Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

SINDROME DOWN
(Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak III)

Dosen Pengampu:

Dibuat oleh :

Khaira Agusda Dasril 1911313044

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah “Sindrome
Down” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari
segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya,
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya.

Padang , 11 September2021

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Pengertian Sindrome Touretta..........................................................................................5
2.2 Kriteria Diagnostik Tic’s DSM-IV...................................................................................5
2.3 Frekuensi & Durasi Tic’s.................................................................................................5
2.4 Prognosis dan Perjalanan penyakit Tic’s..........................................................................6
2.5 Etiologi.............................................................................................................................6
2.6 Patofisiologi......................................................................................................................7
2.7 Manifestasi Klinis.............................................................................................................7
2.8 Penatalaksanaan Medis.....................................................................................................8
2.9 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................................9
BAB III ANALISIS KASUS................................................................................12
BAB IV PENUTUP..............................................................................................22
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................22
4.2 Saran...............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Down syndrome merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi
pada manusia. Diperkirakan 20% anak dengan down syndrome dilahirkan oleh ibu yang berusia
diatas 35 tahun, 95% kasus down syndrome disebabkan oleh kelebihan kromosom, 30% ibu
yang melahirkan anak down syndrome pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi
konsepsi, 44% anak down syndrome hidup sampai 60 tahun dan hanya 14% hidup sampai 68
tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada anak down syndrome
mengakibatkan 80% kematian, dan meningkatnya resiko terkena leukemia pada down
syndrome adalah 15 kali dari populasi normal, penyakit Alzheimer yang lebih dini akan
menurunkan harapan hidup anak down syndrome setelah umur 44 tahun ( Anonim,2011 ).
Anak down syndrome akan mengalami ganguan pertumbuhan pada masa bayi dan sekitar 70-
80 % anak yang lahir dengan down syndrome biasanya disertai dengan kelainan kongenital
seperti Malformasi anorektal.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini, yaitu :

a) Untuk mengetahui apa itu sindrom down dan tinjauan lain mengenai
sindrom down
b) Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis sindrom down
c) Untuk menganalisis studi kasus asuhan keperawatan sindrom down
d) Untuk menelaah atau mereview jurnal berkaitan dengan sindrom down

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
2.1 Pengertian Sindrome Down
Down Syndrome adalah kelainan kogenital yang disebabkan oleh kerusakan
kromosomal yang ditandai dengan retardasi mental dan bentuk fisik yang unik yang disebut
Mongoloid Idiots. Sindrom Down (SD) merupakan suatu kelainan genetik yang paling sering
terjadi dan paling mudah diidentifikasi. SD atau yang lebih dikenal sebagai kelainan genetik
trisomi, di mana terdapat tambahan kromosom pada kromosom 21. Kromosom ekstra
tersebut menyebabkan jumlah protein tertentu juga berlebih sehingga mengganggu
pertumbuhan normal dari tubuh dan menyebabkan perubahan perkembangan otak yang
sudah tertata sebelumnya. Selain itu, kelainan tersebut dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan fisik, ketidakmampuan belajar, penyakit jantung, bahkan kanker
darah/leukemia. Kelainan ini sama sekali tidak berhubungan dengan ras, negara, agama,
maupun status sosial ekonomi.

2.2 Etiologi
Sindrom Down biasanya disebabkan karena kegagalan dalam pembelahan sel atau
disebut nondisjunction. Tidak diketahui mengapa hal ini dapat terjadi. Namun, diketahui
bahwa kegagalan dalam pembelahan sel ini terjadi pada saat pembuahan dan tidak berkaitan
dengan apa yang dilakukan ibu selama kehamilan. Pada sindrom Down, trisomi 21 dapat
terjadi tidak hanya pada saat meiosis pada waktu pembentukan gamet, tetapi juga dapat
terjadi saat mitosis awal dalam perkembangan zigot. Oosit primer yang perkembangannya
terhenti pada saat profase meiosis I tidak berubah pada tahap tersebut sampai terjadi ovulasi.
Diantara waktu tersebut, oosit mengalami nondisjunction.

