Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA SERTA HUBUNGAN

MAKHLUK DENGAN KHALIK


Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada Muatan Kuliah
Dasar Umum Keagamaan Islam
Dosen Pengampu :
Zarkasyi. SHI.MHI

Disusun oleh :
Arsyiva Putri Azhari (200610012)
Nasywa Fawwaza (200610021)
Afifa Khairotin Nuha (200610025)
Cut Nana (200610060)
Liza Ulhaq (200610061)
Nur Azizah Azzahra (200610068)

Pendidikan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia
serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Pengertian Islam
dan Ruang Lingkupnya serta Hubungan Makhluk dengan Khalik ini dengan sebaik
mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para
Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa
pula saya ucapkan terima kasih kepada ustadz Zarkasyi. SHI.MHI selaku dosen mata
kuliah Muatan Kuliah Dasar Umum Keagamaan Islam.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan Teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku para penulis
usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Lhokseumawe, 10 Maret 2021


Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii


BAB I................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Islam ..................................................................................................... 3
2.2 Ruang Lingkup Agama Islam ................................................................................. 4
2.3 Keistimewaan Agama Islam ................................................................................... 5
2.4 Hubungan Makhluk Hidup dengan Sang Khalik .................................................... 7
BAB III ........................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 11
3.2 Saran ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul sebagai hidayah
dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin kesejahteraan
hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman. Ajaran yang
diturunkan Allah tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shahih (Maqbul)
berupa perintah, larangan dan petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan
akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang meliputi bidang aqidah, akhlaq,
ibadah, dan muamalah duniawiyah (Abdurrahman, 2000: 9). Dalam kehidupan dunia
ini menuju kehidupan akhirat nanti, pada hakikatnya Islam dapat dirasakan, diamati,
ditunjukkan, dibuktikan, dan membuahkan rahmat bagi semesta alam sebagai amanah
manhaj kehidupan (sistem kehidupan) apabila sungguh–sungguh secara nyata
diamalkan oleh pemeluknya. Dengan demikian, Islam menjadi sistem keyakinan,
sistem pemikiran, dan sistem tindakan yang menyatu dalam diri setiap muslim dan
kaum muslimin sebagaimana menjadi pesan utama risalah dakwah Islam
(Abdurrahman, 2000: 11).
Agama dapat menjadi pegangan hidup karena ajaran agama merupakan nilai-nilai
mendasar untuk kehidupan manusia yaitu akhlaq, dan taqwa. Sebagai tujuan
pendidikan agama adalah menanamkan taqwa dan akhlaq serta menegakkan
kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur
menurut ajaran agama Islam. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia
menempati tempat yang paling penting, jatuh bangunnya suatu masyarakat dan
bangsa tergantung pada bagaimana ahlaknya. Jika akhlak masyarakat tersebut baik,
maka baik pula lahir dan batinnya. Sebaliknya, apabila ahlaknya rusak, maka rusak
pula lahir dan batinnya.

1
Manusia adalah makhluk ciptaan yang memiliki hubungan makhluk-khalik secara
fitrah, untuk menjadikan hubungan tersebut berjalan dengan baik, maka manusia
dianugerahkan berbagai potensi yang dipersiapkan untuk kepentingan pengaturan
hubungan tersebut. Anugerah antara lain berupa dorongan naluri, perangkat inderawi,
kemampuan akal, fitrah agama yang jika dikembangkan melalui bimbingan yang baik
maka akan mampu mengantarkan manusia mencapai sukses dalam kehidupannya
sebagai makhaluk yang taat mengabdi pada penciptanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian islam?
2. Bagaimana pemahaman mengenai ruang lingkup islam?
3. Bagaimana perihal mengenai masalah makhluk dengan khalik?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian islam
2. Memahami ruang lingkup islam
3. Memahami masalah makhluk dengan khalik

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
2. Bab II Pembahasan, menjelaskan tentang pengertian islam, ruang lingkup islam,
dan masalah makhluk dengan khalik.
3. Bab III Penutup, menjelaskan kesimpulan dan saran dari makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islam


