Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

Karakterisasi Mekanik Film Tipis Magnetid (Fe3O4) Dari Bahan Mineral


Vulkanik Dengan Metode Spin Coating

Oleh :

RAHMI (14034019)
NIM.14034019
DOSEN PEMBINMBING: Dr.Ahmad Fauzi.,M.Si

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumatera Barat terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran
tinggi vulkanik yang di bentuk oleh Bukit Barisan. Dataran tinggi vulkanik ini
berpotensi menghasilkan mineral-mineral yang dapat di manfaatkan.
Berdasarkan hasil studi Fiantis dkk (2010) terhadap abu vulkanik gunung
Talang di Sumatera Barat diketahui bahwa abu vulkanik mengandung senyawa-
senyawa seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, MnO, CaO, MgO, Na2O, K2O, P2O5,
serta beberapa unsur minor seperti Zr, Sr, dan V.

Berdasarkan penelitiaan yang dilakukan oleh Rahmi, dkk (2015) di Jorong


Aia Dingin Kabupaten Solok ditemukan berbagai macam mineral disana yaitu
Graphite, Chalcophyrite, Copper, dan Galena. Sementara berdasarkan
penelitian Bajili dkk (2014) terhadap mineral yang terdapat pada batu granit di
sekitar gunung Marapi, Sumatera Barat diperoleh mineral Kuarsa, Ortoklas,
Albite, Magnetit, Thorit, Ilmenit, Hornblende, Kaolinite, Muscovite, dan
Sodalite.

Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan pada kita bahwa mineral


vulkanik Sumatera Barat sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang
mengandung banyak mineral. Namun pada dasarnya mineral ini belum banyak
dimanfaatkan secara optimal karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang
karakterisasi nano material apalagi pada pembuatan film tipis.

Dalam beberapa dekade terakhir, struktur nano oksida dari logam transisi
telah menarik perhatian peneliti-peneliti di dunia karena aplikasinya secara luas
dalam bidang teknologi modern. Secara khusus, hematit (α-Fe3O4) sangat
menjanjikan dalam berbagai aplikasi karena stabilitas termal yang tinggi di
bawah kondisi ruangan, ramah lingkungan dan biaya produksi yang rendah.
Namun pada zaman sekarang ini telah banyak dibuat bagian yang lebih
berukuran kecil dibandingkan nano yaitu dapat berupa komposit dan film tipus.
Disini penulis akan focus pada film tipis karena untuk nano material telah
dilakukan oleh kakak tingkat sebelumnya dan saya lebih teratik pada pembuatan
film tipis dengan metoda spin coating yang membatasi pada sifat mekaniknya.
Fe3O4 dari bahan alam seperti dalam mineral vulkanik belum banyak
dieksplorasi secara intensif, pada hal potensi Fe3O4 dalam mineral vulkanik
cukup besar. Proses memberi fungsi pada Fe3O4 menjadi material fungsional
perlu dilakukan agar kebutuhanFe3O4 dalam industri teknologi modern
berbiaya murah dapat terpenuhi. Akhir-akhir ini, penggunaan material
fungsional cukup signifikan, karena material fungsional sangat dibutuhkan
dalam teknologi modern dan garis depan dalam penelitian material (Chung,
2010). Aplikasi dari material fungsional ini mencakup aplikasi pada listrik,
dielektrik, elektromagnetik, optikal, dan magnetik. Saat ini, material fungsional
sudah banyak diadopsi dalam divais elektronik modern (Yu dkk, 2015).

Pembuatan sol gel pada lapisan tipis pada mulanya film FZT dengan
metoda sol gel dengan metoda spin coating. Struktur dan ukuran lapisan tipis
fe3o4 mempengaruhi sifat kemagnetannya. Sifat inilah yang dibutuhkan dalam
aplikasi material pada bahan elektronik. Oleh sebab itu ukuran partikel yang
nano sangat dibutuhkan dalam penelitian ini, oleh sebab itu penelitian ini sangat
penting untuk dilakukan.