Penyebab dari Down Syndrome adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada
kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinankemungkinan :

a) Non disjungtion (pembentukan gametosit)


1) Genetik Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
epidemiologi pada kelurga yang memiliki riwayat down Syndrome akan
terjadi peningkatan resiko pada keturunannya.
2) Radiasi Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh
kembang anak karangan Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu
yang melahirkan anak dengan down Syndrome adalah ibu yang pernah
mengalami radiasi pada daerah perut, Sehingga dapat terjadi mutasi gen.
3) Infeksi Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini
belum ada ahli yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom
down ini.
4) Autoimun Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh
kembang anak karangan Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan

5
adanya perbedaan antibodi ibu yang melahirkan anak dengan sindrom
down dengan anak yang normal.
5) Usia ibu Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini
disebabkan karena penurunan beberapa hormon yang berperan dalam
pembentukan janin, termasuk hormon LH dan FSH.
6) Ayah Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus
penambahan kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak
setinggi dengan faktor dari ibu.
b) Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi
kromosom 21 dan 15.
c) Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan
kesalahan DNA menuju ke RNA.
d) Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan.
e) Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat berdampak pada
janin.

2.3 Patofisiologi
Semua individu dengan sindrom down memiliki tiga salinan kromosom 21. sekitar 95%
memiliki salinan kromosom 21 saja. Sekitar 1 % individu bersifat mosaic dengan beberapa sel
normal. Sekitar 4 % penderita sindrom dowm mengalami translokasi pada kromosom 21.
Kebanyakan translokasi yang mengakibatkan sindrom down merupakan gabungan pada
sentromer antara kromosom 13, 14, 15. jika suatu translokasi berhasil diidentifikasi,
pemeriksaan pada orang tua harus dilakukan untuk mengidentifikasi individu normal dengan
resiko tinggi mendapatkan anak abnormal.

Gen yang mungkin terlibat dalam terjadinya sindroma Down meliputi :

a. Superoxide Dismustase (SOD1) – overekspresi yang menyebabkan penuaan dini


dan menurunnya fungsi sitem imun. Gen ini berperan dalam demensia tipe
Alzheimer.
b. COL6A1 – overekspresi yang menyebabkan cacat jantung
c. ETS2 – overekspresi yang menyebabkan kelainan tulang (abnormalitas skeletal).
d. CAF1A – overekspresi yang dapat merusak sintesis DNA.
e. Cystathione Beta Synthase (CBS) – overekspresi yang menyebabkan gangguan
metabolisme dan perbaikan DNA
f. DYRK – overekspresi yang menyebabkan retardasi mental.
g. CRYA1 – overekspresi yang menyebabkan katarak
h. GART – overekspresi yang menyebabkan gangguan sintesis dan perbaikan DNA.
i. IFNAR – gen yang mengekspresikan interferon, overekspresi yang dapat
mengganggu sistem kekebalan tubuh dan sistem organ lainnya.

Gen lainnya yang mungkin juga terlibat, diantaranya APP, GLUR5, S100B, TAM, PFKL,
dan beberapa gen lainnya. Sekali lagi, penting untuk diketahui bahwa belum ada gen yang
sepenuhnya terkait dengan setiap karakteristik yang berhubungan dengan sindroma Down

6
WOC Sindrom Down

2.4 komoplikasi
a. Kelainan jantung.
Sekitar setengah dari jumlah anak Down Syndrome di dunia terlahir dengan Penyakit
Jantung Bawaan. Komplikasi jantung ini sangat berdampak seumur hidup atau bahkan
harus ditangani dan membutuhkan operasi saat masih bayi.
b. Kelainan saluran pencernaan.
Kelainan saluran pencernaan ini dapat terjadi pada beberapa anak Down Syndrome
dan dapat terjadi pada usu, kerongkongan, trakea dan anus. Risiko terjadinya
penyumbatan, penyempitan kerongkongan dan penyakit Celiac juga meningkat.
c. Kelainan imunitas.
Dikarenakan sistem imun pada anak Down Syndrome tidak normal, terdapat risiko
besar akan terjadinya kanker dan penyakit infeksius lainnya, salah satunya Pneumonia.
d. Sleep apnea.

