Anda di halaman 1dari 17

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120

KEADAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA GALANGAN


KAPAL KAYU

Jasmoro1) dan Muchtar Ahmad2)


1)
Ketua Koperasi Maju Sejahtera, Dumai, Riau
2)
Laboratorium Kapal Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru

Diterima : 30 Juni 2009 Disetujui : 20 Juli 2009

ABSTRACT

Understanding of industrial situation in an area, is essential to develop the


industry further, and production factors situation can be represent it. Using
endogenous perceptional method, the production factors of wooden made boat of
shipyard surveyed. The location, worker, capital, and entrepreneurship situation and
condition observed, were tend to be bad, due to the technical and managerial
problems. Especially concerning with entrepreneurship, high price and difficult to get
proper wood materials, no well trained technician in ship design, in machinery
recruitment, and lack of training program to improve the situation or to solve the
problems. As consequence some of the shipyard enterprise either close, stop to
produce ship, or moving to other location. A deindustria-lization trend emerged as
many workers unemployed and the area become depressed.

Key words : Location, worker, capital, entrepreneurship, deindustrialization.

PENDAHULUAN perkembangannya adalah mengenai


Keadaan industri di suatu faktor produksi industri yang ada di
kawasan menentukan pertumbuhan sekitar suatu kawasan. Dengan
ekonominya. Industri yang menggunakan konsep yang
mendayagunakan sumber tempatan dikemukakan oleh (Sukirno dan
memegang peranan penting dalam Sadono, 2002) bahwa faktor produksi
menyerap tenaga kerja dan perubahan berkenaan dengan benda-benda yang
struktur ekonomi serta penanaman disediakan oleh alam atau diciptakan
modal. Oleh karena itu keadaan oleh manusia yang dapat digunakan
industri suatu tempat biasa dijadikan untuk memproduksi barang dan jasa.
rujukan dalam memperkira prospek Maka faktor produksi yang dilaporkan
masa depannya. Di antara yang di sini ialah berkenaan dengan
dianalisis berkenaan penanaman modal sumberdaya alam atau lahan lokasi dan
atau menerka prospek di masa depan bahan baku kayu, tenaga kerja atau
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 105
Kapal Kayu

sumberdaya manusia, permodalan, berdasarkan analisis keadaan faktor


teknologi, serta faktor penunjang produksi di galangan kapal. Sedangkan
seperti infrastruktur, iklim usaha, tentang pengelolaan, sistem rekayasa,
keadaan birokrasi dan administrasi, kelapukan bahan dan manajemen
kelembagaan legal, dan umum industri dan ekonomi galangan
kepegurusannya (governance) pada kapal di Dumai, memang telah
suatu galangan kapal di Dumai. dilakukan oleh Muchtar Ahmad
Dumai sebagai kawasan pesisir menjelang akhir abad 20 lalu dan sejak
dan terdapat pelabuhan internasional, itu penelitian mahasiswa Universitas
sudah berkembang galangan kapal Riau mengenai galangan kapal dan
sejak tahun 1970-an. Akan tetapi kapal kayu semakin berkembang
galangan kapal kayu skala kecil sudah menjelang pertengahan dasawarsa
ada jauh sebelumnya. Galangan kapal pertama abad 21, walaupun
adalah suatu tempat atau bangunan penerbitannya ditemukan setelah tahun
yang terletak ditepi laut atau sungai 2000 (Ahmad 1998, 2000, 2004, Indra
yang berfungsi sebagai tempat untuk 2005, Habib 2007, Karmizal 1998).
membangun, merefarasi atau merawat Namun penelitian sebelum itu tidak
kapal (Soejono Djatmiko ). Jadi ada secara khusus berkaitan dengan
galangan kapal (dock) adalah tempat analisis faktor produksi dengan
dimana segala kegiatan yang pendekatan persepsi dari usaha itu
menyangkut reparasi kapal yang rusak, sendiri.
perawatan kapal dan proses
pembangunan kapal dilaksanakan. METODE PENELITIAN
Sedangkan galangan kapal kayu Penelitian ini dilakukan pada
maksudnya adalah usaha galangan tahun 2007 di galangan kapal kayu
yang kegiatannya membuat, CV. Kurnia Illahi di Kota Dumai.
memperbaik dan merawat (service) Sebagai objek kajian ialah mengenai
kapal yang bahan kapal umumnya pengelolaan faktor produksi yang
tebuat dari kayu (Ahmad 2004). dilakukan, yaitu sumberdaya alam,
Tulisan ini melaporkan kajian tenaga manusia, modal, serta keahlian
terhadap faktor produksi pada dan keusahawanan. Cara pengumpulan
galangan kapal kayu di Dumai, dalam data dilakukan dengan menggunakan
rangka memahami keadaan dan teknik observasi, dengan alat
masalahnya serta menerka pengumpulan data primer memakai
kemungkinan perkembangannya kuisioner dan wawancara (Soegiono
ditinjau dari pengelolaan dan 2005).
pengurusan faktor produksi. Kajian Pengamatan di galangan kapal
semacam yang dilaporkan ini masih CV Kurnia Illahi dilakukan dengan
belum pernah diterbitkan, khasnya mencatat secara sistemik tanggapan
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 106
Kapal Kayu

