Anda di halaman 1dari 12

Herawati Jaya, Devi MediartiFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps

pada Pasien di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


TUBERKULOSIS PARU RELAPS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT
KHUSUS PARU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015-2016

Herawati Jaya, Devi Mediarti


Program Studi Ilmu Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang
E-mail: heraj39@yahoo.com
devi.mediarti@gmail.com
Diterima: 25 Juni 2017 Revisi: 15 Juli 2017 Disetujui: 28Okt 2017

ABSTRAK
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis. Sedangkan tuberkulosis paru Relaps adalah penderita
Tuberkulosis Paru yang dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap kemudian dating
kembali berobat dengan hasil pemeriksaan batuk berdahak Basil Tahan Asam positif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui factor resiko tuberculosis paru Relapsdi Rumah Sakit
Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan tahun 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini meliputi populasi kasus yaitu penderita TB
paru yang mengalami kekambuhan dan populasi kontrol yaitu penderita TB paru yang sudah
dinyatakan sembuh. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita TB Paru
Relaps yang berobat di Poliklinik Paru Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan
(total sampling) tahun 2015-2016.Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji chi square.Hasil penelitian dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara
usia dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,309; CI: 0,54-14,1; OR: 2,79), tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan kejadianTBparuRelaps(p:0,909;CI:0,308-2,82;OR:0,933), ada
hubungan antara pendidikan dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,017; CI: 1,2-14,6; OR: 4,2),
tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian TB paru Relaps(p:0,401; CI: 0,18-1,97;
OR: 0,6), ada hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian TB paru Relaps
(p:0,045;CI:1,0-10,3;OR:3,2), tidak ada hubungan antara dengan kejadian TB paru Relaps
(p:0,309;CI:0,54-14,1;OR:2,79).

Kata kunci : Tuberkulosis Paru, Kambuh

PENDAHULUAN menyerang organ paru.TBparu


Dewasa ini banyak diperkirakan telah menginfeksi sekitar
penyakitmenular yang telah mampu sepertiga penduduk dunia.Sebanyak 95%
diatasi bahkan adayang telah dibasmi kasus dan 98% kematian akibat penyakit
berkat kemajuan teknologi, akan tetapi ini terjadi di negara-negara
masalah penyakit menular masih tetap berkembang (Kep.Menkes,2009).
dirasakan oleh sebagian besar penduduk Data WHO tahun 2009
Negara sedang berkembang salah satunya menyebutkan bahwa, diperkirakan
penyakit Tuberkulosis Paru (Noor,2006). masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus
Tuberkulosis (TB) Paru adalah baru dan sekitar 0,5 jutaorang
suatu penyakit infeksi menular yang meninggal akibat TB Paru di Dunia.
disebabkan Mycobakterium WHO dalam Global Tuberculosis
tuberculosis. Bakteri tersebut dapat Report 2012 melaporkan bahwa
menyerang hampir seluruh organ tubuh Indonesia berada di peringkat kelima
manusia, tetapi sebagian besar dari 22 negara dengan masalah TB