7
Dikarenakan jaringan lunak dan obstruksi tulang pada bagian pernapasan atas pada
anak Down Syndrome tidak terbentuk sempurna besar risiko terjadinya sleep apnea
saat anak-anak hingga dewasa.
e. Obesitas.
Anak dengan Down Syndrome memiliki resiko besar mengalami obesitas dibandingkan
anak normal. Masalah sistem syaraf pusat. Beberapa anak Down Syndrome memiliki
kelainan pada 2 ruas tulang belakangnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko akan
kejadian serius yang mengenai sistem syaraf pusat akibat overextension pada leher.
f. Leukemia.
Anak-anak dengan Down Syndrome memiliki risiko lebih tinggi mengalami leukemia
atau kanker darah dibandingkan anak normal.
g. Dementia.
Penyandang Down Syndrome memiliki risiko tinggi mengalami dementia. Tanda dan
gejala mungkin dimulai sejak umur 50 tahun, dan dapat merujuk kepada kejadian
Alzheimer.
h. Penyakit lain.
Penyandang Down Syndrome juga dapat mengalami masalah kesehatan yang lain
seperti masalah endokrin atau hormone, masalah kesehatan gigi, infeksi telinga,
kejang, masalah pendengaran dan masalah penglihatan (Mayo Clinic, 2018).
2.5 Manifestasi klinis
Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit Down Syndrome pada umumnya
kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan Down Syndrome ini lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita Down Syndrome memiliki
penampilan yang khas:

1) Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya
mendatar (sutura sagitalis terpisah).
2) Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak mata
berlipat-lipat (lipatan epikantus) serta jarak pupil yang lebar.
3) Kepalanya lebih kecil daripada normal. (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal
serta Leher pendek dan besar
4) Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease (kelainan
jantung bawaan). kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat
meninggal dengan cepat.
5) Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal dan kerap
terjulur serta mulut yang selalu terbuka.

8
6) Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali
hanya memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Tapak tangan ada hanya
satu lipatan
7) Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar
8) Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung ke dalam (Plantar
Crease).
9) Telinganya kecil dan terletak lebih rendah
10) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita Down
Syndrome tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang dewasa)
11) Keterbelakangan mental.
12) Hiper fleksibilitas.
13) Bentuk palatum yang tidak normal
14) Kelemahan otot

Namun tidak semua ciri – ciri di atas terpenuhi pada penderita Down Syndrome,
berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit Down Syndrome juga dapat mengukir
prestasi seperti kebanyakan orang yang lain

2.6 Pemeriksaan diagnostik


Nuchal Translucency Ultrasound (NTU). Tes ini dilakukan pada kehamilan usia 10 – 13
minggu. Adapun tes ini dilakukan dengan menggunakan ultrasonografi (USG) guna mengukur
seberapa dalam cairan dalam tulang belakang leher bayi. Tes ini dapat mendeteksi kejadian
kelainan kromosom, termasuk Down Syndrome. Biasanya akan dilakukan juga tes khusus pada
darah ibu untuk hasil yang lebih akurat.
Chorionic Villus Sampling (CVS). Tes ini dilakukan pada kehamilan usia 11 – 12 minggu.
Adapun tes ini dilakukan dengan memasukkan pipa berukuran sangat kecil ke dalam rahim ibu
untuk mendapatkan sedikit jaringan sel pada plasenta. Pemeriksaan pada jaringan sel kecil
yang sudah di dapatkan ini akan menunjukkan apakah ada kejadian kelainan kromosom pada
janin. Perlu diperhatikan, bahwa tes ini memiliki risiko menyebabkan keguguran dengan
persentase 1%.
Amniocentesis. Tes ini dilakukan ada kehamilan berusia 15 – 19 tahun minggu. Adapun
tes ini dilakukan dengan memasukkan jarum berukuran kecil ke rahim ibu untuk mengambil
sebagian kecil air ketuban yang menyelimuti janin. Pemeriksaan dari air ketuban tersebut yang
akan menunjukkan apakah ada kejadian Down Syndrome atau tidak. Perlu diperhatikan
bahwa, tes ini juga memiliki risiko menyebabkan keguguran dengan persentase >1%

2.8 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Down syndrome dilakukan dengan pemberian medikamentosa