dan penerimaan dari 23 tenaga kerja deskriptif dipakai untuk mengetahui


yang dipilih secara sengaja (purposive keadaannya dengan ukurang kwalitatif
sampling) berdasarkan kesediaan (baik, cukup baik atau kurang baik)
menjawab dan berdiskusi. Mereka penyediaan faktor produksi yang ada
bekerja pada galangan kapal itu, di galangan kapal kayu yang diamati.
karenanya mengetahui cukup baik Selanjutnya dilakukan pembahasan
berkaitan dengan pegelolaan produksi. dari segi manajemen dan pengurusan
Kunjungan ke tempat penelitian usaha sesuai dengan sasaran penelitian,
dilakukan secara berulangkali baik sebagai pedoman merumuskan
untuk mengamati kondisi dan situasi simpulan.
usaha maupun melengkapi bahan yang
masih kurang. Bersamaan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengamatan lapangan dilaksanakan 1. Keadaan Galangan Kapal Kayu
pula dengan penyebaran kuisioner Letak geografis kota Dumai di
yang merupakan serangkaian bagian Barat Selat Melaka, memiliki
pertanyaan tersusun secara sistimatis kawasan laut dan perairan
berkaitan dengan faktor produksi penangkapan yang luas, memiliki
usaha galangan kapal kayu yang pelabuhan kapal yang cukup memadai,
diamati. Wawancara dan diskusi jumlah penduduk yang sebagiannya
dengan pemilik usaha dilakukan untuk bekerja sebagai nelayan dan pengusaha
melengkapi data yang telah diperoleh angkutan laut, memerlukan sarana
baik melalui daftar pertanyaan yang berupa kapal laut. Sehubungan
(kuisioner) maupun dari catatan hal tersebut, industri galangan kapal
pengamatan. Sedangkan data sekunder sangat diperlukan untuk proses
diperoleh dari Dinas Perdagangan perawatan, perbaikan dan pembuatan
Industri dan Koperasi, kota Dumai. kapal baru. Sebab itu, usaha galangan
Data yang terkumpul diolah kapal sangat dibutuhkan seiring
dengan mengelompokkannya sesuai dengan meningkatnya kebutuhan akan
dengan jenis dan kriteria yang sesuai jasa alat angkut laut dan alat
dan berkaitan dengan faktor produksi. pendukung perikanan tangkap.
Selanjutnya data dianalisis dengan Di daerah Dumai (Dumai
menguraikannya secara kuantitatif dan Timur dan Dumai Barat), terdapat
kualitatif. Untuk menganalisis tujuh industri galangan kapal yang
keadaan faktor produksi di galangan melakukan kegiatan membuat kapal;
kapal kayu, maka ditelaah keadaan di samping memperbaiki dan merawat
lokasi (lahan) dan sumber alam (bahan kapal kayu yang rusak. Kegiatan
baku kayu), tenaga kerja, modal, serta perbaikan dan perawatan kapal
kemampuan (competency) dan dilakukan bukan saja terhadap kapal
keusahawanan. Analisis statistik yang dibuat pada galangan kapal ini,
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 107
Kapal Kayu

tetapi juga kapal yang dibuat oleh yang biasa digunakan dalam
galangan kapal lain. Jumlah dan pembuatan kapal berupa beroti, papan
kegiatan atau usaha yang dilakukan di dan gading-gading. Untuk lunas
galangan kapal tersebut, sebagaimana biasanya menggunakan kayu kempas
umumnya usaha galangan berskala atau kayu malas, sedangkan dinding
kecil dengan teanga kerja tetap kurang kapal menggunakan papan yang
dari 20 orang, mampu membuat kapal terbuat dari kayu meranti batu atau
ukuran 100GT, walaupun sebagian kayu kelat dan khusus untuk gading-
besar produksinya biasanya berukuran gading dipakai kayu leban.
kurang dari 30GT. Tetapi yang Jumlah kebutuhan masing-
berskala menengah dengan teanga masing jenis kayu juga berbeda, sesuai
kerja tetap lebih dari 20 orang mampu dengan ukuran kapal yang dibangun.
melayani jasa kepada kapal yang Sebagai gambaran kebutuhan masing-
berukuran sampai 500GT (Ahmad masing jenis kayu bagi berbagai
2004), yang jumlahnya hanya dua ukuran bangunan kapal diterakan pada
perusahan. Oleh karena itu suatu Tabel 1. Dapat diketahui dari tabel
perusahaan galangan kapal hanya tersebut bahwa kebutuhan terbesar
mampu memproduksi atau melayani adalah bahan kayu, berupa beroti.
perbaikan dan perawatan kurang dari 5 Bahan ini umumnya dipakai dari jenis
kapal setahun, tergantung dari kegiatan kayu kelat atau meranti batu, yang
dan ukuran kapal yang dilayani jasa dipasang pada bagian kapal yang tak
pembuatan, perawatan atau perbaikan. selalu kena air (Ahmad dan Nofrizal
Untuk kapal yang berukuran 100GT ke 2010). Namun jenis bahan kayu yang
atas setahun hanya mampu diproduksi sesuai dan biasa digunakan itu semakin
satu kapal. sulit didapatkan oleh galangan kapal,
sebab merajalelanya penebangan liar
2. Bahan kapal dan jenis kayu (Kompas 15 Juni 2006). Oleh sebab
Bahan yang dipergunakan itu, upaya usaha budidaya kayu bahan
sebagai faktor produksi untuk baku kapal sudah perlu dilakukan, agar
pembuatan, perbaikan dan perawatan pembuatan kapal kayu berkelanjutan.
kapal terutama kayu. Namun tidak Selain bahan baku utama kayu,
semua jenis kayu dapat atau layak kegiatan pembuatan, perbaikan dan
digunakan bagi pembuatan kapal, perawatan kapal memerlukan bahan
sebab tidak setiap jenis kayu memiliki pendukung lainnya yang berupa; paku,
daya tahan terhadap air dan beban pemakal, dempul, baut dan bahan
yang berbeda-beda (Ahmad dan pendukung lain seperti cat dll.
Nofrizal 2010). Bentuk kayu olahan
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN
Keadaan Faktor 14,2 (2009)Pada
Produksi : 104-120
Usaha Galangan 108
Kapal Kayu

