Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GINEKOLOGI PADA NY. T DENGAN MYOMA UTERI DI PUSKESMAS


PATRANG JEMBER

Diajukan untuk Memenuhi Tugas di Departemen Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh:

Ahmad Nur Wahid H

2001032033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

JEMBER 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. T dengan Myoma Uteri Telah Dilaksanakan Pada Tanggal
23 Agustus – 28 Agustus 2021 di Puskesmas Patrang Jember.

Oleh

Nama : A Nur Wahid H, S.Kep

Nim : 2001032033

Jember, 28 Agustus 2021


PJMK Departemen Maternitas Pembimbing Akademik

(Ns. Awatiful Azza, M. Kep., Sp.Kep.Mat.) (Ns. Siti Kholifah, S. Kep., M.Kep)
NIP. 19701213 200501 2001 NIP. 19880925 117012 3822

Pembimbing Klinik Mengetahui


Ketua Program Studi Profesi Ners

(Ns. Elok Syamsiatul Q.,S. Kep) (Ners. Susi Wahyuning Asih, M.Kep)
NIP. 19810726200801 2 013 NPK. 1975092010804491
Laporan Pendahuluan Mioma Uteri

A. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse).
Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi
dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
Mioma uterus adalah tumor miometrium jinak. Karakteristik mioma uterus yaitu
bulat, keras, putih ke merah muda pucat, dan sebagian besar terdiri dari otot polos
dengan jaringan ikat di mana 95% berasal dari korpus uterus dan 5% dari serviks.
Mioma uteri disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid merupakan neoplasma
jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat (Fitriyanti, 2020)
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering muncul
tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya satu. Bisa tumbuh
dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga dibagian dinding dalam
rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan. Rata-rata pada wanita di
atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos yang
ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri berbentuk padat, relatif
bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol
keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul (Prawirohardjo,
Sarwono. 2011).

B. Etiologi

Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan
sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya manifestasi
selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Apapun
asalnya tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar pada
miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-tahun) dalam
hitungan bulan di
bawah pengaruh estrogen (Llewellyn,2009).

Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
1. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkanhaid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
3. Riwayatkeluarga

Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita


mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan

Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden menurunkan miomauteri.
5. Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen


dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi progesteron, dan faktor pertumbuhan
epidermal.
6. Paritas

Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan


dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2
(2)kali

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping


faktor predisposisi genetik :
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali, pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen. Mioma uteri mengecil pada saat
menopause dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim hidroxydesidrogenase
mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas
enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal (Setiati, 2009).
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor (Setiati, 2009).
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL (Human Placenta
Lactogen), terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat
dari leymioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara
HPL dan Estrogen (Setiati, 2009).

Faktor terbentuknya tomor:


1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel - sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang
diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker
pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta
merta semua anak gandisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel
yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih
dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat
dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal
(Apiani,2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada
makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara
memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang- kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi
sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya
sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa
yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan
kerusakan pada sel. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor
pada mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor


yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim
hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak dari pada miometriumnormal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growthhormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada
periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari
leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL danestrogen.