Disamping itu, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 ini


menegaskan, pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud Pasal 170
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 wajib melakukan pemurnian hasil
pertambangan di dalam negeri. Beberapa ketentuan dalam PP No 1 Tahun 2014
diubah melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 08
Tahun 2015, dimana dalam pasal 9A ditegaskan bahwa pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) eksplorasi, IUPK eksplorasi, IUP operasi produksi dan
IUPK operasi produksi mineral logam, mineral bukan logam dan batuan serta
IUP operasi produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian dapat
melakukan kerjasama penelitian dan pengembangan mineral untuk menunjang
rencana pembangunan dan pengembangan kegiatan pengolahan dan/atau
pemurnian di dalam negeri dengan Perguruan Tinggi.

Melihat potensi mineral vulkanik yang melimpah di Sumatera Barat serta


kebutuhan nanomagnetikFe3O4 dalam teknologi modern saat ini yang
berkembang pesat, maka penelitian ini sangatlah diperlukan. Selain memperoleh
pengetahuan dasar tentang sifat-sifat fisika film magnetik Fe3O4 yang berasal
dari mineral vulkanik, penelitian yang diusulkan ini juga memiliki nilai strategis
dalam mendukung capaian rencana strategis penelitian (RIP) di Universitas
Negeri Padang yaitu dalam bidang teknologi material maju dari bahan alam.
Di akhir penelitian, diharapkan telah dihasilkan satu buah artikel ilmiah
dalam jurnal nasional ber-ISSN serta potensi paten sederhana tentang cara
pengolahan film tipis magnetikFe3O4 dari mineral vulkanik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana cara mengkarakterisasi film tipis magnetid dari bahan
mineral vulkanik dengan metoda spin coating?
2. Bagaimana sifat mekanik film tipis fe3o4 magnetid dari bahan mineral
vulkanik dengan metoda spin coating?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkarakterisasi mekanik film tipis Fe3O4 yang berasal dari mineral
vulkanik yang dengan metoda spin coating
2. Melakukan karakteristisasi film tipis Fe3O4 darii bahan mineral vulkanik
dengan metoda spin coating.
D. Hipotesis
Berdasarkan teri yang diketahui hipotesis yang dapat diambil adalah:
1. Waktu miling dari Fe3O4 menentukan sifat magnetid nya
2. Semakin tipis film tipisnya maka semakin bagus sifat mekaniknya.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian teori

1. Mineral Vulkanik sumatera barat

Mineral berasal dari 2 kata yaitu mineral dan vulkanik. Mineral


merupakan unsur yang banyak terdapat di bumi. Hampir semua bahan
terbentuk dari mineral. Geologis menjelaskan bahwa pengertian mineral
merupakan zat anorganik padat yang terbentuk secara natural/ alami dan
memiliki struktur kimia berbentuk kristal. Untuk itu material berupa batubara
dan minyak bukan termasuk dalam mineral karena terbentuk dari zat organik.
Sedangkan bahan yang terbentuk secara sintetis bukan termasuk dalam
mineral karena terbentuk bukan secara alami. Selain itu zat yang bersal dari
makhluk hisup seperti kapur, getah, dan kayu juga bukan bagian dari
mineral. sedangkan vulkanik adalah fat mekanik dari bahan mineral vulkanik
adalah keluaran dari unung api yang telah meletus.