dan pembedahan untuk penyakit komorbid, serta terapi suportif. Tata laksana ini

9
bertujuan untuk mencegah mortalitas serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pemeriksaan dan skrining berkala untuk deteksi dini kelainan seperti gangguan saluran
pernapasan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan sebagai bagian dari
penatalaksanaan Down syndrome.
Terapi medikamentosa spesifik diberikan untuk menangani penyakit komorbid  yang
ditemukan pada pasien Down syndrome, misalnya pemberian hormon tiroid pada
pasien Down syndrome dengan hipotiroidisme. Pengawasan terhadap respons terapi
obat dan efek samping obat harus dilakukan karena terdapat perbedaan farmakoterapi
pada pasien Down syndrome dengan orang normal. Contohnya adalah pengawasan
terhadap risiko toksisitas yang lebih besar pada pasien Down syndrome yang mendapat
methotrexate untuk pengobatan leukemia.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Tujuan
pengkajian adalah memberikan suatu gambaran yang terus menerus mengenai
kesehatan klien.Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses
dinamis tiga ktivitas dasar yaitu: Pertama mengumpulkan data secara sistematis;
kedua memilah dan mengatur data yang dikumpulkan dan ketiga
mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali (Asmadi,
2008). Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahliankeahlian (skill) seperti
wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi.Hasil pengumpulan data kemudian
diklasifikasikan dalam data subjektif dan objektif. Data subjektif merupakan
ungkapan atau persepsi yang dikemukakan oleh pasien. Data objektif merupakan
data yang didapat dari hasil observasi, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Ada
beberapa cara pengelompokan data, yaitu berdasarkan sistem tubuh,berdasarkan
kebutuhan dasar (Maslow),berdasarkan teori keperawatan, berdasarkan pola
kesehatan fungsional. Pengumpulan data bisa digunakan dengan menggunakan
metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi dari catatan
medis, status klien dan hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan
radiologi. Pemeriksaan fisika dalah cara pengumpulan data melalui inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Inspeksi didefinisikan sebagai kegiatan melihat
atau memperhatikan secara seksama status kesehatan klien seperti inspeksi
kesimetrisan pergerakan dinding dada,penggunaan otot bantu napas, inspeksi

10
dan lesi pada kulit dan sebagainya. Palpasi adalah jenis pemeriksaan dengan cara
meraba atau merasakan kulit klien. Auskultasi adalah cara pemeriksaan fisik
dengan menggunakan stetoskop yang memungkinkan pemeriksa mendengar
bunyi yang keluar dari rongga tubuh klien. Perkusi adalah pemeriksaan fisik
dengan cara mengetuk secara pelan jari tengah menggunakan jari yang lain
untuk menentukan posisi, ukuran, dan konsistensi struktur suatu organ tubuh
(Asmadi, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya.
Diagnosa keperawatan menurut (Alif, 2007) pada anak dengan down syndrome
adalah sebagaiberikut:
1. keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
ketunadayaan fisik
a. NOC : Growth and development delayed
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan dasar
pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Anak berfungsi optimal sesuai usia.
2) Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap
tantangan karena adanya ketidakmampuan
3) Keluarga mampu mendapatkan sumber – sumber sarana
komunitas.
b. NIC : Peningkatan dan perkembangan anak dan remaja
1) Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak.
2) Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk
menfasilitasi perkembangan anak yang optimal.
3) Berikan perawatan yang konsisten
4) Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil.
5) Berikan instruksi berulang dan sederhana

11
6) Berikan reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai
anak.
7) Dorong anak melakukan perawatam sendiri.

2. resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan


sekunder.
a. NOC : Knowledge : Infection Control
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi
( terkontrol ).
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
3) Jumlah leukosit dalam batas normal
4) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Skala :
a. Tidak pernah menunjukkan
b. Jarang menunjukkan
c. Kadang menunjukkan
d. Sering menunjukkan
e. Selalu menunjukkan
b. NIC : Infection Control
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
2) Pertahankan teknik isolasi.
3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
5) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
6) Gunakan baju, sarung tangan sebagai pelindung.
7) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat.
8) Gantikan letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum.
9) Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing.

12
3. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan
a. NOC : Nutrient Status : Nutrient Intake
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1). Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan.
2). Berat badan ideal sesuai dengan tujuan.
3). Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
4). Tidak ada tanda – tanda malnutrisi.
5). Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
6). Tidak terjadi penurunan yang berarti.
b. NIC : Nutrient management
1). Kaji adanya alergi makanan
2). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dari
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3). Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake.
4). Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
5). Berikan Substansi gula.
6). Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
7). Berikan makanan yang terpilih.
8). Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
9). Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
4. Defisiensi pengetahuan ( orang tua ) berhubungan dengan perawatan
anak down syndrome
a. NOC : keterbatasan kognitif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Orangtua memahami penyakit yang di derita anaknya.
Kreteria Hasil :

13
1). Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,kondisi,
prognosis, program pengobatan.
2). Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
3). Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
b. NIC : Knowledge : Disease Process
1). Berikan penilaian pengetahuan orang tua tentang proses penyakit
yang spesifik.
2). Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat.
3). Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat.
4). Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
5). Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat.
6). Hindari jaminan yang kosong.
7). Diskusikan pilihan terapi atau penangan.
8). Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapat second
opinion dengan cara yang tepat atau di indikasikan.

