Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AQIDAH ILMU KALAM

MU’TAZILAH

Dosen Pengampu:
Azwar Chatib

Disusun Oleh : Kelompok 4/KPI 3D


Fadhil Muhammad Al ghiffary 11200510000120
Reza Rifaldi 11200510000109
Januarti Januwarti Nurul Aini 11150510000051

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini, salam serta salawat senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW juga kepada umat beliau yang tetap istiqamah di jalan Allah SWT dalam
mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Makalah ini berjudul “Mu’tazilah”, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun,
senantiasa penulis harapkan dari semua pihak sebagai bahan masukan dalam penyusunan makalah
selanjutnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Azwar Chatib, yang telah memberi tugas
dan membimbing kami, segenap rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini. Akhirnya kami berharap agar kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya penulis mohon maaf dan maklum yang sebesarbesarnya apabila dalam menyusun
dan menyajikannya kurang berkenan. Dengan mengharap ridha Allah, mudah-mudahan buku ini
menjadi wasilah sebagai amal shalih (‘ilmun yun tafa’u bihi). Dan hanya kepada Allah SWT kita
mengharapkan hidayah dan taufik-Nya Aamiin.

Tangerang, 30 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................... iv
A. Latar Belakang ............................................................................................................. iv
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ iv
C. Tujuan .......................................................................................................................... iv
BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. Sejarah Lahirnya dan Asal usul Mu’tazilah ................................................................. 5
B. Ajaran Pokok Aliran Mu’tazilah.................................................................................. 6
C. Tokoh-tokoh Aliran Mu’tazilah .................................................................................. 8
BAB III : PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran mu‟tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih
mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan
murjia‟ah. Dalam pembahasan. mereka banyak memakai alat sehingga mereka banyak
memakai akal sehingga mereka mendapat nama “kaum Rasionalis Islam”. Aliran ini muncul di
kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2H tahun 105-110 H, tepatnya pada masa pemerintahan.
Munculnya aliran mu‟tazilah sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran khawarij dan aliran
murjiah mengenai soal orang mukmin yang berdosa besar. Menurut khawarij, orang mukmin
yang berdosa besar tidak dapat dikatakan umum lagi, melainkan sudah menjadi kafir.
Sementara itu, kaum murjiah tetap menganggap orang mukmin yang berdosa besar itu sebagai
mukmin bukan kafir. Menghadapi kedua pendapat yang kontroversial ini, Wasil bin Atha‟ yang
ketika itu menjadi murid Hasan Al-Basri seorang ulama terkenal di Basra,mendahului gurunya
mengeluarkan pendapat bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara
mukmin dan kafir.tegasnya orang itu bukan mukmin dan bukan orang kafir, tetapi diantara
keduanya.oleh karena di akhirat nanti tidak ada tempat diantara surga dan neraka,maka orang
itu dimasukan ke dalam neraka,tetapi siksaan yang diperolehnya lebih ringan dari pada orang
kafir.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah lahirnya dan asal usul Mu’tazilah?
2) Siapa saja tokoh-tokoh Mu’tazilah?
3) Bagaimana ajaran pokok aliran Mu’tazilah?

C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui sejarah lahirnya da nasal usul Mu’tazilah.
2) Mengetahui tokoh-tokoh Mu’tazilah.
3) Mengetahui ajaran pokok aliran Mu’tazilah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Aliran Mu’tazilah


