Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Oleh:
Igam Aditya Prasada
1871121010

Pembimbing:
dr. Sayu Widyawati, M.Biomed, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD SANJIWANI GIANYAR/PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, laporan kasus yang berjudul “Dermatitis Kontak Alergi” dapat
penulis selesaikan.
Dalam peyusunan laporan kasus ini, penulis memperoleh banyak bimbingan,
petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Sayu Widyawati, Sp.KK yang telah banyak memberikan gambaran, bimbingan
dan masukan kepada penulis sehingga laporan ini bisa diselesaikan dengan baik.
2. Seluruh staff yang ada di bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan teman-
teman dokter muda, yang telah memberikan masukan dan dukungan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan
kasus ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.

Gianyar, 8 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................. 3
2.1 Identitas Pasien....................................................................................... 3
2.2 Anamnesis .............................................................................................. 3
2.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................... 6
2.5 Diagnosis Banding.................................................................................. 6
2.6 Diagnosis Kerja ...................................................................................... 6
2.7 Penatalaksanaan ..................................................................................... 6
2.8 KIE ......................................................................................................... 6
2.9 Prognosis ................................................................................................ 6
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................. 7
BAB IV SIMPULAN ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis kontak ialah suatu peradangan pada kulit yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit. secara umum terbagi menjadi dua jenis,
yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergi (DKA). Dermatitis
kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit non-imunologik, sedangkan dermatitis
kontak alergi terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu
allergen.1 Menurut Andrew’s, dermatitis kontak alergi merupakan suatu manifestasi
klinis yang terjadi setelah kulit yang sudah tersensitisasi sebelumnya berkontak dengan
suatu alergen yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi
imunologi tipe IV yang dimediasi oleh limfosit sehingga menyebabkan peradangan dan
edema pada kulit.2
Dengan perkembangan industri yang sangat pesat di negara kita, maka adanya
allergen dalam lingkungan sulit untuk dihindari. Bahan-bahan seperti logam, karet dan
plastik hampir selalu ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula kosmetik,
lotion badan, pengharum pakaian, detergen yang populer di masyarakat, sehingga
diduga insidensi DKA akibat alergen-alergen tersebut cukup tinggi. 1,3
World Allergy Organization (WAO) pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa
prevalensi alergi terus meningkat dengan angka 30-40% dari total populasi dunia. Data
tersebut sejalan dengan data dari Center for Disease Control and Prevention (CDC)
yang mencatat bahwa angka kejadian alergi telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun
1994 hingga tahun 2010.4 Prevalensi terkait dermatitis kontak alergi sudah banyak
diteliti di dunia. Suatu penelitian di Belanda menemukan bahwa prevalensi dermatitis
kontak alergi yaitu 12 kasus per 1000 penduduk. Kejadian dermatitis kontak sebesar
7% terkait dengan pekerjaan. Dalam data terakhir, lebih banyak perempuan (18,8%)
ditemukan memiliki DKA dibandingkan laki-laki (11,5%).1,5 Di Indonesia juga sudah
ada beberapa penelitian mengenai dermatitis kontak alergi dan didapatkan jumlah yang
cukup banyak. Pada suatu studi epidemiologi di Indonesia memperlihatkan bahwa 97%
dari 389 kasus penyakit kulit yang diteliti merupakan dermatitis kontak, 66,3%
merupakan kasus dermatitis kontak iritan dan 33,7% merupakan kasus dermatitis kontak
alergi.1,3 Penelitian di Palembang menunjukan DKA tertinggi terjadi kelompok usia 48-
55 tahun sebanyak 167 orang (19,4%), kelompok usia 40-47 tahun (17,9%), usia 16-23
tahun (15,4%), usia 56-63 (11,5%), usia 64-71 tahun (9,6%), usia 24-31 tahun (8,9%),
usia 32-39 tahun (6,2%), usia 8-15 tahun (3,5%), 0-7 tahun (3,3%), usia 72-79 tahun
(3,3 %), dan yang terendah pada kelompok usia 80-87 tahun (1,0%). Perbandingan
antara laki-laki sebanyak 332 orang (38,6%) dan perempuan 529 orang (61,4%). Tiga
alergen penyebab terbanyak adalah detergen (53,1%), kosmetik (32,7%) dan perhiasan
(14,2%). DKA paling sering pada usia 48-55 tahun. Perempuan lebih sering
dibandingkan dengan laki-laki. 6 Berdasarkan penelitian pada penata rias di Denpasar,
sekitar 27,6 % memiliki efek samping kosmetik, dimana 25, 4 % dari angka itu
menderita DKA.6
Berdasarkan data diatas DKA merupakan permasalahan yang sering muncul
dalam bidang kulit dan sulit untuk menentukan bahan iritan serta allergen penyebab
pada pasien. Selain itu tingkat kompetensi 3A yang menuntut dokter umum untuk
mampu mendiagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan, sehingga sangat
penting untuk mengetahui faktor risiko, cara mendiagnoosis penanganan serta
pencegahan yang tepat pada DKA, agar tidak terjadi kesalahan terapi awal yang
berakibat peningkatan pada morbilitas.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : LMD
Umur : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kawan Petak Gianyar
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Status : Belum Menikah
No. RM : 633029
Tanggal Pemeriksaan : 25 September 2018

