Disusun Oleh:
2001032033
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER 2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. T dengan Myoma Uteri Telah Dilaksanakan Pada Tanggal
23 Agustus – 28 Agustus 2021 di Puskesmas Patrang Jember.
Oleh
Nim : 2001032033
(Ns. Awatiful Azza, M. Kep., Sp.Kep.Mat.) (Ns. Siti Kholifah, S. Kep., M.Kep)
NIP. 19701213 200501 2001 NIP. 19880925 117012 3822
(Ns. Elok Syamsiatul Q.,S. Kep) (Ners. Susi Wahyuning Asih, M.Kep)
NIP. 19810726200801 2 013 NPK. 1975092010804491
Laporan Pendahuluan Mioma Uteri
A. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse).
Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi
dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
Mioma uterus adalah tumor miometrium jinak. Karakteristik mioma uterus yaitu
bulat, keras, putih ke merah muda pucat, dan sebagian besar terdiri dari otot polos
dengan jaringan ikat di mana 95% berasal dari korpus uterus dan 5% dari serviks.
Mioma uteri disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid merupakan neoplasma
jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat (Fitriyanti, 2020)
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering muncul
tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya satu. Bisa tumbuh
dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam
rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada wanita di
atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos yang
ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri berbentuk padat, relatif
bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol
keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul (Prawirohardjo,
Sarwono. 2011).
B. Etiologi
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya manifestasi
selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Apapun
asalnya tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada
miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun) dalam
hitungan bulan di
bawah pengaruh estrogen (Llewellyn,2009).
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
1. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkanhaid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
3. Riwayatkeluarga
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden menurunkan miomauteri.
5. Kehamilan
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel - sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang
diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker
pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta
merta semua anak gandisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel
yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih
dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat
dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal
(Apiani,2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada
makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara
memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang- kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi
sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya
sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa
yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan
kerusakan pada sel. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor
pada mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambarankumparan yang
khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus,
dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar
dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang
lain terletak
tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari
uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan
kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami
kalsifikasi (Robbins, 2007).
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :
1. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia,
metroragia. Disebabkan oleh :
1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
2. Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom menekan struktur di
daerah panggul. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempitkan canalis
servikalis sehingga menimbulkan dismenore.
3. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra menyebabkan retensio
urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas, 27 - 40%
wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
F.Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri meliputi:
1) Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis akibat
torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan adanya
kehilangan darah yang kronik.
2) Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik menyerupai
kehamilan atau terdapat bersamaan dengan kehamilan.
3) Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu.
4) Pielogram intravena
1) Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum histerektomi.
2) Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk mengevaluasi
distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Menurut (Marmi, 2010) deteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan cara:
a. Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun atau
meningkat, Eritrosit turun.
b. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
c. Vaginal toucher (VT) : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
d. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
e. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi
f. ECG : mendeteksi, kelainan yang mungk mungkin terjadi yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.
G.Penatalaksanaan
b. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan Gonadotropin
releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis selama 16 minggu pada
mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus menjadi kecil.
Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di
bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen
dalam konsentrasi tinggi.
c. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala
yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang dilakukan
antara lain :
1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Miomektomi dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksireproduksinya. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina (Wiknjosastro, 2008 ).
2) Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan
terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum. Adanya
prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri
(Wiknjosastro, 2008). Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun
dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12
minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.
Menurut Yatim (2008) obat-obatan yang biasa diberikan kepada penderita mioma
uteri yang mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak normal antara lain :
a. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Antiinflamation = NSAID)
b. Vitamin
c. Dikerok (kuretase)
d. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)
e. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat rahim keseluruhan
(Histerektomi)
f. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak memerlukan
pengobatan khusus
PATHWAY MIOMA UTERI
Reseptor estrogen
Myoma Uteri
Tanda /Gejala
Perdarahan Massa
Informasi Tindakan operasi
pervagina
suhu tubuh mengenai penyakit
Proses
Proses Infeksi/nekrosis
Gangguan Infeksi/nekrosis
HB
keseimbangan
Ansietas
cairan
Nyeri akibat inflamasi
Anemia
I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya,
faktor- faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan
yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai
seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
miomauteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga
diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau
jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
oranglain.