Tabel 1. Jumlah bahan kayu yang dibutuhkan untuk pembuatan kapal

Keperluan Kayu
No. Jenis kapal Kapasitas (GT) Jumlah
Papan Beroti Gading
a). 1,5 0,4 M3 0,15 M3 0,1 M3 0,65 M3
01. Perikanan
b). 3,5 0,85 M3 0,35 M3 0,25 M3 1,45 M3
a). 5 1,5 M3 0,5 M3 0,3 M3 2 M3
b). 10 2,4 M3 1 M3 0,6 M3 4 M3
c). 20 4,8 M3 2 M3 1,2 M3 8 M3
02. Kargo
d). 50 12 M3 5 M3 3 M3 20 M3
e). 100 24 M3 10 M3 6 M3 40 M3
f). 500 120 M3 50 M3 30 M3 200 M3
Sumber Data : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007.

3. Mesin dan Peralatan Kapal di perairan laut. Para pengusaha dan


Mesin dan peralatan yang nelayan yang menggunakan jasa
digunakan untuk pembuatan, galangan kapal ini berasal dari daerah
perbaikan dan perawatan kapal kayu Dumai pada khususnya, mau pun dari
seperti: mesin listrik (mesin daerah luar kota Dumai seperti: Rupat,
penggerak), mesin potong (chainsaw), Bengkalis, Bagan Siapi-api, Batam,
mesin press, mesin bubut dan bor. Tanjung Pinang bahkan dari luar Riau
Selain mesin juga menggunakan seperti Tanjung Balai Asahan, Banda
peralatan/perkakas seperti: kapak, Aceh dan lain-lain. Misalnya kapal
pahat, palu, gergaji, water pass, kayu buatan galangan CV. Kurnia
meteran, tang dan palu. Illahi ini telah digunakan oleh para
Proses pembuatan, perbaikan, pengusaha kapal untuk menjelajahi
dan perawatan kapal kayu yang lautan yang ada di Asia Tenggara
dilakukan cukup sederhana, tidak seperti: Malaysia, Singapura, Brunai,
memiliki dok khusus, dalam arti kata Thailand bahkan sampai RRC dan
kegiatan pembuatan bangunan kapal India dalam melayani kegiatan ekspor
(konstruksi), perbaikan dan perawatan dan impor barang dari dalam dan luar
kapal dilakukan di pinggiran laut yang negeri. Hal ini cukup membuktikan
dibuat dan ditata sedemikian rupa, bahwa kapal kayu buatan CV. Kurni
sehingga menjadi galangan kapal yang Illahi Dumai itu cukup tangguh dan
sederhana untuk melakukan segala bermutu tinggi, pada hal perusahaan
kegiatan di galangan kapal. itu baru berdiri pada tahun 1990
Galangan kapal ini melayani (Jasmoro 2007). Dalam hal ini tampak
juga kapal dari pelanggan pengusaha adanya penguasaan teknik perkapalan
angkutan laut, dan para nelayan yang yang lumayan dan dapat
menggunakan kapal sebagai dikembangkan ke arah yang lebih
pendukung penangkapan ikan modren.
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 109
Kapal Kayu

4. Lokasi usaha (lahan, lingkungan bahan baku pokok yaitu kayu, yang
dan sumberdaya alam) menjadi bahan baku utama dalam
Galangan kapal melaksanakan pembuatan, perbaikan dan perawatan
segala kegiatannya pada lahan di kapal kayu. Lokasi yang strategis dan
pesisir atau ping-giran sungai. Untuk ketersediaan bahan baku yang cukup
itu diperlukan tanah/lahan yang luas (2 sangat berpengaruh terahadap
hektar atau lebih), sebagai tempat produktifitas kerja galangan kapal
melakukan segala kegiatan pembuatan kayu. Keadaan lokasi dan sumber daya
kapal maupun penimbunan bahan, dan alam yang digunakan pada galangan
tempat kapal berlabuh yang akan kapal di Dumai dapat dilihat seperti
diperbaiki atau yang sudah selesai pada Tabel 2.
sebelum dibawa pemiliknya. Selain
tanah lokasi galangan, perlu tersedia

Tabel 2. Keadaan lokasi dan sumberdaya alam yang digunakan galangan

No. Tanah dan sumber alam Kategori keadaan Jumlah


Baik (%) Kurang (%) Tak baik (%) (%)
1. Memiliki tanah lokasi 6 9 8 23
yang strategis. (26,09) (39,13) (34,78) (100)
2. Mudah memperoleh bahan 8 11 4 23
baku. (34,78) (47,83) (17,39) (100)
3. Persediaan bahan baku 5 8 10 23
yang cukup. (21,74) (34,78) (43,48) (100)
Total 19 28 22 69
Persentase (26,09) (39,13) (34,78) (100)
Sumber Data: Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007.