3. Implementasi
Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Pelaksanaan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal. Tahap pelaksanaan merupakan bentuk tindakan yang
direncanakan sebelumnya dan disesuaikan dengan waktu pelaksanaan tindakan
(Doenges, 2002).
4.Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil dari keseluruhan tindakan keperawatan yang dilakukan,
ditulis dalam catatan perkembangan yang berfungsi untuk mendokumentasikan keadaan
pasien baik berupa keberhasilan maupun ketidakberhasilan yang dilihat berdasarkan
masalah yang ada.

14
BAB III
ANALISIS KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Sindrome Tourette


seorang laki-laki Tn A umur 48 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan tidak dapat
mengontrol gerakan tangannya sendiri, sering merasa moodnya tidak terkontrol seperti
sering marah-marah tanpa sebab, berdehem, selalu menggoyang tangan dan kaki, latah,
berucap sering berulang-ulang, tn A juga mengeluh susah tidur tenang. Hal ini sudah
sangat mengganggu kehidupannya. Tn Mengeluh kejadian ini sudah berlangsung 1
tahun terakhir. sehingga 3 hari terakhir sudah semakin sering dirasakan dan tidak bisa
mengontrolnya. Hasil pemerksaan Tn A didiagnosa mengalami sindrome tourite. Saat
ini doktermemberikan obat anti depresan dan anti kompulsive pada Tn A.
Pertanyaan
1. Berdasarkan kasus diatas jelaskan mekanisme terjadi sindrome tourette dengan
membuat woc. (munculkan dari penyebab sampai manifestasi dan komplikasi
dalam alurnya)
2. Buatlah 3 Askep yang dapat ditegakkan pada Tn A

A. Pengkajian Gordon
1. Identitas
a. IdentitasPasien
Nama : Tn. A
Umur : 48 tahun
Agama :Islam
JenisKelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku :Jawa
Alamat :Jalan kencana No.09
TanggalMasuk : 3 September 2021
Tanggal Pengkajian :3 September 2021

15
No.Register : 0017643868
DiagnosaMedis :Sindrome Tourette
b. Identitas PenanggungJawab
Nama : somat
Umur :23 tahun
Hub. Dengan Pasien : Anak kandung
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat :Jalan kencana No.09
2. StatusKesehatanPola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-
kultural- spiritual)
a. Pola persepsi dan manajemen
 Pasien merasa penyakitnya sangat mengganggu kehidupannya
b. Pola nutrisi metabolik
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit : Normal
c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit : Normal
2) BAK
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit : Normal
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas

Kemampuan 0 1 2 3 4
0:ma ndiri
Perawatan Diri
, 1: Makan dan minum √ Alat
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √

bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

16
2) Latihan
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit : Pasien juga mengeluh sulit mengontrol bagian tubuh
yang secara tiba-tiba bergerak, seperti tidak dapat mengontrol gerakan
tangannya sendiri,selalu menggoyang tangan dan kaki.
e. Pola kognitif dan persepsi
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit :
 Klien sering merasa moodnya tidak terkontrol seperti sering marah-marah
tanpa sebab, berdehem, dan berucap sering berulang-ulang
f. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terkaji
g. Pola tidur dan istirahat
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit : pasien mengeluh susah tidur tenang
h. Pola peran dan hubungan
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit : Normal
i. Pola seksual-reproduksi
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit : Normal
j. Pola toleransi stress - koping
 Klien merasa penyakitnya sangat menganggu kehidupannya
k. Pola nilai-kepercayaan
 Sebelum sakit : Normal
 Saat sakit : Normal
1. Pengkajian Fisik
 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: pasien mengeluh tidak dapat mengontrol gerakan tangannya
sendiri, sering merasa moodnya tidak terkontrol seperti sering marah-marah

17
tanpa sebab, berdehem, selalu menggoyang tangan dan kaki, latah, berucap
sering berulang-ulang, tn A juga mengeluh susah tidur tenang.