2.2 Anamnesis
2.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Luka yang gatal
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Sanjiwani Gianyar dengan keluhan
gatal pada jari tangan sejak setahun yang lalu, luka ditangan timbul sejak sebulan yang
lalu. Keluhan dirasakan pada ujung jari tengah dan pertengahan jempol. Pada awalnya
pasien mengeluh gatal pada daerah jari tangan kiri sejak sering mencuci piring dengan
“Sunlight Lemon”, tetapi keluhan tersebut tidak menunjukan tanda pada tangan pasien.
Pasien mengatakan tanggannya sebelum luka mengalami bengkak yang berisi cairan
bening pada jari tengah sekitar 6 bulan yang lalu sejak kerja dihotel dan menggunakan
sarung tangan karet saat mencuci piring. Luka pada tangan pasien mulai muncul karena
pasien sering mengaruknya. Awalnya luka hanya terjadi pada jari tengah pasien
kemudian menyebar ke jempol pasien. Pasien merupakan siswa smk yang sedang
menjalani magang di hotel bagian dapur. Keluhan pasien memberat saat mencuci piring,
pasien mengatakan deterjen cuci piring di rumah dan di hotel tempat magangnya
bermerk sama. Pasien sudah tidak mencuci piring sejak seminggu yang lalu. Keluhan
lain seperti nyeri pada daerah luka, demam, sakit kepala, lemas disangkal pasien. Pasien
sebelumnya sudah pernah diberi salep tetapi tidak ingat namanya.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sebelumnya


Pasien tidak pernah mengalami hal serupa dengan keluhan saat ini. Riwayat alergi
disangkal. Riwayat penyakit kronis seperti asma, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, paru serta penyakit menular disangkal.

2.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Riwayat alergi pada anggota
keluarga disangkal. Riwayat penyakit kronis seperti asma, hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, paru serta penyakit menular disangkal.

2.3.4 Riwayat Sosial


Pasien sehari – hari beraktivitas sebagai siswa SMK Dwijendra dan membantu
pekerjaan rumah orang tua seperti mencuci piring, baju, nyapu, dan ngepel. Pasien
mengatakan mencuci baju dengan mesin dan mengepel mengunakan alat peras. Riwayat
kontak dengan bahan iritan “sunlight” (deterjen). Pasien tidak memelihara binatang di
rumahnya. Higienitas keseharian pasien dikatakan cukup bersih. Pola makan pasien
teratur, yaitu sebanyak 3 kali sehari, dan mandi 2 kali sehari.