Dari Tabel 2 di atas dapat yang bermutu sesuai juga dalam


dilihat bahwa galangan kapal kayu keadaan kurang baik. Hal ini
yang diteliti aspek pemiliki lokasi diungkapkan oleh 11 orang (48%)
usaha dapat dikatakan kurang strategis yang menyatakan kurang baik, 8 orang
(kurang baik). Hal ini dapat terlihat (35 %) menyatakan baik dan 4 orang
dari 23 orang yang ditanya, sebanyak 9 (17 %) menyatakan tidak baik. Dari
orang (39%) menyatakan kurang baik, segi ketersediaan bahan baku yang
8 orang (35 %) menyatakan tidak baik cukup, juga tidak baik, hal ini dapat
dan 6 responden (26 %) menyatakan dibuktikan dari tanggapan 23
baik. responden, sebanyak 10 orang (43 %)
Selanjutnya dalam Tabel 2 menyatakan tidak baik, 8 orang (35 %)
dapat dilihat bahwa dari aspek menyatakan kurang baik dan hanya 5
kemudahan mendapat bahan baku orang (22 %) menyatakan baik.
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 110
Kapal Kayu

Berdasarkan ketiga aspek memiliki tenaga kerja kasar yang


faktor produksi diatas dapat diambil dibutuhkan untuk membuat kapal yang
suatu kesimpulan bahwa galangan dapat dikatakan kurang baik. Karena
kapal kayu yang diteliti walaupun dari pekerja di galangan yang
memiliki tanah/lokasi yang strategis, dijadikan sumber informasi, sebanyak
namun kemudahan dalam memperoleh 12 orang (52 %) menyatakan kurang
bahan baku yang bermuitu serta baik, 8 orang (35 %) menyatakan tidak
persediaan bahan baku ternyata kurang baik dan hanya 3 orang saja (13 %)
baik. Terbuktikan dari diperolehnya yang menyatakan baik.
rata-rata sebanyak 9 orang (39 %) Selanjutnya pada Tabel 3 itu
dalam kategori kurang baik, 8 orang juga dapat dilihat bahwa tenaga kerja
(35%) tidak baik dan hanya 6 orang yang terampil dan berpengalaman
(26 %) menyatakan baik. Jadi keadaan berada pada keadaan yang termasuk
demikian itulah yang merupakan sebab kurang baik. Sebanyak 10 orang (44%)
semakin rumitnya pengeloaan menyatakan kurang baik, sedangkan 6
galangan kapal kayu di Dumai. orang (26%) justru menyatakan tidak
baik, dan hanya sebanyak 7 orang
5. Tenaga Kerja (30%) menyatakan baik. Hal ini dilihat
Persepsi terhadap keadaan mereka dari ada tidaknya latihan dan
tenaga kerja di galangan kapal kayu pendidikan atau kompetensi resmi
condong ke arah kurang dan tidak yang dimiliki para tukang dan tenaga
baik, seperti yang dicantumkan pada kerja yang ada di galangan itu,
Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat dilihat ternyata hampir tidak ada yang berasal
bahwa galangan kapal kayu itu dari sekolah kejuruan perkapalan.

Tabel 3. Persepsi Terhadap Keadaan Tenaga Kerja

No. Sub Indikator Keadaan tenaga kerja Jumlah


Tenaga Kerja Baik (%) Kurang (%) Tdk Baik (%) (%)
01 Memiliki tenaga 8 12 3 23
kasar yang dibutuhkan. (34,78) (52,17) (13,05) 100
02. Memiliki tenaga kerja 6 10 7 23
trampil berpengalaman (26,09) (43,48) (30,43) 100
03. Memiliki tenaga kerja 8 11 4 23
yang terdidik/mahir. (34,78) (47,83) (17,39) (100)
Total 22 33 14 69
Rata-rata (Persentase) 7 (30) 11 (48) 5 (22) 23(100)
Sumber Data : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007.
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 111
Kapal Kayu

Pada hal untuk mendapatkan kapal kayu ini lebih lanjut. Hal ini
hasil kerja yang maksimal, selain berkaitan pula dengan lingkungan
tenaga kerja kasar diperlukan tenaga eksternal, yaitu belum ada sekolah
kerja terdidik yang memiliki keahlian menengah kejuruan bidang pendidikan
di bidang rancang bangun kapal atau perkapalan di Riau, apalagi di
tekhnik pembuatan kapal kayu. Dumai. Akan tetapi politeknik
Dengan adanya tenaga terdidik jurusan perkapalan telah ada di
(berpendidikan teknik tinggi) dan Bengkalis.
mahir (terlatih baik), dapat diharapkan Dari data di atas juga dapat
kapal yang dibuat akan lebih akurat disimpulkan bahwa galangan kapal
dan lebih tepat dalam hal perhitungan kayu di Dumai belum memiliki tenaga
bobot kapal (dalam tonase, GT) terlatih, terdidik resmi dalam bidang
penggunaan bahan baku, dan waktu keahlian khusus, misalnya dalam hal
penyelesaian pembuatan kapal. rancang bangun dan pembuatan kapal
Sedangkan keadaan tenaga kayu, namun sudah memiliki tenaga
kerja yang terdidik dan terlatih mahir kerja yang terampil dan
di galangan kapal yang diamati, berpengalaman dalam hal pembuatan,
termasuk kepada keadaan tidak baik. perbaikan dan perawatan kapal kayu.
Hal ini terbukti dari tanggapan Di samping itu, juga masih kurang
sebanyak 11 orang (48%) menyatakan kemampuan pihak pengelola dalam
kurang baik, 4 orang (17%) mengelola sumberdaya manusia yang
menyatakan tidak baik, dan hanya 8 ada terutama dalam hal
orang (35 %) menyatakan baik. mengembangkan potensi diri mereka,
Berdasarkan ketiga hal yang sehingga pengembangan usaha
ditanggap di atas dapat diambil suatu terkesan lamban atau diabaikan.
kesimpulan bahwa galangan kapal
kayu itu, bila ditinjau dari aspek 6. Barang Modal
tenaga kerja, terutama dalam hal Modal adalah suatu faktor
penyediaan tenaga kerja, keterampilan produksi yang dapat berbentuk dana
dan pendikannya dapat dikelompokkan maupun barang modal (mesin dan
pada keadaan kurang baik. Sebab peralatan). Barang modal harus
hasil penelitian menunjukkan rata-rata dimiliki suatu galangan kapal untuk
pekerja sendiri menyatakan kurang menunjang kelancaran dan aktivitas
baik, terbukti dari 11 orang (48%) dalam melakukan kegiatan pembuatan,
menyatakan hal itu, dan 5 orang (22%) perbaikan dan perawatan kapal kayu.
bahkan menyatakan tidak baik, dan Modal dalam bentuk dana diperlukan
hanya 7 orang (30%) menyatakan baik. untuk membeli mesin dan peralatan
Keadaan ini jelas merupakan kendala serta bahan-bahan yang dibutuhkan.
bagi pengembangan usaha galangan Dengan adanya mesin dan peralatan
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 112
Kapal Kayu