Tingkatkesadaran : komposmetis
GCS :Verbal: v Psikomotor: - Mata: -
b. Tanda-tanda Vital : TD; 120/80 mmHg, N: 80 kali/ menit, P : 20x/menit,
Suhu : 37o C
c. Keadaan fisik :
1. Kepala dan leher
a. Kepala : Normal
b. Leher : Normal
2. Dada:
a. Paru : Frekuensi nafas normal dan teratur , auskultasi paru
vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-).
b. Jantung : Bunyi jantung regular, murmur (-), gallop (-).
3. Payudara dan ketiak : -
4. Abdomen : Turgor kulit baik
5. Genitalia :-
6. Ekstermitas : Kekuatan otot superior 2/5, kekuatan otot inferior 2/5
a. Atas : Klien mengeluh selalu menggoyang tangan dan tidak
bisa dikontrol
b. Bawah : klien mengeluh selalu menggoyang kaki dan tidak bisa
dikontrol
7. Neurologis
a. Status mental dan emosional : sering merasa moodnya tidak
terkontrol seperti sering marah-marah tanpa sebab
b. Pemeriksaan refleks : terdapat motorik refleks atau
gerakkan yang terjadi secara tidak sadar.
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi : magnetic resonance imaging otak (MRI)

18
ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Pasien mengatakan Perubahan mood Ketidakefektifan Kontrol
sering marah-marah Impuls
tanpa sebabdan berucap
berulang-berulang
DO : Pasien tampak
marah tanpa sebab saat
perawat melakukan
pengkajian
DS : Pasien mengeluh Perubahan fungsi Risiko Cedera
tidak dapat mengontrol psikomotor
gerakan tangan dan
kakinya
DO : Pasien tampak
tidak dapat mengontrol
gerakan tangan dan
kakinya saat perawat
melakukan pengkajian.
DS : Pasien mengeluh Kendali komunikasi Hambatan interaksi sosial
sering berdehem, latah,
dan mengulang
pembicaraan
DO : Pasien terdengar
sering berucap berulang
ulang saat berbicra dan
latah

Diagnosa
1. Ketidakefektifan kontrol impuls b.d perubahan mood d.d sering marah tanpa
sebab dan berucap berulang-ulang
2. Resiko cedera b.d perubahan fungsi psikomotor tentang tidak dapat mengontrol
gerakan tangan dan kaki sendiri (3s)

19
3. Hambatan interaksi sosial b.d kendala komunikasi d.d sering berucap berulang-
berulang, berdeham, dan latah

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
Ketidakefektifan Kontrol diri terhadap Latihan kontrol impuls
kontrol impuls b.d impuls. Aktivitas :
perubahan mood Kriteria Hasil : - Pilih strategi pemecahan
d.d sering marah - Klien mengidentifikasi masalah yang tepat sesuai
tanpa sebab dan perilaku impulsif yang dengan tingkat
berucap berulang- berbahaya perkembangan pasien dan
ulang - Klien mengidentifikasi fungsi kognitif
perilaku yang mengarah - Gunakan rencana
pada tindakan impuisif modifikasi perilaku sesuai
- Klien mengidentifikasi kebutuhan untuk
konsekuensi dari tindakan mendukung strategi
impulsif pemecahan masalah yang
- Klien dapat menghindari sudah diajarkan
lingkungan beresiko - Bantu pasien
tinggi mengidentifikasi akibat
- Klien dapat menghindari dari suatu tindakan serta
situasi yang beresiko keuntungan/kerugiannya
tinggi - Bantu pasien memilih
- Klien dapat mengontrol tindakan yang paling
impuls secara konsisten menguntungkan
- Klien mendapatkan - Sediakan dukungan positif
bantuan ketika merasakan terhadap usaha yang
impuls berhasil
- Kliendapat - Sediakan kesempatan bagi
mempertahankankontrol pasien untuk
diri tanpa pengawasan mempraktikan pemecahan
masalah dalam lingkungan
yang terapeutik

20
Bantuan Kontrol Marah
Aktivitas :
- Bangun rasa percaya dan
hubungan yang dekat dan
harmonis dengan pasien
- Tentukan harapan
mengenai tingkah laku
yang tepat dalam
mengekspresikan marah
dengan cara yang adaptif
- Batasi akes terhadap
situasi yang membuat
frustasi
- Dukung pasien untuk
mencari bantuan dari staf
perawat selama terjadinya
periode peningkatan
ketegangan
- Cegah menyakiti secara
fisik jika marah diarahkan
pada diri atau orang lain
- Berikan pendidikan
mengenai metode untuk
mengatur pengalaman
emosi yang kuat
- Berikan obat-obatan oral
dengan cara yang tepat
Risiko cedera b.d Tingkat Cedera Pencegahan Cedera
perubahan fungsi Kriteria Hasil : Aktivitas :
psikomotor - Ketegangan otot - Identifikasi area
tentang tidak menurun lingkungan yang
dapat mengontrol - Agitasi menurun berpotensi