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Status Present
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan Darah : Dalam batas normal
Frekuensi Nadi : Dalam batas normal
Frekuensi Nafas : Dalam batas normal
Suhu Aksilla : Dalam batas normal
Berat Badan : Dalam batas normal
2.3.2 Status Generalis
Dalam batas normal

2.3.3 Status Dermatologi

Lokasi : Regio Digiti I dan III Manus Dekstra


Effloresensi : Makula eritema multiple, berbatas tidak tegas, berbentuk geografika,
ukuran numular, dengan eksoriasi dan krusta merah kecoklatan
dipermukaannya, distribusi regional
Lokasi : Regio Kuku Digiti III Manus Dekstra
Effloresensi : Nail plate ditutupi sekret bening, nail bed debris subreguler (-)
jaringan sekitar kuku edema (+), eritema (+), kutikula intak.

2.4 Planning
- Pemeriksaan KOH = hasil KOH (-)
- Pemeriksaan gram = kokus gram negatif (+)
- Patch test (Belum dilakukan)

2.5 Diagnosis Banding


- Dermatitis Kontak Alergi + Infeksi sekunder
- Dermatitis Kontak Iritan + Infeksi Sekunder
- Onikomikosis Candida + Infeksi Sekunder
2.6 Diagnosis Kerja
Dermatitis Kontak Alergi + Infeksi Sekunder

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Medikamentosa
- Hidrocortison 2,5% + Gentamycin 0,1% cream 2x/hari
- Cetirizine 1x5mg PO
- Cefadroxil 2x500mg PO

2.7.2 KIE
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang dialaminya,
factor risiko, gejala, dan pengobatan yang diberikan.
2. Hindari kontak langsung dengan bahan yang dicurigai sebagai pemicu timbulnya
keluhan (detergen dan sarung tangan karet)
3. Keringan tangan sehabis kontak dengan cairan untuk mencegah kondisi lembab
pada tangan
4. Apabila keluhan masih timbul, segera kontrol ke dokter