Aliran ini merupakan aliran Theologi Islam terbesar dan tertua, yang berpengaruh besar
dalam sejarah pemikiran dunia islam. Buku-buku yang dikarang oleh mereka banyak digali oleh
pemikir-pemikir muslim, khususnya untuk mengetahui filsafat islam yang sesungguhnya, yang
berhubungan antara agama dan sejarah islam. Pada waktu permulaan abad pertama Hijriyah di
kota Basrah (Irak) menjadi pusat ilmu dan peradaban islam, tempat perpaduan aneka
kebudayaan asing dan pertemuan bermacam-macam agama.
Waktu itu banyak orang-orang yang hendak menghancurkan islam dari segi aqidah, baik
yang mendapatkan dirinya islam atau tidak. Memang tidak semuanya yang memeluk agama
islam secara iklas, dan tidak keikhlasan ini dimulai sejak permulaan masa pemerintahan khilafat
umawi. Karena khilafat tersebut memonopoli segala kekuasaan negara kepada orang-orang
islam dan bangsa Arab sendiri. Tindakan mereka menyebabkan kebencian terhadap bangsa
Arab sendiri. Tindakan mereka menyebabkan kebencian terhadap bangsa Arab, mereka
bermaksud menghancurkan Islam dari dalam.
Lawan-lawan Islam dari dalam antara lain Rafidhah yaitu golongan Syi‟ah extrim yang
kemasukan unsur-unsur dari luar seperti agama Mamu, Agnostik yang pada waktu itu tersebar
luas kekufah dan Basrah, dan faham tasawuf hulul (inkarnasi) manusia. Aliran Mu‟tazilah
menjawab bahwa Tuhan tidak mungkin membutuhkan tempat apapun juga. Dalam keadaan
demikian muncullah faham Mu‟tazilah yang kemudian berkembang dengan pesatnya, serta
mempunyai metode dan faham sendiri.1
Mengapa disebut dengan “Mu’tazilah”? Ada 3 alasan yaitu :
1) Karena mereka menjauhkan dari semua pendapat yang telah ada tentang hukum orang yang
mengerjakan dosa besar. Paham Murji‟ah berpendapat bahwa dosa besar termasuk orang
mu‟min, menurut paham Khawarij Azariqah, ia termasuk orang kafir. Sedang menurut
Hasan Al Basri, ia menjadi orang munafik. Kemudian datang wasil bin „Atha berpendapat,
ia bukan mu‟min, dan bukan kafir tetapi fasik.

1
Ahmad Amin, op cit, hal. 112
2) Karena wasil bin Atha dan amr bin Ubaid menjauhkan diri (I’tizala) dari pengajian Hasan
Basri di Masjid Basrah, dengan berpendapat bahwa orang yang mengerjakan dosa besar
tidak mu’min sepenuhnya, juga tidak kafir sepenuhnya, tetapi berada dalam satu tempat
diantara dua tempat tersebut, sehingga menjauhkan diri atau memisahkan diri dan disebut
orang “Mu’tazilah”.
3) Karena di tinjau dari sifat si pembuat dosa besar itu sendiri, kemudian menjadi sifat atau
nama aliran yag berpndapat demikian, yaitu si pembuat dosa besar menyendiri dari orang-
orang kafir.

B. Ajaran Pokok Aliran Mu’tazilah

1) Nafy al-Sifah (Peniadaan Sifat Tuhan).


Ajaran Mu’tazilah sangat menekankan pada ajaran tentang transendensi Tuhan. Mereka
membuat garis perbedaan yang tegas antara Tuhan dan makhluknya. Bagi mereka,
pengakuan terhadap adanya Tuhan selain Allah adalah shirik (acception the otherness of
God is polytheisme). Karena penekanannya yang kuat terhadap keesaan Allah inilah,
mereka menolak adanya sifat-sifat Allah yang kekal sebagai sifat yang berdiri sendiri dan
mengakuinya sebagai dhat Tuhan itu sendiri. Bagi mereka, Allah mengetahui, berkuasa,
berkehendak dan hidup hanya melalui dhatnya, dan bukan sebagai sifatNya. Menurut
mereka, hal ini disebabkan karena, kalau sifat-sifatNya berdampingan dengan kekekalannya
yang merupakan kerakteristikNya yang khas, maka berarti sifat-sifat tersebut mengambil
bagian dalam dhat Tuhan. Dengan demikian, maka ada sesuatu qadim lain selain qadimNya
Tuhan atau adanya berbilangnya yang qadim (ta’addud al-qudama).
2) Keadilan Tuhan
Prinsip ajaran Mu’tazilah kedua adalah keadilan. Bagi Mu’tazilah , Tuhan itu Maha Adil
dan keadilanNya hanya bisa dipahami kalau manusia mempunyai kemerdekaan untuk
memilih perbuatannya. Tuhan tidak bisa dikatakan adil bila Ia menghukum orang yang
berbuat buruk bukan atas kemauannya sendiri, tetapi atas paksaan dari luar dirinya yaitu
Tuhan.409 Mereka menganggap, siksaan terhadap ketidak-bebasan adalah suatu bentuk
kezaliman. Hal itu dikarenakan jika seseorang memerintahkan sesuatu kepada seseorang
lainnya, kemudian ia dipaksa untuk melawan perintah itu atau seseorang dilarang untuk
melakukan sesuatu, tetapi ia dipaksa melakukannya, maka balasan untuk orang tersebut
bukanlah cerminan dari keadilan.410 Oleh karena itu, maka keadilan Tuhan hanya bisa
dipahami, jika Tuhan memberikan taklif kepada manusia dan sekaligus memberikan
kekuasaan dan kebebasan untuk menentukan perbuatan mereka sendiri.

