Disusun oleh :
KOMUNIKASI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum WR.WB.
Bismillahirohmanirohim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Inaayah-Nya sehingga kami bisa berkesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Komunikasi Dan Propaganda; Hoax, Hate Speech ; Literasi Digital” tepat waktu. Makalah
“Komunikasi Dan Propaganda; Hoax, Hate Speech ; Literasi Digital” disusun guna memenuhi
tugas Ibu dosen Nurul Hidayatul Ummah,S.kom.I,MA. pada bidang Ilmu Komunikasi di
Universitas Islam Negri. Selain itu, ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Ruang
Lingkup Sosiologi. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nurul
Hidayatul Ummah,S.kom.I,MA. Selaku dosen Ilmu Komunikasi. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulisan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................I
DAFTAR ISI...........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
BAB II PEMABAHASAN....................................................................................................3
BAB II PENUTUP...............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sutan Remy Syahdeini, 2009, Kejahatan Dan Tindak Pidana Komputer, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hal. 38
1
perkembangan yang diikuti dengan perkembangan media elektronik atau digital dan
telekomunikasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
file:///C:/Users/Syifa/Downloads/Propaganda_dan_Ilmu_Komunikasi%20(1).pdf
3
komunikator/propagandis memibujuk komunikan supaya menyetujui kandungan
isi pernyataan untuk kepentingan komunikator. Gradasi intensitas dikandung oleh
motif komunikasi komunikator adalah supaya komunikan melaksanakan isi
pernyataan untuk kepentingan komunikator.
B. Bagian Ilmu Komunikasi
Dalam buku Teori Komunikasi 1, Hoeta Soehoet, (2002a: 9) mengatakan,
Ilmu Komunikasi teoritika adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam
menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain. Ilmu komunikasi praktika
adalah ilmu yang mempelajari penggunaan ilmu komunikasi teoritika untuk
mencapai beberapa tujuan hidup. Ilmu komunikasi teoritika digunakan untuk
mencari kebenaran, semata-mata untuk kebenaran saja. Ilmu komunikasi praktika,
digunakan untuk mencapai beberapa tujuan hidup. Dari ilmu komunikasi teoritika
dapat disusun lebih dari satu ilmu komunikasi praktika…(Hoeta
Soehoet,2002a:16,17). Dengan demikian lahirlah beberapa ilmu komunikasi
praktika yang digunakan atau diaplikasikan manusia sesuai dengan beberapa
tujuan hidup dalam usaha manusia mencapai atau memperoleh kebahagiaan. Di
antaranya termasuk ilmu perang urat syaraf, ilmu propaganda, ilmu retorika.
Ilmu Propaganda adalah salah satu ilmu komunikasi praktika. Ilmu
teoritikanya adalah ilmu komunikasi teoritika.Ilmu teoritika ini digunakan untuk
mencapai kebahagiaan di bidang politik. Objek kajiannya adalah bagaimana
caranya menyampaikan isi pernyataan agar komunikan memahami isi pernyataan
tersebut sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator dan komunikan
melaksanakannya untuk kepentingan komunikator (Hoeta Soehoet,2002a:19).
Ilmu Retorika adalah salah satu ilmu komunikasi praktika. Ilmu
teoritikanya adalah ilmu komunikasi teoritika.Ilmu teoritika ini digunakan untuk
mencapai kebahagiaan di bidang komunikasi lisan. Objek kajiannya adalah
bagaimana caranya menyampaikan isi pernyataan dengan lisan agar komunikan
memahami isi pernyataan tersebut sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator
(Hoeta Soehoet, 2002a: 19).
C. Sejarah Propaganda
4
Propaganda berasal dari kata Latin Propagare (kata kerja) yang
mempunyai arti menyebarkan, menaburkan, membibitkan, yang dalam bahasa
Inggris diartikan dengan to propagate, generate, atau to produce. Dengan
demikian, kata propagare bermakna menanamkan, atau memperbanyak tanaman.
Secara singkat tindakan propagare bertujuan untuk memperbanyak populasi
tanaman yang bisa dilakukan dengan semaian bibit, dengan memotong atau stek,
mencangkok. Kata propagare tadinya memang banyak digunakan dalam ilmu
biologi terutama bidang pertanian. Kemudian kata ini tumbuh subur setelah
berada pada ilmu sosial, dalam arti penyebaran ide atau gagasan, keyakinan, isme
tertentu.
