DI
OLEH :
NAMA :
KELAS :
SMKN 1 TAKENGON
TAHUN 2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Puji serta syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang senantiasa memberi
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salamnya semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, serta orang-orang yang taat kepada ajarannya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangannya, baik dalam
penyusunan maupun dalam tutur bahasanya. Namun penulis tetap mengharapkan dan semoga
makalah ini dapat memberi manfaat pada semua yang berkepentingan, khususnya bagi
penulis sendiri.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan sebagai
landasan penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah yang sederhana ini mencapai
tujuan yang dimaksud dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amien
Yarabbaralamien.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Di dalam pembuatan makalah ini penulis mengambil sebuah judul “PRO
KONTRA UJIAN NASIONAL DI INDONESIA”. Dengan orientasi untuk
memberikan gambaran umum dari seputar dunia pendidikan di Indonesia itu sangat
luas maka penulis batasi dengan pembatasan sebagai berikut:
1) Bagaimana pengertian Ujian Nasional ?
2) Bagaimana peran dan fungsi Ujian Nasional?
3) Bagaimana jika Ujian Nasional menjadi salah satu kebutuhan?
4) Bagaimana dampak negatif dari Ujian Nasional?
5) Bagaimana solusi dari Ujian Nasional?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama penulisan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut :
1) Untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Akhir Semester mata kuliah Teknik
Penulisan Karya Ilmiah (TPKI).
2) Untuk mencoba kemampuan penulis sendiri membuat makalah dan untuk
memperoleh pengalaman.
3) Untuk memberikan gambaran tentang Ujian Nasional di Indonesia
4) Langkah-langkah Penulisan
BAB I
PEMBAHASAN
E. Solusi
Untuk menghindari pro dan kontra tentang perlu-tidaknya ada Ujian Nasional,
maka penulis menawarkan alternatuf solusi. Pertama, kembalikan fungsi Ujian
Nasional itu sebagai sekedar alat “pemetaan” (mapping) kualitas pendidikan, bukan
sebagai alat penentu kelulusan. Jadi, Ujian Nasional itu berfungsi seperti sistem
Ebtanas yang model dahulu. Artinya anak tetap mendapat STTB dan nilai Ebtanas
sebagai lampiran dari STTB tersebut. Ketika Ujian Nasional tidak dijadikan alat
penentu kelulusan, maka pelaksanaan Ujian Nasional di sekolah/madrasah jelas
cenderung akan lebih fair-play dan jujur karena tidak ada rasa khawatir peserta
didiknya tidak lulus. Kemudian yang menentukan lulus-tidaknya peserta didik,
diserahkan kepada sekolah/madrasah. Kedua, apabila Ujian Nasional itu tetap
dijadikan alat penentu kelulusan, maka agar Ujian Nasional itu lebih demokratis dan
adil, batas kelulusan (passing-grade) yang dijadikan patokan kelulusan itu jangan
hanya ada satu seperti sekarang, tapi paling tidak ada tiga tipologi /strata passing-
grade, misalnya : tipe A dinyatakan lulus dengan passing grade 5,1, tipe B lulus
dengan passing grade 4,1 dan tipe C lulus dengan passing grade 3,1. Dan sejak awal
pendaftaran Ujian Nasional peserta didik sudah mendaftar Ujian Nasional dengan
preferensi tipe /passing-grade yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Sekarang ini
kan tidak adil.
Sekolah/madrasah yang pinggiran, sekolah/madrasah yang gurunya belum
memenuhi standar, sekolah/madrasah yang sarprasnya sangat tidak memenuhi,
passing-grade-nya disamakan dengan sekolah yang sudah berstandar SSN. Dimana
letak keadilannya?. Apabila tiga tipologi passing-grade itu sejak awal sudah
ditawarkan kepada peserta didik yang akan melaksanakan Ujian Nasional berarti telah
ada keadilan dalam dunia pendidikan kita. Peserta didik yang mendapat nilai tinggi
tentu akan masuk ke sekolah-sekolah favorit- sementara yang nilainya rendah akan
memilih sekolah/madrasah yang sekiranya mau menerima dirinya sesuai dengan nilai
hasil Ujian Nasional/Nilai Ebtanas Murni yang dimilki.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Indonesia sudah mengalami beberapa kali perombakan berkenaan dengan sistem yang
digunakan dalam bidang pendidikan. Yang terakhir kurikulum yang digunakan dalam
system pendidikan nasional disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang secara substansi dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Kurikulum tingkat satuan
pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh tiap satuan pendidikan
dengan memasukkan pendidikan berbasis budaya lokal.
Ada yang bahagia karena berhasil lulus dan ada sekelompok kecil yang bersedih
karena tidak berhasil lulus. Yang lulus belum berarti mereka lebih pintar daripada yang
tidak lulus tidak mengindikasikan bahwa mereka lebih bodoh.
Satu hal lagi yang dilupakan oleh pemerintah adalah bahwa tidak semua siswa menjadi
lebih rajin dalam mempersiapkan menghadapi Ujian Nasional. Pemerintah mungkin lupa
akan adanya kecerdasan majemuk dan sifat para siswa yang memang sangat beragam.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Jawa Barat, Ginandjar Kartasasmita,
menyatakan menolak penyelenggaraan Ujian Nasional dengan alasan Ujian Nasional
mengurangi hak guru menilai prestasi siswanya selama belajar di sekolah tersebut.
Sedangkan Sofyan Yahya, anggota dewan DPD lainnya, menyayangkan sikap
pemerintah yang bersikeras melaksanakan Ujian Nasional meski sudah ada putusan
kasasi dari Mahkamah Agung (KOMPAS, 15 Desember 2009).
B. Saran-saran
Dari beberapa sumber yang saya baca, Ujian Nasional memang sangat dibutuhkan
karena dengan standar tersebut saya bisa termotivasi untuk lebih giat belajar untuk
mencapai hasil yang maksimal.
Sebaiknya Ujian Nasional, tidak perlu terus dinaikkan setiap tahunnya. Karena akan
membuat peserta didik menjadi sangat terbebani dengan nilai standarisasi itu. Upaya yang
harus lebih diperhatikan siswa dianjurkan sewaktu mengikuti kegiatan belajar tambahan
harus serius dan bersungguh-sungguh. Ujian Nasional sangat penting karena itu
merupakan barometer atau ukuran keberhasilan peserta didik sejauh mana siswa menyerap
atau menerima materi yang disampaikan pengajar, karena kalau peserta didik yang
berhasil menerima materi tersebut pasti lulus, tapi itu kembali pada pengajar dan yang
memberi materi tersebut. Selain mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sebaiknya
peserta didik dibekali keterampilan, agar peserta didik bisa mengembangkan
keterampilannya setelah keluar dari sekolahnya. Tidak harus yang mengeluarkan biaya
besar-besaran untuk mengadakan pendidikan keterampilan tersebut di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
http://anakhawa.blogspot.com/2009/12/ujian-nasional-sebagai-standar.html
http://edukasi.kompasiana.com/2009/11/22/ujian-nasional-dansertifikasi/
http://ngaliyanmetro.blogspot.com/2009/12/edisi-8-kejar-paket-solusi-tidak-lulus.html
harian KOMPAS, Selasa 15 Desember 2009
harian KOMPAS, Jumat 20 November 2009