3) Al-Wa’d wa al-Wa’id
Konsekwensi logis dari pemikiran di atas adalah kepastian penerimaan pahala bagi
orang yang berbuat baik dan siksaan bagi orang yang berbuat jahat. Tuhan hanya bisa
dikatakan adil apabila Ia memberi pahala untuk orang yang berbuat baik, begitu pula
sebaliknya. Perbuatan dosa takkan diampuni tanpa bertobat lebih dahulu, sehingga bila ada
orang mukmin mati dalam keadaan dosa besar dan belum bertobat, dia akan mendapat
siksaan yang kekal di neraka, sekalipun demikian, ia disiksa dengan siksaan yang lebih
ringan dari siksaan orang kafir.
4) Al-Manzilah bain al-Manzilatain
Prinsip di atas berkaitan dengan perdebatan teologis tentang nasib orang mukmin yang
mati dalam keadaan pernah melakukan dosa besar dan belum bertobat. Seperti telah
diketahui, Khawarij menghukuminya sebagai orang kafir dan akan kekal di neraka. Bagi
Mu’tazilah, orang seperti itu, bukan mukmin, bukan pula kafir, tetapi statusnya berada di
antara posisi mukmin dan kafir (al-manzilah bain al-manzilatain).
5) Al-‘Amr bi al- ma’ruf wa al-nahy ‘an al- munkar
Prinsip berikutnya adalah ‘amar ma’ruf nahi mungkar, yakni adanya kewajiban bagi
manusia untuk menyeru kepada kebaikan dan melarang melakukan kejahatan. Prinsipnya
adalah berkaitan dengan ajaran sebelumnya, yakni keadilan, al-wa’d wa al-wa’id, dan al-
manzilah bain al-manzilatain, semuanya berhubungan erat dan bisa masuk dalam prinsip
keadilan. Dengan demikian, sebetulnya prinsip pokok ajaran Mu’tazilah hanya ada dua
yakni tauhid dan adil. Oleh karenanya, ‘Abd al-Jabbar mengklaim bahwa kaum Mu’tazilah
adalah kaum Ahl al-tawhid wa al-‘adl.2

2
ILMU KALAM ALIRAN SEKTE TOKOH PEMIKIRAN DAN ANALISA PERBANDINGAN hal.32
C. Tokoh-tokoh Mu’tazilah
1) Wasil bin Atha
Wasil bin Atha adalah orang pertama yang meletakkan kerangka dasar ajaran Muktazilah.
Adatiga ajaran pokok yang dicetuskannya, yaitu paham almanzilah bain al-manzilatain,
paham Kadariyah (yang diambilnya dari Ma‟bad dan Gailan, dua tokoh aliran Kadariah),
dan paham peniadaan sifat-sifat Tuhan. Dua dari tiga ajaran itu kemudian menjadi doktrin
ajaran Muktazilah, yaitu almanzilah bain al-manzilatain dan peniadaan sifat-sifat Tuhan.
2) Abu Huzail al-Allaf
Abu Huzail al-Allaf adalah seorang filosof Islam. Ia mengetahui banyak falsafah yunani
dan itu memudahkannya untuk menyusun ajaran-ajaran Muktazilah yang bercorak filsafat.
Ia antara lain membuat uraian mengenai pengertian nafy as-sifat.3
3) Al-Jubba’i
Al-Jubba‟I adalah guru Abu Hasan al-Asy‟ari, pendiri aliran Asy‟ariah. Pendapatnya yang
masyhur adalah mengenai kalam Allah SWT, sifat Allah SWT, kewajiban manusia, dan
daya akal. Mengenai sifat Allah SWT, ia menerangkan bahwa Tuhan tidak mempunyai
sifat; kalau dikatakan Tuhan berkuasa, berkehendak, dan mengetahui, berarti Ia berkuasa,
berkehendak, dan mengetahui melalui esensi-Nya, bukan dengan sifat-Nya. Lalu tentang
kewajiban manusia, ia membaginya ke dalam dua kelompok, yakni kewajiban-kewajiban
yang diketahui manusia melalui akalnya (wãjibah aqliah) dan kewajibankewajiban yang
diketahui melalui ajaranajaran yang dibawa para rasul dan nabi (wãjibah syar‟iah).4
4) An-Nazzam
An-Nazzam : pendapatnya yang terpenting adalah mengenai keadilan Tuhan. Karena Tuhan
itu Maha Adil, Ia tidak berkuasa untuk berlaku zalim.
5) Al- jahiz
Al- jahiz : dalam tulisan-tulisan aljahiz Abu Usman bin Bahar dijumpai paham naturalism
atau kepercayaan akan hukum alam yang oleh kaum muktazilah disebut Sunnah Allah. Ia