Pengertian kata propaganda dalam arti yang baik sangat erat hubungannya
dengan sejarah perkembangan agama Nasrani, yaitu berupa kegiatan-kegiatan
para Misionaris atau para Apostel yang memasuki segala pelosok dunia untuk
menyebarkan kebesaran dan kesucian Tuhan pada seluruh umat manusia.
Penggunaan kata propaganda secara populer pertama kalinya adalah untuk
penyebaran agama Kristen di mana pada tanggal 6 Januari 1622 Paus Gregorius
ke XV mengeluarkan sebuah dekrit yang mendirikan badan bernama: ”Sacra
Congregatio de Propaganda Fide atau Sacred Congregation for Propagation of the
Faith” (Perhimpunan Suci untuk penyebaran Agama) yang dalam hal ini
penyebaran agama Kristen Roma Katolik (Simatupang, dalam Deppen RI,1995:
68).
Pada dasarnya suatu propaganda sebagai bagian dari kegiatan komunikasi
seharusnya merupakan “symbolic interaction” dengan menggunakan lambang-
lambang komunikasi yang penuh arti, yaitu: bahasa (lisan dan atau tulis), gambar-
gambar, tandatanda, isyarat-isyarat, dan telah dirumuskan/ di-encode sedemikian
rupa sehingga dapat merangsang jiwa komunikan untuk menerima pesan dan
kemudian memberikan reaksinya yang pada akhirnya menumbuhkan efek atau
hasil seperti yang telah direncanakan atau ditetapkan oleh komunikator. Dalam
hubungan dengan symbolic interaction, kegiatannya bersifat kejiwaan atau
psikologis. Namun, karena perkembangan dari ilmu itu sendiri sesuai dengan
zamannya, maka kenyataan itu merupakan fakta untuk diterima yang bertujuan
untuk mengadakan perubahan sikap, pandangan, dan tingkah laku komunikan.
5
Propaganda pada dasarnya bersifat persuasi. Metode persuasi
menggunakan himbauan, rayuan, ajakan, ”iming-iming” dengan tujuan agar
komunikan dengan senang hati, sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan pola
yang ditentukan komunikator. Persuasi merupakan suatu gejala kejiwaan atau
psychologis, ia menyangkut kepada suatu penggerakan jiwa untuk melakukan
sesuatu dengan rela dan kehendak sendiri. Namun, sifat persuasi di sini hanyalah
sebagai bagian dari teknik untuk mempengaruhi orang agar melakukan sesuatu,
dalam konteks orientasinya adalah untuk kepentingan komunikator.
Penggunaan istilah atau terminologi propaganda pertama sekali tercetus pada saat
Paus mendirikan lembaga penyebaran agama sacra congregatio de propaganda
fide. Pengungkapan istilah pertama kali ini dianggap sebagai kelahiran
terminologi propaganda.Hal ini juga menyiratkan bahwa propaganda sebagai
istilah lahir dalam konteks penyebaran agama. Namun karena akhirnya
propaganda lebih banyak dilakukan untuk menanamkan suatu ajaran politik
dalam kerangka mencari dukungan, mencari kekuasaan, maka justru
propaganda dalam konteks politik ini yang sangat membesarkan kegiatan
propaganda, yang akhirnya
memperoleh citra buruk.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi jalan pikiran
manusia. Bisa dengan memakai kata-kata bujukan atau rayuan supaya dia
mengikuti apa yang kita inginkan. Bisa dengan mengiming-iming atau
menjanjikan sesuatu yang sangat indah, sehingga menarik baginya, yang apabila
dia ikuti setidaknya akan menguntungkan kepadanya. Atau sebaliknya, bisa pula
dengan mengungkapkan sesuatu sedemikian rupa, yang kadangkadang dibumbui
dengan kenyataan semu atau kebohongan supaya dia merasakan suatu yang buruk
terhadap dirinya.Adanya rasa takut yang dapat menekan tindakannya. Bisa
dilakukan dengan menyogok, agar mempengaruhi pandangan atau pendapatnya,
dengan janji mulukmuluk dan lain-lain cara atau tindakan.