Rahmidkk mengatakan bahwa batuan yang terdapat di sumatera barat


adalah batuan beku, batuan sendimen dan batuan metamorf. Pembagian
batuan beku berdasarkan ukuran kristal dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu batuan beku volkanik, yang merupakan hasil proses volkanisme,
batuan beku plutonik, yang terbentuk jauh di dalam bumi, dan hipabisal
yang merupakan produk intrusi minor. Batuan beku vulkanik merupakan
batuan beku yang mendingin di permukaan bumi yang memiliki tekstur
mineral yang kecil kecil kurang dari 1 mm dan terdapat tekstutr gelasan.
Batuan beku vulkanik dapat dibagi kembali menjadi tiga macam, yaitu
batuan vulkanik intrusive, batuan vulkanik ekstrusif (explosive) yang sering
disebut sebagai batuan fragmental dan batuan volkanik ekstrusif (efusif),
seperti aliran lava. Karakteristik dari batuan beku vulkanik antara lain :
menutupi lembah tidak terbatas oleh adanya tanggul. Ketebalan
tergantung pada volume dan bentuk topografi diwahnya.Struktur yang
mencirikannya yaitu adanya perlapisan silang siur, dune, antidune,
laminasi planar, baji, dan bergelombang.

Sumatera Barat terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan


dataran tinggi vulkanik yang di bentuk oleh Bukit Barisan. Dataran tinggi
vulkanik ini berpotensi menghasilkan mineral-mineral yang dapat di
manfaatkan. Berdasarkan hasil studi Fiantis dkk (2010) terhadap abu
vulkanik gunung Talang di Sumatera Barat diketahui bahwa abu vulkanik
mengandung senyawa-senyawa seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, MnO,
CaO, MgO, Na2O, K2O, P2O5, serta beberapa unsur minor seperti Zr, Sr,
dan V.

Umumnya, penelitian terhadap mineral vulkanik yang dilakukan


adalah untuk mengetahui komposisi senyawa yang terdapat dalam
mineral tersebut serta dampaknya pada tanah pertanian (Bertrand, 2012;
Comegna dkk, 2013;Saglam dkk, 2013). Namun sepanjang pengetahuan
penulis, pemanfaatan mineral vulkanik untuk material fungsional belum
banyak dilaporkan.

Sampai saat ini oksidamagnetik merupakan material yang


menjanjikan sebagai material fungsional . Ferit adalah salah satu
kandidat dari oksida magnetik yang berpotensi dapat digunakan sebagai
lapisan penyusun GMR (tezuka, 2012: Moussy, 2013). Ferit adalah oksida
ferimagnetik memiliki perilaku yang sama dengan feromagnetik yakni
adanya magnetisasi spontan pada suhu kamar karena memiliki momen
magnetik total yang tidak nol, memiliki domain magnetik jenuhn dan
menunjukkan fenomena histeresis (Culity dan Graham, 2009).

2. Sifat magnetik dari bahan mineral vulkanik


Magnetid merupakan salah satu betuk oksida besi didalam selain
hermatide, maghemite, dan megnetid. Megnetid dikenal sebagai besi
dialam hitam yang merupakan oksida besi hitam yang sifat magnetid nya
paling besar( teja, 2008). Didalam mineral vulkanik banyak terdapat sifat
magnetid (Fe2O3). Pada gambaran penelitian yang telah dilakukan ileh
senior bp 2011 tentang nano material dari magnetid dari bahan mineral
vulkanik. Beberapa tahun terakhir ini magnetid menjadi bahan perhatian
karena bahan magnetid dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan
kapasitor.

Sifat oksida besi yaitu:

 Besi (II) oksida (FeO) atau oksida besi juga dikenal sebagai wustite
dalam bentuk mineral. Bubuk oksida hitam ini dapat menyebabkan
ledakan seperti mudah terbakar.

 Besi (III) oksida (Fe2O3) atau oksida besi juga dikenal sebagai bijih
besi (bentuk alfa) atau maghemite (bentuk gamma) dalam bentuk
mineral. Sebagai bahan kimia industri ini umumnya disebut rouge.
Setelah dimurnikan, besi oksida digunakan sebagai lapisan dalam
media audio dan komputer. Dalam lingkungan yang kering atau alkali,
besi oksida itu dapat menyebabkan pengvasifan dan menghambat karat,
namun juga merupakan komponen utama karat.