‘Islam’ secara etimologis berasal dari akar kata kerja ‘salima’ yang berarti
selamat, damai, dan sejahtera, lalu muncul kata ‘salam’ dan ‘salamah’. Dari ‘salima’
muncul kata ‘aslama’ yang artinya menyelamatkan, mendamaikan, dan
mensejahterakan. Kata ‘aslama’ juga berarti menyerah, tunduk, atau patuh. Dari kata
‘salima’ juga muncul beberapa kata turunan yang lain, di antaranya adalah kata
‘salam’ dan ‘salamah’ artinya keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, dan
penghormatan, ‘taslim’ artinya penyerahan, penerimaan, dan pengakuan, ‘silm’
artinya yang berdamai, damai, ‘salam’ artinya kedamaian, ketenteraman, dan hormat,
‘sullam’ artinya tangga, ‘istislam’ artinya ketundukan, penyerahan diri, serta
‘muslim’ dan ‘muslimah’ artinya orang yang beragama Islam laki-laki atau
perempuan (Munawwir, 1997: 654-656).1

Makna penyerahan terlihat dan terbukti pada alam semesta. Secara langsung
maupun tidak langsung alam semesta adalah islam, dalam arti kata alam semesta
menyerahkan diri kepada Sunnatullah atau ‘hukum alam’, seperti matahari terbit dari
timur dan terbenam di barat yang berlaku sepanjang zaman karena dia menyerah
(islam) kepada sunatullah yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Ditegaskan dalam al-
Quran Surat Ali ‘Imran (3): 83:

‫طو ْ ْاألَر َ ات و َ و َ السم في ْ ن َ م َ لَم ْ أَس ُ لَه َ ُ َون‬


َ ‫ين هللاا د َ ر ْ يـ َ َغ أَفـ ه ْ لَي إ َ ا و ً ه ْ َكر َ ا و ً ع ْ ض‬
٨٣: )‫و غ ْ بـ َ يـ ُ َون ع َ ْج ر ُ يـ (آل عمران‬

Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nyalah (mereka) menyerah diri, segala apa yang (ada) di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa. Dan hanya kepada Allahlah mereka kembali
(mati).” (QS. Ali ‘Imran [3]: 83).1

3
Dengan demikian Islam mengandung pengertian serangkaian peraturan yang
didasarkan pada wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada para nabi/rasul untuk
ditaati dalam rangka memelihara keselamatan, kesejahteraan, dan perdamaian bagi
umat manusia yang termaktub dalam kitab suci. Islam merupakan satu-satunya agama
yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada manusia melalui para nabi/rasul-Nya mulai
dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw. Inti ajaran Islam yang dibawa oleh
para nabi ini adalah satu, yaitu tauhid, yakni mengesakan Allah atau menuhankan
Allah yang Esa. Tidak ada satu pun di antara para nabi Allah yang mengajarkan
prinsip ketuhanan yang bertentangan dengan tauhid.

Makna asal Islam adalah menerima segala perintah dan larangan Allah swt, yang
diturunkan melalui wahyu yang disampaikan oleh para Nabi. Oleh sebab itu, manusia
harus menyerahkan dirinya kepada Allah secara totalitas. Dikarenakan Allah tidak
pernah membiarkan satu ummat pun yang tidak diutus Rasul kepada mereka untuk
memberikan penjelasan dan membedakan antara yang baik dan buruk sekaligus untuk
membedakan antara hak dan batil.

Islam adalah agama akhir yang telah mendapat jaminan dari sisi Allah akan
kebenarannya. Agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan
akalnya untuk memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam
semesta, dan memahami ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat didalam al-qur’an.

2.2 Ruang Lingkup Agama Islam


1. Aspek Keyakinan yang disebut Aqidah, yaitu aspek credial atau keimanan
terhadap Allah SWT dan semua yang difirmankan Nya untuk diyakini.
2. Aspek Norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan Allah yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah,sesama manusia dan dengan alam
semesta.
3. Aspek Prilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau prilaku yang nampak
dari pelaksanaan aqidah dan syariah2

4
Antara ketiga aspek tersebut diatas saling berkaitan satu sama lain. Aqidah atau
iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk melaksanakan
syariah. Apabila syariah telah dijalankan berdasarkan aqidah maka akan lahir akhlak
yang baik.

2.3 Keistimewaan Agama Islam


1. Luwes, logis dan praktis
Islam bukanlah agama dongengan. Ajarannya luwes, jelas dan bisa di pahami.
Islam tidak membenarkan adanya khurafat, tidak pula keyakinan-keyakinan yang
mematikan akal dan membuat kejumudan intelektual, islam tidak membenarkan
keyakinan yang bisa melenyapkan keimanan akan ke Esaan Allah SWT, risalah
Muhammad SAW, dan kehidupan akhirat, yang semua itu menjadi dasar pokok
akidah islamiah. Semua berdiri di atas dasar ”Akal pikiran yang sehat dan logika
yang tepat dan pasti.” Islam menganjurkan manusia mempergunakan akal
pikirannya dan merenungi segala perkaranya. Islam juga menganjurkan mengkaji
dan mencari kebenaran (hakikat) dan berusaha keras mendapatkan ilmu
pengetahuan (ma’rifat).