Setelah jalan pikiran manusia dikuasai atau dapat dikendalikan dengan
sendirinya tindakan-tindakannya dikuasai juga. Dengan demikian, kegiatan
propaganda hakekatnya menghendaki sampai seseorang melakukan sesuatu
seperti yang diarahkan atau yang diinginkan. Bukan sekadar sasaran telah
menerima,
6
memahami sesuatu, atau menyetujui sesuatu. Tetapi lebih jauh dari itu,
pemahaman, penerimaan, persetujuan terhadap sesuatu itu harus direalisasikan
sampaike tingkat tindakan atau perbuatannya. Di situlah terwujud keberhasilan
propaganda.
3
KBBI Daring, Hoaks, https://kbbi.kemdikbud.go.id Di akses tanggal 10 September 2019, pukul 19. 35
4
Herlinda, Hoax.https://www.komunikasipraktis.com, di akses tanggal 10 September 2019 pukul 15.00
7
forum yang lebih luas. Akibatnya lalu lintas peredaran data di internet makin
padat dengan berita yang tidak benar.
9
dari penyebar hoax ini turut menyertakan nomor rekening, agar korban yang
tertipu bisa segera mengirimkan sejumlah uang.
f. Hoax Pencemaran Nama
Sifat dari jenis hoax ini sangat berbahaya. Karena dari berita palsu bisa
dengan mudah menyebar ke dunia maya. Serta mampu menghancurkan nama
baik dan hidup seseorang dalam sekejab.
E. Cara Melaporkan Berita Bohong (Hoax)
a. Media sosial Facebook, Anda dapat menggunakan fitur Report Status dan
kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening
atau kategori lain yang sesuai.
b. Melalui Google, Anda bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan
situs dari hasil pencarian bila mengandung kabar palsu.
c. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif,
begitu pula dengan Instagram.
d. Bagi pengguna internet dapat mengadukan konten negatif atau hoax ke
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke
aduankonten@mail.kominfo.go.id.
5
”Hate Speech, Kenapa di ributkan? Ujaran Kebencian (Hate Speech) di Indonesia:
http://www.uph.edu/id/component/w.mnews/new/2517-mikom-uphbekerjasama dengankominfo-
selenggarakan-seminar-“hate-speech-kenapa-diributkan”. Diakses pada tanggal 20 september 2019, pukul 08.00
10
Ujaran kebencian (hate speech) sebagai tindakan komunikasi yang
dilakukan oleh individu ataupun kelompok biasanya merupakan provokasi yang
tidak hanya dapat dilakukan di sosial media, melainkan juga bisa melalui tulisan
di spanduk, orasi kampanye, pamphlet dan lain-lain. Ada yang menggunakannya
dalam bentuk tekanan langsung adapula yang memanipulasinya dengan guyonan.
Misalnya dengan mengggunakan meme (mimema).6
Di Indonesia sendiri awal mula maraknya ujaran kebencian atau hate
speech yang muncul di tengah masyarakat,di picu oleh maraknya aksi unjuk rasa.
Umumnya, ujaran kebencian atau hate speech bisa berbentuk orasi kampanye,
unjuk rasa, demonstrasi dan perdebatan yang sengit. Umumnya, yang
mendominasi adalah kelompok yang arogan, merasa kuat, punya pelindung,
punya pengaruh, massanya banyak dan sebagainya. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan juga kelompok minoritaslah yang memicu aksi ujaran kebencian.7
B. Bentuk-bentuk ujaran kebencian (hate speech)
Persoalan ujaran kebencian di era modernisasi ini dapat ditemukan dalam
berbagai bentuk informasi, baik di media cetak atau media sosial serta bisa
berdampak pada tindakan diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan
konflik sosial. Sehingga hal ini mendapatkan perhatian dari masyarakat, baik
nasional maupun internasional seiring dengan meningkatnya tingkat kepedulian
8
masyarakat terhadap isu pelanggaran HAM. Untuk menyikapi hal tersebut
Kapolri mengeluarkan surat dengan NO SE/6/X/2015. Dalam surat tersebut berisi
perbuatan apa saja yang termasuk katergori ujaran kebencian yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan pidana lainnya di luar
KUHP, yang berbentuk antara lain: Penghinaan, Pencemaran nama baik,
Penistaan, Perbuatan tidak menyenangkan, Memprovokasi, Menghasut,
Penyebarkan berita bohong.9
6
Isyatul Mardiyati, “Fenomena Hate Speech di Media Sosial dalam Perspektif Psikologi Islam”, Jurnal Pemikiran
Pendidikan Islam At-tura>ts,vol. 11, N0 1 (2017), 35.
