Anda di halaman 1dari 3

RESUME JURNAL ILMU KOMUMIKASI

NAMA : Faisal Ibnu Khafiz

NIM : 11200530000067

KELAS : MD C

Dalam latar belakang resume ini ialah, Strategi Komunikasi yang Digunakan dalam
Pengajaran Literasi Informasi Media untuk Memerangi Hoax di Indonesia: Studi Kasus
Pergerakan Nasional Indonesia.

Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi membuat penyebaran informasi menjadi


sangat cepat. Internet telah memudahkan setiap orang untuk memproduksi, mengakses, dan
menyebarkan informasi (Waheed, 2019) terutama melalui media sosial seperti Facebook,
Twitter, Instagram atau pesan lintas platform seperti, WhatsApp dan lainnya. Namun,
informasi yang diberikan tidak dapat disaring dengan mudah dan memadai. Media sosial
dapat memberikan informasi atau opini sepihak yang sulit untuk dijelaskan keasliannya.

Penyebaran hoax telah menjadi salah satu perhatian pemerintah karena hoax dapat
menimbulkan keraguan, ketakutan dan kemarahan masyarakat bahkan dapat memecah
kerukunan bermasyarakat dan berbangsa (Bakhsi et al., 2014; Jang et al., 2018). ). Di
Indonesia yang multikultural, misalnya, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika
RI, jumlah berita hoax telah mencapai kurang lebih 800.000 dalam setahun (Juliawanti,
2018). Fakta bahwa Indonesia memiliki banyak pengguna internet aktif dapat berkontribusi
pada penyebaran berita palsu yang cepat. Seperti yang ditunjukkan Internet World Stats,
Indonesia masuk dalam 5 besar negara dengan jumlah pengguna internet tertinggi dimana
per Desember 2017 jumlah pengguna internet Indonesia sekitar 143.260.000 dari
266.794.980 penduduk (Internet World Stats, 2018). Berbagai upaya telah dilakukan untuk
memerangi penyebaran berita hoax di media sosial. Salah satunya dengan membuat program
literasi informasi media. Program ini telah dikampanyekan oleh beberapa gerakan nasional
Indonesia seperti Siberkreasi, MAFINDO dan AIS Nusantara (inisiatif multi-stakeholder
yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi media bagi pengguna
internet Indonesia untuk memerangi berita hoaks).
Media sosial mungkin memberikan kebebasan untuk berbagi dan membuat konten yang
membuka jalan bagi penyebaran informasi yang salah dan hoaks (Tacchini et al., 2017, 1).
Platform internet telah menjadi media penting dalam menyebarkan berita palsu karena
media yang terjangkau serta media yang cepat dalam menghubungkan orang lain (Lazer et
al., 2018:1094). Internet, dikatakan, tidak hanya “menyediakan media untuk menerbitkan
berita palsu tetapi juga menawarkan untuk secara aktif mempromosikan penyebaran” (Lazer
et al., 2018, hlm. 1096). Beberapa tindakan telah dilakukan pemerintah untuk memerangi
penyebaran berita hoaks di Indonesia, termasuk mengajarkan MIL kepada masyarakat

untuk mengkaji strategi komunikasi yang digunakan oleh pergerakan nasional di Indonesia
untuk mengajarkan MIL kepada masyarakat. Temuan menunjukkan bahwa komunikasi
offline lebih banyak digunakan daripada komunikasi online. Mereka cenderung
berkampanye melalui kegiatan offline untuk membangun keterlibatan langsung dalam
masyarakat. Meskipun komunikasi online dapat membantu untuk menjangkau khalayak
yang lebih luas, mereka percaya bahwa keterlibatan langsunglebih memberikan pemahaman
yang komprehensif tentang keterampilan MIL kepada masyarakat di seluruh wilayah
Indonesia. Hal ini juga diperkuat dengan hasil analisis konten konten Instagram mereka,
yang menunjukkan lebih banyak aktivitas offline daripada konten yang mendidik.

Representasi konten Instagram Siberkreasi menunjukkan bahwa sebagian besar


gambar/video menunjukkan aktivitas atau acara offline yang dilakukan oleh Siberkreasi
dalam mengedukasi MIL kepada masyarakat. Postingan teredukasi yang terkait dengan MIL
sebagian besar berupa informasi tentang bagaimana menggunakan media sosial dengan
bijak, postingan seperti apa yang dianggap sebagai ujaran kebencian, dan bagaimana
melakukan crosscheck informasi sebelum menyebarkannya.

Namun, tingkat keterlibatannya tidak tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah like dan komentar
yang tidak melebihi 300 untuk likes dan 40 untuk komentar. Demikian pula, video yang
diposting mencapai di bawah 600 pemirsa, sementara pengikut telah mencapai lebih dari
delapan ribu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa harus ada peningkatan konten dan
tampilan Instagram mereka untuk meningkatkan keterlibatan pengikut pada khususnya, dan
khalayak lainnya pada umumnya. Kajian ini dapat berkontribusi pada diskusi tentang
penggunaan MIL untuk mengurangi penyebaran berita palsu di media sosial, terutama dalam
konteks Asia. Namun, ada beberapa keterbatasan penelitian ini. Kajian ini hanya fokus pada
pendekatan organisasi untuk memerangi maraknya berita hoax. Oleh karena itu, penelitian
selanjutnya disarankan untuk mengukur seberapa efektif pemanfaatan strategi komunikasi
offline dan online untuk mengajarkan kompetensi MIL dalam memerangi berita hoax.

Anda mungkin juga menyukai