ISSN :2579 5325 71


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 1 Juni 2017

terbesar 429.730 orang dan jumlah umur tidak berpengaruh terhadap


kasus baru 183.366 kasus. kejadian penyakit TB paru Relaps. TB
TB Paru Relaps atau TB Paru paru dapat terjadi pada umur berapapun
kambuh adalah penderita TB Paru yang apabila tubuh tidak dapat melawan
sebelumnya pernah mendapat infeksi TB paru karena adanya malnutrisi
pengobatan TB Paru dan telah dan penurunan daya tahan tubuh.
dinyatakan sembuh atau pengobatan Penelitian menurutSitepu, 2009
lengkap, didiagnosis kembali dengan TB menyatakan bahwa penderita TB Paru
BTApositif berdasarkan pemeriksaan Relapsl ebih banyak berkelamin laki-
apusan atau kultur. Kasus Relaps terjadi laki (64,9%) dibandingkan perempuan
di beberapa Negara di dunia, antara lain (35,1%) hal ini terjadi karena pada laki-
di India dengan jumlah kasus Relaps laki aktivitas kerja dan interaksi sosial
sebanyak 106.463 kasus, korea dengan yang tinggi sehingga menyebabkan
jumlah kasus Relaps sebanyak 6.701 meningkatnya resiko untuk terpapar
kasus, Myanmar dengan jumlah kasus kembali bakteri TB. Selain itu,
Relaps sebanyak 4.558 kasus, dan konsumsi alcohol dan kebiasaan
Bangladesh dengan jumlah kasus Relaps merokok yang menyebabkan penurunan
sebanyak 3.065 kasus (WHO, 2013). daya tahan tubuh juga lebih sering
Faktor yang dapat mempengaruhi dijumpai pada laki-laki sehingga
terjadinya kekambuhan TB Paru menjadi lebih mudah terkena infeksi.
Relapsyaitu harus ada infeksi, jumlah Tingkat pendidikan sangat
basil penyebab infeksi harus cukup, berpengaruh terhadap kemempuan
virulensi yang tinggi dari basil penderita menerima informasi tentang
tuberculosis, daya tahan tubuh yang penyakit, terutama TB Paru.Kurang
menurun memungkinkan basil Informasi tentang penyakit TB Paru
berkembang biak dan keadaan ini menyebabkan kurang pengertian
menyebabkan timbulnya kembali penderita terhadap penyakit dan
penyakit TB paru, perilaku kebiasaan bahayanyasehingga menyebabkan
merokok, pengobatan terlalu pendek dan berkurangnya kepatuhan penderita
kemungkinan resistensi obat (Depkes RI, terhadap pengobatan atau berhenti
2006). berobat bila gejala penyakit tidak
Penelitian yang dilakukan oleh dirasakan lagi (Aditama,2005).
Suryanto, A (2001) di Rumah Penelitian yang dilakukan oleh
SakitUmum Kariadi Semarang Wahyuni, 2013 mendapatkan hasil
padatahun 1998 menemukan 347 bahwa sebagian besar penderita TB
penderita TB paru dengan kasus kambuh Paru bekerja disektor informal seperti
(Relaps) sebanyak 9 orang (9,4%) buruh bangunan, sopir truk, pengangkat
berumur 15-55 tahun. W H O (1995) kayu, dan petani dengan aktivitas lebih
menyatakan bahwa di Negara rentan terhadap paparan debu dan asap.
berkembang 75% penderita TB Paru Separuh kematian karena TB Paru pada
terjadi pada kelompok usia Produktif 15- laki-laki disebabkan merokok dan 3,
50 tahun (Depkes RI,2006). 25 dari perokok berkembang menjadi
Menurut Aditama (2002) bahwa penderita tuberculosis paru. Kematian

72 ISSN :2579 5325


Herawati Jaya, Devi MediartiFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps
pada Pasien di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2016

pada penderita Tb paru adalah 4 kali Relapsyang dapat meningkatkan


lebih besar pada kelompok merokok sumber penularan TB Paru sehingga
dibanding yang tidak merokok dapat menghambat tercapainya tujuan
(Gajalakshmi, 2003). pengobatan dan pengendalian TB Paru.
Merokok dapat menyebabkan Berdasarkan latar belakang diatas maka
kelainan fungsi paru obstruktif, peneliti tertarik untuk melakukan
pneumonia, influenza danpenyakit penelitian mengenai faktor resiko
infeksi pernafasan akut (Eisner, 2008). Tuberkulosis Paru Relapsdi Rumah Sakit
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan
Wulandari (20012), mendapatkan tahun 2016.
bahwa Diabetes Mellitus dapat Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan resiko TB latenmenjadi menganalisis faktor resikoTuberkulosis
TB aktif, hal itu dapat dikerenakan Paru Relapsdi Rumah Sakit Khusus
akibat adaya gangguan system imun Paru Provinsi Sumatera Selatan.tujuan
pada penderita DM. Ketaatan penderita khusus penelitian ini antaralain
dalam keteraturan meminum obat adalah mengidentifikasi factor resiko
secara terus-menerus. Penelitian Tuberkulosis Paru Relaps antara
Wahyuni (2003) di Puskesmas lain:usia, jenis kelamin, pendidikan,
Perawatan Pengkalan Brandan pekerjaan, merokok, penyakit penyerta
Kabupaten langkat dengan desain Case dan kepatuhan berobat.
Series yang memperoleh hasil
proporsi tertinggi terdapat pada METODE PENELITIAN
penderita yang patuh menjalani Desain penelitian ini adalah
pengobatan sebesar 87,9%. desktiftif analitik dengan menggunakan
Jumlah kasus pengobatan ulang di rancangan Cross Sectional.Ran-
Indonesia adalah sebanyak 8.542 kasus cangan Cross Sectionaladalah
dan 70% diantaranya merupakan kasus rancangan penelitian dengan mela-
Relaps. Berdasarkan data Profil Dinas kukan pengukuran atau pengamatan
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pada saat bersamaan atau sekali waktu
tahun2015 jumlah penduduk sebesar (Hidayat,2007).
7.941.500 jiwa (BPS). Dari 17 (tujuh Penelitian ini akan dilaksanakan di
belas) kabupaten yang ada, jumlah bagian Instalasi Rekam Medik Rumah
penduduk terbesar terdapat di Kota Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera
Palembang sebanyak 1.558.500 jiwa Selatan pada bulan Agustus 2015 s/d
dengan luas wilayah hanya 400,61 Agustus 2016. Populasi dalam penelitian
Km2tahun 2014 jumlah penderita TB ini adalah seluruh data penderita TB Paru
Parusebanyak193 kasus diantaranya Relaps yang berobat di Poliklinik Paru
terdapat 13 orang penderita TB Paru Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi
Relaps. Pada tahun 2015 terdapat Sumatera Selatan. Sampel dalam
peningkatan yaitu dari 354 kasus TB Paru penelitian ini adalah seluruh data
terdapat 38 orang penderita TB Paru penderita TB Paru Relaps yang berobat di
Relaps. Poliklinik Paru Rumah Sakit Khusus Paru
Tingginya kejadian TB Paru Provinsi Sumatera Selatan dari bulan
Agustus 2015 sampai dengan bulan