7
Pahriadi, Ujaran Kebencian Perspektif Al-qur’an (Aanalisis Q.S al-dhariya>t ; 51-55)Fakultas Ushuluddin Filsafat
dan Politik Universitas Negri Alaudin Makasar .Skripsi, 23.
8
Yudha Prawira, Upaya Kepolisian dalam Menanggulangi Kejahatan Ujaran Berdasarkan surat Edaran kapolri No
SE/06/X/2016, Skripsi,17.
9
Surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015 tentang Penanganan (Hate Speech) Ujaran Kebencian.
11
1. Penghinaan
Penghinaan berasal dari kata dasar hina. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia (KBBI) hina berarti rendah pangkatnya, kedudukannya,
martabatnya,keji, kurang baik perbuatannya, dan lain sebagainya, lawan dari
mulia.11 Kata kata penghinaan memiliki imbuhan peng dan an, dan
merupakan imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda. Kata benda peng
dan an bertalian dengan kata kerja berimbuhan me. Imbuhan peng dan an
menyatakan makna proses atau perbuatan me. Sehingga kata penghina-an
dapat juga berarti proses atau perbuatan meng-hina.10
Seseorang yang menghina biasanya melihat seorang individu dengan
sikap merend ahkan serta menganggap orang yang dibenci tidak layak.
Robert C. Solomon menempatkan penghinaan pada peristiwa yang sama
seperti kebencian dan kemarahan, dan ia berpendapat bahwa perbedaan antara
ketiganya adalah kebencian diarahkan oleh individu yang berstatus lebih
tinggi, kemarahan diarahkan menuju status yang samaindividu, dan
penghinaan diarahkan menuju menurunkan status individu.11 Menghina adalah
menyerang kehormatan dan nama baik individu atau kelompok. Sehingga
yang diserang ini biasanya akan timbul rasa malu.12
2. Penistaan
Pengertian dari kata menista berasal dari kata nista. Sebagian pakar
mempergunakannya sebagai kata celaan. Perbedaan istilah tersebutdisebabkan
penggunaan kata dalam menerjemahkan kata smaad dari bahasa belanda. nista
berarti hina, cela, rendah, noda.13 Sedangkan dalam dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai sebagai sebuah proses, atau cara
perbuatan menistakan orang lain dalam arti mencaci, menghina, dan
merendahkan harkat dan martabat orang yang dinistakan .14
10
Ibid,. 460.
11
Saidil Fitrah, Sakh}ar dalam Al-qur’an, Kajian Tafsir Tahlili Q.s Al-H}ujura>t Ayat 11. Fakultas Ushuluddin Filsafat
dan Politik Universitas Negeri Alaudin Makassar 2015. Skripsi, 20.
12
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal,(Bogor: Politea, 199),
225.
13
Leden Marpaung ,Tindak Pidana Terhadap kehormatan, (Jakarta, PT: Raja Grafindo Persada, 1997), 11.
14
KBBI Daring, Hoaks, https://kbbi.kemdikbud.go.id Di akses tanggal 10 September 2019 pukul 09.00
12
Penistaan juga merupakan suatu perkataan, perilaku, tulisan, ataupun
pertunjukan yang dilarang, karena dapat memicu terjadinya tindakan
kekerasan dan sikap prasangka buruk dari pihak pelaku pernyataan tersebut
ataupun korban dari tindakan tersebut.
3. Pencemaran nama baik
Pencemaran nama baik adalah salah satu dari sekian banyak perbuatan
yang tidak disukai banyak orang. Perbuatan tersebut bersangkutan dengan
kehormatan orang lain, dalam perundang-undangan pencemaran nama baik
bisa di artikan perbuatan yang sengaja menyerang kehormatan atau nama baik
seseorang, dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal
itu diketahui umum.
Sedangkan perbuatan yang tidak diperbolehkan adalah perbuatan yang
di lakukan dengan sengaja dengan tujuan untuk melanggar kehormatan atau
menyerang kehormatan orang lain. Ada beberapa unsur pencemaran nama
baik yang di atur dalam pasal 310 KUHP di antaranya 15: dilakukan dengan
sengaja, menyerang kehormatan atau nama baik, menuduh melakukan suatu
perbuatan, menyiarkan tuduhan supaya diketahui.
