Sekarang telah tersedia alat penyemprot otomatis yang
dapat digunakan di bidang pertanian, yang bernama Spray Sprinkle.

Berikut merupakan kelebihan menggunakan Spray Sprinkle (Prastowo dan Liyantoro,


2002).
1. Efisiensi pemakaian air cukup tinggi
2. Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman tanah
(solum) yang dangkal, tanpa diperlukan perataan lahan (land grading).
3. Cocok untuk tanah berpasir yang laju infiltrasi cukup tinggi.
4. Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya
erosi.
5. Pemupukan terlarut, herbisida dan fungisida dapat dilakukan bersama-sama dengan
air irigasi.
6. Biaya tenaga kerja untuk operasi biasanya lebih kecil daripada irigasi permukaan
7. Dengan tidak diperlukannya saluran terbuka, maka tidak banyak lahan yang tidak
dapat ditanami, tidak mengganggu operasi alat dan mesin pertanian

Spray Sprinkle bukan hanya dapat digunakan dengan air, namun juga bisa
digunakan pestisida untuk membasmi hama. Pada makalah ini, akan membahas
macam-macam hama, jenis-jenis pestisida, klasifikasi pestisida berdasarkan komposisi
kimianya dan tentunya konsep dan cara kerja spray sprinkle pestisida.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja macam-macam hama?


2. Apa saja jenis-jenis pestisida?
3. Bagaimana klasifikasi pestisida berdasarkan komposisi kimianya?
4. Bagaimana konsep fisika dan cara kerja spray sprinkle pestisida ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui macam-macam hama


2. Untuk mengetahui jenis-jenis pestisida
3. Untuk mengetahui klasifikasi pestisida berdasarkan komposisi kimianya
4. Untuk mengetahui konsep fisika dan cara kerja spray sprinkle pestisida

macam-macam hama
jenis-jenis pestisida
klasifikasi pestisida berdasarkan komposisi kimianya
konsep fisika dan cara kerja spray sprinkle pestisida

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Macam-Macam Hama

Hama merupakan hewan pengganggu atau perusak tanaman seingga tanaman


mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya. Gangguan hama bisa
terjadi selama tumbuhan tersebut tumbuh, bisa terjadi saat pembenihan, pembibitan,
pemanenan, bahkan pada saat berada di penyimpanan. Hama bisa merusak tanaman
secara langsung maupun tidak langsung. Hama dapat berbentuk hewan kecil seperti
kutu, ulat, dan lalat sampai hewan besar seperti tikus.

Berikut merupakan macam-macam hama.

1. Kutu Daun (Aphioidea)


Kutu daun mengisap cairan pada tanaman yang menyebabkan tanaman
tersebut menjadi lemah. Selain itu kutu daun mengeluarkan cairan seperti gula yang
menguntungkan bagi pertumbuhan cendawan hitam pada daun. Kutu daun terdiri
dari 2 jenis, yaitu kutu daun bersayap dan kutu daun tidak bersayap, dimana
perbedaan keduanya terjadi dikarenakan terdapat kompetisi terhadap makanan.
Secara langsung, serangan aphid menyebabkan daun berkeriput, kekuningan,
terpuntir, pertumbuhan tanaman terhambat, layu lalu mati. Secara tidak langsung
kutu daun berperan sebagai vektor beberapa jenis penyakit virus (Susetyo,2016).

Klasifikasi kutu daun di Indonesia terdiri dari 4 kelas aphid, yaitu : 1). Aphis
gossypii; 2). Myzus persicae; 3). Mecrosiphum euphorbiae; 4). Acyrthosiphon
solani. Untuk membedakan ke empat macam kelas kutu daun ini berdasarkan bentuk
dan ukuran badan, bentuk kepala, panjang antena, bentuk dan panjang cornnicle
serta bentuk dari caudal / ekor (Susetyo,2016).