C. Gejala Mioma Uteri


Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja
mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.
Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Dar
ipenelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44% gejala
perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita
dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang.
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih, ureter,
dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri (14%), keluhan
obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-
10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus
spontan dapat terjadi bila mioma uteri menghalangi pembesaran uterus, dimana
menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau
tertahannya uterus di dalam panggul (Goodwin,2009).
1. Massa di PerutBawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut
bagianbawah.
2. PerdarahanAbnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan
menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak ditemukan
bukti yang menyatakan perdarahan ini berhubungan dengan peningkatan luas
permukaan endometrium atau kerana meningkatnya insidens disfungsi ovulasi.
Teori yang menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri menyatakan
terjadi perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang
menyebabkan terjadinya venule ectasia. Miometrium merupakan wadah bagi
faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur fungsi endometrium. Aposisi
kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari miometrium ke endometrium
memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang merangsang stimulasi
angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada
mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi
target terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory
factor atau vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga
menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.
3. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan
nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang
akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis
dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena
torsi mioma uteri yang bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan
rasa nek dan muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis,
menjalar ke pinggang dan tungkai bawah (Pradhan, 2006).
4. Pressure Effects ( Efek Tekenan)
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-
organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan sulit
untuk dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan pada kandung
kencing, pollakisuria dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa menimbulkan
retensio urinae.
Bila berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada
rectum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi atau nyeri
saat defekasi.
5. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang
mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma
submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga
uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat
menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implasntasi embrio dapat terjadi
pada keberadaan miomaakibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi
atrofi karena kompresi massa tumor (Stoval, 2001). Apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan dan mioma merupakan penyebab infertilitas
tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi
(Strewart,2001).
1. Klasifikasi Mioma
Mioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena (Setiati.
2009) :
a. Berdasarkan Lokasi
1) Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan
menyebabkan infeksi.
2) Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinaria.
3) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan sering kali tanpa gejala.
b. Berdasarkan Lapisan Uterus
1) Mioma Uteri Subserosum
Tumor yang muncul tepat dari bawah permukaan peritonium (serosa) uterus,
tampak sebagai masa kecil sampai besar atau benjolan yang menonjol dari permukaan
uterus. Tumor ini dapat bertangkai. Tumor subserosum dapat memperoleh pendarahan
tambahan dari omentum yang melekat dipermukaan uterus. Jika demikian, tumor
memberikan gambaran seolah-olah berasal dari omentum. Tumor jenis ini dapat
menjadi tumor parasitik, yang bergerak sesuai aliran darah yang memasoknya (Norman
F.Gant & F.Gary Cunningham, 2010).
2) Mioma Uteri Intramural
Tumor didalam dinding uterus disebut sebagai tumor intramural atau interstisial.
Jika kecil, tumor ini mungkin tidak menyebabkan perubahan bentuk uterus. Namun,
jika membesar bentuk uterus menjadi asimetrik dan nodular. Jika menjadi sangat besar
tumor ini akan menjadi atau akan tampak sebagai tumor subserosum dan submukosum
sekaligus. Misalnya tumor berada tepat dibawah peritonium serosa dan endometrium
untuk masing- masing jenis tumor (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham, 2010).
3) Mioma Uteri Submukosum
Mioma submukosum jenis yang paling jarang ditemukan, tapi secara klinis paling
penting karena paling sering menimbulkan gejala. Walaupun tumor mukosum kecil,
sering menyebabkan perdarahan uterus abnormal, baik akibat pergeseran maupun
penekanan pembuluh darah yang memperdarahi endometrium di atasnya atau akibat
kontak dengan endometrium didekatnya. Kadang-kadang tumor submukosum dapat
membentuk sebuah tangkai panjang dan dilahirkan melalui servik. Gejala-gejala
terkait walaupun berlangsung dalam jangka waktu lama adalah gejala persalinan,
yaitu kontraksi uterus yang menyebabkan kram di abdomen bawah atau panggul,
biasanya disertai hipermenorhea. Jika menonjol melalui servik tumor ini tidak jarang
mengalami ulserasi atau terinfeksi sehingga juga menyebabkan perdarahan tumor
(Norman F.Gant & F.Gary Cunningham,2010).
4) Mioma servical
Mioma servical paling sering timbul di bagian posterior dan biasanya asimtomik.
Mioma servical anterior sering menimbulkan gejala dini karena penekanannya pada
kandung kemih. Gejala yang paling sering dilaporkan adalah poliuria, dan sebagian
perempuan mengeluhkan adanya inkontinensia stres. Jika tumor terlalu besar, dapat
terjadi retensi urin (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham, 2010).

D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambarankumparan yang
khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus,
dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar
dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang
lain terletak
tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari
uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan
kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami
kalsifikasi (Robbins, 2007).

E. Manifestasi Klinis
Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :
1. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia,
metroragia. Disebabkan oleh :
1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.

2. Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom menekan struktur di
daerah panggul. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat menyempitkan canalis
servikalis sehingga menimbulkan dismenore.
3. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra menyebabkan retensio
urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
4. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas, 27 - 40%
wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.

F.Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri meliputi:
1) Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis akibat
torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit menunjukan adanya
kehilangan darah yang kronik.
2) Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik menyerupai
kehamilan atau terdapat bersamaan dengan kehamilan.
3) Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu.
4) Pielogram intravena
1) Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum histerektomi.
2) Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk mengevaluasi
distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Menurut (Marmi, 2010) deteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan cara:
a. Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun atau
meningkat, Eritrosit turun.
b. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
c. Vaginal toucher (VT) : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
d. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
e. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi
f. ECG : mendeteksi, kelainan yang mungk mungkin terjadi yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.

Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :


a. Pemeriksan abdomen: teraba massa didaerah pubis atau abdomen bagian bawah
dengan konsistensi kenyal, bulat, berbatas tegas, sering berbenjol atau bertangkai,
mudah digerakan, tidak nyeri.
b. Pemeriksaan bimanual: didapatkan tumor tersebut menyatu atau berhubungan dengan
uterus, ikut bergerak pada pergerakan serviks.