 Besi (II, III) oksida (Fe3O4) atau besi oksida besi juga dikenal sebagai
magnetite atau magnet dalam bentuk mineral (RM Cornell,2003).
Gambar 2.1
Struktur spinel
Fe3O4

Kristal magnetik Fe3O4 dengan struktur spinel dapat dilihat dari


Gambar 2.1. Struktur tetrahedral: ion Fe dikelilingi oleh empat oksigen.
Struktur oktahedral: ion Fe dikelilingi oleh enam ion Oksigen. Material
ferimagnetik atau biasa disebut ferit adalah bahan magnetik yang mempunyai
sifat khas yaitu keras, rapuh, tahan terhadap panas dan zat kimia,
mempunyai tahanan jenis listrik yang tinggi, sehingga banyak digunakan dalam
bidang elektronika. Ferit dapat termagnetisasi secara spontan pada
temperature Currie dan bersifat paramagnetic untuk temperatur di atas
temperature Currie.(Chrismant, J. Rhicard, 1988).

Dalam fasa ferimagnetik terbentuk domain magnetik dan terjadi


hysteresis. Ferit merupakan bagian terpenting dari ferimagnetik. Ferit adalah
gabungan ion-ion dan memiliki kemampuan magnetic berasal dari magnetic
ion yang disebut kation. Berdasarkan struktur kristalnya, ferit digolongkan
menjadi 2 kelompok:

1. Kubik

Ferit yang mempunyai rumusan umum MO.Fe2O3, dengan M adalah


ion logam divalent seperti Mg, Mn, Fe, Ni, Zn, Co dan Cu. Ferit-ferit ini
memiliki struktur spinel dan sering disebut ferrospinel karena struktur
kristalnya berhubungan erat pada spinel MgO.Al2O3, dengan struktur
komplek dan umumnya magnetik lunak (soft magnetic).

2. Heksagonal
Magnetit mempunyai rumus kimia Fe3O4 dan mempunyai struktur
spinel dengan sel unit kubik yang terdiri dari 32 ion oksigen, di mana
celahcelahnya ditempati oleh ion Fe2+ dan Fe3+. Delapan ion Fe3+ dalam
tiap sel berada paa bagian tetrahedral (A), karena berlokasi di tengan sebuah
tetrahedron yang keempat sudutnya ditempati ion oksigen (Gambar 2.3a).
sisanya delapan ion Fe3+ dan delapan ion Fe2+ berada pada bagian
oktahedral (B), karena ion-ion oksigen disekitarnya menempati sudutsudut
sebuah oktahedron (Gambar 2.3b) yang sudut-sudutnya ditempati oleh enam
atom oksigen (Hook, J, R & Hall, H, E, 1991). Tiap-tiap unit sel berisi sejumlah
ion, di mana secara kompleks sulit dibayangkan. Satu sel terbagi menjadi 8
oktan (kubus spinel), masing-masing berukuran a/2 (Gambar 2.3c), empat
oktan yang berarsir memiliki ukuran isi yang sama, begitu pula dengan cara
yang sama, tetrahedral di oktan terarsir dan octahedral di oktan tidak
terarsir (Cullity, B. D. 1972). Bentuk heksagonal dari Fe3O4 dapat dilihat
pada Gambar 2.4.
Gambar 2.2 struktur kubik ferit (cullity, B. D.1972), (a) posisi ion logam
dalam kristal tetrahedral (A), (b) posisi ion logam dalam octahedral (B), (c)
gabungan tetrahedral dan octahedral, (d) kubik magnet.
Gambar 2.4. struktur heksagonal Fe3O4 (Lemire.C, 2004). (a). gambar sisi
samping dan atas Fe3O4(1 1 1). (b) gambar STM Fe3O4(1 1 1) dari film (size
300 × 300 nm2) dengan ukuran atomik sebesar 3 × 3 nm2.