ISSN :2579 5325 73


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 1 Juni 2017

Agustus 2016, dimana besar sampel Square dan hasilnya disajikan dalam
adalah sama dengan jumlah TB Relaps bentuk table.Hubungan antara 2 variabel
(total sampling). bebas dan variabel terikat penghitungan
Data yang dikumpulkan Confidence Interval (CI) digunakan p<
sebelumnya diperoleh dari pencatatan 0.05.
petugas RSK.Paru Prov.Sumatera Selatan
yang terdapat dalam kartu status penderita HASIL DAN PEMBAHASAN
TB Paru Relaps.Kemudian dicatat dan HASIL
Analisa Univariat
ditabulasi. Data yang diperoleh diolah Dari penelitian yang dilakukan di
dengan menggunakan Program SPSS RS. Khusus Paru Sumatera Selatan
(Statistical Product Service kemudian didapatkan hasil sebagai berikut:
dianalisa dengan menggunakan uji Chi-

Analisa Univariat
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien TB Paru di RSK. Paru Prov. Sumsel

Distribusi responden berdasarkan usia dengan jumlah 44 responden (67,7%),


responden menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan menunjukkan
mayoritas responden berusia 15-55 bahwa mayoritas responden memiliki
tahun dengan jumlah 53 responden tingkat pendidikan SMA dengan jumlah
(81,5%), sedangkan jenis kelamin 33 responden (50,8%), sedangkan
menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan mayoritas responden bekerja
responden berjenis kelamin laki-laki atau sebagai petani/ supir/ tukang yaitu

74 ISSN :2579 5325


Herawati Jaya, Devi MediartiFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps
pada Pasien di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2016

25 responden (38,5%), untuk riwayat mempunyai riwayat penyakit penyerta


merokok menunjukkan bahwa yaitu 53 responden (81,5%), dan untuk
mayoritas responden tidak mempunyai kepatuhan berobat mayoritas responden
riwayat merokok yaitu 38 responden patuh berobat yaitu 52 responden
(58,8%), untuk riwayat penyakit (80,0%).
penyerta mayoritas responden tidak

Analisa Bivariat
Tabel1. Hubungan usia dengan kejadian TB Paru Relaps

Hasil analisis statistik hubungan antara Relaps.Hasil analisis dengan


usia dengan kejadian TB Paru menggunakan uji chi square diperoleh
Relapsdiperoleh sebanyak 34 responden nilai p value = 0,309 (0,05),CI=0,54-
(64,2%) usia 15-55 tahun yang 14,1,OR=2,79. Hasil penelitian ini
mengalami kejadian TB paru Relaps, menyatakan bahwa tidak ada hubungan
sedangkan pada usia 55 tahun ada antara usia dengan kejadian TB Paru
sebanyak 10 responden (83,3%) yang Relaps.
mengalami kejadian TB Paru