G.Penatalaksanaan
b. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan Gonadotropin
releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis selama 16 minggu pada
mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus menjadi kecil.
Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di
bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen
dalam konsentrasi tinggi.
c. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala
yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang dilakukan
antara lain :
1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
Miomektomi dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksireproduksinya. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina (Wiknjosastro, 2008 ).
2) Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan
terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum. Adanya
prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri
(Wiknjosastro, 2008). Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun
dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12
minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.
Menurut Yatim (2008) obat-obatan yang biasa diberikan kepada penderita mioma
uteri yang mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak normal antara lain :
a. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Antiinflamation = NSAID)
b. Vitamin
c. Dikerok (kuretase)
d. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)
e. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat rahim keseluruhan
(Histerektomi)
f. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak memerlukan
pengobatan khusus
PATHWAY MIOMA UTERI

Hormonal, Usia, Paritas, Herediter, Obesitas

Reseptor estrogen 

Hiperplasia sel imatur (otot polos dan jaringan ikat)

Myoma Uteri

Myoma Intramural Myoma Submukosum Myoma Subserosum

Tanda /Gejala

Perdarahan  Massa
 Informasi Tindakan operasi
pervagina
 suhu tubuh mengenai penyakit

Proses
Proses Infeksi/nekrosis
Gangguan Infeksi/nekrosis
HB 
keseimbangan
Ansietas
cairan
Nyeri akibat inflamasi
Anemia

Syok Hipovolemik Nyeri Akut

Penekanan organ sekitar


Vesika Urinaria Rectum
Pola Eliminasi Urin Pola Eliminasi Alvi

Retensi Urin Konstipasi


F. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadianemia.
2. Torsi tangkai mioma dari:
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis daninfeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dankehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainanletak.
d. Inersiauteri.
e. Gangguan jalanpersalinan.
f. Perdarahan postpartum.
g. Retensiplasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsanganestrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteribertangkai.
G. PemeriksaanDiagnostik

1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan


endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik
USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosajaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
takteratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di
rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalananureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma
submukosa disertai denganinfertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa padapelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes
fungsi hati, ureum, kreatinindarah.
7. Tes kehamilan.
H. Penatalaksanaan medis
Salah satu tindakan medis yang dapat dilakukan pada mioma uteri adalah dengan
melakukan pengangkatan rahim atau dikenal dengan nama histerektomi. Salah
satu klasifikasi histerektomi yaitu TAH BSO (Total Abdominal Hysterectomy
dan Bilateral Salpingo Oophorectomy). TAH BSO adalah salah satu tindakan
operasi gynecology yang bertujuan untuk menghilangkan uterus, serviks dan
kedua tabung tuba serta ovarium (Tukan,2017)

Gambar Total Abdominal Hysterectomy dan Bilateral Salpingo


Oophorectomy Sumber: Gilly, 2010)

I. Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesa

1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,


suku bangsa, status pernikahan, pendidikan,
pekerjaan,alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis
kelamin, hubungan dengan keluarga, pekerjaan,alamat.
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,


misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan


pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis


pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
d. Riwaya Penyakit Keluarga

Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga


mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakitmental.
e. Riwayat Obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri


yangperlu diketahui adalah
1) Keadaan haid

Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab


mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
2) Riwayat kehamilan danpersalinan

Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana


mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.

Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya,
faktor- faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan
yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai
seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
miomauteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga
diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau
jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
oranglain.
f. Pola Kebiasaansehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang
terjadi.
g. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.
h. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
i. Pola Istirahat danTidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat
siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
3. PemeriksaanFisik

a. KeadaanUmum

Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri


b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu,pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe

1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan


keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola matasimetris

3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat


adanya pembengkakan konkanasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.

5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat


kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesarantonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan
adanya pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak danabdomen.
8) Abdomen

Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,


Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien miomauteri
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklusmenstruasi.
J. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan (lukaoperasi).

2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh


sekunder akibat gangguan hematologis(perdarahan)
4. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa
jaringan neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan
sensorikmotorik.
5. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada
rectum (prolapsrectum)
6. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengananemia
K. Intervensi