Partikel nano magnetik memiliki sifat fisis dan kimia yang bervariasi
dan dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Salah satu partikel magnetik
tersebut yang dapat dijadikan berukuran nanometer adalah besi oksida seperti
Fe3O4 (magnetit). Lao et al., 2004, meneliti bahwa partikel nano ini dapat
dimanfaatkan sebagai material untuk kegunaan sistem pengangkutan obat-
obatan (Drug Delivery System = DDS), Magnetic Resonance Imaging (MRI),
dan terapi kanker. Agar dapat diaplikasikan dalam bebagai bidang tersebut,
sangatlah
penting untuk mempertimbangkan ukuran partikel, sifat magnetik, dan sifat
permukaan dari partikel nano itu sendiri.

(a) (b)

Gambar 2.3 (a) Serbuk Fe3O4,


(b) Struktur Fe3O4

Dalam beberapa tahun belakangan ini, para peneliti dapat mensintesis


partikel nano Fe3O4 dengan metode-metode yang berbeda. Seperti metode
sol gel yang dikembangkan oleh Xu et al., 2007. Lain lagi dengan dilakukan
oleh Iida et al., 2007 yang memilih mensintesis partikel nano Fe3O4 dengan
metode hidrolisis terkontrol sedangkan Hong et al.,

2007 memilih metode kopresipitasi dalam air. Di antara sekian metode sintesis
tersebut, metode kopresipitasi yang paling sederhana karena prosedurnya lebih
mudah dilakukan dan memerlukan suhu reaksi yang rendah (<100 oC). Metode
kopresipitasi merupakan proses kimia yang membawa suatu zat terlarut ke
bawah sehingga terbentuk endapan yang dikehendaki. Teknik ini sering dipakai
untuk memisahkan analit dari pengotornya.

Untuk sintesis partikel nano Fe3O4 dengan metode kopresipitasi,


perbandingan/rasio antara ion ferrous (Fe2+) dan ion ferric (Fe3+) dalam
medium basa (alkali) sangat mempengaruhi hasil akhir sintesis. Efeknya
meliputi rentang diameter ukuran partikel dan sifat magnetik yang dihasilkan.
Telah dilaporkan bahwa valensi garam logam yang digunakan dalam sintesis
memegang peranan penting dalam menentukan ukuran partikel. Dalam hal ini,
ukuran partikel nano Fe3O4 dengan variasi prosentase molar ion ferrous
terhadap jumlah total ion besinya dalam rentang ~9 nm sampai ~40 nm (Iida et
al., 2007).
3. Film tipis

Nanopartikel oksida besi (hematit dan magnetit) disiapkan melalui jalur sol
gel dan untuk mengidentifikasi Parameter yang mempengaruhi nanosize partikel.
Persiapan untuk partikel nanosize ini dengan sedikit dimodifikasi Metode untuk
kesederhanaan yang lebih besar. Campuran terdiri dari dua larutan, yang
pertama, 100 ml (0,1 M) besi nitrat Fe (NO 3) 3. 9H 2 O (4.039g) digunakan
sebagai solusi prekursor, dan gelated dengan menggunakan 100 ml mono
terhidrasi sitrat Asam (C 6 H 8 O 7) solusi (0,2 M) dari (3.842g) sebagai molekul
ligan, dan air secara tunggal suling sebagai pelarut.

Angka. 1. Skema prosedur pembuatan nanopartikel oksida besi.