3
Ibid, hlm 80
4
Ignaz Goldziher, Op Cit hlm 150
antara lain menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan manusia tidaklah sepenuhnya
diwujudkan oleh manusia itu sendiri, malainkan ada pengaruh hukum alam.
6) Mu’ammar bin Abbad
Mu‟ammar bin Abbad : Mu‟ammar bin Abbad adalah pendiri muktazilah aliran Baghdad.
pendapatnya tentang kepercayaan pada hukum alam. Pendapatnya ini sama dengan
pendapat al-jahiz. Ia mengatakan bahwa Tuhan hanya menciptakan benda-benda materi.
7) Bisyr al-Mu’tamir
Bisyr al-Mu‟tamir : Ajarannya yang penting menyangkut pertanggungjawaban perbuatan
manusia. Anak kecil baginya tidak dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di
akhirat kelak karena ia belum *mukalaf. Seorang yang berdosa besar kemudian bertobat,
lalu mengulangi lagi berbuat dosa besar, akan mendapat siksa ganda, meskipun ia telah
bertobat atas dosa besarnya yang terdahulu.5
8) Abu Musa al-Mudrar
Abu Musa al-Mudrar : al-Mudrar dianggap sebagai pemimpin muktazilah yang sangat
ekstrim, karena pendapatnya yang mudah mengafirkan orang lain.Menurut Syahristani,ia
menuduh kafir semua orang yang mempercayai kekadiman Al-Quran. Ia juga menolak
pendapat bahwa di akhirat Allah SWT dapat dilihat dengan mata kepala.
9) Hisyam bin Amr al-Fuwati
Hisyam bin Amr al-Fuwati : AlFuwati berpendapat bahwa apa yang dinamakan surga dan
neraka hanyalah ilusi, belum ada wujudnya sekarang. Alasan yang dikemukakan adalah
tidak ada gunanya menciptakan surga dan neraka sekarang karena belum waktunya orang
memasuki surga dan neraka.6

5
Abdul Rozak,Anwar ,Rosihan, Op cit, hlm. 80
6
Ibid. hlm 81
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aliran mu’tazilah merupakan aliran teologi Islam yang terbesar dan tertua Kaum
mu’tazilah secara teknis terdiri dari dua golongan dan masing-masing golongan mempunyai
pandangan yang berbeda. Golongan tersebut ialah golongan pertama, (disebut Mu’tazilah I)
muncul sebagai respon politik murni dan golongan kedua, (disebut Mu’tazilah II) muncul
sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur‟jiah akibat
adanya peristiwa tahkim. Banyak sebutan mengenai kaum mu‟tazilah salah satunya Ahlul ‘Adl
Wa atTauhid (golongan yang mempertahankan keadilan dan keesaan Allah). Sedangkan ajaran
pokok mu’tazilah yakni tentang : Keesaan (at-Tauhid), Keadilan Tuhan (AlAdlu), Janji dan
ancaman (al-Wa’du wal Wa’idu), Tempat di antara dua tempat (Al manzilatu bainal
manzilatain), Menyuruh kebaikan dan melarang keburukan (amar ma’ruf nahi munkar).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amin, op cit

Ignaz Goldziher, Op Cit

Abdul Rozak,Anwar ,Rosihan, Op cit

ILMU KALAM ALIRAN SEKTE TOKOH PEMIKIRAN DAN ANALISA PERBANDINGAN

Anda mungkin juga menyukai