Islam menyelamatkan manusia dari ajaran khurafat dan kebodohan. Islam


membimbing manusia menuju dunia ilmu pengetahuan dan cahaya yang terang-
benderang. Dalam hal itu islam adalah agama yang praktis, bukan hanya
merupakan teori kosong yang mandul. Isla menegaskan, bahwa iman itu bukanlah
kepercayaan semata yang harus diimani umat manusia, tetapi islam menegaskan,
agar iman itu dijadikan sumber pancaran kehidupan konkret, menjalar kepada
seluruh amal perbuatan islami, bagai mengalirnya air ke dalam sel-sel makhuk
hidup. Karena itu maka iman kepada Allah, menuntut pelaksanaan perintah-Nya.
Maka islam bukan semata-mata merupakan ungkapan kata dan penuturan lidah
melalui pembacaan zikir kepada Allah, memuji dan menyanjung-Nya, tetapi
seluruh kehidupan manusia secara total itulah yang harus diislami.

5
2. Islam Tatanan Lengkap untuk Kehidupan
Islam bukanlah agama yang efisiensinya hanya dalam kehidupan individu semata,
sebagaimana yang digambrkan oleh kebanyakan orang. Akan tetapi, islam adalah
suatu tatanan lengkap untuk kehidupan umat manusia, didalam berbagai bidang
dan dimensi kehidupan, baik kehidupan individu atau pun kehidupan bersama
(masyarakat), sekaligus dalam kehidupan rohani dan jasmani, baik dalam
lapangan ekonomi, politik, legislasi, kebudayaan, nasional dan internasional.

3. Universal dan Manusiawi


Islam menegaskan bahwa umat manusia itu sama, walaupun warna kulit dan
bahasanya berbeda-beda, demikianlah pula kebangsaan dan kewarganegaraannya.
Begitulah ajaran Allah yang mengarahkan hati nurani umat manusia melalui
islam, serta tidak membenarkan ajaran rasialismeatau ajaran lainnya yang
membedakan umat manusia karena jenis, tingkatan kedudukan duniawi atau harta.
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa di zaman modern ini masih berjalan faham
rasialisme, padahal mereka telah mengaku sebagai umat yang hidup di dalam
masa kemajuan yang cemerlang. Akan tetapi islam sama sekali tidak
membenarkan berdirinya dan tetap bercokolnya faham rasialisme ini. Islam
menegaskan bahwa umat manusia seluruhnya adalah satu keluarga. Tuhannya
adalah Allah Yang Esa satu-satu-Nya.

Pandangan dan jangkauan terapinya universal. Islam sama sekali tidak


memperbolehkan adanya nasionalisme yang berkembang di masa jahiliyah itu.
Islam adalah suatu agama yang berkembang di masa jahiliyah itu. Islam adalah
suatu agama yang bertujuan agar umat manusia seluruhnya menjadi satu,
bernaung dibawah panji-panji islam, di mana dunia telah dirobek-robek oleh sifat
dengki dan persaingan tidak sehat antara berbagai umat yang majemuk.

6
2.4 Hubungan Makhluk Hidup dengan Sang Khalik
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi
setiap Muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan
manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (hablummin-Allah wa hablum min-annas), bahkan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran islam secara sempurna (kaffah),
maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi al-
Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh
dan konsisten.1

Bagi kaum Muslimin al-Qur’an adalah Verbum dei (kalamullah) yang


diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Jibril selama kurang lebih
dua puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada diluar
kemampuan apapun.

Islam melalui ayat-ayat al-Qur’an tentang mengisyaratkan tentang adanya Tuhan


dan manusia. Berdasar surat al-Ikhlas ayat 1-5 mengisyaratkan keesaan Allah .
bahwasanya Allah itu ada dialah yang Esa dan seterusnya. Dan masih banyak ayat
yang mengisyaratkan adanya Tuhan dalam al-Qur’an. Yang ditekankan pada tulisan
ini tentang kesempurnaan diri manusia yang konkrit, juga sekaligus membahas
eksistensi zat Tuhan sendiri seperti antara lain disebutkan ‚sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam sebaik-baik kejadian, kemudian kami kembalikan ia
kederajat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
soleh.Kesempurnaan demikian membuat manusia menempati kedudukan tertinggi
diantara makhluk yang lainya, yakni menjadi khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi.

