Anda di halaman 1dari 6

1.

Gangguan Jiwa adalah Kondisi yang Jarang Terjadi

Gangguan Jiwa adalah Kondisi yang Jarang Terjadi

Hal ini jelas keliru. Satu dari lima orang Amerika mengalami masalah kesehatan jiwa.
Lalu, 1 dari 10 orang dewasa muda pun mengalami periode depresi. 

Selain itu, 1 dari 25 orang Amerika terdiagnosis gangguan jiwa berat,


seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Kejadian depresi dan bunuh diri bahkan
terus bertambah. 

Data di atas menunjukkan, gangguan jiwa sangat sering terjadi dan bisa dialami
siapa pun.

2. Pola Asuh Buruk Menyebabkan Gangguan Jiwa


Tidak ada satu faktor yang benar-benar menjadi penyebab langsung dari gangguan
jiwa. 

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi kompleks yang disebabkan oleh berbagai
faktor. Mulai dari genetik, biologi, lingkungan, pengalaman hidup, dan sebagainya.

Artikel Lainnya: Jenis-jenis Gangguan Jiwa yang Perlu Anda Ketahui

3. Anak-Anak Tidak Akan Mengalami Gangguan


Jiwa
Studi menunjukkan, 1 dari 5 anak usia 13-18 tahun mengalami gangguan jiwa.
Sebagian besar mulai menunjukkan gejala di usia 14 tahun. 

Sayangnya, mitos gangguan jiwa ini membuat gangguan mental pada anak dan
remaja luput dari diagnosis dini. Akibatnya, tidak dapat penanganan yang tepat dan
optimal.

2 dari 6 halaman
4. Gangguan Jiwa Tidak Nyata, Penderita Hanya Pura-
pura

Gangguan Jiwa Tidak Nyata, Penderita Hanya Pura-pura

Seorang penderita skizofrenia yang mengalami halusinasi auditorik akan


mengatakan bahwa ia benar-benar mendengar suara-suara tertentu. 

Sekali pun bagi orang di sekitarnya hal itu terdengar tidak masuk akal, bukan berarti
penderitanya sedang berpura-pura.

Bagi penderita, suara tersebut terdengar sangat nyata. Para pakar meyakini, gejala
tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah. 

Itu sebabnya, sampai saat ini berbagai penelitian terus dilakukan untuk mengungkap
kondisi tersebut.

Artikel Lainnya: Depresi, Lebih dari Sekadar Gangguan Kesehatan Mental

5. Orang yang Pribadinya Lemah Akan Mengalami


Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa tidak ada hubungannya dengan kelemahan karakter atau pribadi
seseorang. 
Pekerjaan penuh tantangan, masalah keluarga, dan pengalaman menjadi korban
kekerasan memang bisa membuat seseorang lebih rentan. Namun, tidak berarti pasti
mengalami gangguan jiwa.

Pengalaman hidup hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa. Ingat, siapa pun dapat mengalami gangguan jiwa.

3 dari 6 halaman

6. Gangguan Jiwa Berhubungan dengan Kurang Iman


atau Ibadah

Gangguan Jiwa Berhubungan dengan Kurang Iman atau Ibadah

Serupa dengan mitos sebelumnya, gangguan jiwa sering kali dikaitkan dengan ranah
keimanan seseorang. 

Meski ibadah memang menjadi salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan jiwa
dan membantu kesehatan mental, kurang beriman atau beribadah tidak selalu
menjadi penyebab gangguan jiwa pada seseorang.
Adanya anggapan ini dari masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa justru dapat
memperburuk kondisi mental penderita. 

Artikel Lainnya: Kesehatan Mental Anak Sejak Dini Harus Diperhatikan, Ini


Alasannya!

7. Penderita Gangguan Jiwa Berbahaya Karena


Berisiko Lakukan Kekerasan
Penderita gangguan jiwa memang dapat melakukan hal tidak terduga seperti
kekerasan. Namun, tidak berarti gangguan mental pasti akan melakukan hal
tersebut. 

Faktanya, penderita gangguan jiwa justru lebih sering menjadi korban kekerasan.
Data menyebutkan, orang dengan gangguan jiwa berisiko sepuluh kali lebih besar
untuk menjadi korban kekerasan di masyarakat.

4 dari 6 halaman

8. Gangguan Jiwa Tidak Dapat Disembuhkan

Gangguan Jiwa Tidak Dapat Disembuhkan

Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Saat ini sudah tersedia banyak
metode terapi untuk menangani gangguan jiwa. 

Gejala-gejala gangguan jiwa dapat ditekan. Penderitanya pun tetap dapat


beraktivitas sebagaimana orang pada umumnya.

Penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis yang kompeten dalam


menghadapi masalah kesehatan mental atau gangguan jiwa. 

Akan lebih baik lagi bila saat proses konsultasi, penderita ditemani oleh kerabat yang
dipercaya dan dapat memberi dukungan selama proses pengobatan.

Artikel Lainnya: Pengangguran Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental?

9. Psikoterapi Tidak Ada Gunanya


Banyak orang beranggapan, gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup. Lalu,
psikoterapi dan konseling tidak ada gunanya alias hanya buang-buang waktu dan
uang. Nah, mitos ini tidaklah benar.

Ada berbagai metode terapi dalam tatalaksana gangguan jiwa. Hal ini termasuk
konseling di samping kerabat atau support system dan bentuk psikoterapi lainnya. 

Bahkan, terapi lain seperti terapi okupasi untuk membantu penderita gangguan jiwa
agar dapat bekerja bersama masyarakat umum juga dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita.

Artikel Lainnya: Terus Semangat, Ini Cara Mendampingi Pasangan dengan


Gangguan Mental

5 dari 6 halaman

10. Hanya Penderita yang Tidak Punya Kerabat yang


Butuh Terapi

Ada anggapan, mereka yang memiliki banyak kerabat atau kawan tidak akan
mengalami gangguan jiwa. Lalu, gangguan jiwa hanya akan dialami mereka yang
kesepian atau sebatang kara. 

Mitosnya pun semakin berkembang – jika penderita gangguan jiwa memiliki teman
dan keluarga untuk mengobrol, maka tidak perlu konsultasi ke tenaga medis.

Hal ini sangat keliru dan menyesatkan. 

Memiliki support system yang baik memang dapat meningkatkan keberhasilan terapi


gangguan jiwa. 

Namun, berbincang santai dengan kerabat dan teman berbeda dengan wawancara
medis mendalam dengan tenaga medis kompeten, yang pasti lebih objektif dalam
percakapan.

Itu dia beberapa mitos seputar gangguan jiwa yang tak perlu Anda percaya. Jangan
sampai tertipu oleh mitos di masyarakat dan mengucilkan penderita gangguan jiwa
serta keluarganya. 

Anda mungkin juga menyukai