yang dibutuhkan bertujuan untuk Untuk melihat keadaan faktor


efisiensi waktu dan tenaga. Industri modal sebagai faktor produksi di
galangan kapal memerlukan mesin- galangan kapal yang diamati
mesin yang bersifat umum seperti digambarkan seperti pada Tabel 4.
mesin penggerak (genset) dan mesin- berikut:
mesin yang bersifat khusus seperti;
mesin potong, mesin bubut dll.

Tabel 4. Tentang keadaan barang modal di galangan kapal

No. Barang modal Kategori keadaan Jumlah


(capital goods) Baik (%) Kurang (%) Tdk baik (%) (%)
01. Memiliki mesin yang 8 11 4 23
dibutuhkan lengkap (34,78) (47,83) (17,39) 100
02. Kelengkapan peralatan 13 6 4 23
pendukung lengkap (56,52) (26,09) (17,39) 100
03. Perlengkapan mesin 10 7 6 23
yang layak dan (43,48) (30,43) (26,09) 100
memadai
Total 31 24 14 69
Rata-rata (Persentase %) 10 (43) 8 (35) 5 (22) 23 (100)
Sumber Data : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007.

Dari Tabel 4 di atas dapat pendukung usaha galangan dapat


dilihat bahwa galangan kapal kayu dikategorikan baik. Hal ini dapat
yang diamati, memiliki barang modal dilihat dari pernyataan sebanyak 13
yang cukup, namun keadaannya dapat orang (57 %) menyatakan baik,
dikatakan kurang baik. Dana untuk sebanyak 6 orang (26 %) menyatakan
membeli mesin lengkap yang kurang baik dan hanya 4 orang (17 %)
dibutuhkan bagi membuat kapal tidak saja yang menyatakan tidak baik.
memadai. Hal ini dapat ditunjukkan Apabila dilihat dari aspek kelayakan
dari tanggapan 23 orang responden, mesin dan perlengkapan yang pakai
sebanyak 11 orang sekitar (48%) dapat ternyata dikategorikan baik.
menyatakan kurang baik, 8 orang Sebanyak 10 orang (44 %)
(35%) menyatakan baik dan sisanya 4 menyatakan baik, 7 orang (30 %)
orang (17% ) menyatakan tidak baik. menyatakan kurang baik dan 6 orang
Sungguhpun demikian tentang (26 %) menyatakan tidak baik. Jadi
kepemilikan peralatan barang modal walau-pun mesin dan peralatan dibeli
dari segi kelengkapannya sebagai barang modal bekas, namun
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 113
Kapal Kayu

pemeliharaannya yang baik membeli mesin dan peralatan maupun


menjadikannya layak dipakai dengan tenaga kerja dalam bidang mesin dan
baik. listik khususnya.
Berdasarkan ketiga hal
mengenai barang modal seperti pada 7. Keahlian dan Keusahawanan
Tabel 4. Di atas didapat suatu Keahlian dan keusahawanan
simpulan bahwa galangan kapal kayu merupakan kemampuan pengelola
di Dumai memiliki barang modal, dalam hal melakukan pengembangan
yang lumayan baik, seperti baik dari segi manajemen usaha
dinyatakan oleh 10 orang (45 %), tapi maupun manajemen sumberdaya/
8 orang (35 %) menyatakan kurang tenaga kerja. Pihak pengelola dituntut
baik dan 5 orang (22 %) bahkan untuk mampu mengelola segala
menyatakan tidak baik. sumberdaya yang ada, baik
Dari data di atas juga dapat sumberdaya alam maupun sumberdaya
disimpulkan bahwa galangan kapal manusia guna untuk efisiensi bahan,
kayu di Dumai segi barang modal waktu dan tenaga kerja.
termasuk baik keadaannya, akan tetapi Pengelolaan dan
masih diperlukan modal tambahan pengembangan usaha dapat dilakukan
untuk melengkapi mesin-mesin dan dengan melakukan sharing, mengikuti
peralatan yang belum dimiliki untuk pelatihan atau seminar dan study
proses pembuatan, perbaikan dan banding keperusahaan lain yang lebih
perawatan kapal kayu. Sungguhpun maju, guna untuk mendapatkan
demikian belum adanya tenaga tekhnologi baru dan cara kerja yang
terdidik yang ahli, baik dalam bidang lebih efisien dan efektif. Untuk melihat
rancang bangun kapal, maupun faktor keahlian dan keusahawanan
pemeliharaan dan operasi mesin serta sebagai satu faktor produksi di
peralatan yang dipakai, disebabkan galangan kapal yang Penulis teliti
oleh masih kurangnya modal untuk dapat diamati pada Tabel 5 berikut:
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 114
Kapal Kayu

Tabel 5. Keadaan Kemampuan dan Keusahawanan

No. Keahlian/Keusahawanan Persepsi keadaan Jumlah


Baik (%) Kurang (%) Tdk baik (%)
(%)
01. Pengelola berkemampuan 4 10 9 23
(17,39) (43,48) (39,13) (100)
02. Mampu mengorganisir 8 11 4 23
sumberdaya yg ada (34,78) (47,83) (17,39) (100)
03. Berusaha untuk mengem 12 6 5 23
bangkan usaha. (52,17) (26,09) (21,74) (100)
Total 31 24 14 69
Rata-rata (Persentase %) 8 (35) 9 (39) 6 (26) 23 (100)
Sumber Data : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007.

