Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

“Ide Atau Gagasan Untuk Peningkatan Pelayanan Keperawatan”


Pada Dunia Pendidikan

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ns.Edi Yuswantoro,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 8

1. Ega Salsabilla Arnasya (P17240201004)


2. Rokhma Mista Febrianah (P17240203025)

(Tingkat 2A)

PROGRAM STUDI
D3 KEPERAWATAN TRENGGALEK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
September 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih


karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
berjudul “Ide atau gagasan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada dunia
pendidikan” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari ada banyak hambatan dan
kesulitan. Hambatan dan kesulitan itu akhirnya dapat diatasi karena adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Ns.Edi Yuswantoro,S.Kep.,M.Kep dosen mata kuliah
Pendidikan Karakter serta teman-teman yang telah mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini. Semoga awal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dari pembaca pada umumnya.

Trenggalek, 17 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan tidak lepas dari perkembangan pendidikan
keperawatan dan perkembangan layanan kesehatan. Sejarah perkembangan
keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung dalam hal tatanan praktek
keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. Pendidikan
keperawatan memberi pengaruh besar terhadap kualitas layanan keperawatan.
Keperawatan merupakan profesi yang bersentuhan langsung dengan hidup
dan kehidupan manusia.
Karenanya perawat harus terus meningkatkan kompetensi diri, salah satu
melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan. Pendidikan berpengaruh
terhadap pola pikir individu, sedangkan pola pikir berpengaruh terhadap
perilaku seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola pikir
seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir orang
yang berpendidikan tinggi (Asmadi, 2008).
Tingkat pendidikan seorang perawat yang bekerja pada layanan kesehatan
yang berpendidikan masih rendah telah menjadi masalah. Maka dari itu ilmu
kedokteran dan ilmu kesehatan akan terus berkembang dan semakin maju,
yang didukung dengan kesadaran masyarakat yang tinggi dan profesional,
seorang perawat yang berpendidikan masih rendah dan berkeinginan untuk
meningkatkan kompetensi diri akan terus meningkatkan jenjang pendidikan
hingga tingkat yang lebih tinggi.
Bedasarkan uraian diatas penyusun tertarik mengambil judul makalah “Ide
atau gagasan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada dunia
pendidikan”
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keperawatan dan profesi keperawatan ?
2. Apa tujuan pendidikan profesi keperawatan ?
3. Bagaimana jenjang pendidikan tinggi keperawatan indonesia ?
4. Tren issue pelayanan keperawatan ?
5. Ide/ gagasan dalam pelayanan keperawatan di bidang pendidikan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan dan profesi keperawatan
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan profesi keperawatan
3. Untuk mengetahui jenjang pendidikan tinggi keperawatan indonesia
4. Untuk mengetahui tren issue keperawatan
5. Untuk menjelaskan Ide/ gagasan dalam pelayanan keperawatan di
bidang pendidikan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Keperawatan & Profesi Keperawatan


Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagia integral
pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi
aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifa kompherensip,
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang
sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
Winsley (1964) Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan
ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna
menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan
yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada
pelayanan.
Profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari
profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif
dalam sistem pelayanan kesehatan agar keberadaannya mendapat pengakuan
dari masyarakat.

2. Tujuan Pendidikan Profesi Keperawatan


Tujuan pendidikan tinggi keperawatan pada institusi pendidikan tinggi
keperawatan diharapkan mampu melakukan hal-hal antara lain :
a. Menumbuhkan/membina sikap dan tingkah laku professional yang
sesuai dengan tuntunan profesi keperawatan.
b. Membangun landasan ilmu pengetahuan yang kokoh.
c. Menumbuhkan/membina keterampilan professional.
d. Menumbuhkan/membina landasan etik keperawatan yang kokoh dan
mantap sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan dan dalam kehidupan keprofesian.

3. Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia


I. Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Program Pendidikan Diploma III (D-III) Keperawatan ini
menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional
pemula/vokasional (ahli madya keperawatan) yang dikembangkan
dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan keprofesian yang
kokoh. Lulusannya diharapkan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan professional dengan berpedoman kepada standar asuhan
keperawatan dan dengan etika keperawatan sebagai tuntunan.
Sebagai perawat vokasional diharapkan memiliki tingkah laku dan
kemampuan professional, akuntabel dalam melaksanakan
asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri di bawah supervise
Ners. Lama pendidikan 3 tahun untuk waktu normal. Lulusan D-III
Keperawatan juga diharapkan mampu mengelolah praktik
keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan klien
serta memiliki kemampuan meningkatkan mutu asuhan keperawatan
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
yang maju secara tepat guna.
Tujuan program Diploma III Keperawatan adalah menghasilkan
lulusan yang mampu :
a) Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan sesuai kebijaksanaan umum
pemerintah yang berlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan
dan/atau asuhan keperawatan individu, keluarga dan komunitas
berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan.
b) Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
mengelola asuhan keperawatan.
c) Berperan serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang
keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan/asuhan
keperawatan.
d) Berperan serta secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien.
e) Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan
kemampuan profesinya.
II. Program Pendidikan Ners
Program Pendidikan Ners ini menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana
Keperawatan) dan Professional (Ners = “First professional Degree”)
dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan professional, serta
akuntabel untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar
(sampai dengan tingkat kerumitan tertentu) secara mandiri. Sebagai
perawat professional, yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
objektif klien dan melakukan supervise praktik keperawatan yang
dilakukan oleh perawat professional pemula (D-III Keperawatan).
Selain itu, mereka dituntut untuk memiliki kemampuan meningkatkan
mutu asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) keperawatan yang maju secara tepat guna,
serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan
penerapan yang sederhana.
Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh
dari pada lulusan D-III Keperawatan serta memiliki landasan
keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagai pendidikan
profesi. Tetapi, untuk lulusan S1 Keperawatan tanpa mengikuti profesi
Ners, adalah orang yang berkemampuan akademik sebagai serjana
keperawatan tetapi tidak memiliki kewenangan melakukan praktik
keperawatan atau melakukan kegiatan pada bidang non keperawatan.
Sedangkan lulusan Sarjana keperawatan + Ners adalah seseorang
tenaga profesional berkemampuan dan berwenang melakukan
pekerjaan dibidang pelayanan dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan kesehatan.
Tujuan pendidikan Ners adalah menciptakan lulusan yang mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap keperawatan profesional yang
mampu :
a) Melaksanakan profesi keperawatan secara akuntabel dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan sesuai kebijaksanaan umum pemerintah
yang berlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan dan/atau asuhan
keperawatan dasar hingga tingkat kerumitan tertentu secara mandiri
kepada individu, keluarga dan komunitas berdasarkan kaidah-
kaidah keperawatan.
b) Mengelola pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar secara
bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan.
c) Mengelola kegiatan penelitian keperawatan dasar dan terapan yang
sederhana dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk meningkatkan mutu
dan jangkauan pelayanan/asuhan keperawatan.
d) Berperan serta secara aktif dalam mendidik dan melatih calon
perawat dan tenaga keperawatan, serta furut berperan dalam
berbagai program pendidikan tenaga kesehatan lain.
e) Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan
kemampuan profesional.
f) Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang
sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya.
g) Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif,
terbuka untuk menerima perubahan dan berorientasi pada masa
depan
III. Program Pascasarjana Keperawatan
Program magister keperawatan ini menghasilkan perawat
ilmuwandengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuwan
keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan mempunyai
kemampuan berikut ini :
1) Meningkatkat pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan
pengembangan.
2) Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya.
3) Mengembangkan penampilannya dalam spectrum yang lebih luas
dengan mengkaitkan ilmu/profesi serupa.
4) Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah
masyarakat dengan cara penalaran ilmiah (Keputusan Mendikbud
No.056/U/1994-pasal 2 ayat 3).
Tujuan program pascasarjana ini adalah menghasilkan lulusan
yangmampu :
a) Mengembangkan.dan menerapkan ilmu dan teknologi
keperawatan sesuai bidang spesialisasi melalui kegiatan
penelitian.
b) Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan
kemampuan profesional melalui upaya peningkatan kemampuan
lulusan sesuai bidang spesialisasi.
c) Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif,
dan terbuka untuk menerima perubahan, sehingga dapat
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh guna
meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
4. Trend Issue Pelayanan Keperawatan
i. Aplikasi pendidikan perawat ke masyarakat
Dalam jurnal Aarabi, et all (2015) menyebutkan bahwa pendidikan
keperawatan di Iran meningkatkan partisipasi perawat dalam
professional decision, dibutuhkan perawat yang terdidik dengan baik
dan terlatih untuk berhubungan dengan komunitas dan berhadapan
langsung dengan pasien. Dalam pengembangannya, Iran membuat
keputusan untuk melatih mahasiswa Sarjana, menghadapi tantagan
untuk perawat PhD dan menghadapi deficit pendidikan keperawatan
secara umum.
Kemudian membuat kurikulum yang komprehensif pada program PhD,
mengembangkan attitude perawat PhD, dan performa perawat PhD.
Amstrong & Rispel (2015) juga menjelaskan bahwa akuntabilitas sosial
merupakan komponen penting untu transformasi pendidikan, harus
memperhatikan isu pemerintah, tanggung jawab terhadap kurikulum,
kesiapan pendidik, dan kesiapan siswa.
Isu dan masalah terkait perkembangan profesi keperawatan Indonesia
adalah distribusi yang belum merata, jumlah perawat tinggi namun rasio
perawat disbanding jumlah penduduk sebagian besar wilayah Indonesia
belum memenuhi target Renstra Kesehatan, selain itu jumlah perawat
ahli dan spesialis masih relative kecil, melainkan paling banyak adalah
perawat vokasi dan perawat yang bekerja dengan menggunakan STR
hanya sebesar 41,8% (Infodatin, 2017).
ii. Level pendidikan Keperawatan di Dunia
Pendidikan keperawatan secara global mayoritas adalah pendidikan
Sarjana untuk level terendah. Seperti dalam jurnal Simunovic (2010)
menyebutkan bahwa tiga siklus pendidikan keperawatan untuk mendidik
generasi perawat professional yang safe, competent, dan beretika. Tiga
level pendidikan, yaitu basic education (bachelor’s level) merupakan
program sarjana yang harus memberikan dasar yang sama untuk para
mahasiswa. Kemudian level pendidikan kedua yaitu master’s degree
(program magister) yang dirancang untuk professional kesehatan yang
berencana untuk berpartisipasi di organisasi, menejemen, dan
pengawasan proses keperawatan.
Dan level pendidikan keperawatan ketiga adalah doctoral degree
(program doktor) untuk mrningkatkan kemampuan siswa untuk terlibat
dalam pengajaran dan penelitian. Sedangkan kondisi di Indonesia,
jenjang pendidikan yang lebih sering berhadapan lansung dengan
masyarakat adalah level vokasi, dimana skill atau keterampilan lebih
diutamakan. Dan jumlah institusi maupun mahasiswa yang terjun di
masyarakat paling banyak adalah perawat vokasi. Sehingga persepsi
maupun realisasi pelayanan asuhan keperawatan professional di
Indonesia belum begitu terlihat. Berdasarkan klasifikasi pendidikan,
perawat yang berada di Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah 77,56%
perawat non ners (lulusan D3), 10,84% perawat ners, 5,17% perawat
lulusan SPK, dan 6,42% perawat spesialis (Infodatin, 2017).
iii. Kolaborasi dalam pendidikan keperawatan
Evaluasi pendidikan komprehensif memerlukan partisipasi, keterlibatan,
dan kolaborasi antara Dewan Perawat, kantor menteri keperawatan,
fakultas keperawatan, dan Organisasi Keperawatan. Dengan demikian,
perlu untuk lebih menentukan sistem evaluasi, kebijakan, pendekatan,
metode, dan prosedur evaluasi pendidikan saat ini (Khodaveisi,
Pazargadhi, Bimoradi, et all. 2012).
Sedangkan kondisi di Indonesia evaluasi pembelajaran merupakan hasil
belajar mahasiswa yang dievaluasi secara berkala meliputi struktur,
proses, hasil, berdasarkan capaian kompetensi. Kemudian hasil evaluasi
dijadikan sebagai acuan pengembangan bagi mahasiswa, program
pendidikan, dan penentuan beban studi selanjutnya. Evaluasi dilakukan
oleh pendidik (Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2012).
Untuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi kesehatan dinilai
berdasarkan system akreditasi, penjaminan mutu lulusan melalui system
uji Kompetensi (Sailah, 2012).
iv. Lulusan Perawat yang mampu bersaing Global
Masalah yang sering dihadapi dan menjadi tinjauan public adalah
masalah yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia. Kurangnya
kemampuan bahasa oleh perawat Indonesia menyebabkan kualitas
perawat Indonesia masih lemah apabila disandingkan dengan perawat
Internasional (Komarudin, 2012). Menurut Zurn et all (2002) dalam
artikelnya mengatakan bahwa ada ketidakseimbangan tenaga kesehatan.
Terutama tenaga perawat, yang sejak tahun 1915 di dunia terdapat
ketidakseimbangan jumlah perawat disbanding dengan kebutuhan
pelayanan kesehatan negara-negara Asean yang mampu menekspor
tenaga professional adalah mayoritas dari Filipin dan Singapura. Ini
seharusnya memberi peluang bekerja bagi perawat Indonesia, namun
kenyataannya perawat kita tidak mampu bersaing dengan perawat di
negeri lain. Hal ini disebabkan kesulitan berbahasa Inggris sebagai
bahasa komunikasi Internasional.