Diagnose
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
diskontinuitas keperawatan dalam waktu Tindakan Observasi :
jaringan (luka 3 x 24 jam tingkat nyeri a. Identifikasi lokasi,
a. Nyeri mrpk pengalaman
operasi). menurun dan kontrol nyeri karakteristik, durasi,
subyektif dan individupasien
meningkat frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b. Mengetahui keparahan nyeri dan
Dengan kriteria hasil: b. Identifikasi skalanyeri
menentukan intervensi
 Keluhan nyeri c. Identifikasi respons nyeri yangsesuai
menurun nonverbal c. Mengetahui keadaan tidak
 Meringismenurun d. Identifikasi faktor yang menyenangkan yang belum
 Frekuensi nadi memperberat dan disampaikan pasien
membaik memperingannyeri secaraverbal
 Pola nafasmembaik e. Identifikasi pengetahuan dan d. Membantu upaya
 Tekanan darah keyakinan tentangnyeri pasien mengatasinyeri
membaik f. Identifikasi pengaruh budaya
 Kesulitan tidur terhadap responsnyeri e. Mengetahui sejauh mana
menurun g. Identifikasi pengaruh nyeri pada pasien mengenalnyeri
 Pola tidur membaik kualitas hidup f. Budaya mempengaruhi
 Kemampuan h. Monitor keberhasilan terapi cara individu
mengenali penyebab komplementer yang sudah mengatasinyeri
nyerimeningkat diberikan g. Nyeri dapat mempengaruhi kualitas
 Kemampuan i. Monitor efek samping hidup seperti rasa putus asa,depresi
menggunakan penggunaan analgetic h. Membantu mengetahui efektifitas
Teknik j. Monitor tanda-tanda Vital terapi komplementer yang telah
nonfarmakologis diberikan dan menetukan terapi
meningkat (nafas komplementer lainnya yang sesuai
dalam, distraksi) Terapeutik dengan pasien.
i. Menilai efetifitasterapi
a. Berikan teknik
j. Peningkatan nadi, tekanan darah,
nonfarmakologis untuk
RR dapat mengindikasikan adanya
mengurangi rasa nyeri (mis
nyeri
distraksi, terapi murottal,
a. Pasien dapat secara mandiri
nafasdalam) mengurangi rasanyeri
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan) b. Suhu ruangan yang panas dapat
memperberat nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur

d. Pertimbangkan jenis dan sumber


nyeri dalam pemilihan strategi c. Pasien yang dapat tidur dengan
meredakan nyeri nyaman berarti nyerinya berkurang
d. Menyesuaikan dengan kondisi dan
Edukasi :
kemampuan pasien
a. Jelaskan penyebab
periode,pemicu nyeri dan
strategi meredakan nyeri
a. Meningkatkan pengetahuan pasien
tentang nyeri dan upaya untuk
b. Anjurkan memonitor nyeri
mengatasinya
secara mandiri
b. Pasien dapat mengevaluasi
c. Anjurkan menggunakan nyerinya
analgetic secara tepat c. Analgesic yang tidak tepat dapat

d. Ajarkan tehnik non farmakologis membahayakan kesehatan pasien.

untuk mengurangi rasa nyeri


(nafas dalam) d. Pasien dapat mengatasi nyeri tanpa
bergantung dengan obat-obatan
Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian analgetik


jika perlu
a. Analgetik dapat mengurangi nyeri
2. Resiko syok b.d. Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok (I.02068) Obesrvasi 3. Untuk menunjukkan keadaan
kekurangan volume keperawatan dalam waktu 1. Monitor status kardiopulmonal kardiopulmonal
cairan 3x 24 jam Tingkat syok (Frekuensi dan kekuatan nadi,
menurun Dengan criteria frekuensi napas, TD,MAP)
hasil: 2. Monitor status oksigenasi 4. Untuk mengetahui keadekuatan oksigen
(oksimetri nadi, AGD), status cairan
 Kesadaran compos
(intake dan output, turgor kulit, CRT )
mentis, akralhangat
3. Monitor kesdaran dan pupil 5. Untuk mengetahui tingkat kesadaran
 Saturasioksigennormal
Terapeutik
(95-100%)
1. Berikan Oksigenasi 1. Untuk meningkatkan kebutuhan
 TTVnormal-HRnormal
oksigen dalam tubuh
(60-100x/mnt)
2. Melakukan skin tes untuk 2. Untuk mencegah alergi
 RRnormal(15-24x/mnt) mencegah alergi
 TDnormal(sistole=100- Edukasi
120,diastole=70-90 1. Jelaskan penyebab/faktor resiko, 1. Untuk mengetahui tentang syok
mmHg tanda dan gejalasyok
2. Anjurkan melapor jika ada temuan 2. Untuk mencegah keadaan lebih
tanda dan gejala syok buruk
3. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral dan menghindari 3. untuk mencegah alergi
alergen
Kolaborasi
1. untuk memenuhi kebutuhan cairan
1. Pemberian IV (jika Perlu)
2. untuk memenuhi volume darah
2. Pemebrian transfusi (jika Perlu)
3. untuk mencegah inflamasi
3. Pemberian antiinflamasi (Jika
Perlu)

3. Risiko infeksi Tujuan pasien tidak Pencegahan infeksi


ditandai dengan mengalami infeksi selama 1. berikan edukasi tentang 1. Tindakan pencegahan akan lebih
ketidakadekuatan perawatan dirumah sakit pencegahan perluasan infekai adekuat bila didasari pengetahuan
pertahanan tubuh Kriteria hasil : yang baik
(luka Operasi) Nadi 60 – 100 x/mnt 2. Monitor tanda dan gejala 2. Deteksi dini terhadap infeksi
RR 12 – 20 x/mnt infeksilocal dansistemik
Suhu 36,5 – 37,5°C 3. Lakukan Teknik septik aseptic 3. Membatasi kontaminasi sumber