4. Menghasut
Menghasut berarti mendorong, mengajak, membangkitkan atau
membakar semangat orang supaya berbuat sesuatu. Namun dalam kata
menghasut tersimpul sifat sengaja. Menghasut itu lebih keras dari pada
memikat atau membujuk akan tetapi bukan memaksa.16
Menghasut ialah sebuah perbuatan yang dilakukan individu yang di
pupuk rasa dendam dan nafsu yang membara sehingga ia melakukan yang
dihasutkan itu.
C. Dampak ujaran kebencian
1. Aspek Sosial
Pembunuhan Karakter
15
Reydi Vridell Awawangi, Pencemaran Nama Baik dalam KUHP dan Menurut UU No. 11 Tahun 2008 Tentang
transaksi Elektronik, Lex Crimen Vol. III, No. 4, Ags-Nov,2014. 114.
16
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
(Bogor: Politeia, 1996), 136.
13
Pada dasarnya tujuan utama dari pada perilaku ujaran kebencian adalah
bagaimana supaya objek dari tindakan tersebut termarjinalkan atau
terpinggirkan dalam konteks kehidupan bermasyarakat.
2. Aspek Religius
Sebagai tantangan dakwah
Ketika melihat dalam aspek agama, perilaku ujaran kebencian yang
dilakukan oleh sebagian dari kaum para nabi dan rasul merupakan ujian
sekaligus menjadi tantangan dakwahnya dalam mengembang risalah ilahiah di
tengah-tengah ummatnya. Ketika Allah Swt mengutus seorang rasul pasti
akan selalu ada sebagian kaumnya yang tampil mendustakan, mengingkari
sampai menentang dan menolak dengan keras atas ajaran yang dibawanya.
Sebagai seorang Rasul, berbagai macam tantangan dakwah akan selalu
datang menghampiri, seperti halnya penghinaan, pengingkaran dan sikap
mendustakan yang dialami oleh para nabi dan rasul. hal ini sebagaimana telah
diinformasikan dalam Firman Allah QS.Al-Hajj ayat 42-44.
ْملَ ْيتQََفأ ) و صحا َي ِ ذ43( ) وقَ َرا ْو ُمQُوَث ُمود وعا ُ ه ْم َق ْو ُم َ ْ ن ُي َك ِذ قَد
موسى ب َن ب ط أ َ( ْو ُم ِهي َم ُلو وق42 د َنُو ت َق ْبل ب ُب و ك و ِ إ
ُ وك ْمد ْب كذ
ّ
(44 َّم ُه ْم َف َك كا َن َن ِكي ِرQُِف ِري َن ث
ْيف خذُْت ل ْل َكاQَأ
16
lain dengan cara menghina dan merendahkannya karena sama halnya dengan menyakiti
diri sendiri.17
Literasi Media berasal dari bahasa Inggris yaitu Media Literacy, terdiri
dari dua suku kata Media berarti media tempat pertukaran pesan dan Literacy
berrati melek. Literasi media merujuk kemampuan khalayak yang melek terhadap
media dan pesan media massa dalam konteks media massa. Paul messaris
mendefinisikan literasi media yaitu pengetahuan mengenai bagaimana media
berfungsi dalam masyarakat. Alan rubin (1998) menggabungkan beberapa definisi
literasi media/ melek media sebagai: pemahaman sumber dan teknologi dari
komunikasi, kode yang digunakan, pesan yanng diproduksi dan pemilihan,
penafsiran, serta dampak dari pesan tersebut. Christ & james (1998)
mendefinisikan literasi media sebagai dampak yang ditimbulkan pesan media.
McCannon mengartikan literasi media sebagai kemampuan secara efektif dan
secara efesien memahami dan menggunakan komunikasi massa (Strasburger &
Wilson, 2002). James W Potter (2005) mendefinisikan literasi media sebagai satu
perangkat perspektif dimana kita secara aktif memberdayakan diri kita sendiri
dalam menafsirkan pesan-pesan yang kita terima dan bagaimana cara
mengantisipasinya.
