Anda di halaman 1dari 4

BAB III

METODOLOGI EBP

A. Kerangka Konsep

Guillain-Barre Pencegahan kegagalan otot


Syndrom (GBS) pernapasan dan disabilitas
pasca serangan akut GBS

Terapi Plasmaferesis

B. Sasaran, Waktu
Sasaran : pasien yang terdiagnosa Guillain Barre Syndrome di RS
Swasta X di Jakarta Selatan
Waktu : 5 kali dengan rentang waktu dua hari sekali
C. Prosedur Kerja (SOP, Instrumen atau alat yang digunakan)
No. Aspek
A Fase Pra Interaksi
1 Verifikasi data pasien
2 Alat yang digunakan :
a. Alat plasmaferesis

B Fase Orientasi
1 Memberi salam kepada klien
2 Memperkenalkan diri
3 Melakukan kontrak waktu
4 Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
5 Menjelaskan langkah prosedur

C Fase Kerja
1. Kalkulasi gumpalan plasma pasien
2. Ukur pra-plasmaferesis PT, PTT, dan jumlah platelet
3. Setelah selesai, ukur tingkat plasma terhadap substansi target
yang dibersihkan (misalnya: titer antibodi anti-GBM, reseptor
antibodi asetikolin, cryoglobulin)
4. Jarak pengobatan + 24 jam secara terpisah (variabel)
5. Untuk antikoagulasi heparin (pasien beresiko perdarahan
rendah): pada awalnyaheparin sebesar 50 U/kg, kemudian 1000
U/jam. Target ACT (ketika garis dasar mean nilai kontrol= 145
detik) selama prosedur + 180-220 detik. Apabila ACT <3
menit, tambahkan jumlah fusi sebesar 500 U/jam. Apabila ACT
>4 menit, hentikan infusi heparin, kemudian lanjutkan
mengukur ACT dan mulai lagi infusi heparin saat mengurangi
jumlahnya secara tepat. Hentikan infusi heparin +30 menit
sebelum mengakhiri prosedur tersebut.
6. Untuk sitrat antikoagulasi, gunakan ACD-A dengan
perbandingan 1:15 hingga 1:25 pelemahan dengan darah
7. Gunakan infusi kalsium apabila diperlukan
8. Monitor status cardiac pasien
9. Buat jadwal medikasi hanya di akhir sesi tersebut
10. Perawatan kateter secara rutin

D Fase Terminasi
1 Evaluasi perasaan pasien
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut
3 Mendokumentasi tindakan yang sudah dilakukan
4 Berpamitan

Prosedur plasmaferesis biasanya dilakukan di unit hematologi atau


unit dialysis. Pemisahan komponen darah yang masuk ke dalam mesin
plasmaferesis terdiri dari dua prinsip dasar sentrifugasi dan filtrasi darah
melewati filter penyerang. Kedua metode tersebut memerlukan akses
vaskuler dan juga sistem akses untuk memindahkan darah dari pasien ke
mesin plasmaferesis dan mengembalikan ke dalam sirkulasi pasien.
Akses vaskuler yang digunakan untuk prosedur plasmaferesis
antara lain catheter double-lumen/ CDL pada vena jugularis atau
femoralis. Kecepatan alirah darah antara 100-150 ml/menit dan tekanan
transmembran dibawah 100 mmHg.
Pada awal prosedur akan diberikan heparin dengan dosis 50 U/kg
dan dilanjutkan dengan dosis bolus 1000 U pada saat 1 jam digunakan.
Plasma yang telah tersaring akan terkumpul dalam plastik steril.
Penggantian plasma dilakukan dengan cairan kristaloid dilanjutkan dengan
albumin 4% dalam normal saline/ NaCl 0,9%. Pada akhir sesi dilakukan
juga pemberian 2 unit Fresh Frozen Plasma/ FFP. Prosedur plasmaferesis
dimana jumlah plasma untuk satu kali prosedur yaitu 40 ml/kg setiap dua
kali sehari.1 Theresia. Laporan Kasus Penanganan Sindrom Guillane-
Barre dengan Terapi Plasmaferesis. Jurnal Nursing Current. 2017:5(2): 8-
19.

Anda mungkin juga menyukai