Pasien mampu selama memberikan perawatan infeksi

menerapkan cuci tangan padapasien


five moment 4. Lakukan cuci tangan setiap five 4. Rantai penularan infeksi dapat diputus
moment dengan cuci tangan five moment
5. Nutrisi yang adekuat meningkatkan
5. Anjurkan meningkatkan asupan imunitas tubuh
nutrisi 6. Pencegahan transmisi kuman
6. Batasi pengunjung 7. Infkesi dapat meningkatkan
7. Lakukan monitoring dan evaluasi
terhadap : a. Nadi
a. Nadi b. Rr
b. RR c. Suhu
c. Suhu d. Evektivitas edukasi dicirkan
d. Kemampuan keluarga dengan kepatuhan keluarga
menerapkan cuci tangan five menerpakan cuci tangan five
moment moment
8. Kolaborasi pemebrian antibiotik 8. Antibiotic dapat menghambat
pertumbuhan bakteri
4. Perfusi perifer Tujuan Perawatan perfusi
tidak efektifitas Perfusi perifer pasien 1. Periksa sirkulasi perifer 1. Waktu pengisian kapiler > 3 detik
berhubungan adekuat dalam waktu 6 x menandakan perfusi perifer tidak
dengan penurunan 24 jam adekuat
konsentrasi Kriteria hasil : 2. Monitor panas,kemerahan,nyeri 2. Tanda – tanda gangguan sirkulasi
hemoglobin Nadi 60 – 100 x/mnt atau bengkak pad ektremitas perifer

Nadi perifer kuat 3. Hindari pengukuran tekanan darah 3. Mencegah perburukan perfusi

Tekanan darah 100 – 139 / pada ekstremitas dengan


70 – 89 mmHg keterbatasan perfusi
CRT < 3 detik 4. Monitoring dan evaluasi terhadap : 4.

Produksi urine 1 – 2 a. Nadi a. Penurunan nadi indikasi penurunan

cc/kgBB/jam b. Tekanan darah curah jantung

Hb > 10 gr% c. CRT b. Lemahnya perfusi perifer

d. Produksi Urine menandakan lemahnya curah

e. Hb jantung
c. Penurunan tekanan darah
menyebabkan menurunnya pulsasi
nadi
d. Penurunan produksi urine indikasi
hidrasi kurang
e. Penyimpangan Hb indikasi
penurunan perfusi
5. Kolaborasi pemberian produk 5. Produk darah dapat mengganti
darah darah yang hilang dan
meningkatkan Hb
DAFTAR
PUSTAKA

Apriyani, Yosi. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2
No. 5
Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM
Aimee, et al. (2007). Association of Intrauterine and Early-Life Exposureswith
Diagnosis of Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.
Environmental Health Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375-

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap


menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Copaescu, C. (2007). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume


102. No. 2. Romanian

Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta:

EGC Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika


Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC
RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta:


Andi

Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Wise, L, et al. (2009). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page221
TimPokjaSDKIDPPPPNI.2017.StandarDiagnosaKeperawatanIndonesia.

Jakarta. DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta.
DPP PPN
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember
68121 Website : http://www.unmuhjember.ac.id, E-mail:
Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
GANGGUAN REPRODUKSI

Rumah Sakit : Puskesmas Patrang


Ruangan : Ruang UGD

MRS : 27 Agustus 2021/ 06.00


Dx. Medis : Myoma uteri
No. Register : 17653
Yang Merujuk : Datang sendiri
Pengkajian oleh : A Nur Wahid H
Pengkajian : 27 Agustus 2021/ 06.45 wib

I. BIODATA

Nama Klien : Ny. T Nama Suami : Tn. B


Umur : 47 Th Umur : 52 th
Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku / : Jawa/Indonesia
Bangsa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Penghasilan : Tidak menentu Penghasilan : Tidak menentu
Gol. Darah :B Gol. Darah :-
Alamat : Gebang

