ABSTRACT
tetapi juga kapal yang dibuat oleh yang biasa digunakan dalam
galangan kapal lain. Jumlah dan pembuatan kapal berupa beroti, papan
kegiatan atau usaha yang dilakukan di dan gading-gading. Untuk lunas
galangan kapal tersebut, sebagaimana biasanya menggunakan kayu kempas
umumnya usaha galangan berskala atau kayu malas, sedangkan dinding
kecil dengan teanga kerja tetap kurang kapal menggunakan papan yang
dari 20 orang, mampu membuat kapal terbuat dari kayu meranti batu atau
ukuran 100GT, walaupun sebagian kayu kelat dan khusus untuk gading-
besar produksinya biasanya berukuran gading dipakai kayu leban.
kurang dari 30GT. Tetapi yang Jumlah kebutuhan masing-
berskala menengah dengan teanga masing jenis kayu juga berbeda, sesuai
kerja tetap lebih dari 20 orang mampu dengan ukuran kapal yang dibangun.
melayani jasa kepada kapal yang Sebagai gambaran kebutuhan masing-
berukuran sampai 500GT (Ahmad masing jenis kayu bagi berbagai
2004), yang jumlahnya hanya dua ukuran bangunan kapal diterakan pada
perusahan. Oleh karena itu suatu Tabel 1. Dapat diketahui dari tabel
perusahaan galangan kapal hanya tersebut bahwa kebutuhan terbesar
mampu memproduksi atau melayani adalah bahan kayu, berupa beroti.
perbaikan dan perawatan kurang dari 5 Bahan ini umumnya dipakai dari jenis
kapal setahun, tergantung dari kegiatan kayu kelat atau meranti batu, yang
dan ukuran kapal yang dilayani jasa dipasang pada bagian kapal yang tak
pembuatan, perawatan atau perbaikan. selalu kena air (Ahmad dan Nofrizal
Untuk kapal yang berukuran 100GT ke 2010). Namun jenis bahan kayu yang
atas setahun hanya mampu diproduksi sesuai dan biasa digunakan itu semakin
satu kapal. sulit didapatkan oleh galangan kapal,
sebab merajalelanya penebangan liar
2. Bahan kapal dan jenis kayu (Kompas 15 Juni 2006). Oleh sebab
Bahan yang dipergunakan itu, upaya usaha budidaya kayu bahan
sebagai faktor produksi untuk baku kapal sudah perlu dilakukan, agar
pembuatan, perbaikan dan perawatan pembuatan kapal kayu berkelanjutan.
kapal terutama kayu. Namun tidak Selain bahan baku utama kayu,
semua jenis kayu dapat atau layak kegiatan pembuatan, perbaikan dan
digunakan bagi pembuatan kapal, perawatan kapal memerlukan bahan
sebab tidak setiap jenis kayu memiliki pendukung lainnya yang berupa; paku,
daya tahan terhadap air dan beban pemakal, dempul, baut dan bahan
yang berbeda-beda (Ahmad dan pendukung lain seperti cat dll.
Nofrizal 2010). Bentuk kayu olahan
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN
Keadaan Faktor 14,2 (2009)Pada
Produksi : 104-120
Usaha Galangan 108
Kapal Kayu
Keperluan Kayu
No. Jenis kapal Kapasitas (GT) Jumlah
Papan Beroti Gading
a). 1,5 0,4 M3 0,15 M3 0,1 M3 0,65 M3
01. Perikanan
b). 3,5 0,85 M3 0,35 M3 0,25 M3 1,45 M3
a). 5 1,5 M3 0,5 M3 0,3 M3 2 M3
b). 10 2,4 M3 1 M3 0,6 M3 4 M3
c). 20 4,8 M3 2 M3 1,2 M3 8 M3
02. Kargo
d). 50 12 M3 5 M3 3 M3 20 M3
e). 100 24 M3 10 M3 6 M3 40 M3
f). 500 120 M3 50 M3 30 M3 200 M3
Sumber Data : Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007.
4. Lokasi usaha (lahan, lingkungan bahan baku pokok yaitu kayu, yang
dan sumberdaya alam) menjadi bahan baku utama dalam
Galangan kapal melaksanakan pembuatan, perbaikan dan perawatan
segala kegiatannya pada lahan di kapal kayu. Lokasi yang strategis dan
pesisir atau ping-giran sungai. Untuk ketersediaan bahan baku yang cukup
itu diperlukan tanah/lahan yang luas (2 sangat berpengaruh terahadap
hektar atau lebih), sebagai tempat produktifitas kerja galangan kapal
melakukan segala kegiatan pembuatan kayu. Keadaan lokasi dan sumber daya
kapal maupun penimbunan bahan, dan alam yang digunakan pada galangan
tempat kapal berlabuh yang akan kapal di Dumai dapat dilihat seperti
diperbaiki atau yang sudah selesai pada Tabel 2.
sebelum dibawa pemiliknya. Selain
tanah lokasi galangan, perlu tersedia
Pada hal untuk mendapatkan kapal kayu ini lebih lanjut. Hal ini
hasil kerja yang maksimal, selain berkaitan pula dengan lingkungan
tenaga kerja kasar diperlukan tenaga eksternal, yaitu belum ada sekolah
kerja terdidik yang memiliki keahlian menengah kejuruan bidang pendidikan
di bidang rancang bangun kapal atau perkapalan di Riau, apalagi di
tekhnik pembuatan kapal kayu. Dumai. Akan tetapi politeknik
Dengan adanya tenaga terdidik jurusan perkapalan telah ada di
(berpendidikan teknik tinggi) dan Bengkalis.
mahir (terlatih baik), dapat diharapkan Dari data di atas juga dapat
kapal yang dibuat akan lebih akurat disimpulkan bahwa galangan kapal
dan lebih tepat dalam hal perhitungan kayu di Dumai belum memiliki tenaga
bobot kapal (dalam tonase, GT) terlatih, terdidik resmi dalam bidang
penggunaan bahan baku, dan waktu keahlian khusus, misalnya dalam hal
penyelesaian pembuatan kapal. rancang bangun dan pembuatan kapal
Sedangkan keadaan tenaga kayu, namun sudah memiliki tenaga
kerja yang terdidik dan terlatih mahir kerja yang terampil dan
di galangan kapal yang diamati, berpengalaman dalam hal pembuatan,
termasuk kepada keadaan tidak baik. perbaikan dan perawatan kapal kayu.