Tabel 2. Hubungan jenis kelamin dengan kejadian TB Paru Relaps

Jenis kelamin dengan kejadian TB Paru Paru Relaps.Hasil analisis dengan


Relapsdiperoleh bahwa ada sebanyak 30 menggunakan uji chi square diperoleh
responden (68,2%) berjenis kelamin laki- nilai p value = 0,909 (?0,05), CI= 0,308-
laki tahun yang mengalami kejadian TB 28,2 OR= 0,933. Hasil penelitian ini
paru Relaps, sedangkan jenis kelamin menyatakan bahwa tidak ada hubungan
perempuan ada sebanyak 14 responden antara jenis kelamin dengan kejadian TB
(66,7%) yang mengalami kejadian TB Paru Relaps

ISSN :2579 5325 75


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 1 Juni 2017

Tabel 3. Hubungan pendidikan dengan kejadian TB Paru Relaps

Hubungan antara pendidikan dengan chisquare diperoleh nilai p


kejadian TB Paru Relaps sebanyak 22 value=0,017,CI=1,2- 14,6, OR= 4,2.
responden (50%) mempunyai tingkat Ada hubungan antara pendidikan
pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi dengan kejadian TB Paru Relaps.
yang mengalami kejadian TB Paru Tingkat pendidikan SMA dan PT
Relaps, sedangkan tingkat pendidikan mempunyai peluang 4,2 kali untuk
s/d SMP 22 responden (50,0%) terkena TB Paru Relaps dibandingkan
mengalami kejadian TB Paru Relaps. tingkat pendidikan s/d SMP.
Hasil analisis dengan menggunakan uji

Tabel 4. Hubungan Pekerjaan dengan kejadian TB Paru Relaps

dengan kejadian TBParu Hasil analisis 29 responden (64,4%) yang mengalami


statistik hubungan antara pekerjaan kejadian TB Paru Relaps.
dengan kejadian TB paru Nilaipvalue=0,40,CI=0,18-
Relapsdiperoleh 15 responden (75%) 1,97,OR=0,6.Hasil penelitian ini
tidak mempunyai pekerjaan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
mengalami kejadian TB Paru Relaps, antara pekerjaan.
sedangkan yang bekerja ada sebanyak

Tabel 5. Hubungan riwayat merokok dengan kejadian TB Paru Relaps

76 ISSN :2579 5325


Herawati Jaya, Devi MediartiFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps
pada Pasien di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2016

Dari hasil analisis statistic hubungan dengan menggunakan uji chisquare


antara riwayat merokok dengan kejadian diperoleh nilai p value=0,045,CI=1,0-
TB Paru Relaps diperoleh bahwa ada 10,3,OR=3,2. Hasil penelitian ini
sebanyak 22 responden (57,9%) menyatakan bahwa ada hubungan antara
mempunyai riwayat merokok yang merokok dengan kejadian TB Paru
mengalami kejadian TB Paru Relaps, Relaps. Responden yang merokok
sedangkan yangmerokok ada sebanyak mempunyai peluang 3,2 kaliuntuk
22 responden (81,5%) yang mengalami terkena TB Paru Relaps dibandingkan
kejadian TB Paru Relaps. Hasil analisis responden yang tidak merokok.

Tabel 6. Hubungan penyakit penyerta dengan kejadian TB paru Relaps

Dari hasil analisis statistik hubungan sebanyak 10 responden (83,3%) yang


antara penyakit penyerta dengan mengalami kejadian TB Paru Relaps.
kejadian TB Paru Relaps diperoleh Hasil analisis dengan menggunakan uji
bahwa ada sebanyak 32 responden chi square diperoleh nilai p value =
(64,2%) tidak mempunyai penyakit 0,309, CI= 0,54-14,1, OR= 2,79. Hasil
penyerta yang mengalami kejadian TB penelitian ini menyatakan bahwa tidak
Paru Relaps, sedangkan yang ada hubungan antara penyakit penyerta
mempunyai penyakit penyerta ada dengan kejadian TB Paru Relaps.