Istilah literasi digital mulai populer sekitar tahun 2005 (Davis & Shaw,
2011), literasi digital bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi
hipertekstual dalam arti bacaan tak berurut berbantuan komputer. Istilah literasi
digital pernah digunakan tahun 1980-an (Davis & Shaw, 2011), secara umum
bermakna kemampuan untuk berhubungan dengan informasi hipertekstual dalam
arti membaca non-sekuensial atau nonurutan berbantuan komputer (Bawden,
2001).
Literasi media adalah kemampuan seseorang untuk mengakses,
menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan isi pesan media, analisis serta
17
Asghar Ali Engineer, “ Islam Masa Kini “ (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 35.
15
menghasilkan informasi untuk berbagai keperluan. Dalam kehidupan sehari-hari
seseorang akan dipengaruhi oleh media yang ada di sekitar kita berupa televisi,
film, radio, musik terekam, surat kabar dan majalah. Dari media itu masih
ditambah dengan internet bahkan kini pun melalui telepon seluler dapat diakses.
Dari definisi itu dipahami bahwa fokus utamanya berkaitan dengan isi pesan
media.
B. Elemen Utama Literasi Media Digital.
Untuk memahami definisi literasi media yang telah diuraikan diatas, maka
perlu diketahui tujuh elemen utama dalam literasi media yaitu :
1. Sebuah kesadaran akan dampak media terhadap individu dan masyarakat.
2. Sebuah pemahaman tentang komunikasi massa.
3. Pengembangan strategi – strategi yang digunakan untuk menganalisis dan
membahas pesan – pesan media.
4. Sebuah kesadaran akan isi media sebagai “teks” yang memberikan wawasan
ddan pengetahuan ke dalam budaya kontemporer manusia dan diri manusia
sendiri.
5. Peningkatan kesenangan, pemahaman, dan apresiasi terhadap isi media
(Silverblatt, 1995)
Berdasarakan definisi dan elemen – elemen tersebut literasi media dapat
diklasifikasi ke dalam beragam tipe seperti :
a. Berdasarkan media yang dituju; terdiri dari literasi, literasi media (dalam arti
sempit), dan literasi media baru.
b. Berdasarkan tingkat kecakapan; terdiri dari tingkat awal, tingkat menengah,
dan tingkat lanjut. Tingkat awal biasanya berupa pengenalan media, terutama
mengenai efek positif dan negatif yang potensial diberikan oleh media.Literasi
media tingkt menengah bertujuan menumbuhkan keahlian
memahami/menafsirkan pesan. Sedangkan pada tingkat lanjut akan
menghasilkan output kemampuan memahami pesan secara lengkap hingga
pada produksi pesan, struktur pengetahuan terhadap media yang relatif
lengkap serta pemahaman kritis pada level aksi misalnya memberi masukan
dan kritik pada organisasi dan menggalang aksi untuk mengritik media.
C. Jenis jenis Literasi Media Digital.
16
Menurut Eisenberg (2004) selain memiliki kemampuan literasi informasi,
seseorang juga harus membekali dirinya dengan literasi yang lain seperti :
1. Literasi visual adalah kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan
dan mengekspresikan gambar.
2. Literasi media merupakan kemampuan untuk mengakses, menganalisis dan
menciptakan informasi untuk hasil yang spesifik. Media tersebut adalah
Televisi, radio, surat kabar, film, musik.
3. Literasi komputer adalah kemampuan untuk membuat dan memanipulasi
dokumen dan data melalui perangkat lunak pangkalan data dan pengolah data
dan sebagainya. Literasi komputer juga dikenal dengan istilah literasi
elektronik atau literasi teknologi informasi.
4. Literasi Digital merupakan keahlian yang berkaitan dengan penguasaan
sumber dan perangkat digital. Beberapa institusi pendidikan menyadari dan
melihat hal ini merupakan cara praktis untuk mengajarkan literasi informasi,
salah satunya melaui tutorial.
5. Literasi Jaringan adalah kemampuan untuk menggunakan, memahami,
menemukan dan memanipulasi informasi dalam jaringan misalnya internet.
Istilah lainnya dari literasi jaringan adalah literasi internet atau hiperliterasi.
