Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Individu dalam masa dewasa awal akan menghadapi tugas perkembangan


yaitu pernikahan. Dalam menghadapi tugas perkembangan tersebut, mereka
terkadang harus dihadapkan dengan hal-hal mengenai persiapan pernikahan.
Beberapa hal tersebut berupa permikiran dan perasaan antara mengambil
keputusan untuk menikah atau menunda waktu menikah, merencanakan waktu
yang tepat untuk menikah, komunikasi, masalah keuangan serta masalah
kesehatan dan seks (Sugandhi, 2009).
Upaya persiapan kesehatan masa sebelum hamil merupakan hal yang sangat
perlu dipersiapkan guna dalam pemeriksaan kesehatan sebelum pernikahan
nantinya. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang perlu
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan
(Depkes RI, 2005).
WUS adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan
baik antara umur 20-45 tahun. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29
tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil (Suparyanto,
211). Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses
patologi/abnormal (Jannah, 2011). Persiapan untuk kehamilan yaitu hidup sehat
selama masa kehamilan hal ini perlu dipersiapkan secara khusus sekitar tiga atau
empat bulan sebelum kehamilan demi kesejahteraan anak (Prasetyono, 2008).
Kehamilan pertama merupakan pengalaman pembentukan kehidupan yang
membawa perubahan sosial dan psikologis yang besar bagi seorang wanita
(Landzelius, 2003). Persiapan prakehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah
istilah luas yang mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko
sosial, perilaku, lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil
kehamilan seorang wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini (bila
mungkin) melalui pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum
kehamilan (Sackey, 2015).
Intervensi prakonsepsi lebih penting dari intervensi prenatal untuk
pencegahan anomali kongenital karena sebanyak 30% ibu hamil baru
memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua. Perawatan prakonsepsi harus
menjadi bagian penting dari perawatan primer dan kedokteran pencegahan pada
semua wanita usia subur yang memeriksaan kesehatan dirinya (Sackey, 2015).
Masalah ini penting, karena meskipun ibu hamil menginginkan hal terbaik untuk
keturunannya di masa yang akan datang, kenyataannya lebih dari 50% kehamilan
tidak direncanakan dengan baik (Moos, 2008).
Setiap tahun diperkirakan sekitar 80 juta wanita mengalami kejadian
kehamilan tidak diinginkan (Glasier, et al, 2006). Kehamilan yang tidak
diinginkan meliputi kehamilan tidak tepat waktu atau lebih cepat dari yang
direncanakan (mistimed pregnancy) dan tidak dikehendaki (unwanted pregnancy)
merupakan salah satu masalah yang penting dan perlu mendapat perhatian,
terutama di negara berkembang. Organisasi kesehatan dunia WHO (2013)
memperkirakan setiap tahun dari seluruh wanita dengan kehamilan yang tidak
diinginkan, 4 juta diantaranya berakhir keguguran, 42 juta aborsi, dan 34 jiwa
kelahiran yang tidak diharapkan. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat
disebabkan perilaku tidak sehat dan kondisi ada saat sebelum atau selama
kehamilan seperti perkosaan, kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi,
terlalu banyak anak, alasan kesehatan, belum siap memiliki anak, dan hubungan
dengan pasangan belum mantap.
Ketidaksiapan fisik dalam mengahadapi kehamilan akan berdampak pada
terjadinya penyulit persalinan (Zahrotul, 2012). Salah satu faktor kesiapan fisik
sebelum hamil adalah kesiapan gizi, pengetahuan deteksi dini, dan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) sejak dini.
Kesiapan gizi atau status gizi sebelum hamil mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Untuk mencegah
resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, maka sebelum
kehamilan sebaiknya WUS sebelum hamil harus mempunyai gizi baik (Prastyono,
2008). WUS yang obesitas akan berdampak pada meningkatnya komplikasi
persalinan, sehingga gizi baik merupakan salah satu faktor pranikah yang harus
dipersiapkan untuk calon ibu (Hadi, 2005).
Prevalensi ibu hamil yang mengalami risiko KEK di Indonesia pada tahun
2013 sebesar 24,2% (Kemenkes, 2013). Sedangkan obesitas di dunia sekitar 1,6
milyar orang dewasa berumur ≥ 15 tahun kelebihan berat dan sebanyak 400 juta
orang dewasa gemuk (obese) pada tahun 2005 (Sugianti, et al, 2009).
Kemudian salah satu faktor kesiapan fisik calon ibu adalah deteksi dini.
Pada perempuan kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru
sebesar 43,3% dan kematian akibat kanker sebesar 12,9% (Section of Cancer
Surveillanc, 2012). Sekitar 3 persen dari seluruh kasus kanker payudara
didapatkan pada saat kehamilan karena keterlambatan dalam mendiagnosis
kanker payudara. Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi
penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes,
pemeriksaan atau prosedur tertentu.
Sedangkan faktor yang sangat terikat dalam kehidupan manusia adalah
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Ibu hamil yang berada dalam rumah
tangga yang melakukan PHBS akan menurunkan kejadian penyakit yang
memperburuk kematian ibu hamil, mengingat bahwa ibu hamil sebenarnya
memerlukan suatu lingkungan keluarga/ rumah tangga yang mempunyai perilaku
hidup bersih dan sehat (Astuti, 2011).
Salah satu indikator PHBS adalah makan sayur dan buah setiap hari.
Namun kenyataanya di Indonesia masih banyak yang gemar mengonsumsi junk
food. Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi garam atau junk
food dapat mengakibatkan pre-eklampsi yang sering terjadi pada ibu hamil (Dwi,
2014). WHO dibawah naungan PBB secara serius membahas mengenai buruknya
makanan junk food. Untuk itu perempuan dewasa awal dibutuhkan berbagai jenis
makanan yang mengandung zat gizi yang cukup sebagai sumber tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur. Untuk memenuhi agar zat gizi seseorang tersebut
cukup gizi maka diperlukan kebiasaan makan yang baik. Apabila tidak
terpenuhinya asupan makanan yang cukup gizi maka cenderung akan kekurangan
zat gizi tersebut pada ibu seperti KEK.
Menurut Dokter Spesialis Kandungan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Soebroto, Dr. Febriansyah Darus, SpOG(K) (2016), tidak ada
batasan kapan waktu yang tepat bagi seorang wanita untuk mempersiapkan diri
kondisi sebelum hamil. Namun, akan lebih baik bila mempersiapkan itu semua
sebelum memutuskan untuk menikah. Kehamilan bukan saja mengenai perjalanan
sembilan bulan hamil tetapi juga perjalanan dalam persiapan kehamilan yang
harus dipersiapkan.
Mahasiswa yang berada pada semester akhir berada pada masa usia dewasa
awal (Nani, 2011). Dimana dewasa awal adalah yang berusia 20-40 tahun
(Dariyo, 2003). Setelah menyelesaikan studi dalam perguruan tinggi, mahasiswa
tingkat akhir akan dihadapkan dengan beberapa pilihan seperti pekerjaan, karir
dan pernikahan (Kenedi, 2005). Mahasiswa tingkat akhir juga akan dihadapkan
pada pilihan antara akan menunda pernikahan atau mencari pekerjaan terlebih
dahulu (Nani, 2011).
Menurut Nani (2011), sangat diperlukan keputusan yang matang untuk
menikah atau menunda waktu menikah guna merencanakan waktu yang tepat
untuk menikah. Hasil-hasil dari tes kesehatan pranikah akan menjadi bahan
pertimbangan apakah mereka tetap melangsungkan pernikahan atau membatalkan
pernikahan dan menunda kehamilannya.
Dari berbagai sumber yang didapat, terdapat banyak faktor yang sangat
penting dalam kesiapan seseorang untuk merencanakan kehamilan. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran kesiapan
fisik dewasa awal sebagai calon ibu dalam kehamilan pada mahasiswa tingkat
akhir kebidanan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diperlukan adanya upaya persiapan fisik
sebelum kehamilan terhadap mahasiswa tingkat akhir, maka rumusan masalah
yang muncul adalah “Gambaran Kesiapan Fisik Dewasa Awal sebagai Calon Ibu
pada Mahasiswa Tingkat Akhir Kebidanan Prodi DIII Kebidanan”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi gambaran kesiapan fisik dewasa awal sebagai calon ibu pada
mahasiswa tingkat akhir kebidanan prodi DIII kebidanan.

2. Tujuan Khusus
a. mengidentifikasi kesiapan status gizi dalam upaya kesiapan fisik dewasa
awal sebagai calon ibu pada mahasiswa tingkat akhir kebidanan prodi DIII
kebidanan.
b. Mengidentifikasi pengetahuan deteksi dini dalam upaya kesiapan fisik
dewasa awal sebagai calon ibu pada mahasiswa tingkat akhir kebidanan
prodi DIII kebidanan.
c. Mengidentifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam upaya
kesiapan fisik dewasa awal sebagai calon ibu pada mahasiswa tingkat
akhir kebidanan prodi DIII kebidanan.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kebidanan terkait upaya persiapan kesehatan masa sebelum hamil bagi
mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa
Hasil pengkajian ini dapat memberikan informasi bagi mahasiswa tingkat
akhir yang memasuki masa dewasa awal mengenai pentingnya upaya
persiapan kesehatan masa sebelum hamil sehingga nantinya dapat
memberikan hasil yang baik pada pemeriksaan kesehatan pranikah dan
meminimalisasi komplikasi yang terjadi saat hamil nantinya.
b. Pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pendidikan untuk menambah
bacaan di perpustakaan yang dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa
kebidanan lainnya dalam melaksanakan penelitian yang terkait, serta
untuk sebagai pedoman diadakannya program atau kegiatan lingkungan
sehat terhadap mahasiswa di kampus.

E. Ruang Lingkup

Anda mungkin juga menyukai