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama
Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri tembus pinggang, skala nyeri 3.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan sejak ±1 bulan yang lalu mengalami perdarahan kadang banyak
kadang sedikit dan mengeluh pusing serta perut terasa nyeri. Pada saat dilakukan
pengkajian klien mengeluh ada perdarahan pervaginam dengan jumlah sedikit
dengan
konsistensi cair. Klien mengeluh nyeri perut. P: nyeri dirasakan saat terjadi perdarahan
dengan bentuk darah gumpalan Q: nyeri seperti disayat-sayat R: nyeri pada perut kiri
bagian bawah S: skala nyeri 3 (0-5) T: nyeri dirasakan saat terjadi perdarahan dan
berkurang saat perdarahan berhenti
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak dilakukan imunisasi, tidak mempunyai alergi, tidak
mempunyai kebiasaan negatif seperti merokok, minum alkohol, tidak dalam
pengguanaan obat-obatan Pasien mengatakan selama hampir 2 minggu terakhir ini
berobat jalan setelah melakukan pemeriksaan di poli RS dengan diagnosa dokter
Mioma Uteri.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien, kehmilan kembar (-), gangguan mental (-), penyakit yang dapat diturunkan (-),
penyakit yang dapat ditularkan (-)
5. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan khawatir dengan kondisi yang dialami saat ini, Hubungan
dengan anggota keluarga lain baik
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
b. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Klien mengatakan apabila sakit pasien berobat ke puskesmas
c. Pola nutrisi & metabolisme
Klien mengatakan sejak sakit ±1 bulan yang lalu napsu makan menurun.
Sehari makan 2x porsi sedikit (3 sendok) dan tidak ada pantangan makan,
minum air putih kurang lebih 500 ml seseuai anjuran dokter
d. Pola aktivitas
Klien mengatakan sejak sakit lebih banyak duduk dan tidur, jarang
beraktifitas berat,pasien mengatakan badan terasa lemas memberat sejak
seminggu yang lalu.
e. Pola eliminasi
Klien mengatakan sejak sakit BAB 2-3 hari sekali dan BAK lancar tidak
ada masalah
f. Pola persepsi sensoris
Klien megatakan apabila pasien sakit, pasien selalu berdoa kepada Allah
agar segera sembuh.
g. Pola konsep diri
Klien berusaha demi kesembuhan penyakitnya. Selama sakit klien tidak dapat
menjalankan peran sebagai ibu dan istri
h. Pola hubungan & peran
Klien menggunakan bahasa Indonesia dan madura dalam komunikasi sehari-
hari. Komunikasi klien dapat dimengerti dan dapat memberikan timbal balik
yang baik. Klien mengatakan hubungan dengan anggota keluarga lain tidak
ada masalah serta dengan lingkungan sekitar juga baik baik saja
i. Pola reproduksi & seksual
Klien mengatakan sebulan terakhir keluar darah pervaginam, setelah periksa
klien mengatkan sakit mioma uteri, sehingga setelah sakit hubungan seksual
klien terganggu.
j. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stres
Pasien mengatakan apabila jenuh dengan lingkungan rumah maka klien
akan pergi jalan-jalan dengan anak serta suaminya.

7. Riwayat Pengkajian Obstetri, Prenatal dan Intranatal


a. Riwayat penggunaan kontrasepsi
Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun

b. Riwayat mentruasi
Menarche : 14
th
Lamanya : 7 hari
Siklus : 28 hari

Hari pertama haid terakhir :

Dismenorhoe : Tidak
Ada Fluor albus : Tidak
Ada

c. Riwayat kehamilan terdahulu

Umur Masalah
Tgl. Jenis Tempat Jenis Keadaa
NO. Kehamilan BB
Partus Partus Penolong Kelamin n Anak
(minggu)
Hamil Lahir Nifas Bayi

1. 2003 9 bulan Spont Bidan P 38 - - - - Hidup


an 00
2. 2006 9 bulan Spont Bidan L 30 - - - - Hidup
an 00

d. Riwayat kehamilan sekarang : klien tidak sedang hamil


e. Riwayat persalinan lalu -
Pasien mengatakan tidak pernah ada masalah saat melahirkan dulu
8. Riwayat ginekologi : Pasien mengatakan sejak hampir sebulan yang lalu
merasa ada benjolan diperut bagian bawah sebelah kiri, sudah dilakukan USG
kemudian hasil USG menyatakan bahwa ada myoma uteri.
9. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi )
a. Keadaan Umum
KU Baik, kesadaran CM, tampak kurus, tampak anemis, Pasien tampak
meringis karena nyeri, tampak gelisah terlihat lesu dan tidak bersemangat.
b. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 36,5oC Respirasi : 20x/menit
Denyut Nadi : 85x/menit TB / BB :165cm/ 55
Kg Tensi / Nadi :110/80 mmHg BB sebelum sakit 60 kg
c. Kepala & leher
Kepala : rambut bersih kulit kepala bersih
Muka :Tidak Odema, tampak pucat, bibir pucat dan anemis
Mata : Konjungtiva anemis , mata tampak memerah karena
kelelahan dan kurang tidur, pandangan tidak kabur,
Gilut : warna bibir pucat dan anemis, mulut bersih, caries gigi (-),
stomatitis (-), membran mukosa pucat
Leher: Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar thyroid
maupun kelenjar limfe
d. Thorax / Dada
Insp : tidak ada sesak nafas, dada simetris, irama nafas ireguler.
Ausk : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, suara
jantung S1 / S2 tunggal
e. Pemeriksaan payudara
Mammae simetris, hiperpigmentasi areola (-), puting susu menonjol, payudara tidak
penuh, bersih, perdarahan (-)
f. Abdomen
- Inspeksi: abdumen sedikit cembung, Pembesaran perut
bawah sebelah kiri, tidak terdapat luka bekas operasi
- Palpasi: teraba masa pada perut bawah dari bawah pusat
sampai simpisis, masa teraba keras, terdapat nyeri tekan
- Aukultasi: bising usus 4 x/ menit
g. Genetalia dan anus
- Keluaran pervaginam : perdarahan sedikit
- Kebersihan cukup
- Anus ambeyen (-)
h. Punggung
Tidak ada lesi, tidak ada kelainan punggung
i. Ekstremitas
Atas : Simetris +/+, kekuatan otot 5/5
Bawah : Simetris, varises -/-, reflek patela +/+, kekuatan otot 5/5
j. Integumen