Manusia memang dicipta oleh Tuhan untuk mengabdikan hidupnya kepada Tuhan
semesta alam. Manusia diciptakan hanya untuk berorentasi (mengarahkan
pandangannya) kepada penciptanya. Sang pencipta yang menumbuhkan dan
mengembangkan manusia, Dia memelihara, menjaga dan mendidik manusia. Dia pula

7
yang memberi petunjuk hidup kepada manusia. Oleh karena itu, hanya kepada Dia
manusia beribadah.

Didalam al-Qur’an, manusia diperintahkan untuk menegakan shalat (ibadah).


Tetapi shalat tidak untuk menyenangkan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu bentuk
salat tidak dijabarkan dalam al-Qur’an, bentuk Salat hanyalah diteladankan oleh Nabi
Saw, dan Nabi pun tidak melakukan gerakan pelatihan praktek Salat sepanjang hidup
beliau. adahal Dzikir, Meditasi, diajarkan dengan sistim pelatihan oleh guru-guru
Dzikir dan Meditasi. Nabi hanya meminta kepada umat beliau untuk meniru tata cara
Salat yang belau lakukan ‚Sallu kama ra’aitumuni Ushalli‛ Salatlah kamu seperti
salatku yang kamu lihat (al-Hadist). Jadi praktek salat yang ada sekarang ini
merupakan produk penglihatan para Sahabat terhadap praktek salat Nabi Saw.
Dengan demikian, wajar bila kita jumpai berbagai macam bentuk salat diluar bentuk
pokoknya, yaitu berdiri, ruku’, sujud dan duduk.

Di atas telah diterangkan bahwa ibadah mencakup perbuatan dan tindakan untuk
melayani, menghambakan diri, mengikatkan diri, mencintai, memuliakan dan
menyembah, karena tuhan adalah al-Haq, yang maha benar. sumber kebenaran.
Hanya Tuhan yang dilayani manusia dalam hidup ini. Artinya, manusia hendaknya
berusaha berbuat benar seperti yang telah ditunjukan oleh Tuhan. Dengan demikian,
manusia juga menghambakan diri kepada yang maha benar, yaitu Tuhan. Jika
manusia melayani Tuhan maka Tuhanpun akan melayani manusia, bila manusia
berdzikir kepada Tuhan maka Tuhanpun berdzikir kepada manusia.

Hubungan mistik antara Tuhan dan manusia, hubungan yang dapat terjalin dengan
baik dan erat apabila hati nurani seseorang bersih dan ikhlas serta cinta ditujukan
kepada Tuhan, begitu juga sebaliknya bahwa Tuhan menjanjikan rahmat, jalandan
kebahagiaan bagi manusia yang melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, serta manusia yang selalu menyempatkan waktunya untuk berdzikir
(mengingat) kepada-Nya.

8
Segala puji bagi Allah yang mengkhususkan pertolongan-Nya untuk hamba-
hambaNya yang terbaik sehingga mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan yang
telah mensucikan kepada kehidupan dunia, telah mengantarkan mereka untuk
mencintai kesantunan, keilmuan, dan bersih dari daki-daki yang mengotori.

Kehidupan sepiritual (inner life) merupakan sebuah hubungan yang diarahkan


menuju kesempurnaan, cinta, harmoni, keindahan dalam ungkapan kaum ortodok,
kehidupan ini diarahkan menuju Tuhan. Kehidupan spiritual tidak perlu bertentangan
dengan kehidupan dunia (kehidupan duniawi), karena kehidupan spiritual merupakan
kehidupan yang sempurna. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang terbatas,
sebaliknya, kehidupan spiritual adalah yang lengkap. Seorang asketik yang menjauhi
kehidupan duniawi menjalani kehidupan spiritual demi mendapat fasilitas untuk
menggapai kedalaman hidup, tetapi berjalan satu arah tidak akan membuat kehidupan
yang sempurna, oleh karenanya kehidupan spiritual berarti kehidupan yang utuh.3

Kalau kita ketahui ada tiga amalan bagi manusia dalam usaha pendekatan diri
dengan Khaliq:

‫ان الطريق شريعة وطريقة وحقيقة فامسع هال مثال‬. ‚Inilah jalan penghidup keyakinan Syariat,
Thariqat,haqiqat‛.