Dari Tabel 5 di atas dapat 8. Pengembangan Usaha


dilihat bahwa galangan kapal kayu Secara keseluruhan, melihat
yang Penulis teliti dari aspek gambaran faktor produksi yang ada di
pengelola memiliki keahlian dibidang galangan kapal yang diamati
usaha untuk membuat kapal dapat berdasarkan kepada empat indikator,
dikatakan kurang baik, hal ini dapat sesuai konsep teori digunakan, maka
dibuktikan dari tanggapan 23 orang dapat diambil suatu simpulan bahwa
responden, sebanyak 10 responden faktor produksi secara umum berada
atau sekitar 43,48 % menyatakan dalam keadaan kurang baik. Hal itu
kurang baik, 9 reponden atau 39,13 % lebih jelas terlihat pada Tabel 7, yang
menyatakan tidak baik dan 4 merupakan rekapitulasi penilaian
responden atau 17,39 % menyatakan pekerja galangan terhadap keadaan
baik. faktor produksi yang ada di galangan
Selanjutnya dalam Tabel 5 di kapal tersebut. Jadi informasi ini
atas, juga dapat dilihat bahwa dari sebenarnya dapat digunakan untuk
kemampuan pengelola dalam memperkirakan kemungkinan usaha
mengorganisir sumberdaya yang ada galangan kapal ini di masa depan atau
juga teremasuk kurang baik. Tenaga pun menetapkan kebijakan.
kerja (23 orang) di perusahaan ini Pada galangan kapal kayu yang
menyatakan kurang baik 11 orang diteliti dari ternyata kemampuan usaha
(48%), 4 orang (17%) menyatakan (competency) dan keusahawanan,
tidak baik dan sebanyak 8 orang (35%) dapat digolongkan kurang baik.
menyatakan baik. Karena sebanyak 9 tenaga kerja (39%)
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 115
Kapal Kayu

menyatakan keadaan kurang baik, dan dapat dimasukkan ke dalam keadaan


6 orang (26%) menyatakan tidak baik baik. Karena dari tanggapan 23 tenaga
dan hanya 8 orang (35%) menganggap kerja yang ada, sebanyak 12 orang
baik. Namun demikian, apabila dilihat (52%) menyatakan baik, 11 orang
lebih lanjut dari aspek berusaha, maka (48%) menyatakan kurang dan tidak
potensi pengembangan usaha justru baik.

Tabel 6. Keadaan umum galangan kapal kayu di Dumai

No. Faktor Produksi Keadaan Usaha Jumlah


Baik Kurang Baik Tidak Baik
1. Lokasi/sumber alam 6 9 8 23
2. Tenaga kerja 7 11 5 23
3. Modal 10 8 5 23
4. Keusahawanan 8 9 6 23
Total 31 37 24 92
Rata-rata 8 9 6 23
(Persentase %) (35%) (39%) (26%) (100%)
Sumber Data : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007.

Akan tetapi hasil rekapitulasi menerima dan menggaji tenga ahli


juga menunjukkan secara umum usaha maupun membeli mesin dan peralatan
galangan kapal seperti pada Tabel 6. di yang dibutuhkan. Di samping itu
atas, juga memperlihatkan bahwa masih rendah kemampuan pihak
faktor produksi yang dimiliki termasuk pengelola dalam hal mengelola
kepada kurang baik. Hal ini tercermin sumberdaya yang ada (manusia
dari tanggapan atau persepsi tenaga maupun bahan) sehingga
kerja (termasuk pemilik usaha) pengembangan usaha dan produksi
terhadap keempat indikator dalam terkesan lamban.
faktor yang dimiliki galangan, Dengan keadaan kesulitan
ternyata 9 orang (39 %) menganggap bahan dan harga-harga bahan, maupun
kurang baik, 6 orang (26%) persaingan yang se-makin ketat oleh
menyatakan tidak baik dan hanya 8 berkembangnya teknologi dan
orang (34%) berpendapat baik. Namun galangan kapal di tempat lain, maka
karena secara teknis belum ada tenaga ada beberapa galangan kapal yang
terdidik yang ahli di bidang rancang sudah tidak melakukan kegiatan usaha
bangun kapal, mesin dan peralatan atau tutup dan pin-dah ke Batam
keadaan tenaga kerja dianggap kurang (Ahmad 2004). Jadi terjadi
baik. Hal itu disebabkan masih ‘deindustrialisasi’ akibat tidak dapat
kurangnya modal, baik untuk mengatasi hambatan dan masalah yang
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN
Keadaan Faktor 14,2 (2009)Pada
Produksi : 104-120
Usaha Galangan 116
Kapal Kayu

