(Proposal Skripsi)
Oleh:
LUCKY RONALDO
15110017
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TULANG BAWANG
BANDAR LAMPUNG
2020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL ..................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
MOTTO ....................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 5
D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ............................................... 6
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 11
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
x
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu dampak negatif dan kemajuan teknologi dalam masyarakat adalah
terjadinya pergeseran pola hidup, dari pola hidup sederhana menjadi pola
untuk memilikinya, dimana hal ini sangatlah wajar. Padahal untuk memiliki
memenuhi atau mengikuti pola hidup yang konsumtif. Selain itu kemjuan
melancarkan aksinya.
Suatu perbuatan tidak dapat dikatakan sebagai tindak pidana jika perbuatan
Hukum Pidana) atau ketentuan pidana lainnya. Salah satu kejahatan yang
orang lain dengan maksud untuk menyesatkan, mengelabui orang lain dengan
pidana.
palsu (BAB IX), kejahatan pemalsuan uang (BAB X), kejahatan pemalsuan
materai dan merek (BAB XI), dan kejahatanpemalsuan surat (BAB XII).1
atas barang atau surat tersebut itu adalah benar atau asli. Pemalsuan terhadap
tulisan atau surat terjadi apabila isinya atas surat itu yang tidak benar
digambarkan sebagai benar. Pemalsuan surat telah diatur dalam Pasal 263
(1) “Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yan dapat
menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau suatu
pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada
sesuatu hal dengan maksud untuk memakai surat tersebut seolah-olah
isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat dengan pidana penjara
paling lama enam tahun’.
1
Adam Chazawi, , Kejahatan Mengenai Pemalsuan, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2002), hlm. 3
2
Ibid, hlm.9
3
palsu. Palsu artinya tidak benar atau bertentangan dengan yang sebenarnya.
1. Membuat sebuah surat yang sebagian atau seluruhnya isi surat tidak
valschheid).
2. Membuat surat seolah-olah surat itu berasal dari orang lain selain si
pembua surat. Membuat surat palsu yang demikian ini disebut dengan
Tindak Pidana yang berkaitan dengan Pasal 263 KUHP yaitu membuat surat
palsu yang belum ada sebelumnya atau memalsukan surat yang sudah ada.
Tindakan membuat surat palsu adalah membuat surat dengan data-data yang
menghapus sebagian inti dari surat yang ada sebelumnya, sehingga surat
3
Kitab undang-undahng Hukum Pidana tentang Pemalsuan Surat, Pasal 263.
4
Adami, Jazwi, Kejahatan Mengenai Pemalsuan, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2002), h. 100
4
melindungi kepentingan hukum publik terhadap kebenaran atas isi dari objek
surat yang menimbulkan suatu hak, surat yang menimbulkan perjanjian dan
surat yang membuktikan suatu keadaan tertentu. Salah satu fungsi hukum
risiko tindak pidana kejahatan, maka berbagai bentuk kebijakan itu timbul
dengan benda, manusia dengan alam sekitar dan manusia dengan kesalahan
5
Satjipto Rahardjo, Bunga Rumpai Dalam Sistem Peradilan Pidana. Pusat Pelayanan Keadilan dan
Pengabdian Hukum. Jakarta: hlm 11.
5
1. Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
Pidana.
1. Kerangka Teoritis
peneliti.6
efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor yaitu:
6
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (UI Press, Jakarta : 1986), hlm. 125
7
menerpakan hukum
antara lain:
7
Soerjono Soekanto.faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Raja Grafindo
Persada:Jakarta.1996. hlm. 5
8
pendahuluan.
lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat jalur non penal (bukan
hukum pidana)8.
beberapa tahap:
8
Barda Nawawi Arif dan Muladi. Pidana dan Pemidanaan. Badan Penyediaan Bahan Kuliah
Fakultas Hukum UNDIP: Semarang, 1984. hlm 12
9
(Kebijakan Yudikatif).
a. Faktor hukumnya,
menerapkan hukum.
diterapkan.
2. Kerangka Konseptual
9
Soerjono Soekanto. PenegakanHukum. BPHN dan Binacipta: Jakarta. 1983. Hlm. 5
10
mandiri.12
Terdapat tiga (3) hal yang perlu diperhatikan terkait dengan tindak
pidana:
kejadian itu.
10
Soerjono Soekanto. Op.Cit. hlm. 135
11
Soerjono Soekanto. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Raja Grafindo :
Jakarta. 2009. hlm.13-14.