2.7.3 Prognosis
Dubia et bonam

BAB III
PEMBAHASAN

Dermatitis kontak alergi merupakan peradangan kulit yang timbul setelah kontak
dengan allergen memalui proses sensitisasi yang dimediasi oleh limfosit. Disebut
dengan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi tipe IV.1,3
Dalam kasus ini , dari anamnesis diperoleh pasien datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUD Sanjiwani Gianyar dengan keluhan gatal pada jari tengah kiri dan
jempol kiri yang disertai luka. Keluhan gatal dirasakan sejak setahun yang lalu,
kemudian terasa bengkak berair sejak 6 bulan, dan luka mulai terlihat sejak sebulan
yang lalu. Awalnya bengkak dirasakan pada jari tengah saja kemudian menyebar ke
jembol. Pasien mengatakan keluhan dirasakan memberat saat mencuci piring dengan
“sunlight” dan saat mengunakan sarung tangan karet. Pasien sudah tidak mencuci piring
sejak seminggu yang lalu. Keluhan lain seperti nyeri pada daerah luka, demam, sakit
kepala, lemas disangkal pasien.
Berdasarkan teori secara klinis, penderita DKA datang dengan keluhan utama
gatal sedangkan pada DKI adalah rasa terbakar, panas, atau nyeri. Manifestasi klinis
DKA akan lebih berat jika frekuensi kontak dengan allergen meningkat, akibat terpapar
oleh alergen lesi tersebut dapat meluas. Beberapa literature menjelaskan pasien DKA
awalnya akan merasa gatal, kemudian timbulnya edema, vesikel, papulovesikel,maupun
bulla. Bulla maupun vesikel bisa pecah dan terjadi erosi serta eksudasi. Berdasarkan
anamesis, kasus sudah sesuai dengan teori yakni keluhan utama pasien adalah gatal
yang awalnya muncul pada jari tengah kemudian menyebab ke jempol. Pasien juga
mengatkan awalnya hanya gatal kemudian bengkak berair dan terjadi luka. Pasien tidak
ada mengalami nyeri maupun merasakan terbakar pada daerah luka. 1,3,5
Pada pemeriksaan dermatologis pada regio digiti I dan III manus dekstra
tampak makula eritema multiple, berbatas tidak tegas, berbentuk geografika, ukuran
numular, dengan eksoriasi dan krusta merah kecoklatan dipermukaannya, distribusi
regional. Regio kuku digiti III manus dekstra tampak nail plate ditutupi sekret bening,
nail bed debris subreguler (-), jaringan sekitar kuku edema (+), eritema (+), kutikula
intak.
Pada prinsipnya lesi pada dermatitis adalah polimorf. Stadium lesi pada
dermatitis dibagi menjadi tiga yakni akut, subakut dan kronis. Pada stadium akut
kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi, dan eksudasi, sehingga
tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan edena berkurang, eksudat
mongering menjadi krusta. Sedangkan pada stadium kronis lesi tampak kering, skuama,
hiperpigmentasi dan likenifikasi. Stadium ini tidak bisa diukur dengan jangka waktu
tertentu. Apabila disesuaikan dengan teori pada kasus ini DKA bersifat subakut karena
terdapat adanya macula eritema, yang berbatas tidak tegas, tampak eksudasi, dan adanya
krusta berwarna merah kecokelatan.1,3
Pada pemeriksaan penunjang untuk DKA dibagi menjadi dua, pertama
pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding dengan tanda klinis
yang meragukan. Kedua pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis dan
menentukan allergen penyebab, terdapat dua jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan
eosinophil darah tepid dan pemeriksaan immunoglobulin E (Ig-E) (patch test, scratch
test, prick test) tes Ig-E menggunakan bahan yang dicurigai menjadi penyebab
timbulnya DKA. Tes yang paling disarankan karena menunjukan hasil yang lebih akurat
adalah patch test.1,3,7
Pada kasus test yang sudah dilakukan adalah KOH dan pemeriksaan gram. Test
tersebut sudah sesuai teori untuk menyingkirkan diagnosis banding serta untuk
mencegah kesalahan terapi yang diberikan. Sedangkan test yang belum dilakukan
adalah patch test dengan bahan yang dapat digunakan untuk uji adalah kandungan yang
terdapat dalam bahan sabun cuci bermerk “Sunlight lemon” bahan tersebut meliputi
deterjen (builder & surfaktan) dan bahan tambahan (filler & aditif). Bahan lateks,
titanium oksida, dan tanin yang terkandung pada sarung tangan karet juga dapat
dijadikan bahan uji.8 Pemelihan bahan tersebut berdasakan riwayat kontak langsung
dalam keseharian pasien. Pemelihan patch test sudah sesui dengan teori.
Penatalaksanaan dari DKA dapat secara medikamentosa serta non
medikamentosa. Tujuan utama terapi medikamentosa adalah untuk mengurangi
reaktivitas sistem imun dengan terapi kortikosteroid, mencegah infeksi sekunder dengan
antiseptik, untuk mengobati infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik dan untuk