dihadapi di Dumai. Kurangnya peralatan yang dibutuhkan. Di


perhatian dari pihak peme-rintah samping itu masih rendah kemampuan
dalam hal melakukan pembinaan pihak pengelola dalam hal mengelola
terhadap industri galangan kapal kayu, sumberdaya yang ada (manusia
dan per-bankan yang tidak perduli maupun bahan) maupun menggunakan
pada industri galangan kapal ini hasil-hasil penelitian yang berkaitan
merupakan faktor penting pe- dengan faktor produksi, sehingga
nyebabnya. Berdasarkan kajian pengembangan usaha dan produksi
persepsi terhadap galangan kapal kayu terkesan lamban apalagi inovasi masih
berkaitan dengan faktor produksi jauh dicapai. Pada hal inovasi dan
lokasi lahan dan sumber bahan kayu perubahan pengelolaan dan
alam, tenaga kerja, modal dan keah- pengurusan usaha (corporate
lian sangat diperlukan kegiatan governance) adalah suatu hal yang
pembinaan dan dan dukungan teknik penting dalam keadaan persaingan
maupun manajemen agar yang semakin kuat dalam menguasai
produktivitas dan kelancaran kegiatan faktor produksi maupun pemasaran
pembuatan, perbaikan dan perawatan hasil usaha yang persaingannya
kapal kayu di Dumai dapat semakin ketat dan karenanya
diberdayakan untuk mendukung memerlukan suatu pengurusan yang
ekonomi tempatan. baik (good corporate governance),
Juga ditemukan berbagai seperti yang dikemukakan oleh Kasim
masalah dan penghambat bagi (2001) hal itu boleh jadi akan
meningkatkan usaha yang dihadapi. memperkuat upaya realisasi otonomi
Teristimewa sulitnya pihak galangan daerah.
kapal mendapatkan persediaan bahan Ada beberapa galangan kapal
baku (kayu) yang bermutu baku sesuai yang sudah tidak melakukan kegiatan
dengan letak di mana bahan itu usaha, tutup, mengurangi atau
digunakan, di samping tingginya harga memberhentikan tenaga kerjanya, ada
bahan baku tersebut. Hal ini pula yang pindah ke tempat lain.
seyogyanya merupakan ransangan Kurangnya perhatian dari pihak
bukan saja penelitian tetapi juga usaha pemerintah dalam hal melakukan
kehutanan (hutan tanaman industri) pembinaan terhadap industri galangan
khusus bahan baku kapal. kapal kayu, dan perbankan yang tidak
Sedangkan secara teknis belum ada perduli pada industri galangan kapal
tenaga terdidik yang ahli di bidang ini merupakan faktor penting
rancang bangun kapal, mesin dan penyebabnya. Demikian pula
peralatan. Hal itu disebabkan masih hubungan dengan badan penelitian dan
kurangnya modal baik untuk menggaji pengembangan maupun perguruan
tenga ahli maupun membeli mesin dan tinggi masih amat terbatas pada
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 117
Kapal Kayu

penelitian atau survei belaka yang kayu yang dibuat cukup besar bila
dilayani usaha galangan kapal itu. dikembangkan dengan seksama.
Sedangkan upaya menggunakan hasil Masalah yang menonjol dalam
penelitian itu belum ada. Pada hal pengelolaan dan pengurusan faktor
penelitian tentang pengelolaan produksi teristime-wa mengenai
galangan kapal (Ahmad 2004), penyediaan bahan baku kayu yang
termasuk mengenai bahan (Indra 2005, mutunya sesuai dengan dipakainya ba-
Nofrizal dan Ahmad, 2005), han itu ketika membuat kapal. Selain
pemasangan mesin kapal (Habib et al. itu juga mendapatkan tenaga terlatih
2010), efisiensi bahan bakar kapal baik dan mahir khusus dalam bidang
(Ahmad, dan kenyamanan bekerja di perkapalan serta kemampuan
kapal ditinjau dari aspek pengelolaan mengelola dan mengurus faktor pro-
lingkungan kapal dan mesin berkaitan duksi secara keseluruhan menuju
dengan pembuatan kapal telah pengembangan usaha dan
dilaporkan oleh Ahmad (2006; Habib menghadapi persaingan.
et al. 2010). Untuk meneroka kemungkinan
Oleh karena itu, bagi perkembangannya ditinjau dari
mengembangkan usaha galangan kapal pengelolaan dan peng-urusan faktor
yang ada terutama dalam keuangan, produksi, maka upaya pengelola
pengadaan bahan baku kayu, galangan kapal sendiri yang didukung
pengelolaan dan tenaga ahli di bidang oleh .
tekhnik perlu upaya pembinaan yang Oleh karena itu, bagi
berkelanjutan dari berbagai fihak mengembangkan usaha galangan kapal
(pemerintah, perbankan, dan yang ada, diperlukan dukungan
perguruan tinggi) atau kerjasama berbagai pihak, terutama dalam hal
semuanya dengan fihak galangan keuangan untuk pengadaan bahan baku
kapal. kayu perkembangan teknologi
(peralatan dan mesin). Sedangkan
KESIMPULAN DAN SARAN dalam hal pengelolaan, keusahawanan
Keadaan pengelolaan dan dan tenaga mahir di bidang tekhnik
pengurusan faktor produksi pada perkapalan sangat mendesak agar
galangan kapal kayu di Dumai segera upaya pembinaan yang
sungguh masih termasuk kepada berkelanjutan dari berbagai pihak
kurang baik. Khususnya berkaitan (pemerintah dan perguruan tinggi) atau
dengan penye-diaan kayu bahan kapal, kerjasama semua pihak itu dengan
tenaga terampil, pengelolaan dan pihak galangan kapal.
pengurusan (governance) ke arah Apabila hal itu tidak dilakukan
pengembangannnya. Akan tetapi, dan tidak dilakukan perubahan
potensi galangan kapal dan mutu kapal mendasar, maka bukan saja apa yang
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 118
Kapal Kayu