Gambar 2.4 skematik untuk pembuatan fe3o4 menjadi nanopartikel

Berdasarkan gambar dapat kita ketahui beberapa proses dalam pembuatan


film tipis dengan metoda sol gel. Pertama Besi Larutan yang memberi larutan
kuning ditambahkan ke larutan asam sitrat setetes demi setetes dengan pengadukan
kuat yang dimasukkan ke dalam Pengaduk magnet pada suhu kamar selama 4 jam.
Kemudian solusi ini sampai pada suhu 80 ̊C, sementara Menjaga pengadukan kuat
sampai gel terbentuk dan air yang terkandung diuapkan, setelah itu gel
dimasukkan ke dalam Autoclave untuk anil pada suhu mulai dari (150, 300, 500
dan 700) C selama 1 jam kemudian sampel Pabrik dan mengumpulkan tujuan
mempelajari sifat-sifatnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar (1), sampel
tampak berbeda warna setelahnya Anil seperti ditunjukkan pada Gambar (2)
tergantung pada suhu anil, juga untuk mempelajari sifat optik yang digunakanHCl
sebagai pelarut untuk sampel. Kami menggunakan difraktometer sinar-X yang
dicatat oleh SHIMADZU XRD-6000 (radiasi CuKα Λ = 0.154nm) dalam 2θ
berkisar dari (20 sampai 80 °) untuk verifikasi struktur kristal dan untuk ukuran
rata-rata dari Partikel untuk hematit Studi permukaan atau mikroskop Atom Force
Microscopy untuk sampel diselidiki , Morfologi hematit nanopartikel yang
dihasilkan dipelajari dengan menggunakan Scanning Probe Microscope (tipe
AA3000), Dipasok oleh Angstrom Advanced Inc. untuk menentukan dimensi
nanopartikel dari bentuk lapisan yang dipersiapkan Sampel dan distribusi statistik
mereka. Spektrum UV-visible dipelajari spektra SP-3000NANO buatan Jepang di
Indonesia Kemarahan 200-1100.

4. Pengaruh Waktu Milling Terhadap Ukuran Butir Kristal


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yunasfi (2009), hasil
identifikasi serbuk grafit dengan XRD menunjukkan terjadinya penurunan
intensitas puncak difraksi dan pergeseran sudut difraksi karena adanya proses
milling. Pola difraksi untuk bahan serbuk grafit yang diproses dengan milling
menggunakan teknik ball milling jenis High Energy Milling (HEM) pada suhu
ruang dengan berbagai variasi waktu 0 jam sampai 100 jam ditunjukkan pada
Gambar 4.

Gambar 4. Pola difraksi sinar-X untuk serbuk grafit hasil proses milling
dengan variasi waktu (0-100 jam) (Yunasfi, 2009).

Pada Gambar 4 terlihat dengan adanya proses milling terhadap serbuk


grafit menunjukkan penurunan intensitas puncak difraksi dan semakin lama serbuk
grafit diproses dengan milling maka intensitas puncak difraksi semakin rendah.
Proses milling terhadap serbuk grafit menunjukkan peningkatan sudut puncak
difraksi dan semakin lama serbuk grafit diproses dengan milling maka sudut
puncak difraksi semakin besar (Yunasfi, 2009).
Ukuran butir dapat dapat dihitung menggunakan rumus Scherer
berdasarkan lebar puncak difraksi. Penelitian dari Yunasfi (2009) terlihat dengan
adanya proses milling dengan HEM terhadap serbuk grafit menyebabkan regangan
kisi dalam serbuk grafit tersebut menjadi lebih kecil sehingga grain size dalam
serbuk grafit semakin kecil pula seiring lamanya proses milling. Mengecilnya
ukuran partikel serbuk grafit ini disebabkan karena adanya tumbukan antara bola-
bola milling dan serbuk grafit serta tumbukan serbuk grafit kedinding vial,
sehingga terjadilah proses penghancuran serbuk grafit berukuran yang lebih kecil.
Hal ini membuktikan bahwa proses milling yang dilakukan terhadap serbuk grafit
dapat menimbulkan penghancuran butiran-butiran dalam serbuk grafit tersebut.

5. Metode Spin Coating

Spin Coating merupakan salah satu metode pembuatan lapisan tipis dengan
menggunakan putaran. Metode spin coating cukup sederhana, dapat dilakukan
pada suhu kamar, dan efektif untuk pembuatan lapisan tipis (Hikam, 2002). Pada
penelitian ini larutan di aging selama 48 jam. Aging adalah penyimpanan larutan
dalam kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal
dari larutan sebelum dideposisikan pada substrat. Dalam penelitian ini akan
dilakukan sintesis lapisan fe3o4 menggunakan metode elektrodeposisi dan spin
coating Putama (2014).