Kulit kering dan pucat, turgor kembali <2 detik


k. Pemeriksaan laboratorium
- Urine :
Tidak dilakukan pemeriksaan
- D a r a h:
Tanggal 27 April 2021
Hemoglobin 8,0 g/dl
Hematokrit 26 %
Jml Leukosit 6.000 /mm3
Jml Trombosit 494.000 /mm3

, Swab Antigen hasil NR/negatif


-Feces:
Tidak dilakukan pemeriksaan
10. Pemeriksaan Diagnostik Lain

Jember , 27 Agustus 2021


Mahasiswa

( A Nur Wahid H )
ANALISA DATA

No/Tgl DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Pasien mengatakan nyeri Pembesaran Nyeri Kronis
27/08/ 2021 pada perut bagian bawah Tumor
sebelah kiri, Nyeri dirasakan
07.00 wib saat terjadi perdarahan dan
berkurang saat perdarahan
berhenti, Nyeri seperti
disayat-sayat, Skala nyeri 3

DO :
- Pasien gelisah
- Klien lebih
sering tidur
miring kekanan,
dan jarang
merubah posisi
tidur
- Perut bagian
bawah teraba masa
- TTV: -TD:
110/80mmHg
Nadi: 85x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,50C
2. DS: Pasien mengatakan Proses penyakit Risiko defisit
27/08/2021 tidak nafsu makan, makan nutrisi
07.00 wib hanya 3 sendok.
DO:
- Membran
mukosa pucat
- Kulit kering
- Tidak nafsu makan
- Makan 2-3
sendok/hari
- Makan 1 posrsi
tidak habis
- TTV:
TD: 110/80mmHg
Nadi: 85x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,50C
3. DS: Pasien mengeluh Kekurangan Risiko syok
27/08/2021 pendarahan pada pervaginam. volume cairan
07.00 wib dan kesulitan BAK.

DO:
-TTV:
TD: 110/80mmHg
Nadi: 85x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,5°C
- Hb : 8,3 g/dl
- perdarahan pervaginam (+)

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI


PRIORITAS

No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b/d pembesaran tumor yang ditandai dengan Perut bagian
bawah teraba masa

2. Risiko Defisit nutrisi b/d proses penyakit yang ditadai dengan Makan 2-3
sendok/hari

3. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan kekurangan volume cairan


ditandai dengan perdarahan pervaginanm
TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
27/08 Nyeri Kronis Masalah teratasi dalam 1. Manajemen Nyeri Kronis a. Untuk mengurangi rasa
2021/ 1x24jam a. Ajarkan teknik relaksasi nyeri yang dialami pasien
07.30 wib dan distraksi b. Untuk memberikan
Kriteria Hasil: b. Berikan kenyamanan pada pasien kenyamannan pada
- Wajah c. Mengidentifikasi nyeri pasien
tampak rilek yang dirasakan oleh pasien c. Untuk mengetahui tingkat
- Tidak tegang 2. Monitoring nyeri yang dirasakan oleh
- TTV dalam a. TTV pada pasien pasien
batas normal 3. Edukasi :
a. Diskusikan kepada keluarga a. Untuk mengetahui keadaan
tentang keadaan pasien pasien
4. Kolaborasi a. Untuk memberitahukan kepada
a. Libatkan sistem pendukung keluarga tentang keadaan pasien
seperti suami dan keluarga
a. Untuk membantu proses
penyembuhan pada pasien

Masalah teratasi dalam 1. Manajeman Defisit nutrisi


27/08 Risiko defisit Nurtrisi 1x24jam a. Menganjurkan pasien untuk
2021/ makan tapi sering a. Untuk mengurangi rasa mual
b. Menganjurkan pasien untuk dan muntah pada pasien
07:30 wib Kriteria Hasil: makan diselingi dengan air putih b. Menghindari rasa cepat kenyang
- Membran c. Anjurkan pasien untuk c. Untuk meningkatkan nfsu
mukosa lembab memilih makanan yang pasien makan pada pasien
- Kulit lembab sukai
- Nafsu makan 2. Monitoring a. Untuk mengetahui keadaan
meningkat a. Kebutuhan nutrisi pada pasien pasien
- TTV dalam batas
normal 3. Edukasi a. Untuk memberitahukan kepada
a. Diskusikan dengan keluarga tentang keluarga tentang keadaan pasien
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
oleh pasien
4. Kolaborasi a. Untuk membantu proses
a. Dengan sistem pendukung penyembuhan pada pasien
yaitu suami dan keluarga