Tabel 7 .Hubungan kepatuhan berobat dengan kejadian TB Paru Relaps

Kepatuhan berobat dengan kejadian TB menyatakan bahwa ada hubungan antara


Paru Relaps diperoleh 32 responden kepatuhan berobat dengan kejadian TB
(61,5%) patuh berobat yang mengalami Paru Relaps. Responden yang patuh pada
kejadian TB Paru Relaps, sedangkan yang pengobatan mempunyai peluang 7,5 kali
tidak patuh 12 responden (92,3%) yang untuk terkena TB Paru Relaps
mengalami kejadian TB Paru Relaps. Uji dibandingkan responden yangtidak patuh
chi square diperoleh nilai p value = 0,046, pada pengobatan.
CI=0,9-62,2, OR=7,5. Hasil penelitian ini

ISSN :2579 5325 77


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 1 Juni 2017

PEMBAHASAN 55 tahun aktivitas kerja dan interaksi


Berdasarkan hasil penelitian pada sosial yang tinggi sehingga menyebabkan
tabel 1 hasil anlisis statistik hubungan meningkatnya resiko untuk terpapar
antara usia dengan kejadian TB Paru kembali bakteri TB Paru, sedangkan pada
Relapsdiperoleh bahwa ada sebanyak kelompok kontrol lebih banyak yang
34 responden (64,2%) usia 15-55 tahun berusia 15-55 tahun karena selain
yang mengalami kejadian TB paru pengetahuan mereka lebih luas juga daya
Relaps, sedangkan pada usia ? 55 tahun tahan tubuh mereka lebih baik di
ada sebanyak 10 responden (83,3%) yang bandingkan dengan yang berusia 55
mengalami kejadian TB Paru Relaps. tahun.
Hasil analisis diperoleh nilai p value = Dari hasil analisis statistik
0,309, CI= 0,54-14,1, OR= 2,79. hubungan antara jenis kelamin dengan
Hasilpenelitian ini menyatakan bahwa kejadian TB Paru Relapsdiperoleh
tidak ada hubungan antara usia dengan bahwa ada sebanyak30 responden
kejadian TB Paru Relaps. Hasil penelitian (68,2%) mempunyai jenis kelamin laki-
ini menyatakan bahwa tidak ada laki yang mengalami kejadian TB Paru
hubungan antara usia dengan kejadian Relaps, sedangkan jenis kelamin
TB Paru Relaps. perempuan ada sebanyak 14 responden
Penelitian ini sejalan dengan (66,7%) yang mengalami kejadian TB
penelitian oleh Aditama (2002) yang Paru Relaps, nilai p value = 0,909
menyatakan bahwa umur tidak (?0,05), CI= 0,308-282, OR= 0,933.
berpengaruh terhadap kejadian penyakit Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
TB Paru Relaps TB Paru dapat terjadi tidak ada hubungan antara jenis kelamin
pada umur berapapun apabila tubuh tidak dengan kejadian TB Paru Relaps.
dapat melawan infeksi TB Paru karena Penelitian ini sesuai dengan
adanya malnutrisi dan penurunan daya penelitian yang dilakukan oleh Domen
tahan tubuh. Menurut Imelda (2009) hal (2003) pada Dinas Kesehatan Kota
tersebut terjadi karena pada Pematang Siantar yang menyatakan
usiaproduktif manusia cenderung tidak ada perbedaan proporsi jenis
mempunyai mobiditas yang tinggi kelamin berdasarkan hasil akhir
sehingga kemungkinan untuk terpapar pengobatan.
kuman TB Paru lebih besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sianturi
penelitian oleh Sitepu (2009) di Balai (2013) yang menyatakan tidak ada
Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) hubungan antara jenis kelamin dengan
Medan dengan desain Case Series yang kekambuhan TB Paru Relapsdi BKPM
memperoleh hasil proporsi tertinggi TB (Balai Kesehatan Paru Masyarakat)
paru Relapspada kelompok usia 15-55 Semarang 2013.
tahun yaitu sebanyak 92,8%. Hasil penelitian ini tidak sejalan
Menurut peneliti pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
dapat disebabkan karena sebagian besar Sitepu (2009) menyatakan bahwa
responden kasus dan kontrol berusia 15- penderita TB Paru Relapslebih banyak
55tahun. Pada kelompok kasus usia 15- berkelamin laki-laki (64,9%) diban-