mengurangi rasa gatal dengan terapi antihistamin. Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh
Umur, pemilihan agen yang tepat, lokasi tubuh yang terkena, luas, stadium penyakit,
jenis lesi, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, Penentuan lama
pemakaian obat (maksimal efektivitas dan minimal efek samping). Sedangkan prinsip
terapi nonmedikamentosa adalah dengan menghindari allergen.1,3,4
Pada kasus, pasien diberikan terapi topikal berupa krim Hidrocortison 2,5% +
Gentamycin 0,1% cream 2x/hari sebagai kortikosteroid topikal dan antibiotik topikal.
Cefadroxil 2x500mg sebagai antibiotik sistemik untuk memaksimalkan penyembuhan
infeksi sekunder. Cetirizine 1x5mg sebagai antihistamin. Pemilihan obat pada kasus
sudah mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Untuk
KIE yang sudah diberikan adalah menghindari kontak langsung dengan bahan yang
dicurigai sebagai pencetus dengan cara menghentikan pemakain zat-zat yang dicurigai
sebagai allergen. Keringan tangan sehabis kontak dengan cairan untuk mencegah
kondisi lembab pada tangan. Prognosis dari kasus ini adalah dubia ad bonam (baik)
apabila pasien mengikuti anjuran (KIE) yang diberikan dan rutin melakukan kontrol
untuk keluhannya.
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien wanita usia 17 tahun dengan diagnosis dermatitis kontak alergi. Pasien mengeluh
gatal pada jari tengah kiri dan jempol kiri yang disertai luka. Keluhan gatal dirasakan
sejak setahun yang lalu, kemudian terasa bengkak berair sejak 6 bulan, dan luka mulai
terlihat sejak sebulan yang lalu. Awalnya bengkak dirasakan pada jari tengah saja
kemudian menyebar ke jembol. Pasien mengatakan keluhan dirasakan memberat saat
mencuci piring dengan “sunlight” dan saat mengunakan sarung tangan karet. Pasien
sudah tidak mencuci piring sejak seminggu yang lalu. Keluhan lain seperti nyeri pada
daerah luka, demam, sakit kepala, lemas disangkal pasien. Pasien tidak pernah
mengalami keluhan serupa sebelumnya, riwayat penyakit pada keluarga disangkal.
Pasien merupakan siswa SMK Dwijendra yang sedang magang dihotel bagian dapur.
Pada pemeriksaan dermatologis pada regio digiti I dan III manus dekstra
tampak makula eritema multiple, berbatas tidak tegas, berbentuk geografika, ukuran
numular, dengan eksoriasi dan krusta merah kecoklatan dipermukaannya, distribusi
regional. Regio kuku digiti III manus dekstra tampak nail plate ditutupi sekret bening,
nail bed debris subreguler (-), jaringan sekitar kuku edema (+), eritema (+), kutikula
intak. Pasien diberikan terapi topikal berupa krim Hidrocortison 2,5% + Gentamycin
0,1% cream 2x/hari sebagai kortikosteroid topikal dan antibiotik topikal. Cefadroxil
2x500mg sebagai antibiotik sistemik untuk memaksimalkan penyembuhan infeksi
sekunder. Cetirizine 1x5mg sebagai antihistamin. KIE yang diberikan adalah
menghindari kontak langsung dengan bahan yang dicurigai sebagai pencetus dengan
cara menghentikan pemakain zat-zat yang dicurigai sebagai allergen. Keringan tangan
sehabis kontak dengan cairan untuk mencegah kondisi lembab pada tangan. Prognosis
dari kasus ini adalah dubia ad bonam (baik) apabila pasien mengikuti anjuran (KIE)
yang diberikan dan rutin melakukan kontrol untuk keluhannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Hal 156-160

2. James W.D, Berger T.G, dan Elston D.M. 2006. Contact Dermatitis and Drug

Eruption. In: Andrew’s Disease of The Skin Clinical Dermatology. 10th. Avaiable at :

https://www.elsevier.com/books/

3. Siregar RS. 2014. Saripati Penyakit Kulit edisi 3. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Hal 107-116

Theresia

4. Palomo et al. 2011. Epidemiology of Contact Dermatitis, Contact Dermatitis.

Avaiable at : http://www.intechopen.com

5. Tersinanda YT & Rusyati LM. 2015. Dermatitis Kontak Alergi. Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Available at: https://ojs.unud.ac.id.

6. Chairunisa T, Thaha A, Nopriyanti. 2014. Angka Kejadian Dermatitis Kontak Alergi

di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2009-2012. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya. Available at: https://ejournal.unsri.ac.id/


7. Dermatitis Patch Testing Beyond the TRUE Test. Department of Dermatology,

Geisinger Medical Center, Danville, Pennsylvania. Aviable at:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov

8. Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. 2014. Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia. Aviable at: http://kemnaker.go.id/

Anda mungkin juga menyukai