12
Moeljatno.Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban dalam Hukum Pidana. Jakarta
:BinaAksara. 1993. hlm. 93
11
ditimbulkan olehnya.13
d. Pemalsuan surat
Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yan dapat
olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut
E. Sistematika Penulisan
disajikan dengan tujuan agar pembaca dapat dengan mudah memahami dan
I. PENDAHULUAN
V. PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan hasil akhir penelitian dan
larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi
bahwa perbuatan hukum adalah setiap perbuatan atau tindakan subjek hukum
yang mempunyai akibat hukum, dan akibat hokum itu memang dikehendaki
Delik menurut pengertian sebagai “Wesenchau“ telah diikuti oleh para ahli
ajaran sifat melawan hukum materiil. Apakah istilah perbuatan pidana itu
dapat disamakan dengan istilah belanda “strafbaar feit“, dimana arti dari
16
Moeljanto. Asas -asas Hukum Pidana. Rineka Cipta: Jakarta. 2002. hlm. 54
17
Ishaq. Dasar -Dasar Ilmu Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. 2007. hlm.123
18
Ibid. hlm. 56
14
Pengertian dari istilah “starfbaar feit“ adalah suatu kelakuan manusia yang
a. Bahwa feit dalam strafbaar feit berarti handling, kelakuan atau tingkah
laku.
19
C.S.T. Kansil. Latihan Ujian Hukum Pidana Untuk Perguruan Tinggi. Sinar Grafika: Jakarta.
1991. hlm.106
20
Ibid. hlm.107
21
Bambang Poernomo. Asas –asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia: Jakarta. 1994. hlm. 91
22
Moeljanto. loc.cit. hlm. 56
23
Ibid. hlm. 2
15
Tindak pidana atau delik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
jalan umum.24
24
Teguh Prasetyo. Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada :Jakarta. 2010. hlm. 58
25
C. S. T.KANSIL. Engelin R Palandang. Altje Agustin Musa. Tindak Pidana Dalam Undang-
Undang Nasional. Jakarta. 2009. hlm.4
26
Adami Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I. Rajawali Pers. 2013. hlm.126
16
pada pasal 359, 360, dan 195. Di dalam beberapa terjemahan kadang-
unsur tindak pidana. Hal tersebut sesuai dengan arti dari adanya teori dari
tindak pidana itu sendiri, yaitu suatu perbuatan yang memenuhi persyaratan
pidana.28
27
Ibid, hlm.126
28
Lamintang. 1984. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar Baru, Bandung. hlm. 36
17
Unsur-unsur yang ada pada tindak pidana dilihat dari melihat dari bagaimana
bunyi dari rumusan yang telah dibuat. Tindak pidana terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut :
a. Unsur Obyektif
kesalahan.
bertanggung jawab.
b. Unsur Subyektif
1. Dolus Atau Culpa atau suatu tindakan yang disengaja maupun tidak
disengaja.
29
Andi Sofyan, Nur Azisa. 2016. Bahan Ajar Hukum Pidana. Pustaka Pena Press, Makassar.
hlm.100
30
Ibid. hlm. 101
18
1. Perbuatan manusia yang besifat positif atau negatif atau membuat dan
Belanda yaitu “strafbaar feit” atau dalam Bahasa Indonesia adalah “Tindak
31
Andi Sofyan, Nur Azisa. Op.Cit. hlm.102
32
Suyanto. 2018. Pengantar Hukum Pidana. CV Budi Utama, Yogyakarta. hlm. 74-75
33
Andi Sofyan. Nur Azisa. 2016. Bahan Ajar Hukum Pidana. Pustaka Pena Press : Makassar.
hlm. 96
19
pidana, dan barang siapa yang melanggar larangan tersebut dan perbuatan itu
diancam pidana yang ditunjukka kepada suatu kejadian yang dilakukan oleh
dirumuskan oleh wet yang bersifat melawan hukum yang patut dipidanakan
1. Feit dalam strafbaar feit yang berarti handeling kelakukan dan tingkah
laku.
34
Ibid. hlm. 99
35
Suyanto. 2018. Pengantar Hukum Pidana. CV Budi Utama: Yogyakarta. hlm. 68
36
Ibid. hlm. 69
20
suatu perbuatan yang melanggar suatu hukum yang diakibatkan oleh perilaku
hukum.
suratyang sebelumnya tidak ada, yang sebagian atau seluruh isinya palsu.
sehingga surat tersebut berbeda dengan surat yang sebelumnya atau surat
asli.38
Pada Pasal 263 KUHP tindak pemalsuan surat dirumuskan sebagai berikut
ini:
37
Ibid. hlm. 71
38
Malvin Hutabalian. 2016. JOM Fakultas Hukum Volume III, Nomor 2. https://media.neliti.com.
Diakses pada 28 Mei 2020, pukul 20.37 wib. hlm. 2
21
1. Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat
bertentangan surat yang sebenarnya. Ada dua jenis pembagian surat palsu
1. Membuat surat yang sebagian atau seluruh isi tidak sesuai dan sangat
surat palsu dapat disebut juga sebagai dengan pemalsuan intelektual atau
intelectuele valsscbbeid
orang lain selain pembuat surat. Membuat surat palsu seperti pada teori
palsu atau surat yang tidak benar terdapat pada orang yang telah
membuat surat.
22
dibenarkan atas hak sebuah surat tersebut yang mengakibatkan sebagian atau
1. Membuat surat palsu atau membuat surat yang isinya tidak benar
2. Memalsukan surat atau mengubah surat hingga isi surat tersebut menjadi
lain dari isi yang aslinya. Cara merubah surat bermacam-macam yaitu,
surat tersebut.