78 ISSN :2579 5325


Herawati Jaya, Devi MediartiFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps
pada Pasien di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2016

dingkan perempuan (35,1%) hal ini Dari hasil analisis statistik


terjadi karena pada laki-laki selain hubungan antara pekerjaan dengan
mempunyai kebiasaan merokok, kejadian TB paru Relapsdiperoleh bahwa
konsumsi alcohol dan menggunakan ada sebanyak 15 responden (75%)
obat-obat terlarang yang menye- tidak mempunyaipekerjaan yang
babkan penurunan daya tahan tubuh mengalami kejadian TB Paru Relaps,
juga lebih sering dijumpai pada laki-laki sedangkan yang bekerja ada sebanyak 29
sehingga menjadi lebih mudah terkena responden (64,4%) yang mengalami
infeksi. kejadian TB Paru Relaps, nilaip value=
Dari hasil analisis statistik 0,401(?0,05), CI= 0,18-1,97, OR= 0,6.
hubungan antara pendidikan dengan Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kejadian TB Paru Relapsdiperoleh bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan
ada sebanyak 22 responden (50%) dengan kejadian TB Paru Relaps.
mempunyai tingkat pendidikan SMA Penelitian ini sejalan dengan
dan Perguruan Tinggi yang mengalami penelitian yang dilakukan oleh Domen
kejadian TB Paru Relaps, sedangkan (2003) pada Dinas Kesehatan Kota
tingkat pendidikan s/d SM Pada sebanyak Pematang Siantar dengan desain Case
22 responden (50,0%) yang mengalami Series yang menyatakan tidak ada
kejadian TB Paru Relaps. hubungan antara pekerjaan dengan
Hasil analisis diperoleh nilai p kejadian TB Paru Relapsyang
value= 0,017 (0,05), CI= 1,2-14,6, OR= memperoleh hasil proporsi tertinggi
4,2.Hasil penelitian ini menyatakan terdapat pada responden yang tidak
bahwa ada hubungan antara pendidikan bekerja sebesar 28.1%.
dengan kejadian TB Paru Penelitian ini tidak sejalan dengan
Relaps.Tingkat pendidikan SMA dan Wahyuni (2013) mendapatkan hasil
PT mempunyai peluang 4,2 kali untuk bahwa sebagian besar penderita TB Paru
terkena TB Paru bekerja disektor informal seperti buruh
Relapsdibandingkantingkatpendidikan bangunan, sopir truk, pengangkat kayu,
s/dSMP. dan petani dengan aktivitas lebih
Hasil penelitian ini sesuai dengan rentan terhadap paparan debu dan asap.
penelitian yang dilakukan oleh Aditama, Hal ini bisa diartikan bahwa
2005 yang menyatakan bahwa tingkat seseorang yang terinfeksi TB Paru
pendidikan sangat berpengaruh terhadap Relapsbukan karena dipengaruhi oleh
kemempuan penderita menerima tingkat aktifitas pekerjaan yang tinggi
informasi tentang penyakit, terutama TB tetapi dapat juga dipengaruhi oleh
Paru Relaps.Kurang Informasi tentang lingkungan tempat tinggal seperti:
penyakit TB Paru menyebabkan kurang kelembapan rumah, keadaan ventilasi
pengertian penderita terhadap penyakit rumah, keadaan jendela rumah, serta
dan bahayanya sehingga menyebabkan pencahayaan alami yang masuk ke
berkurangnya kepatuhan penderita dalam rumah (Sitepu, 2009).
terhadap pengobatan atau berhenti Dari hasil analisis statistik
berobat bila gejala penyakit tidak hubungan antara riwayat merokok
dirasakan lagi. dengan kejadian TB Paru