D. Cara Melakukan Literasi Media
Terdapat tujuh kecakapan atau kemampuan yang diupayakan muncul dari
kegiatan literasi media (Potter, 2004: 124),yaitu:
1. Analyze/Menganalisa
Kemampuan menganalisa struktur pesan, yang dikemas dalam media,
mendayagunakan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan untuk memahami
konteks dalam pesan pada media tertentu. Misalnya, mampu mendayagunakan
informasi di media massa untuk membandingkan pernyataan-pernyataan
pejabat publik, dengan dasar teori sesuai ranah keilmuannya.
2. Evaluate/Menilai
Setelah mampu menganalisa, maka kompetensi berikutnya yang
diperlukan adalah membuat penilaian (evaluasi). Seseorang yang mampu
menilai, artinya ia mampu menghubungkan informasi yang ada di media
massa itu dengan
17
kondisi dirinya, dan membuat penilaian mengenai keakuratan, dan kualitas
relevansi informasi itu dengan dirinya; apakah informasi itu sangat penting,
biasa, atau usang. Disini, terjadi perbandingan norma dan nilai sosial terhadap
isi yang dihadapi dari media.
3. Grouping/pengelompokan
Menentukan setiap unsur yang sama dalam beberapa cara yaitu
menentukan setiap unsur yang berbeda dalam beberapa cara.
4. Induction/Induksi
Menyimpulkan suatu pola dalam set kecil elemen, dan menggunakan pola
generalisasi untuk semua elemen dalam himpunan tersebut .
5. Deduction/deduksi.
Menggunakan prinsip-prinsip umum untuk menjelaskan khusus.
6. Synthesis/sintesis
Merakit unsur-unsur ke dalam struktur baru.
7. Abstracting/ abstrak
Menggambarkan secara singkat ,jelas, dan tepat isi dari pesan yang
terkandung dalam media.
Kecakapan di atas sebaiknya juga diperkuat dengan aspek-aspek yang harus
dipahami dalam kegiatan literasi media (Silverblatt, 1995: 13), yaitu:
a. Proses
b. Konteks
c. Framework
d. Produksi nilai
Proses di dalam aktivitas penguatan literasi media sangat dipengaruhi oleh tujuan
kegiatan tersebut. Bila tujuan dari kegiatan literasi media adalah mengenalkan efek
media, prosesnya tentu saja mendahulukan mengakses isi pesan yang diasumsikan
berefek tak baik. Sementara itu, bila tujuan untuk mengenalkan aspek produksi, tentu
saja prosesnya melibatkan produksi dan semua aspeknya. Konteks juga sangat
berpengaruh pada kegiatan literasi media. Maraknya pembicaraan tentang pornografi
membuat kegiatan literasi media sebaiknya juga merujuk pada kasus-kasus pornografi
di media. Aspek framework terutama berkaitan dengan aspek produksi. Kerangka
18
pandang konten media mempengaruhi kegiatan literasi media, terutama yang
berkaitan dengan motif komersial. Terakhir, kegiatan literasi media seharusnya
menjadikan individu khalayak media memiliki nilai tersendiri, yang mana konten
media yang dipandang baik dan dipandang buruk.
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
Literasi diartikan melek huruf dan kemampuan baca tulis. Literasi sangat erat
kaitannya dengan informasi. Jenis literasi selain informasi ada literasi media dan literasi
digital. Literasi media merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan berbagai
media guna mengakses, analisis serta menghasilkan informasi untuk berbagai keperluan.
Untuk medefinisikan literasi digunakan pendekatan trikotomi yang mencakup 3 bidang yaitu
akses, pemahaman, dan menciptakan. Literasi media dapat dilakukan dengan kegiatan
menganalisa, evaluasi, pengelompokan, induksi, deduksi, sintesis, dan abstrak. Literasi
media menjadi solusi atas kekhawatiran banyak pihak akan dampak negatif dari media.
20
DAFTAR PUSTAKA
Combs, James E.; Nimmo, Dan. 1994.Propa ganda Baru, Kediktatoran Perundingan dalam Politik Masa
Kini,Penerjemah : Lien Amalia, Remaja Rosdakarya, Bandung.
http://etheses.iainkediri.ac.id/2065/3/933801715%20BAB%20II.pdf
https://www.komunikasipraktis.com/2017/01/pengertian-literasi-media-latar.html
http://perpustakaansepwitaharianti.weebly.com/uploads/1/2/4/2/12420321/makalah_literasi_media_
dan_literasi_digital.pdf
http://journal.umy.ac.id/index.php/jkm/article/viewFile/2069/2586
21