21
gerakan tangan - Iritabilitas menurun menyebabkan cedera
dan kaki sendiri - Pola tidur membaik - Identifikasi kesesuaian
alas kaki atau stoking
Koordinasi Pergerakan elastis pada ekstremitas
Kriteria Hasil : bawah
- Kontrol gerakan - Diskusikan mengenai
meningkat latihan dan terapi fisik
- Kemantapan gerakan yang diperlukan
meningkat - Tingkatkan frekuensi
- Gerakan dengan observas dan
waktu yang pengawasan pasien,
diinginkan meningkat sesuai kebutuhan

Hambatan Ketrampilan interaksi Modifikasi Perilaku :


interaksi sosial b.d sosial Kecakapan Sosial
kendala Kriteria Hasil: Kriteria hasil :
komunikasi d.d - Klien dapat - Bantu pasien untuk
sering berucap menggunakan perilaku mengidentifikasi masalah
berulang-berulang, asertif secara tepat dari kurangnya
berdeham, dan - Klien menunjukkan sikap keterampilan sosial
latah tenang - Dukung pasien untuk
- Klien tampak santai verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan masalah
Komunikasi interpersonal
Kriteria Hasil: - Bantu pasien untuk
- Klien tidak terganggu mengidentifikasi hasil
saat menggunakan bahasa yang diinginkan dalam
lisan suatu hubungan
- Klien tidak terganggu interpersonal dan situasi
saat mengarahkan pesan yang problematik
pada penerima yang tepat
- Klien tidak terganggu Peningkatan Komunikasi :
saat melakukan Kurang Bicara

22
pertukaran pesan yang Aktivitas :
akurat dengan orang lain - Monitor kecepatan bicara,
tekanan, kecepatan,
kuantitas, volume, dan
diksi
- Kenali emosi dan perilaku
fisik (pasien) sebagai
bentuk komunikasi mereka
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
kebisingan yang berlebihan
dan menurunkan distres
emosi (misalnya
pembatasan kunjungan dan
membatasi suara dari alat
yang berlebihan)

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sindrome Tourette adalah
gangguan saraf yang dibawa anak sejak baru lahir. Sindrom Tourette ditandai dengan
anak yang tidak bisa mengendalikan gerak-gerik tubuh dan ucapan yang terlontar dari
mulutnya (tics). Anak dengan kelainan bawaan ini bisa memunculkan pola gerakan pada
bagian tubuh mana saja, mulai dari wajah, tangan, atau kaki.

4.2 Saran
Serangan tics yang muncul secara tiba-tiba dan di luar kendali dapat membuat
klien merasa tidak percaya diri. Terutama saat mereka berada di tempat umum atau
berinteraksi dengan orang lain. Maka dari itu, dukungan moral dari orang-orang
terdekat sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri. Salah satu cara
meningkatkan kepercayaan klien dengan sindrom Tourette adalah dengan mendukung
kegiatan yang mereka sukai atau menarik perhatiannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kushner HI. Medical options: The case of the cursing marquise and the (re)construction
of Gilles de la Tourette Syndrome. Bulletin of the History of Medicine
1995;69:224–54.

Tourette G. Etude sur une a ection ner veuse caracaterisee par de l’incoordination
motrice accompagenee d’echolalie et de coprolalie. Archives de Neurologie
1885;9:19–42.

Walkup JT, Mink JW, Hollenbeck PJ. Advances in neurology: Tourette syndrome. First
edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2006

Anurogo,Dito. 2016. The Art ofMedicine. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tourette, F. S. (2014). FenomenologiSindrom Tourette. December 2016

Buku Bacaan Nanda, NIC, NOC


Buku BacaanSDKI, SIKI, SLKI

4. Walkup JT, Mink JW, Hollenbeck PJ.


Advances in neurology: Tourette syndrome.
First edition. Lippincott Williams & Wilkins.
2006
5.

25

Anda mungkin juga menyukai