2. Belalang (Valanga nigricornis)


Belalang ini berwarna hijau muda kekuning-kuningan dengan panjang kurang
lebih 44-72 mm. Gejala hama ini yaitu terdapat bekas gigitan yang dimulai di tepi
dan tengah daun sehingga daun robek dibagian tepi atau berlubang (Suharti et al,
2015).

3
3. Ulat grayak (Spodoptera sp.)
Ulat ini dikenal sebagai ulat grayak karena menyerang tanaman pada malam
hari secara bersama. Ulat ini awalnya hidup bergerombol pada permukaan atas daun
dan berakhir menyebar serta memakan epidermis daun hingga habis dan yang
tertinggal hanya tulang daun. Pada siang hari ulat ini biasanya bersembunyi di
bawah daun atau di dalam rongga tanah. Ulat grayak berukuran ± 3 cm. Ciri utama
dari ulat yaitu terdapat bintik cokelat pada kedua sisi sedangkan bagian dorsal
terdapat sepasang garis berwarna kuning. Serangan pada bibit dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan bahkan mematikan tanaman (Suharti et al, 2015).

4. Ulat jengkal (Hyposidra talaca)


Gejala serangan hama ini berupa daun yang berlubang. Ulat jegkal muda
memakan jaringan di antara tulang-tulang daun, sedangkan yang lebih tua dapat
memakan hampir seluruh daun dan seringkali hanya tulang tengah daun yang masih
utuh ditinggalkan (Suharti et al, 2015).

5. Ulat penggulung daun (Sylepta sp.)


Ulat ini berbentuk silinder, berwarna hijau transparan. Kepala larva berwarna
coklat sampai hitam. Ulat penggulung daun menyerang daun terutama yang masih
muda. Ulat makan dengan menggerek dimulai dari bagian tepi daun menuju tulang
daun kemudian menggulung atau melipat daun. Apabila gulungan daun dibuka akan
ditemukan larva atau pupa. Serangga ini polifag, memakan berbagai jenis tanaman
mulai dari pohon, semak dan gulma. Hama ini banyak menyerang tanaman jenis
kacang-kacangan (Chutia et al. 2012).

6. Wereng cokelat (Nilaparvata lugens)


Wereng cokelat adalah serangga penghisap cairan tanaman yang berwarna
kecoklat-coklatan, dengan panjang tubuh 2-4,4 mm. Serangga dewasanya
mempunyai dua bentuk yaitu yang bersayap pendek dan yang bersayap panjang.
Wereng cokelat adalah serangga monofag, terbatas pada padi (Oryza paennis) dan
padi liar (Oryza spontenea) (Sogawa, 1982). Hama wereng dapat menyebabkan
daun dan batang tumbuhan menjadi berlubang-lubang, bahkan jika parah daun akan
menguning, kering, dan akhirnya mati.

4
7. Tikus
Tikus merupakan hewan pengerat yang memakan buah pada masa persemaian,
pertumbuhan, pembungaan, panen, sampai penyimpanan. Tikus dapat berkembang
biak dengan baik sehingga susah untuk dikendalikan.

2.2 Jenis - Jenis Pestisida

Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk


mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Jasad sasaran dari
penggunaan pestisida bermacam-macam, seperti serangga, gulma, burung, mamalia,
ikan atau mikroba yang dianggap mengganggu. Berdasarkan pasal 4 Bab III Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2019 tentang  Pendaftaran Pestisida, menyatakan
bahwa pestisida diklasifikasikan berdasarkan atas bahan aktif, bahaya dan lingkup
penggunaan. Berdasarkan bahan aktif, pestisida diklasifikasikan menjadi pestisida
sintetik dan pestisida alami. Pestisida sintetik merupakan pestisida berbahan aktif 1
(satu) atau lebih senyawa sintetik. Sedangkan yang dimaksud pestisida alami adalah
pestisida berbahan aktif  berasal dari makhluk hidup atau mineral alami. Pestisida alami
terdiri atas pestisida biologi, pestisida metabolit dan pestisida mineral. Pestisida biologi
berbahan aktif mikro organisme atau virus, pestisida metabolit berbahan aktif senyawa
sekunder dari makhluk hidup sedangkan pestisida mineral adalah pestisida berbahan
aktif mineral alami (Hamdani, 2020)

