Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERSAINGAN KEKUATAN DALAM SISTEM INTERNASIONAL

Perang sudah mewarnai sejarah dunia termasuk hubungan antar bangsa.


Persaingan kekuatan yang menggunakan kontak militer atau senjata menjadi jalan
yang paling efektif dalam mencapai kepentingan kala itu, terutama jika suatu
negara memiliki power yang kuat dan berpotensi dalam menguasai negara-negara
atau wilayah lain. Pada masa sekarang ini persaingan kekuatan dengan
menggunakan pendekatan militer sudah sangat ditinggalkan kecuali di beberapa
negara yang masih berjuang dalam peperangan. Negara-negara di dunia lebih
mengedepankan kepentingan ekonomi, industri dan tekhnologi dengan
berinteraksi dengan diplomasi dibandingkan dengan kontak militer.

Dalam sistem Internasional, tercatat sudah ada setidaknya


puluhan perang besar yang pernah terjadi yang kemudian
menyebabkan perubahan pada hubungan internasional setiap
negara akibat gagalnya negara dalam upaya diplomasi untuk
menyelesaikan konflik ataupun dalam mencapai kepentingannya
hingga perang menjadi satu-satunya jalan yang harus ditempuh.
Tumpuan perjuangan politik terletak pada senjata dan senjata merupakan sesuatu
yang suci dalam perjuangan politik1 .

2.11 DEFINISI PERANG

Terdapat banyak tokoh yang menciptakan pemikiran tentang definisi perang dan
kaitannya dengan hubungan internasional antar negara. Berikut beberapa tokoh
yang menciptakan pemikiran perang :

1 Dr. M. Sastrapratedja dan Drs. Frans M. Parera. 1991. ”Niccolo


Machiavelli Sang Penguasa Surat Seorang Negarawan kepada Pemimpin
Republik”. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

1
1. Thucydides

Sebuah aliran pemikiran realisme klasik yang membahas tentang


peperangan. di dalam bukunya yang berjudul “peloponesian war”, dikatakan
bahwa perang peloponesian terjadi sebagai hasil dari konflik dan
kompetisi/persaingan yang tidak dapat dihindari antar negara-kota Yunani kuno 2.
Menurutnya semua negara, baik besar maupun kecil harus mampu beradaptasi
terhadap keadaan ilmiahnya, berdasar realitas kekuatan yang berbeda dan juga
harus mampu mengatur dirinya sendiri sesuai keadaan ilmiah tersebut, jika negara
bisa melakukannya maka akan bertahan bahkan sejahtera, jika tidak negara akan
hancur atau dihancurkan (kalah dalam perang).

2. Carl Von Clausewitz

Carl von Clausewith, dalam bukunya “On War” mengatakan bahwa


perang merupakan sebuah aksi nyata yang berupa kekerasan yang dimaksudkan
untuk mendorong lawan kita untuk memenuhi apa yang kita inginkan 3. Secara
singkat dan sederhana Carl Von Clausewitz memberikan
beberapa definisi tentang Hakekat Perang:

 War is nothing but a duel on a larger scale.

Perang melibatkan dua atau lebih pihak-pihak yang saling


berhadapan dimana masing-masing menggunakan kekuatan

2 Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 91

3 Carl Von Clausewitz, What is War?, (Hertfordshire: Wordworth Classic


of World Literature, 1997) hal. 5.

2
fisik mencoba memaksa pihak lain melakukan kehendaknya.
Penekanannya disini adalah penggunaan Kekuatan Fisik (dapat
diartikan senjata). Dalam skala besar diartikan bahwa pihak-
pihak yang berhadapan umumnya antar negara dan bukan satu
kelompok orang berhadapan dengan kelompok orang lainnya
dalam satu negara. Jadi, bila tidak menggunakan kekuatan fisik
keadaan tersebut belum dapat disebut perang. Tujuannya tidak
lain untuk menghancurkan lawannya agar tidak mampu lagi
melakukan perlawanan.

 War is thus an act of force to compel our enemy to do our


will.

Force yang dimaksud adalah kekuatan Fisik, yang


selanjutnya dikenal sebagai Means (sarana) dalam perang.
Sedangkan to impose our will on the enemy is
its Objects (tujuan). Untuk mengamankan tujuan, maka kita
harus membuat musuh tidak berdaya ( powerless) sama sekali.
Clausewitz mengatakan “ You can not do this unless you destroy
the enemy’s power to resist; for if you don’t render him
powerless, he will try to render you powerless in his turn.” Sejauh
musuh masih mempunyai kapasitas untuk bertahan, sejauh itu
pula kita berusaha menghancurkannya. Tidak ada kata berhenti
untuk melakukannya. Itulah satu-satunya cara yang harus
dilakukan jika ingin mencapai tujuan yang diinginkan.

 War is an Art not a Science

Dari pengalamannya selama berkarir di militer serta


mengamati perang-perang yang terjadi, dia berpendapat untuk
melaksanakan perang dan tidak boleh hanya mengikuti
seperangkat aturan-aturan atau prinsip-prinsip sebagai penuntun

3
baku sekalipun sangat terpercaya. Sama seperti Seni yang lain,
praktek keberhasilannya banyak tergantung pada intuisi dari
seniman yang melakoninya, dalam hal ini yaitu kejeniusan , dan
talenta (bakat) dari pemimpin militernya, yang sering kali muncul
diluar aturan atau kaidah. Clausewitz juga mengatakan bahwa
yang membedakan Perang dengan aktifitas yang lain adalah
penggunaan kekuatan secara terorganisasi (organized use of
force.) yang akan berakibat pada pertumpahan darah yang tak
terelakkan.

 No two wars are identical.

Dalam sejarah perang masa lalu, dan diyakini juga untuk


masa datang, tidak ada dua perang yang benar-benar identik
satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh Sifat/karakteristik
(Nature) dari perang yang akan selalu ditentukan oleh
tercapainya keseimbangan antara tiga element dalam satu
negara yaitu: Rakyat, Militer dan Pemerintah dan inilah yang
disebut sebagai The Paradoxical Trinity (tiga kesatuan yang
saling bertentangan). Perlibatan seluruh rakyat tentu tak dapat
dielakkan juga perubahan sosial dan politik yang tak boleh
diabaikan, sementara itu perkembangan teknologi persenjataan
telah menambah dimensi baru akan ketidakpastian.

3. Niccolo Machiavelli

Macchiavelli menyebutkan bahwa perang merupakan suatu


dasar yang alamiah dalam penyelesaian masalah dan juga hal
yang penting untuk dilakukan, jika suatu negara terlibat konflik
yang berujung pada perang, warga neraga harus ikut mendukung
negara secara penuh, yang secara sederhana disebut dengan
istilah conscript atau wajib militer. Organisasi militer itu harus

4
merupakan orang pilihan dari rakyatnya sendiri 4. Tentara yang
berasal dari rakyat dalam membela negara akan bertempur mati-
matian, terutama bila mereka mampu diyakinkan oleh doktrin
perjuangan bahwa pemenang perang akan menentukan nasib
bangsa dan negaranya dimasa depan5. Tanggung jawab dalam
mendukung atau membela negara berada pada seluruh warga
negara. Oleh karena itu, wajib militer menjadi hal yang harus
dilakukan oleh warga negara dalam tanggung jawab
nasionalismenya. Selain menjadi bentuk tangggung jawab dalam
membela negara, wajib militer juga berpengaruh pada
penambahan jumlah pasukan yang akan berperang melawan
negara yang menjadi musuhnya. Perang dianggap sebagai
sesuatu yang lazim, terlepas dari apapun bentuk perang
tersebut.

Perang menurut prinsip Machiavelli ada sekitar 10 prinsip, yaitu:

 Perang merupakan suatu aktivitas penting di dalam kehidupan politik.

 Di dalam perang terdapat eksistensi perjuangan, namun bentuk serta


metodenya tidak pasti.

 Tujuan perang harus berupa kekalahan total pada musuhnya.

4 The Encyclopedby of philosopby, vol v hlm 120

5 Dr. M. Sastrapratedja dan Drs. Frans M. Parera. 1991. ”Niccolo


Machiavelli Sang Penguasa Surat Seorang Negarawan kepada Pemimpin
Republik”. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Hlm 40

5
 Perang harus short and sharp demi pencapaian yang pasti agar segala
upaya atau pun kerugian tidak sia-sia.

 Segala hal yang mungkin harus dilakukan untuk memastikan kemenangan.


Penggunaan kekuatan penuh merupakan prioritas.

 Adanya tujuan kampanye militer untuk menentukan perang, perencanaan


dan koordinasi yang baik.

 Harus ada satu orang yang memegang kendali.

 Tata tertib/perintah dan ketertiban.

 Hubungan yang baik antara militer dan institusi politik. Jika hubungan
kedua belah pihak tidak baik, militer tidak akan mau berperang walaupun
institusi politik memberi perintah.

 Proper Army.

Pendek kata perang adalah konflik bersenjata yang nyata,


disengaja dan luas yang terjadi di antara dua komunitas politik
atau lebih yang saling bermusuhan. Baku hantam di antara
orang-orang yang bersifat individual tidak dapat dikatakan
sebagai perang, termasuk juga perkelahian antargang atau
perseteruan antara warga yang berasal dari suatu daerah
tertentu dengan warga yang berasal dari daerah lain6.

6 (Stanford Encyclopedia of Philosophy,


http://www.science.uva.nl/~seop/entries/war/) diakses pada tanggal 24
september 2016 pukul 01:30)

6
2.1.2 SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERANG

Ada dua macam sebab terjadinya perang, yaitu sebab langsung


atau casus belli dan sebab umum. Sebab langsung hanyalah
merupakan peristiwa yang mendorong suatu pihak merasa sah
dan adil untuk memulai perang atas yang lain. Sebab langsung
ini tidak akan timbul seandainya tidak ada sebab-sebab umum
yang mendahuluinya.
Sebab-sebab perang bisa bermacam-macam, yaitu sebab
sebab psikologis, sebab-sebab kultural dan ideologis, sebab-
sebab ekonomi dan sebab-sebab politik.
a. Sebab-sebab psikologis
Djamaludin Ancok dalam tulisannya ”Psikologi dan
Perdamaian” mengatakan bahwa peperangan adalah suatu jenis
tingkah laku dari sekian banyak tingkah laku manusia di dunia
ini7. Perang tidak dapat dielakkan oleh manusia, pleh karena
pembawaan biologisnya yang telah melekat sejak lahir, sehingga
watak manusia cenderung agresif, jelasnya untuk selalu
mendominasi pihak lain, manusia menyalurkannya lewat
perang8Karena perang adalah “tingkah laku” maka penyebab
perang dapat dilihat dari beberapa pendekatan yang berbeda
antara satu dengan lainnya ;
1. Pendekatan Motivasional
Menurut pendekatan Motivasional sumber penyebab terjadinya
peperangan terdapat di dalam diri manusia sendiri. Ada

7 Buku tahun 2007 (http://ancok.staff.ugm.ac.id/h-17/psikologi-


danperdamaian.html) diakses pada tanggal 24 september 2016 pukul 01:39

8 Rais, M. Amin. 1989. Politik Internasional dewasa ini. Surabaya :


penerbit usaha nasional. Hlm 21

7
beberapa pandangan tentang aspek Motivasional yang
mempengaruhi perilaku perang :
b. Sebab-sebab kultural dan ideologis
Adanya perbedaan dalam pandangan dan nilai-nilai di
antara anggota masyarakat nasional maupun internasional
secara riel maupun potensial merupakan sumber perselisihan
dalam masyarakat. Sebetulnya tidak ada karakteristik
kebudayaan tertentu yang erat kaitannya dengan batas-batas
nasional, oleh karena itu perasaan adanya perbedaan
kebudayaan sering menjadi penyebab yang lebih besar
terjadinya perang dibanding dengan adanya perbedaan
kebudayaan itu sendiri. Perang Salib Katholik-Protestan atau
perang Hindu-Muslim adalah merupakan contoh-contoh perang
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam sistem nilai meskipun
hal itu bukanlah satu-satunya. Perang dalam masa revolusi
Perancis adalah merupakan perang yang diakibatkan adanya
pertentangan antara kekuatan demokrasi (liberty, egality,
fraternity) melawan kekutan ortodoks yang konservatif dan
feodalistis. Kemudian Perang Dingin antara Uni Soviet dan
Amerika Serikat merupakan perang yang disebabkan oleh
adanya perbedaan ideologi kapitalisme melawan komunisme.

c. Sebab-Sebab Ekonomi

Ada beberapa faktor tentang perang yang disebabkan oleh


alasan-alasan ekonomi.
1. Perang dilakukan dengan maksud meningkatkan taraf hidup
(standard of living) rakyatnya. Jepang, Jerman dan Italia
melakukan perang karena mereka merasa dirinya “the have
not countries” yang membutuhkan daerah yang lebih luas

8
guna menambah sumber penghasilan mereka sehingga
rakyatnya akan hidup dengan lebih sejahtera.
2. Perang terjadi karena adanya hambatan-hambatan dalam
perdagangan. Tarif yang tinggi, pajak impor yang mahal,
larangan dan pembatasan ekspor, dan lain sebagainya akan
mengakibatkan terhambatnya perdagangan antara bangsa-
bangsa yang ada di dunia yang akibatnya akan menimbulkan
perang. Perang akan dapat dihindari manakala hambatan-
hambatan perdagangan tersebut dihapuskan sehingga
tercipta sistem perdagangan bebas. Perdagangan bebas akan
mendapatkan jalinan hubungan ekonomi antar bangsa di
dunia dan hal ini akan merupakan ikatan kuat
dipertahankannya perdamaian.
3. Perang timbul karena adanya dorongan. untuk memperoleh
keuntungan yang tinggi dari penjualan
perlengkapanperlengkapan perang. Adanya perang akan
mengakibatkan permintaan amunisi perang, senjata, tank,
pesawat tempur, peluru kendali, dan lain sebagainya
meningkat dan hal ini akan sangat menguntungkan para
industrialis-industrialis perang (merchant of dead), bankir-
bankir internasional dan kapitalisme wall-street yang haus
perang (war monger)
4. Disampaikan oleh kaum Marxis yang mengatakan bahwa
perang sangat erat
kaitannya dengan kolonialisme dan imperialisme. Keduanya
merupakan akibat yang langsung dari adanya kapitalisme.
Kapitalisme telah menyebabkan terjadinya produksi yang
melebihi kebutuhan di dalam negeri. Over produksi ini terjadi
karena kaum kapitalis telah membayar buruhnya dengan cara
yang tidak

9
wajar sehingga mereka bisa menumpuk keuntungan. Untuk
mengatasi over produksi mereka terpaksa.
d. Sebab-sebab Politik
Perang terjadi karena tidak adanya lembaga pemerintahan
yang efektif Dengan kata lain perang timbul karena adanya
anarki, yaitu suatu kondisi dimana inidividu atau kelompok
individu mencoba hidup tanpa pemerintahan yang efektif.
Keadaan demikian menyebabkan tidak adanya kerjasama atau
kepastian untuk bertindak di antara unsur-unsur yang ada dalam
masyarakat (nasional maupun internasiona) dan pada akhirnya
menyebabkan terjadinya perang.
Perang mungkin juga terjadi karena adanya usaha dari
setiap negara untuk selalu mendapatkan, memelihara,
meningkatkan dan mendemonstrasikan power mereka guna
menjamin keamanan nasionalnya. Di dalam keadaan tanpa
adanya lembaga supranasional ini maka setiap negara harus
mengandalkan kekuatan sendiri di dalam usahanya untuk
menjamin keamanan nasionalnya yang besarnya diukur berdasar
kemampuannya untuk membeayai perang. Negara-negara yang
memiliki persamaan kepentingan atau setidak-tidaknya
kepentingan mereka tidak bertentangan cenderung untuk
membentuk aliansi apabila mereka merasa power yang
dimilikinya tidak cukup untuk menopang keamann nasionalnya di
dalam melawan kekuatan negara lain. Sebaliknya, aliansi
semacam ini akan menimbulkan meningkatnya rasa tidak aman
atas diri negara lain dan oleh karena itu mereka juga akan
berusaha untuk mengimbanginya dengan meningkatkan power-
nya, kalau perlu juga dengan jalan membangun aliansi. Dan
karena power itu sifatnya relatif, maka tidak akan pernah ada
satu negara pun atau kelompok negara pun yang merasa telah

10
terjamin keamanan nasionalnya apabila power yang mereka
miliki secara riel bukan yang paling besar. Jadi, ketakutan dan
kekhawatiran suatu negara atas adanya ancaman dari negara
lain terhadap keamanan nasionalnya dan sampai akhirnya terjadi
perang adalah merupakan akibat dari usaha sia-sia untuk
mencapai keamanan itu sendiri.

2.1.3. JENIS-JENIS PERANG


 Perang Dingin
Adalah perang yang tidak ada penggunaan kekerasan bersenjata
secara terbuka, namun kondisi dan suasana antara dua pihak
yang bertentangan sangat mirip dengan keadaan perang. Perang
Dingin adalah suasana internasional yang penuh ketegangan dan bermusuhan
akibat konflik Ideologi antara Blok Barat (liberal kapitalis) pimpinan Amerika
Serikat dan Blok Timur (spesialis komunis) pimpinan Uni Soviet yang
berkembang setelah Parang Dunia II berakhir9
 Perang Umum
Adalah perang yang mengejar tujuan luas dengan menggunakan
seluruh kemampuan negara dan dilakukan diseluruh dunia.
Persengketaan bersifat antar dua Negara adikuasa secara langsung yang
melibatkan negara sekutunya, akibat perang ini sangat membahayakan dan dapat
mengakibatkan kehancuran kelangsungan hidup manusia10. Contohnya yaitu
perang dunia, perang politik, perang ekonomi, perang nuklir,
perang agama.
 Perang Terbatas
Adalah perang yang terjadi antara dua bangsa saja atau perang
yang tidak melibatkan banyak bangsa secara luas dilihat dari
9 http://www.katapengertian.com/2015/12/pengertian-perang-dingin-penyebab-dan.html
(diakses pada tanggal 24 september 2016 pukul 10:09)

10 https://glosarid.com/index.php/term/pengetahuan,perang+umum-
adalah.xhtml(diakses pada tanggal 24 september 2016 pukul 10:14)

11
sudut tujuan, penggunaan kekuatan, dan lingkup wilayah.
Perselisihan bersenjata yang dilakukan untuk tujuan politik terbatas dengan
pembatasan terhadap penggunaan kekuatan yang dilibatkan serta pembatasan
wilayah pergolakannya. Contoh : perang saudara, perang suku perang
ekspansi, perang teluk, perang antar negara.
2.1.4 Tujuan Perang
Perang bertujuan agar tercapainya kepentingan nasionalisme
suatu negara.
Tujuannya juga agar tercapai kepentingan politik

12

Anda mungkin juga menyukai