Melalui jalan ini seseorang akan mudah mengawasi ketaqwaanya dan menjauhi
hawa nafsu tiga jalan ini secara bersama-sama menjadi sarana bagi orang-orang
beriman menuju akhirat tanpa boleh meninggalkan salah satu dari tiga jalan ini.
Haqiqat tanpa Syariat menjadi batal, dan Syariat tanpa haqiqat menjadi kosong. Dapat
dimisalkan disini, bahwa apabila ada orang memerintahkan sahabatnya, mendirikan
shalat, maka ia akan menjawab, mengapa harus shalat? Bukankah sejak zaman Azali
dia sudah ditetapkan takdirnya? Apabila ia telah ditetapkan sebagai orang yang
beruntung tentu ia akan masuk surga walaupuin tidak shalat. Sebaliknya, apabila ia
ditetapkan sebagai orang yang celaka, maka ia akan masuk Neraka walaupun
mendirikan shalat. Ini adalah contoh Haqiqat tanpa Syari’at. Sedangkan Syari’at tanpa
Haqiqat, adalah sifat orang yang beramal hanya memeperoleh Surga, ini adalah

9
Syari’at yang kosong, walaupun ia yakin, baginya ada atau tidak adanya Syari’at sama
saja keadaannya, karena masuk Surga itu adalah semata-mata anugrah Allah

Hal ini menunjukan bahwa kehidupan spiritual tidak hanya ada dalam keadaan
mata tertutup, didalam batin, kehidupan spiritual melihat kedalam dan keluar diri,
serta mencari yang dikasihi dimanapun, meskipun demikian Tuhan tidak bisa hadir
dalam diri seorang kekasih jika unsur cinta tidak ada dalam dirinya, seorang yang
membenci musuhnya seraya menyayangi temannya tidak bisa menyebut Tuhan
sebagai kekasihnya, karena ia tidak tahu Tuhan, saat cinta mekar sepenuhnya, orang
akan memperhatikan teman dengan penuh perhatian, melihat musuh dengan penuh
maaf dan mengamati orang asing dengan penuh simpati, cinta terdapat dalam setiap
hal yang aspeknya dan dalam kemekaran yangpenuh itulah cinta dipersembahkan
kepada Tuhan. Demikianlah kemudian ia mengenal Tuhan sebagai kekasih, sebagai
idealnya, dan dengan itu kendati ia mengabaikan cinta dunia yang kecil, dalam
realitasnya ia mengetahui bagaimana mencintai saat ia mencapai tahapan cinta mekar
sepenuhnya.4

Inilah yang bisa digambarkan dari cinta (hubungan dengan Tuhan yang sempurna)
dan yang sesungguhnya, amalan lahir seperti ibadah Mahdzah dan amalan batin
seperti dzikir,sabar, wa’ra, dan lain-lain harus selalu menyertai manusia, karena
dengan demikian Tuhanpun akan memberikan apa yang kita pinta, tapi kesempurnaan
hubungan antara manusia dengan Tuhan tersebut terjadi pada kehidupan para ahli
Tasawuf masa lalu.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul sebagai hidayah
dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin kesejahteraan
hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi akhir zaman. Ajaran yang
diturunkan Allah tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shahih (Maqbul)
berupa perintah, larangan dan petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan
akhirat.

Manusia memang dicipta oleh Tuhan untuk mengabdikan hidupnya kepada Tuhan
semesta alam. Manusia diciptakan hanya untuk berorentasi (mengarahkan
pandangannya) kepada penciptanya. Sang pencipta yang menumbuhkan dan
mengembangkan manusia, Dia memelihara, menjaga dan mendidik manusia. Dia pula
yang memberi petunjuk hidup kepada manusia. Oleh karena itu, hanya kepada Dia
manusia beribadah.

3.2 Saran
Diharapkan setiap individu dapat memahami pengertian Islam dan ruang
lingkupnya serta hubungan antara makhluk dengan Sang Pencipta. Pemahaman yang
baik tentunya akan disertai dengan implementasi pada sehari-hari. Hal inilah yang
diharapkan dapat terwujud pada setiap individu yang membaca makalah ini.5

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Fauzah Nur Aksa, S.Ag M, Unimal Press. Modul Pendidikan Agama Islam.; 2014.
2. Dr. Marzuki MA. Konsep Agama Islam. Konsep Agama Islam. Published online 2010:1-
50.
3. Sahuri S, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk. Eksistensi Manusia
Sebagai Khalifah di Muka Bumi Menurut Ibn Katsir. Eksistensi Mns Sebagai Khalifah di
Muka Bumi Menurut Ibn Katsir. 2017;1:1-6.
4. Dr. Hj. A. Rosmiaty Azis MPI. Ilmu Pendidikan Islam.; 2019. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/13856/1/Ilmu Pendidikan Islam.pdf
5. Windarto AP, Hartama D, Wanto A, et al. Menyusun Makalah yang Baik dan Benar.
AKSIS J Pendidik Bhs dan Sastra Indones. 2018;2(2):1-18.

12

Anda mungkin juga menyukai