Hal ini terbukti dari tanggapan Di samping itu, juga masih kurang
sebanyak 11 orang (48%) menyatakan kemampuan pihak pengelola dalam
kurang baik, 4 orang (17%) mengelola sumberdaya manusia yang
menyatakan tidak baik, dan hanya 8 ada terutama dalam hal
orang (35 %) menyatakan baik. mengembangkan potensi diri mereka,
Berdasarkan ketiga hal yang sehingga pengembangan usaha
ditanggap di atas dapat diambil suatu terkesan lamban atau diabaikan.
kesimpulan bahwa galangan kapal
kayu itu, bila ditinjau dari aspek 6. Barang Modal
tenaga kerja, terutama dalam hal Modal adalah suatu faktor
penyediaan tenaga kerja, keterampilan produksi yang dapat berbentuk dana
dan pendikannya dapat dikelompokkan maupun barang modal (mesin dan
pada keadaan kurang baik. Sebab peralatan). Barang modal harus
hasil penelitian menunjukkan rata-rata dimiliki suatu galangan kapal untuk
pekerja sendiri menyatakan kurang menunjang kelancaran dan aktivitas
baik, terbukti dari 11 orang (48%) dalam melakukan kegiatan pembuatan,
menyatakan hal itu, dan 5 orang (22%) perbaikan dan perawatan kapal kayu.
bahkan menyatakan tidak baik, dan Modal dalam bentuk dana diperlukan
hanya 7 orang (30%) menyatakan baik. untuk membeli mesin dan peralatan
Keadaan ini jelas merupakan kendala serta bahan-bahan yang dibutuhkan.
bagi pengembangan usaha galangan Dengan adanya mesin dan peralatan
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 112
Kapal Kayu
penelitian atau survei belaka yang kayu yang dibuat cukup besar bila
dilayani usaha galangan kapal itu. dikembangkan dengan seksama.
Sedangkan upaya menggunakan hasil Masalah yang menonjol dalam
penelitian itu belum ada. Pada hal pengelolaan dan pengurusan faktor
penelitian tentang pengelolaan produksi teristime-wa mengenai
galangan kapal (Ahmad 2004), penyediaan bahan baku kayu yang
termasuk mengenai bahan (Indra 2005, mutunya sesuai dengan dipakainya ba-
Nofrizal dan Ahmad, 2005), han itu ketika membuat kapal. Selain
pemasangan mesin kapal (Habib et al. itu juga mendapatkan tenaga terlatih
2010), efisiensi bahan bakar kapal baik dan mahir khusus dalam bidang
(Ahmad, dan kenyamanan bekerja di perkapalan serta kemampuan
kapal ditinjau dari aspek pengelolaan mengelola dan mengurus faktor pro-
lingkungan kapal dan mesin berkaitan duksi secara keseluruhan menuju
dengan pembuatan kapal telah pengembangan usaha dan
dilaporkan oleh Ahmad (2006; Habib menghadapi persaingan.
et al. 2010). Untuk meneroka kemungkinan
Oleh karena itu, bagi perkembangannya ditinjau dari
mengembangkan usaha galangan kapal pengelolaan dan peng-urusan faktor
yang ada terutama dalam keuangan, produksi, maka upaya pengelola
pengadaan bahan baku kayu, galangan kapal sendiri yang didukung
pengelolaan dan tenaga ahli di bidang oleh .
tekhnik perlu upaya pembinaan yang Oleh karena itu, bagi
berkelanjutan dari berbagai fihak mengembangkan usaha galangan kapal
(pemerintah, perbankan, dan yang ada, diperlukan dukungan
perguruan tinggi) atau kerjasama berbagai pihak, terutama dalam hal
semuanya dengan fihak galangan keuangan untuk pengadaan bahan baku
kapal. kayu perkembangan teknologi
(peralatan dan mesin). Sedangkan
KESIMPULAN DAN SARAN dalam hal pengelolaan, keusahawanan
Keadaan pengelolaan dan dan tenaga mahir di bidang tekhnik
pengurusan faktor produksi pada perkapalan sangat mendesak agar
galangan kapal kayu di Dumai segera upaya pembinaan yang
sungguh masih termasuk kepada berkelanjutan dari berbagai pihak
kurang baik. Khususnya berkaitan (pemerintah dan perguruan tinggi) atau
dengan penye-diaan kayu bahan kapal, kerjasama semua pihak itu dengan
tenaga terampil, pengelolaan dan pihak galangan kapal.
pengurusan (governance) ke arah Apabila hal itu tidak dilakukan
pengembangannnya. Akan tetapi, dan tidak dilakukan perubahan
potensi galangan kapal dan mutu kapal mendasar, maka bukan saja apa yang
Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : 104-120
Keadaan Faktor Produksi Pada Usaha Galangan 118
Kapal Kayu