Tabel jenis-jenis pestisida berdasarkan target organisme


Sumber : Zacharia dan James Tano, 2011

5
Berdasarkan cara kerja, pestisida yang sering digunakan petani di lapangan adalah
sebagai berikut (Hamdani,2020).

1. Pestisida racun sistemik


Racun sistemik setelah disemprotkan akan menempel pada tanaman, yang kemudian
pestisida akan terserap ke dalam tanaman melalui akar dan daun. Setelah hama
memakan tanaman tersebut, hama akan mati. Contoh : dimehipo, karbendazim,
glifosat, dan lain-lain

2. Pestisida racun kontak


Racun pada pestisida tersebut akan masuk ke jaringan tubuh organisme target.
Selanjutnya akan terjadi gangguan fungsi fisiologis organisme target yang berakibat
pada kematian. Untuk jenis insektisida, penggunaan racun kontak sangat efektif
untuk mengendalikan serangga yang menetap dan tidak tersembunyi. Racun ini
kurang bekerja baik terhadap serangga-serangga yang mempunyai mobilitas tinggi
atau tersembunyi, seperti lalat, kutu kebul dan belalang atau yang berada dalam
jaringan tanaman. Contoh : klorpirifos, mankozeb, dan lain-lain.

3. Racun Lambung
Racun yang terdapat dalam insektisida ini baru bekerja jika bagian tanaman yang
telah disemprot dimakan oleh hama. Di lambung inilah kerja racun mulai bereaksi.
Racun lambung ini biasanya berhubungan dengan racun pestisida sistemik.

4. Racun Pernapasan
Insektisida jenis ini dapat membunuh serangga jika terhisap melalui organ
pernafasan hama. Racun ini sering digunakan untuk mengendalikan hama gudang.
Jenis racun ini sering disebut sebagai racun fumigan.

2.3 Klasifikasi Pestisida berdasarkan Komposisi Kimianya


Klasifikasi pestisida berdasarkan komposisi kimianya ini memberikan petunjuk
tentang khasiat, sifat fisik dan kimia dari masing-masing pestisida, yang
pengetahuannya sangat penting dalam cara aplikasi, tindakan pencegahan yang perlu
dilakukan.

6
Berikut adalah klasifikasi pestisida berdasarkan komposisi kimianya (Buchel,
1983).

1. Organoklorin
Pestisida organoklorin adalah senyawa organik dengan lima atau lebih atom
klorin. Digunakan secara luas sebagai insektisida untuk mengendalikan berbagai
serangga yang bertindak sebagai pengganggu sistem saraf yang menyebabkan
kejang dan kelumpuhan serangga dan akhirnya mati serta pestisida ini memiliki efek
residu jangka panjang di lingkungan karena mereka tahan terhadap sebagian besar
degradasi kimia dan mikroba. Contoh: DDT, lindane, endosulfan, aldrin, dieldrin
dan chlordane.

Gambar Contoh Pestisida Organoklorin


Sumber : Zacharia dan James Tano, 2011
2. Organofosfat
Organofosfat mengandung gugus fosfat sebagai kerangka struktural dasar.
Di mana, R1 dan R2 biasanya merupakan gugus metil atau etil, O pada gugus
OX dapat digantikan dengan S dalam beberapa senyawa, sedangkan gugus X
dapat memiliki keragaman bentuk yang luas.

Gambar Struktur Kimia Organofosat


Sumber : Zacharia dan James Tano, 2011
Insektisida organofosfor umumnya lebih beracun bagi vertebrata dan
invertebrata sebagai inhibitor kolinesterase yang mengarah ketumpang tindihan
permanen neurotransmitter asetilkolin di sinaps. Akibatnya, impuls saraf gagal
untuk bergerak melintasi sinaps yang menyebabkan kedutan yang cepat pada

7
otot-otot volunter dan karenanya kelumpuhan dan kematian. Contoh: parathion,
malathion, diaznon dan glifosat.