27/08 Risiko Syok Setelah dilakukan 1. Pencegahan Syok


2021/ tindakan keperawatan a. Observasi:
07:30 wib dalam waktu 3x 24 jam 1) Monitor status kardiopulmonal a. Observasi
Tingkat syok menurun 2) Monitor status oksigenasi 1) Untuk menunjukkan
Dengan criteria hasil: 3) Monitor status cairan keadaan kardiopulmonal
1. Kesadaran 4) Monitor tingkat kesadaran 2) Untuk mengetahui
compos mentis – dan respon pupil
keadekuatan oksigen
Akralhangat b. Edukasi
2. Saturasi oksigen 1) Jelaskan penyebab/faktor risiko syok 3) Untuk mengetahui
normal(95-100%) 2) Anjurkan melapor jika tingkat kesadaran
3. TTV normal menemukan/merasakan tanda 4) Untuk meningkatkan
dan gejala syok kebutuhan oksigen dalamtubuh
3) Anjurkan memperbanyak b. Terapeutik
asupan cairan oral 1) Untuk mengetahui tentangsyok
c. Kolaborasi
2) Untuk mencegah keadaan
1) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian lebih buruk
transfusi darah, jika perlu 3) Untuk mencegah alergi
3) Kolaborasi pemberian c. Kolaborasi
anti inflamasi, jika perlu 1) Untuk
memenuhi
kebutuhancairan
2) Untuk memenuhi volumedarah
3) Untuk mencegahinflamasi
IMPLEMETASI

TGL/JAM DX TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


27-08-2021/ 1,2,3 - Mencuci tangan sebelum
07:30 wib melakukan tindakan
r/cuci tangan 6 langkah
- Melakukan
1,2,3 BHSP r/ klien
1 kooperatif
- Mengidentifikasi nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
r/klien mengtaakan nyeri pada perut
2 bawah
- Menjelaskan manfaat nutrisi pada
1 ibu r/ klien mengatkaan mengerti
- Mengajarkan pada pasien
untuk menggunakan teknik
2,3 relaksasi r/ klien mengikuti
instruksi
- Menganjurkan pasien untuk makan
tapi sering dan banyak minum
1,2,3 r/ klien mengatakan akan mencoba
- Melibatkan keluarga untuk
mendampingi pasien guna
3 peningkatan koping pasien
r/ keluarga mengatakan mengerti
- Menjelaskan kepada keluarga
3 tanda- tanda syok
r/ keluarga mengatakan mengerti
- Menganjurkan klien/keluarga
melapor jika ada tanda-tanda syok
1 r/ klien dan keluarga mengatakan
mengerti
- Memberikan posisi nyaman
3 kepada pasien
3 r/ klien nyaman dengan posisi tidur 45°
- Memonitoring status cairan
r/ terpasang infus RL di tangan kiri
- mengKIE klien dan keluarga untuk
di rujuk ke RS
1,3 r/ keluarga mengatakan akan berdiskusi
dulu
- Kolaborasi pemberian terapi
EVALUASI

TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN TTD


KEPERAWATAN
27-08-2021/ Nyeri Kronis S : Pasien mengatakan nyeri pada
11.00 wib perut bagian bawah sebelah
kiri,nyeri saat perut bawah
ditekan

DO :
- Pasien gelisah
- Klien lebih sering
tidur miring kekanan,
dan jarang merubah
posisi tidur
- Perut bagian bawah
teraba masa
- TTV:
TD: 120/80mmHg
Nadi: 82x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,30C
A: Masalah belum teratasi
P : Hentikan intervensi (klien di
rujuk ke RS jam 13.00)
27-08-2021/ Risiko defisit Nutrisi S: Pasien mengatakan nafsu
11.00 wib makannya menurun dan mengeluh
sering mual.
O:
- Membran mukosa pucat
- Kulit kering
- Tidak nafsu makan
- TTV:
TD: 120/80mmHg
Nadi: 82x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,30C
A: Masalah belum teratasi
P : Hentikan intervensi (klien di
rujuk ke RS jam 13.00)
TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN TTD
KEPERAWATAN
27-08-2021 Risiko Syok S: pasien mengtakan masih
11.00 wib perdarahan pervaginam
O:
- Pasien tampak pucat
- Perdarahan aktif pervaginam
- TTV:
TD: 120/80mmHg
Nadi: 82x/menit
RR: 20x/menit
Suhu 36,30C
- HB: 8,3
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai