Makalah Etika Bisnis Etika Lingkungan
Makalah Etika Bisnis Etika Lingkungan
DISUSUN OLEH :
DP-GAB
TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2016
1) Etika Ekologi
Unsur ini menyadarkan bahwa manusia bukanlah penguasa alam. Dalam hal
ini perlu diubah sikap manusia yang antroposentrik, yaitu menganggap bahwa
hanya dirinya yang pantas menerima pertimbangan moral. Akibatnya,
semuanya yang di luar manusia tidak berharga dan pantas dieksploitasi
tanpa kira-kira. Manusia harus menyadari adanya nilai intrinsik dalam tiap
unsur nonmanusia. Bagian-bagian lingkungan yang bukan manusia itu perlu
dijaga, tidak masalah apakah hal tersebut menguntungkan manusia atau
tidak.
1) Teori Antroposentrisme
Teori ini memandang manusia sebagai pusat dari system alam semesta.
Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan
dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam
kaitannya dengan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat perhatian
dan nilai sejauh menunjang kepentingan manusia. Bagi teori ini etika hanya
berlaku bagi manusia, segala tuntutan terhadap kewajiban dan tanggung
jawab moral manusia terhadap lingkungan hidup dianggap sesuatu yang
berlebihan, kalaupun ada itu semata-mata demi memenuhi
kepentingan sesama manusia.
Teori semacam ini dinilai bersifat instrumentalistik (karena menganggap pola
hubungan manusia dan alam dilihat hanya dalam relasi instrumental,
kalaupun peduli demi memenuhi kebutuhan manusia) dan egoistis (karena
hanya mengutamakan kepentingan manusia).
2) Teori Biosentrisme
Teori ini menganggap alam mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas
dari kepentingan manusia. Ciri etika ini adalah biocentric, karena
menganggap setiap kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai dan
berharga pada dirinya sendiri. Alam perlu diperlakukan secara moral terlepas
dari apakah ia berguna atau tidak bagi manusia. Sehingga etika tidak lagi
dipahami secara terbatas pada komunitas manusia, namun berlaku juga
bagi seluruh komunitas biotis, termasuk komunitas makhluk hidup lain.
3) Teori Ekosentrisme
Etika ini memusatkan pada seluruh komunitas ekologis baik yang hidup
maupun tidak, karena secara ekologis makhluk hidup dan benda-
benda abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Salah satu versi yang
terkenal dari teori ini adalah Deep Ecology.
Teori ini memusatkan perhatian pada kepada semua spesies, termasuk spesies
bukan manusia, dan menekankan perhatiannya pada jangka panjang, dan tak
kalah pentingnya merupakan gerakan diantara orang-orang yang mempunyai
sikap dan keyakinan yang sama, mendukung suatu gaya hidup yang selaras
dengan alam, dan sama-sama memperjuangkan isu lingkungan dan politik.
4) Teori Zoosentrisme
Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan
hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan
binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini,
binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat
merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para
penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu
standar moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals,
perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral
memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.
Prinsip ini menjadi pegangan dan tuntutan bagi perilaku kita dalam berhadapan
dengan alam, baik perilaku terhadap alam secara langsung maupunperilaku
terhadap sesama manusia yang berakibat tertentu terhadap alam (Keraf, 2002):
3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)
Dalam diri manusia timbul perasaan solider, senasib
sepenanggungan dengan alam dan sesama makhluk hidup lain. Prinsip ini
bisa mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan dan semua
kehidupan di alam ini. Prinsip ini berfungsi sebagai pengendali moral untuk
mengharmonisasikan manusia dengan ekosistemnya dan untuk mengontrol
perilaku manusia dalam batas-bats keseimbangan kosmis.
Solidaritas ini juga mendorong manusia untuk mengutuk dan menentang
setiap tindakan yang menyakitkan binatang tertentu atau bahakn memusnakan
spesies tertentu.
5. Prinsip ”No Harm”
Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan
tidakmelakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi
makhluk hidup lain di alam semesta ini (no harm). Jadi kewajiban dan
tanggung jawab moral dapat dinyatakan dengan merawat, melindungi,
menjaga dan melestarikan alam, dan tidak melakukan tindakan seperti
membakar hutan dan membuang limbah sembarangan.
8. Prinsip Demokrasi
Prinsip ini terkait erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman dan
pluralitas. Demokrasi memberi tempat seluas-luasnya bagi
perbedaan, keanekaragaman dan pluraritas.
Prinsip ini sangat relevan dengan pengam-bilan kebijakan di bidang
lingkungan, dan memberikan garansi bagi kebijakan yang pro lingkungan
hidup. Dalam prinsip ini tercakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu :
a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas
yangmemungkinkan nilai lingkungan hidup mendapat tempat untuk
diperjuangkan sebagai agenda politik dan ekonomi yang sama
pentingnyadengan agenda lain.
b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat
danmemperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan
kelompokmasyarakat dalam bingkai kepentingan bersama.
c. Demokrasi menjamin setiap orang dan kelompok masyarakat ikut
berpartisipasi dalam menentukan kebijakan publik dan
memperoleh manfaatnya.
d. Demokrasi menjamin sifat transparansi.
e. Adanya akuntabilitas publik.
Dalam proses produksi misalnya diperlukan proses produksi yang efisien dan ramah
lingkungan. Perusahaan hendaknya memperhatikan limbah yang dihasilkan. Jadi
pada dasamya manusia itu harus memiliki komitmen moral untuk menciptakan
solidaritas kemanusiaan agar lebih peduli terhadap penciptaan keharmonisan hidup
sesama manusia dengan lingkungannya secara serasi dan seimbang.
Setidaknya ada enam masalah yang timbul berkaitan dengan lingkungan, yaitu:
1) Limbah Beracun
Seringkali perusahaan membuang limbahnya ke sungai di sekitarnya,
tanpaterlebih dahulu mengolahnya menjadi tak beracun. Akibatnya air
sungaimenjadi tercemar sehingga tidak layak dipakai, ikan-ikan menjadi mati,
bahkan limbah tersebut merembes ke air tanah mengakibatkan air tanah
tidak layak untuk dikonsumsi, dan tentu hal ini dapat membahayakan
kesehatan masyarakat
4) Hujan Asam
Asam dari emisi industri bergabung dengan air hujan, yang nantinya
akan masuk ke dalam tanah, danau ataupun sungai. Tentunya hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan hutan, merusak gedung, dan bahkan bisa
menghancur-kan logam-logam beracun karena derajat keasamannya.
5) Penebangan Hutan
Penebangan hutan secara liar tanpa menghijaukannya kembali tentu
berakibat sangat buruk. Hal ini sudah dibuktikan dengan bencana yang
terjadi akhir-akhir ini, dimana longsor dan banjir bandang telah menelan
korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya.
6) Pencemaran Udara
Polusi udara bukanlah barang baru, udara telah bersama kita semenjak
terjadinya Revolusi industri dunia, saat cerobong-cerobong asap
pabrik mulai berdiri. Terutama dikeluarkan dari pembuangan kendaraan
bermotor dan proses industri. Ditambah lagi dengan kebakaran hutan yang
asapnya sangat mempengaruhi kesehatan dan juga mengganggu jarak
pandang kita.
Bahaya Polusi Kendaraan Bermotor, Misal selepas hujan diselimuti kabut.
Terutama di sore hari. Terlihat dingin dan adem. Tapi jangan salah sangka. Itu
bukan kabut alamiah. Kabut "buatan" yang berasal dari sisa pembakaran
kendaraan bermotor anda. Data Kompas menunjukkan sebesar 2-3 juta mobil
berada di Kota Jakarta pada jam-jam kantor, dan sebesar 3-4 juta untuk motor.
Jika separuh saja dari jumlah kendaraan bermotor tersebut menderu pada
saat yang sama, berapa juta karbon monoksida (CO), nitrooksida (NOx),
dan hidrokabon (HC) yang melayang-layang mencari mangsa di udara kota?
NOx dan HC sama beracunnya. Keduanya merusak paru-paru sedikit demi
sedikit. Kita tentu tidak inginkan paru-paru bocor setelah sekian lama
beraktivitas di jalan raya. Gejala kabut di sore hari dan selepas hujan adalah
fenomena kimiawi beracun di angkasa kota Anda. Penyebabnya adalah dua
jenis gar beracun ini. Jika volume gas NOx dan HC sudah demikian berat
menggelayut di angkasa, maka hujan asam akan terjadi pula di atas atmosfir.
MASYARAKAT
Perilaku manusia terhadap lingkungan hidup telah dapat dilihat secara nyata sejak
manusia belum berperadaban, awal adanya peradaban, dan sampai sekarang pada
saat peradaban itu menjadi modern dan semakin canggih setelah didukung oleh ilmu
dan teknologi. Ironisnya perilaku manusia terhadap lingkungan hidup tidak semakin
arif tetapi sebaliknya. Kekeringan dan kelaparan berawal dari pertumbuhan
penduduk yang tinggi, penggundulan hutan, erosi tanah yang meluas, kurangnya
dukungan terhadap bidang pertanian, bencana longsor, banjir, serta terjadi berbagai
ledakan bom, adalah beberapa contoh kelalaian manusia terhadap lingkungan.
Sebenarnya kemajuan ilmu dan teknologi diciptakan manusia untuk membantu
memecahkan masalah tetapi sebaliknya malapetaka menjadi semakin banyak dan
kompleks, oleh karena itu dianjurkan untuk dapat berperilaku menjadi ilmuwan dan
alamiah melalui amal yang ilmiah.
Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat
waktu.
b. Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
c. Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Pada bab XII dibahas tentang pengawasan dan sanksi administratif. Pada bagian
pertama dibahas tentang pengawasannya. Kemudian pada bagian kedua dibahas
tentang sanksi administratif yaitu:
Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. Teguran tertulis.
b. Paksaan pemerintah.
c. Pembekuan izin lingkungan.
d. Pencabutan izin lingkungan.
Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administrative terhadap penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah
daerah secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap
pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Pasal 78
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 tidak
membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung
jawab pemulihan dan pidana.
Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf
d dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melaksanakan paksaan pemerintah.
Pasal 80
(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2)
huruf b berupa:
a. Penghentian sementara kegiatan produksi.
b. Pemindahan sarana produksi.
c. Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi.
d. Pembongkaran.
e. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran.
f. Penghentian sementara seluruh kegiatan.
g. Tindakan yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan
tindakan pemulihkan fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului
teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup.
b. Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan
pencemaran atau perusakannya.
c. Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.
Pasal 81
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan
pelaksanaan sanksi paksaan pemerintah.
Pasal 82
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan
lingkungan hidup pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
dilakukannya.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang atau dapat menunjuk
pihak ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup akibat
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang dilakukannya atas
beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 83
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
I. PENERAPAN ETIKA LINGKUNGAN
Sikap ramah terhadap lingkungan hidup harus bisa menjadi sesatu kebiasaan
yangdilakukan oleh setiap manusia dalam menjalankan kehidupan baik dalam
lingkungankeluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membudayakan sikap tersebut antara
lain :
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah salah satu tempat yang sangat efektif
menanamkan nilai-nilai etika lingkungan. Hal itu dapat dilakukan dengan :
Menanam pohon dan memelihara bunga di pekarangan rumah. Setiap
orangtua memberi tanggung jawab kepada anak-anak secara rutin
untukmerawatnya dengan menyiram dan memberi pupuk.
Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Secara
bergantian, setiap anggota keluarga mempunyai kebiasaan untuk
menjaga kebersihan dan merasa malu jika membuang sampah
sembarang tempat.
Memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga untuk
menyapu rumah dan pekarangan rumah secara rutin.
b) Lingkungan Sekolah
Kesadaran mengenai etika lingkungan hidup dapat dilakukan di lingkungan
sekolah dengan memberikan pelajaran mengenai lingkungan hidup dan etika
lingkungan,melalui kegiatan ekstrakulikuler sebagai wujud kegiatan yang
konkret dengan mengarahkan pada pembentukan sikap yang berwawasan
lingkungan seperti:
Pembahasan atau diskusi mengenai isu lingkungan hidup
Pengelolaan sampah
Penanaman Pohon
Penyuluhan kepada siswa
Kegiatan piket dan jumat bersih
c) Lingkungan Masyarakat
Pada lingkungan masyarakat, kebiasaan yang berdasarkan pada etika
lingkungan dapat ditetapkan melalui :
Membuang sampah secara berkala ke tempat pembuangan sampah
Kesiadaan untuk memisahkan antara sampah organic dan sampah
nonorganik
Melakukan kegiatan gotong - royong atau kerja bakti secara berkala
dilingkungan tempat tinggal
Menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan-bahan yang masih
diperbaharui
J. KESIMPULAN
K. DAFTAR PUSTAKA