Gambar Contoh Pestisida Organofosfat


Sumber : Zacharia dan James Tano, 2011
3. Karbamat
Karbamat merupakan pestisida organik dengan struktur dasarnya adalah
asam karbamat. Dimana, R1 adalah gugus alkohol, R2 adalah gugus metil dan
R3 biasanya hidrogen.

Gambar Struktur Kimia Karbamat


Sumber : Zacharia dan James Tano, 2011
Baik oksim dan aril karbamat memiliki toksisitas serangga dan mamalia yang
cukup tinggi sebagai penghambat kolinesterase. Contoh: karbaril, karbofuran
dan aminokarb.

Gambar Contoh Pestisida Karbamat


Sumber : Zacharia dan James Tano, 2011
4. Piretrin

8
peritroid merupakan produk bunga dari tanaman pyrethrum (Chrysanthemum
cinerariaefolium). Komponen insektisida bunga pyrethrum adalah ester optik
aktif yang berasal dari (+) asam trans-krisan dan (+) asam trans-pyrethroic.

Gambar Komponen Piretrin


Sumber : Zacharia dan James Tano, 2011
Meskipun piretrin alami adalah insektisida yang efektif, degradasi fotokimianya
sangat cepat sehingga penggunaannya sebagai insektisida pertanian menjadi
tidak praktis.
5. Piretroid
Piretroid merupakan analog sintetik dari piretrin alami. Analog sintetik dari
piretrin yang terjadi secara alami (piretroid) dikembangkan dengan modifikasi
struktur piretrin dengan memperkenalkan bagian bifenoksi dan mengganti
beberapa hidrogen dengan halogen untuk memberikan stabilitas pada saat yang
sama mempertahankan sifat dasar piretrinPiretroid memiliki efek nocking down
yang cepat terhadap hama serangga, toksisitas mamalia yang rendah, dan
biodegradasi yang mudah. Contoh: permetrin, sipermetrin, dan deltametrin.

Gambar Contoh Pestisida Peritroid


Sumber : Zacharia dan James Tano, 2011

9
2.4 Konsep Fisika dan Cara Kerja Spray Sprinkle Pestisida
Pada spray sprinkle pestisida terdapat beberapa konsep fisika yang tekandung
didalamnya antara lain :

1. Gerak Parabola
Saat spray sprinkle mengeluarkan pestisida, fluidanya membentuk parabola
sehingga pestisida dapat menjangkau tanaman yang berjarak jauh dari spray
sprinkle, dan hal ni termasuk gerak parabola. Gerak parabola merupakan
gabungan dari dua komponen gerak yaitu gerak vertikal (sumbu y), dan gerak
horizontal (sumbu x).
Pada komponen gerak vertikal besarnya selalu berubah karena dipengaruhi
oleh percepatan gravitasi. Sebelum fluida mencapai puncak, maka kecepatannya
mengalami perlambatan dan ketika sudah melewati puncak, maka kecepatannya
semakin besar. Pada komponen gerak horizontal besarnya selalu tetap (Serway,
2014).
2. Tekanan
Beberapa model badan sprinkler dapat mengontrol tekanan air pada saluran
masuk ke nozel, menghasilkan kinerja efektif dari nozel semprot terkait. Badan
sprinkler semprot dengan pengaturan tekanan integral dapat mengurangi limbah
air dengan menyediakan aliran konstan pada nozle sprinkler. Selain itu, ketika
badan sprinkler mempertahankan tekanan mendekati tekanan operasi
optimalnya, nozel yang terhubung lebih mampu menghasilkan jumlah
semprotan air yang tepat dan cakupan untuk distribusi air yang lebih seragam di
seluruh lanskap.
3. Torsi
Konsep torsi terjadi pada nozel dimana setiap nozel akan berputar atau berotasi,
ujung nozel tetap pada satu titik. Torsi merupakan rotasi yang setara dengan
gaya, dan tergatung pada tiga faktor yaitu besarnya F gaya, Jarak dari titik pusat
ke pivot, dan sudut dimana gaya tersebut diterapkan (Serway, 2014).
4. Fluida dinamis
Konsep fluida dinamis terjadi ketika pestisida mengalir dari pompa mengalir
melalui selang dan berakhir dipancurkan oleh nozel. Asas benoulli juga
termasuk ke dalam konsep ini, yang berbunyi “Tekanan dari fluida yang