ISSN :2579 5325 79


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 1 Juni 2017

Relapsdiperoleh bahwa ada se banya k sedangkan yang mempunyai penyakit


22 re sponden (57,9 %) mempunyai penyerta ada sebanyak 10 responden
riwayat merokok yang mengalami (83,3%) yang mengalami kejadian TB
kejadian TB Paru Relaps, sedangkan Paru Relaps, diperoleh nilai p value =
yang merokok ada sebanyak 22 0,309 (? 0,05), CI= 0,54-14,1, OR= 2,79.
responden (81,5%) yang Hasilpenelitian ini menyatakan bahwa
mengalamikejadian TB Paru Relaps. tidak ada hubungan antara penyakit
Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p penyerta dengan kejadianTBParu Relaps.
value = 0,045 (0,05), CI= 1,0-10,3, OR= Penelitian ini sejalan dengan
3,2. Hasil penelitian ini menyatakan penelitian yang dilakukan oleh Triman
bahwa ada hubungan antara merokok (2002) yang menyatakan bahwa
dengan kejadian TB Paru Relaps. sebagian besar penderita TB Paru
Responden yang merokok mempunyai Relapstidak memiliki penyakit penyerta
peluang 3,2 kali untuk terkena TB Paru (95,9%) yang mana pada kelompok
Relapsdibandingkan responden yang kasus sebagian besar subjek penelitian
tidak merokok. tidak memiliki penyakit penyerta.
Penelitian ini sesuai dengan Triman (2002) menyebutkan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Triman hanya 4,1% penderita TB Paru
(2002) yang menyatakan bahwa ada Relapsyang memiliki penyakit penyerta,
hubungan antara riwayat merokok sebagian besar jenis penyakit
dengan kekambuhan TB Paru Relaps penyertanya adalah DM.
(p=0,001), OR= 5,445), hal ini karena Dari hasil anlisis statistik
merokok dapat merusak saluran hubungan antara kepatuhan berobat
pernafasan yang dapat memudahkan dengan kejadian TB Paru
invasi kuman TB Paru. Relapsdiperoleh bahwa ada sebanyak 32
Separuh kematian karena TB Paru responden (61,5%) patuh berobat yang
pada laki-laki disebabkan merokok dan mengalami kejadian TB Paru Relaps,
3,25dari perokok berkembang sedangkan yang tidak patuh ada
menjadi penderita tuberculosis paru. sebanyak 12 responden (92,3%) yang
Kematian pada penderita Tb paru adalah mengalami kejadian TB Paru Relaps.
4 kali lebih besar pada kelompok Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p
merokok dibanding yang tidak merokok value= 0,046 (0,05), CI= 0,9-62,2, OR=
(Gajalakshmi, 2003).Merokok dapat 7,5. Hasilpenelitian ini menyatakan
menyebabkan kelainan fungsi paru bahwa ada hubungan antara kepatuhan
obstruktif, pneumonia, influenza dan berobat dengan kejadian TB Paru
penyakit infeksi pernafasan akut Relaps. Responden yang patuh pada
(Eisner,2008). pengobatan mempunyai peluang 7,5
Dari hasil anlisis statistik hubungan kali untuk terkena TB Paru
antara penyakit penyerta dengan kejadian Relapsdibandingkan responden yang
TB Paru Relapsdiperoleh bahwa ada tidak patuh pada pengobatan.
sebanyak 32 responden (64,2%) tidak Penelitian ini sesuai dengan
mempunyai penyakit penyerta yang penelitian yang dilakukan oleh Bismark
mengalami kejadian TB Paru Relaps, Gea (2005) di Puskesmas Gunung

80 ISSN :2579 5325


Herawati Jaya, Devi MediartiFaktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tuberkulosis Paru Relaps
pada Pasien di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015-2016

Sitoli- toli dengan Desain Case Series Domen, S, 2003. Karateristik Penderita
yang memperoleh hasil bahwa ada TB Paruyang Berobat Dengan
perbedaan proporsi kepatuhan berobat Menggunakan Strategi DOTS dan
berdasarkan hasil akhir pengobatan. Hal Keberhasilannya di Puskesmas
ini dapat disimpulkan bahwa pada Perawatan Pangkalan Brandan
Kabupaten Langkat tahun2000-
umumnya penderita TB Paru yang
2002.Skripsi FK MUSU Medan.
sembuh adalah penderita yang patuh
dalam mengikuti panduan obat yang Departemen Kesehatan RI,
diberikan dalam waktu yang lama (6-8 2009.Pedoman Nasional
Bulan ). Penanggulangan Tuber-kulosis
Kesembuhan atau keberhasilan, Paru, Jakarta, Depkes RI.
pengobatan TB Paru Relaps ditentukan
Eisner M. 2008. Biology and
oleh beberapa faktor terutama faktor
Mechanisms for Tobacco-
prilaku kepatuhan dalam minum attributable Respiratory Diseases,
obat dan dukungan dari orang-orang including TB, Bacterial Pnemonia
sekitar, Apabila berhenti minum obat and other Respiratory
sebelum waktunya, penyakit yang sudah Diseases.The International Journal
menghilang dapat timbul kembali, of Tuberculosis and Lung
Disease.Volume12.
kambuh dan kemungkinan bakteri akan
resisten terhadap jenis obat tersebut. Gea, B, 2005. Karateristik Penderita TB
Paru di Puskesmas Gunung Sitoli
DAFTAR PUSTAKA periode 2000-2004.Skripsi FKM
USU Medan.
Aulia Aziza, 2009. Aplikasi Metode Life
Table untuk Mengetahui Tingkat Hidayat.A.A.A. 2007.Metode Penelitian
Kekambuhan Pada Pasien Keperawatan dan Tekhnik Analisa
Tuberkulosis Paru di Poli DOTS Data. Jakarta: Salemba Medika N
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Tahun 2008-2009. Skripsi, Imelda, 2009. Pengaruh Karakteristik
Universitas Airlangga. Individu, Faktor Pelayanan
Kesehatan dan Faktor Peran
Aditama, T.Y., 2002. Tuberkulosis Pengawas Menelan Obat Terhadap
Diagnosis, Terapi, dan Masalahnya. Tingkat Kepatuhan Penderita TB
Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Paru dalam Pengobatan di
Penerbit Ikatan Dokter Indonesia: Puskesmas Pekan Labuhan Kota
Medan Tahun 2009. Skripsi,
131
Universitas Sumatera Utara.
Aditama, TY. 2005. Tuberkulosis Paru:
Keputusan Menteri Kesehatan republic
Masalah dan penanggulangannya. Indonesia Nomor
Penerbit Universitas Indonesia, 364/MENKES/SK/V/2009.
Jakarta. Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta:2009.
Departemen Kesehatan RI, 2006.
Pedoman Nasional Penanggulangan Lawrence, 2002, Diagnosis dan Terapi
Tuberkulosis Paru, Edisi 2. Cetakan Kedokteran (Penyakit Dalam),
Pertama. Jakarta. Salemba Medika, Jakarta.