f. Pola Kebiasaansehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang
terjadi.
g. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.
h. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
i. Pola Istirahat danTidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat
siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
3. PemeriksaanFisik
a. KeadaanUmum
Diagnose
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
diskontinuitas keperawatan dalam waktu Tindakan Observasi :
jaringan (luka 3 x 24 jam tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi,
a. Nyeri mrpk pengalaman
operasi). menurun dan kontrol nyeri karakteristik, durasi,
subyektif dan individupasien
meningkat frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b. Mengetahui keparahan nyeri dan
Dengan kriteria hasil: b. Identifikasi skalanyeri
menentukan intervensi
Keluhan nyeri c. Identifikasi respons nyeri yangsesuai
menurun nonverbal c. Mengetahui keadaan tidak
Meringismenurun d. Identifikasi faktor yang menyenangkan yang belum
Frekuensi nadi memperberat dan disampaikan pasien
membaik memperingannyeri secaraverbal
Pola nafasmembaik e. Identifikasi pengetahuan dan d. Membantu upaya
Tekanan darah keyakinan tentangnyeri pasien mengatasinyeri
membaik f. Identifikasi pengaruh budaya
Kesulitan tidur terhadap responsnyeri e. Mengetahui sejauh mana
menurun g. Identifikasi pengaruh nyeri pada pasien mengenalnyeri
Pola tidur membaik kualitas hidup f. Budaya mempengaruhi
Kemampuan h. Monitor keberhasilan terapi cara individu
mengenali penyebab komplementer yang sudah mengatasinyeri
nyerimeningkat diberikan g. Nyeri dapat mempengaruhi kualitas
Kemampuan i. Monitor efek samping hidup seperti rasa putus asa,depresi
menggunakan penggunaan analgetic h. Membantu mengetahui efektifitas
Teknik j. Monitor tanda-tanda Vital terapi komplementer yang telah
nonfarmakologis diberikan dan menetukan terapi
meningkat (nafas komplementer lainnya yang sesuai
dalam, distraksi) Terapeutik dengan pasien.
i. Menilai efetifitasterapi
a. Berikan teknik
j. Peningkatan nadi, tekanan darah,
nonfarmakologis untuk
RR dapat mengindikasikan adanya
mengurangi rasa nyeri (mis
nyeri
distraksi, terapi murottal,
a. Pasien dapat secara mandiri
nafasdalam) mengurangi rasanyeri
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) b. Suhu ruangan yang panas dapat
memperberat nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Nadi perifer kuat 3. Hindari pengukuran tekanan darah 3. Mencegah perburukan perfusi
e. Hb jantung
c. Penurunan tekanan darah
menyebabkan menurunnya pulsasi
nadi
d. Penurunan produksi urine indikasi
hidrasi kurang
e. Penyimpangan Hb indikasi
penurunan perfusi
5. Kolaborasi pemberian produk 5. Produk darah dapat mengganti
darah darah yang hilang dan
meningkatkan Hb
DAFTAR
PUSTAKA
Wise, L, et al. (2009). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page221
TimPokjaSDKIDPPPPNI.2017.StandarDiagnosaKeperawatanIndonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta.
DPP PPN
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI
FORMAT PENGKAJIAN
GANGGUAN REPRODUKSI
I. BIODATA
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien, kehmilan kembar (-), gangguan mental (-), penyakit yang dapat diturunkan (-),
penyakit yang dapat ditularkan (-)
5. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan khawatir dengan kondisi yang dialami saat ini, Hubungan
dengan anggota keluarga lain baik
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
b. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Klien mengatakan apabila sakit pasien berobat ke puskesmas
c. Pola nutrisi & metabolisme
Klien mengatakan sejak sakit ±1 bulan yang lalu napsu makan menurun.