3. Pemalsuan surat juga tidak hanya berupa perubahan dari adanya isi surat
pemalsuan surat.
Pasal 264 ayat (1) angka 1 KUHP menjelaskan bahwa tindak pidana
pemalsuan surat ancaman lebih berat, apabila surat tersebut dipalsukan dan
Tindak pidana pemalsuan surat adalah pemalsuan berupa surat dalam bentuk
standar yang dimuat dalam Pasal 263 dengan rumusan sebagai berikut :
39
R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia, Bogor. hlm. 195
23
diperuntukkan sebagai bukti dari pada sesuatu hal yang dengan maksud
seolah-olah isinya benar atau tidak palsu akan dipidana, dan jika
2. Barang siapa yang dengan sengaja memakai surat palsu atau yang
kerugian.40
Sanksi Pidana
Hal tersebut tidak terlepas dari bukti-bukti negatif yang pada dasarnya telah
ditentukan bahwa suatu peristiwa atau hak dan kesalahan dianggap telah
terbukti. Tidak hanya itu saja, dalam menentukan hal tersebut disampingnya
40
https://core.ac.uk/reader/77622040. Diakses pada 29 Mei 2020, pukul 13.01 wib
24
hukum tersebut tidak benar dan tidak pantas atau proper, maka orang tersebut
diajukan dalam perkara pidana. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya sistem
pembuktian negatif yang pada prinsipnya menentukan bahwa suatu hak atau
1. Kesalahan pelaku tindak pidana. Hal ini merupakan syarat utama untuk
dan niat pelaku tindak pidana harusditentukan secara normatif dan tidak
41
Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif. Jakarta:
Sinar Grafika. hlm.103.
42
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar
Grafika,.2010, hlm.103.
25
2. Motif dan tujuan dilakukannya suatu tindak pidana kasus tindak pidana
melawan hukum.
4. Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi. Riwayat hidup dan keadaan
secara kekeluargaan.
jujur.
tujuan yaitu selain membuat jera kepada pelakutindak pidana, dan juga
sendiri dan orang lain. Haltersebut dinyatakan dalam ketentuan ini adalah
1. Putusan Akhir
43
Barda Nawawi Arief. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. hlm. 77
27
yang tidak diajukan verzet, putusan tidak menerima, dan putusan yang
menentukan lain.
2. Putusan Sela
ditulis dalam berita acara persidangan saja. Putusan sela harus diucapkan
di depan sidang terbuka untuk umum serta ditanda tangani oleh majelis
hakim dan panitera yang turut bersidang dan selalu tunduk pada putusan
pada putusan akhir. Hakim tidak terikat pada putusan sela, bahkan hakim
pihak dapat meminta supaya kepadanya diberi salinan yang sah dari
44
M.Yahya Harahap. 2010. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Sinar Grafika.
Jakarta.hlm.77-79
28
Teori dasar dari pertimbangan hukum hakim adalah putusan hakim yang
dengan 4 kriteria pertanyaan dasar atau the 4 way test, sebagai berikut :
yaitu :
45
Lilik Mulyadi. Kekuasaan Kehakiman. Bina Ilmu: Surabaya. 2007. hlm. 119
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
B. Sumber Data
Sumber primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber
asli yang memuat informasi atau data tersebut. Sumber hukum primer
47
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat).
Jakarta:: Rajawali Pers. Hlm 13-14.
48
Rianto Adi. Metodelogi Sosialdan Hukum. Jakarta: Granit, 2010,hlm.57.
49
Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 318.
29
30
maupun yang masih berupa konsep dan seperti diuraikan di atas yang
Setelah semua data diperoleh baik data sekunder dengan ditunjang dengan
1. Seleksi data
Yaitu kegiatan memilih data yang akan digunakan yang sesuai dengan
2. Klasifikasi data
telah ditetapkan.
31
3. Sistematisasi data
E. Analisis Data
Bahan hukum atau data yang diperoleh baik data primer maupun data
DAFTAR PUSTAKA
Ibid. hlm.126
Andi Sofyan, Nur Azisa. 2016. Bahan Ajar Hukum Pidana. Pustaka Pena Press:
Makassar. hlm.100
Ibid. hlm. 99
Op.Cit. hlm.102
Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum
Progresif.Jakarta: Sinar Grafika. hlm.103.
Barda Nawawi Arif dan Muladi. Pidana dan Pemidanaan. Badan Penyediaan
Bahan Kuliah Fakultas Hukum UNDIP: Semarang. 1984. hlm 12
Ibid. hlm.107
Ibid. hlm. 56
Lilik Mulyadi. Kekuasaan Kehakiman. Bina Ilmu: Surabaya. 2007. hlm. 119
Moeljatno. Asas -Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta: Jakarta. 2002. hlm 1
Ibid. hlm. 2
Miles Mattew B dan Michael Hoberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta :
Universitas Indonesia Press. hlm. 15
Ibid. hlm. 69
Ibid. hlm. 71