5. Ide Ide/ Gagasan Dalam Pelayanan Keperawatan Di Bidang Pendidikan


a. Seluruh stakeholder keperawatan di Indonesia, baik di lingkup akademik maupun
klinik mendukung dang mendesak agar pengaplikasian UU Keperawatan tahun
2014 berjalan lancar agar pelayanan keperawatan yang sah dan professional bisa
berkembang dan ikut berperan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Termasuk perihal pengembangan praktik mandiri keperawatan yang sampai
sekarang ini masih pada tahap proses perizinan dan aturan (legalitas).
b. Perlu adanya pemaksimalan program profesi seperti di pendidikan keperawatan,
pelayanan, dan riset keperawatan (empowering dan strengthening). Sehingga
dalam kehidupan sehari-hari pun para pelaku professional keperawatan mampu
menunjukkan sikap dan perilaku professional, terutama dalam memberikan asuha
keperawatan kepada masyarakat. Selain itu, bagi perawat akademisi maupun
praktisi perlu melanjutkan pendidikan, baik pendidikankeperawatan formal
maupun non formal karena pendidikan akan mampu mengembangkan kemapuan
berfikir kritis dan professional desicion.
c. Pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap system pendidikan lebih
komprehensif dengan melibatkan organisasi keperawatan dalam hal ini PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
d. Mengembangkan kurikulum di pendidikan dengan memasukkan beban kuliah
Bahasa Inggris, sebagai mata kuliah wajib.

Anda mungkin juga menyukai