Sifat magnetid secara mikroskopik adalah akibat dari momen magnet yang
berkaitan dengan electron-elektron individual. Setipa electron dalam atom
mempunyai momen magnet yang bersasal dari dua sumber. Yang pertama berasal
dari gerakan electron yang mengelilingi inti.

Momen magnet memiliki dua arah yaitu up dan down karena itu setiap
electron dalam atom memiliki momen magnet spin.

Gambar 5. Gambar tentang momen magnet

Berdasarkan gambar diatas dapat kita lihat bahwa Electron yang


mengelilingi inti dianggap mempunyai loop yang kecil, yang menghasilkan medan
magnet kecil pula dan memiliki momen magnet sepanjang sumbu rotasinya yang
disebut dengan momen orbital. Hal ini diilustrasikan secara skematik pada gambar
2.1.a sumber putaran electron mengelilingi subunya seperti gambar

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dimana


pada penelitian ini menggunakan alat karakterisasi yaitu HEM-E-3D, SEM dan
XRD. Dimana XRD berguna pada proses penentuan struktur kristalnya, dan SEM
untuk mengetahui morfologi dari suatu bahan.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:

1. Variabel bebas: variasi waktu milling yang diberikan 20 jam, 40 jam, dan
60 jam.
2. Variabel kontrol : lamanya proses milling pada setiap siklus dilakukan
selama 5 menit, kemudian proses dihentikan selama 5 menit untuk
menghindari kerusakan pada alat milling akibat naiknya suhu motor yang
terlalu tinggi.
3. Variabel terikat: bentuk morfologi, dan ukuran(ketebalan) kristal.
C. Prosedur Penelitian

Diagram penelitian penulis adalah ditunjukkan pada gambar berikut:

mulai

Pengambilan sampel di daerah gunung di sumatera Barat

 Mancuci sampel dan mengambil bahan magnet dengan


menggunakan magnet permanen
 Mmilling sampel dan mencari kerakteristik sampel dengan XRD
dan SEM

 Setelah jadi nanomagnetik, pembuatan lapisan tipis dengan


metoda sol gel pada suhu 50 derajat celcius(selama 6 jam)

Anneling pada suhu 300 derjat celcius selama 120 menit

 Karakterisasi dengan XRD dan SEM

 Analisis data

selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Rusul, dkk. 2016. Study Of Anneling Temperature On Prepared Iron Oxide
Nanoparticles By Sol-Gel Method. College of science.dapartement of
phisich

Anwar, Muhammad. (2007). Sintesis dan Karakterisasi Ferofluida Berbahan


Dasar Pasir Besi Peg-400 Sebagai Media Template. Tugas Akhir, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya

Cornell, RM, dkk (2003). The Iron Oxides: Structure, Properties, Reactions,
Occurrences and Uses. Wiley VCH.http://en.wikipedia.org/wiki/Iron_o
xide

Darminto,dkk (2002). Fisika Zat Padat II. Institut Teknologi Sepuluh Nopember:
Surabaya

Jurusan pendidikan fisika. 2013. Pembuatan Sensor Gas Hydrogen Berbasis Film
Tipis Denagn Teknik Sol Gel Spin Coating Untuk Komponen Pada System
Pendeteksi Kebocoran Gas. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Nurul, dkk. 2016. Analisis Struktur Lapisan Fe3o4 Pada Subsrat Logam Tembaga
Dengan Metoda Spin Coating. Surabaya:Kampus ITS

Rahmi,dkk.2015. Penyelidikan Jenis Mineral Koto Baru Nagari Aia Dingin


Kabupaten Solok Dengan Metoda Geolistrikinduced
Olarization.padang.unp

Riyanto, agus, dkk. 2013. Analisis Struktur Kristal Dan Sifat Magnetic Pada
Nanopartikel Magnetid (Fe3o4) Sebagai Bahan Biosensor Surface Plasmon
Resonance. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada

Anda mungkin juga menyukai