10
bergerak akan berkurang ketika fluida tersebut bergerak lebih cepat” (Serway,
2014).

Cara kerja dari spray sprinkle pestisida, yang pertama pestisida yang tertampung di
dalam penampungan akan di pompa menuju ke pipa utama, pestisida tidak hanya
diairkan menuju ke satu pipa cabang saja, namunke semua pipa cabang yang terhubung
dengan badan spray sprinkle. Pada spray sprinkle, tekanan fluida akan diatur
sedemikian rupa dan dialirkan ke ozel, yang kemudian oleh nozel disemprotkan
sehingga pestisida dapat menjangkau ke seluruh kebun.

Gambar Model Spray Sprinkle Pestisida


Sumber : Ahmad dan Budianto, 2016

Gambar Nozel dan Badan Spray Sprinkle


Sumber : Ahmad dan Budianto, 2016

11
BAB III
PENUTUP
Hama merupakan hewan pengganggu atau perusak tanaman seingga tanaman
mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya. Macam-macam hama
antara lain kutu daun, belalang, ulat grayak, ulat jengkal, ulat penggulung daun, wereng
cokelat, dan tikus.

Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan,


menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Terdapat jenis-jenis pestisida, yaitu
berdasarkan target organisme, cara kerja, dan bahan dasar pestisida.

Klasifikasi pestisida berdasarkan komposisi kimianya ini memberikan petunjuk


tentang khasiat, sifat fisik dan kimia dari masing-masing pestisida, yang pengetahuannya
sangat penting dalam cara aplikasi, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan. Klasifikasi
pestisida berdasarkan komposisi kimianya yaitu Organoklorin, Organofosfat, Karbamat,
Piretrin, dan Piretroid. Beberapa konsep yang terkandung dalam spray sprinkle antara lain
yaitu gerak parabola, tekanan, torsi, dan fluida dinamis.

12
DAFTAR PUSTAKA
Buchel, K. H. (1983). Chemistry of Pesticides. New York : John Wiley & Sons, Inc

Chutia, B. C., A. Rahman, M. Sarmah, B.K. Barthakurl dan M. Borthakur. (2012).


Hyposidra talaca (Walker) : A Major Defoliating Pest of Tea in North East India. Two
and a Bud, 59: 17- 20.

Hamdani. (2020). MENGENAL PESISIDA, KEGUNAAN DAN BAHAYANYA.


https://balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/web/page/title/887/mengenal-
pestisida-kegunaan-dan-bahayanya

Prastowo dan Liyantono. (2002). Prosedur Desain Irigasi Curah. Bogor: Institut Pertanian
Bogor

Sogawa, K. (1982). The rice brown planthopper: Feeding physiology and host plant
interactions. Ann. Rev. Entomol. 27:49-73

Suharti, Tati., Rina K., Narmawati S., dan Wida D.(2015). IDENTIFIKASI DAN TEKNIK
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT BIBIT KRAJI (Pongamia pinnata).
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan, 3(2): 91-100

Susetyo, Hendry P. (2016). Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun).
http://hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2016/12/Identifikasi-OPT-
Kentang.pdf

Tusi, Ahmad dan Budianto L. (2016). RANCANGAN IRIGASI SPRINKLER PORTABLE


TANAMAN PAKCHOY. Jurnal Irigasi, 11(1): 43-54

Zacharia dan James T. (2011). Pesticides n the Modern World-Treds in Pesticides


Analysis.Rijeka: InTech Open

13

Anda mungkin juga menyukai