ISSN :2579 5325 81


JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 1 Juni 2017

Muh.Zainul, 2009, Hubungan Sputum HIV.Dalam Jurnal Respirologi


Penderita TB Paru di Klinik Indonesia.Jakarta : JRI
Jemedi Medan. Skripsi,
Universitas Sumatera Utara. Triman Daryatno, 2002. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kekambuhan
Muhammad Khurram, et al, 2009, Tuberkulosis Paru Strategi DOTS di
Factor Affecting Relapse of Puskesmas dan BP4 di Surakarta
Tuberculosis, hlm. 44-47. dan Wilayah Sekitarnya.Tesis,
Universitas Diponegoro Semarang.
Nur Nasry, 2008. Epidemiologi, Jakarta,
Rineka Cipta. Noor, N.N. 2006. Gajalakshmi. 2003. Smokingand
Pengantar Epidemiologi Penyakit Mortality from Tuberkulosis and
Menular. Cetakan kedua. Rineka other diseasein India:
Cipta, Jakarta. Retrospective study of 43000
Adult male death and 35000
Robert, etal, 2004.Reccurent Tuberculosis controls. The Lancet, Agustus
in The United States and Canada, 2003.
Volume 170, October 2004,
Wahyuni, S, 2013. Karateristik penderita
hlm.1360-1366.
TB Paru yang berobat Dengan
Soedarto, 2009.Penyakit Menular di Menggunakan Strategi DOTS dan
Indonesia, Sagung Seto, Jakarta. Keberhasilannya di Puskesmas
perawatan Pangkalan Brandan
Sianturi, Ruslantri, 2013. Analisis Faktor Kabupaten Langkat tahun 2000-
yang Berhubungan dengan 2002.Skripsi FK MUSU Medan.
Kekambuhan TB Paru. Skripsi
Universitas Negeri Semarang. WHO. Global Tuberculosis Report
[serial online]. WHO; 2013.
Sitepu, Meirtha Yolanda, 2009. Availabel from: URL :
Kareteristik Penderita TB Paru HIPERLINK.(http://apps.who.int/i
Relapsyang berobat di Balai ris/bitstream/10665.pdf).
Pengobatan Penyakit Paru-paru
(BP4) Medan tahun 2000-2007. Wulandari, Leni, 2012. Peran
Skripsi Universitas Sumatera Utara. Pengetahuan te rha dap Peri laku
Pe nca ri an Pengobatan Penderita
Suryanto, A. 2001.Kepekaan Suspek TB Paru di Indonesia.Tesis
Mikrobakterium Tuberkulosis Pasca Sarjana UI.
Terhadap Obat Anti Tuberkulosis di
RSUP Kariadi.Badan Litbang Widjaja, 2009. Dasar-dasar Ilmu
Kesehatan. Jakarta . Penyakit Paru, UI Jakarta.
Suryanto, E., 2000. Tuberkulosis dan

82 ISSN :2579 5325

Anda mungkin juga menyukai