akan terjadi di masa yang akan datang ---------------------- 2007. Efisiensi


tidak akan jauh berbeda dengan Biofuel yang Digunakan pada
keadaan sekarang, tetapi kemungkinan Mesin Kapal Perikanan. Berkala
akan tutupnya galangan kapal Perikanan TERUBUK 35(1): 94
tradisional dan ‘deindustrialisasi – 102.
kelautan’ di Dumai semakin besar.
----------------------. 2004.
Ucapan Terimakasih Pengembangan Industri Kelautan
Penulis mengucapkan di Dumai. Jurnal Perikanan dan
terimakasih kepada pemilik galangan Ilmu Kelautan
kapal, khususnya Bapak Abu Talib dan
Bapak Ismail yang telah berjasa ---------------------- 2000. Industri Kecil
memberikan kesempatan dan bantuan Galangan Kapal. Dalam Usaha-
melakukan penelitian pada usaha Komersial di Bidang
perusahaannya dengan data dan Perikanan (Editor Feliatra).
informasi yang banyak digunakan Pusat Penelitian Kawasan Pantai
dalam tulisan ini. Juga terimakasih dan Perairan, Universitas Riau,
diaturkan kepada dosen yang telah Pekanbaru. 1 – 16.
memberikan sumbang-saran dan
bimbingan pada waktu penulis utama --------------------- 1998. Manajemen
menyusun laporan peneletian ini di Galangan Kapal Perikanan.
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Laporan penelitian Laboratorium
Lancang Kuning Dumai. Kapal Perikanan, Fakultas
Bagaimanapun kele-mahan dan Perikanan Universitas Riau,
kekeliruan yang mungkin ditemukan Pekanbaru (tidak diterbitkan).
dari makalah ini, sepenuhnya tanggung
jawab kedua penulis. Ahmad, M. dan Jasmoro 2004.
Pengelolaan Galangan Kapal
DAFTAR PUSTAKA Skala Menengah di Dumai.
Ahyari, A. 2005. Manajemen Jurnal Ilmu Administrasi Publik
Produksi, Perencanaan Sistem & Bisnis 2(2): 120 – 128.
Produksi. Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada, Ahmad, M. Dan Nofrizal. 2009.
Jokyakarta. Kajian Tentang Pelapukan Kapal
Kayu. Jurnal Perikanan dan
Ahmad, M. 2008. Kenyamanan Ilmu Kelautan (in press)
Lingkungan Kerja di Kapal
Perikanan. Jurnal Ilmu Alma, B. 2003. Kewirawusahaan.
Lingkungan 3(2): 1 – 11. Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 119
Kapal Kayu

Assauri, S. 2004. Manajemen Karmizal, A. (1998). Konstruksi


Produksi dan Operasi. Edisi Kapal Jaring Insang Di Galangan
Revisi, Penerbit Fakultas Kapal Kelurah-an Damun,
Ekonomi Universitas Indonesia. Kecamatan Bengkalis. Skripsi
Sarjana Perikanan pada Fakultas
Habib, I 2006. Penggunaan Air Per-ikanan Universitas Riau
Sebagai Peredam Bunyi (tidak diterbitkan).
“Muffler” Mesin Kapal
Perikanan. Skripsi pada Fakultas Kasim, A 2001. Good Governance dan
Perikanan dan Ilmu Keautan, Upaya Realisasi Otonomi
Universitas Riau, Pekanbaru. 91 Daerah. Jurnal Administrasi
halaman. Negara (JIANA) 1(1): 26 – 31.
KOMPAS, Jumat 15 Juni 2006.
Habib, I, M. Ahmad dan Nofrizal Industri Kapal Kayu Tradisional
2010. Teknik Pemasangan Mesin Mandek.
Kapal Kayu. (in press)
Meredith, Geoffrey G. et al. 2002.
Habib, I, Nofrizal dan M. Ahmad Kewirausahaan Teori dan
2010. Peredaman Kebisingan Praktek. Penerbit PPM Jakarta.
Mesin Kapal Perikanan (in press)
Nofrizal dan M. Ahmad 2005. Usaha
Indra. 2006. Kajian Tentang Bahan Penangkapan Ikan di Dumai.
Kayu Kapal Perikanan di Jurnal Dinamika Pertanian
Galangan Kapal Pangkalan Sesai XX(2): 253 – 266.
Kota Dumai. Skripsi pada
Jurusan Pemanfaatan Robbins, S., M. Coulter 2004.
Sumberdaya Perikanan, Fak. Manajemen. Penerbit PT.
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Indeks, Kelompok Gramedia,
Univ. Riau, Pekanbaru: 48 hal Jakarta.
(Tidak diterbitkan).
Sukirno dan Sadono 2002. Pengantar
Jasmoro 2007. Analisis Faktor Teori Mikro Ekonomi. Penerbit
Produksi Pada Galangan Kapal Rajawali Pers Jakarta.
Kayu CV Kurnia Illahi Dumai.
Skripsi Sarjana Ilmu Soegiono. 2005. Metode Penelitian
Adminsitrasi pada Sekolah Administrasi, Penerbit Alfabeta,
Tinggi Ilmu Administrasi Bandung.
Lancang Kuning, Dumai. 74
halaman. Prawirosentono, S. 2001. Manajemen
Operasi. Analisis dan Study
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 120
Kapal Kayu

Hasil. Penerbit Bumi Aksara Hadiprojo, S. A. 2004. Sudah Saatnya


Jakarta. Kembangkan Industri
Galangan. Kompas 15
Supriyanto, R. A 2004. Manajemen Desember 2004, halaman 36.
Strategi dan Kebijakan Bisnis.
Penerbit BPFE Yokyakarta.

Anda mungkin juga menyukai