Sehari makan 2x porsi sedikit (3 sendok) dan tidak ada pantangan makan,
minum air putih kurang lebih 500 ml seseuai anjuran dokter
d. Pola aktivitas
Klien mengatakan sejak sakit lebih banyak duduk dan tidur, jarang
beraktifitas berat,pasien mengatakan badan terasa lemas memberat sejak
seminggu yang lalu.
e. Pola eliminasi
Klien mengatakan sejak sakit BAB 2-3 hari sekali dan BAK lancar tidak
ada masalah
f. Pola persepsi sensoris
Klien megatakan apabila pasien sakit, pasien selalu berdoa kepada Allah
agar segera sembuh.
g. Pola konsep diri
Klien berusaha demi kesembuhan penyakitnya. Selama sakit klien tidak dapat
menjalankan peran sebagai ibu dan istri
h. Pola hubungan & peran
Klien menggunakan bahasa Indonesia dan madura dalam komunikasi sehari-
hari. Komunikasi klien dapat dimengerti dan dapat memberikan timbal balik
yang baik. Klien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga lain tidak
ada masalah serta dengan lingkungan sekitar juga baik baik saja
i. Pola reproduksi & seksual
Klien mengatakan sebulan terakhir keluar darah pervaginam, setelah periksa
klien mengatkan sakit mioma uteri, sehingga setelah sakit hubungan seksual
klien terganggu.
j. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stres
Pasien mengatakan apabila jenuh dengan lingkungan rumah maka klien
akan pergi jalan-jalan dengan anak serta suaminya.
b. Riwayat mentruasi
Menarche : 14
th
Lamanya : 7 hari
Siklus : 28 hari
Dismenorhoe : Tidak
Ada Fluor albus : Tidak
Ada
Umur Masalah
Tgl. Jenis Tempat Jenis Keadaa
NO. Kehamilan BB
Partus Partus Penolong Kelamin n Anak
(minggu)
Hamil Lahir Nifas Bayi
( A Nur Wahid H )
ANALISA DATA
DO :
- Pasien gelisah
- Klien lebih
sering tidur
miring kekanan,
dan jarang
merubah posisi
tidur
- Perut bagian
bawah teraba masa
- TTV: -TD:
110/80mmHg
Nadi: 85x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,50C
2. DS: Pasien mengatakan Proses penyakit Risiko defisit
27/08/2021 tidak nafsu makan, makan nutrisi
07.00 wib hanya 3 sendok.
DO:
- Membran
mukosa pucat
- Kulit kering
- Tidak nafsu makan
- Makan 2-3
sendok/hari
- Makan 1 posrsi
tidak habis
- TTV:
TD: 110/80mmHg
Nadi: 85x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,50C
3. DS: Pasien mengeluh Kekurangan Risiko syok
27/08/2021 pendarahan pada pervaginam. volume cairan
07.00 wib dan kesulitan BAK.
DO:
-TTV:
TD: 110/80mmHg
Nadi: 85x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,5°C
- Hb : 8,3 g/dl
- perdarahan pervaginam (+)
No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b/d pembesaran tumor yang ditandai dengan Perut bagian
bawah teraba masa
2. Risiko Defisit nutrisi b/d proses penyakit yang ditadai dengan Makan 2-3
sendok/hari
DO :
- Pasien gelisah
- Klien lebih sering
tidur miring kekanan,
dan jarang merubah
posisi tidur
- Perut bagian bawah
teraba masa
- TTV:
TD: 120/80mmHg
Nadi: 82x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,30C
A: Masalah belum teratasi
P : Hentikan intervensi (klien di
rujuk ke RS jam 13.00)
27-08-2021/ Risiko defisit Nutrisi S: Pasien mengatakan nafsu
11.00 wib makannya menurun dan mengeluh
sering mual.
O:
- Membran mukosa pucat
- Kulit kering
- Tidak nafsu makan
- TTV:
TD: 120/80mmHg
Nadi: 82x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,30C
A: Masalah belum teratasi
P : Hentikan intervensi (klien di
rujuk ke RS jam 13.00)
TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN TTD
KEPERAWATAN
27-08-2021 Risiko Syok S: pasien mengtakan masih
11.00 wib perdarahan pervaginam
O:
- Pasien tampak pucat
- Perdarahan aktif pervaginam
- TTV:
TD: 120/80mmHg
Nadi: 82x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,30C
- HB: 8,3
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi