Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322049682

Proposal Riset Keanekaragaman Hayati Bambu

Research Proposal · December 2017

CITATIONS READS

0 2,258

2 authors:

Mohd. Yunus Suwondo Suwondo


Perkumpulan Alam Zamrud Universitas Riau
47 PUBLICATIONS   3 CITATIONS    31 PUBLICATIONS   25 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Sustainable Management of Peatland Hydrology Unit in Riau View project

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) View project

All content following this page was uploaded by Mohd. Yunus on 25 December 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


A. LATAR BELAKANG

Universitas Riau (UR) memiliki visi menjadi “Universitas Riset yang cemerlang
berbasis pengembangan sumber daya kawasan perairan dan budaya melayu tahun
2035”. Keberadaan fasilitas dan sumber daya yang memadai serta keadaan
lingkungan yang nyaman, tertib, dan bersih sangat dibutuhkan untuk mewujudkan
visi mulia tersebut.
UR sudah mengimplementasikan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup melalui “UR Green Campus Berbasis Konservasi dan Budaya
Melayu”. Tindak lanjut dari hal tersebut adalah pengembangan Ecoedupark di
Kampus Bina Widya Universitas Riau yang bertujuan sebagai sarana pendidikan,
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan ekowisata.
Bambu merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan
nasional. Latar belakang budaya, sejarah dan filosofi menjadikan bambu sebagai
salah satu sumber daya alam yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat.
Bambu telah dimanfaatkan sejak dahulu dan dalam dunia modern pemanfaatan
bambu menjadi lebih luas dan beragam. Pemanfaatan secara tradisional maupun
modern semakin menjadikan bambu sebagai sumber daya alam terbarukan yang
potensial.
Ekosistem bambu di Indonesia semakin berkurang akibat adanya fragmentasi
dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan/pertanian, sehingga mengakibatkan
hilangnya habitat alami maupun keragaman jenisnya (Hakim, dkk., 2002). Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya pelestarian bambu. Dalam konteks UR, upaya
pelestarian bambu akan diwujudkan dengan koleksi berbagai jenis bambu yang ada
di Provinsi Riau ke Ecoedupark di Kampus Bina Widya Universitas Riau. Selain
berfungsi sebagai koleksi plasma nutfah untuk vegetasi bambu, koleksi bambu UR
juga digunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian.

B. PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah utama yang akan dibahas adalah bagaimanakah


pengembangan keanekaragaman hayati bambu di Ecoedupark Kampus Bina Widya

1
Universitas Riau. Untuk menjawab permasalahan utama di atas, maka disusun
rumusan antara sebagai berikut:
1. Bagaimanakah potensi keanekaragaman hayati bambu di Provinsi Riau?
2. Bagaimanakah pola pemanfaatan bambu dalam konteks kehidupan masyarakat
lokal?
3. Bagaimanakah tahapan pengembangan keanekaragaman hayati bambu di
Ecoedupark Kampus Bina Widya Universitas Riau?

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mewujudkan koleksi keanekaragaman


hayati bambu di Ecoedupark Kampus Bina Widya Universitas Riau. Untuk mencapai
tujuan utama tersebut, maka disusun tujuan antara sebagai berikut:
1. Identifikasi keanekaragaman hayati bambu di Provinsi Riau;
2. Analisis pola pemanfaatan bambu dalam konteks kehidupan masyarakat lokal;
3. Teknis dan implementasi tahapan pengembangan koleksi keanekaragaman hayati
bambu di Ecoedupark Kampus Bina Widya Universitas Riau.

D. LUARAN/MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Menghasilkan publikasi ilmiah berupa artikel ilmiah;
2. Tersedianya koleksi keanekaragaman hayati bambu di Ecoedupark Kampus Bina
Widya Universitas Riau.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Lansekap Kampus
Lansekap kampus mencakup area dengan elemen-elemen fisik dan non fisik
yang kompleks. Lansekap kampus terbentuk dari proses interaksi antara manusia
sebagai individu dan sebagai bagian dari sosial dengan alam (University of
California, 1996). Lansekap kampus, terdiri dari vegetasi dan pengembangan tapak

2
luar. Selain itu, di dalam lansekap kampus juga terdapat bentukan lahan alami dan
bentukan lahan binaan. Elemen fisik kampus yang terbangun terbagi menjadi tiga
elemen, yaitu elemen struktur, elemen ruang terbuka, dan elemen alam (University of
California, 1996). Struktur direpresentasikan sebagai elemen keras. Ruang terbuka
direpresentasikan sebagai ruang yang tidak terbangun atau ruang yang didominasi
dengan vegetasi. Alam, direpresentasikan sebagai bentukan lahan, tanaman, dan
air.
Sebagian besar kawasan kampus merupakan kawasan ruang terbuka hijau
yang didominasi oleh pemanfaatan tanaman sebagai pengisi ruangnya. Ruang
terbuka hijau dengan berbagai elemen yang terdapat di dalamnya memiliki fungsi
ekologi dan wisata. Fungsi ekologi dan wisata pada ruang terbuka hijau akan
menunjang fungsi pendidikan di dalam kampus. Menurut Eckbo (1964), ruang
terbuka kampus mencakup perlengkapan di dalam kehidupan kampus. Terdapat
aktivitas belajar, sosial serta hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu di
dalam kehidupan kampus tersebut. Oleh karena itu, di dalam lingkungan kampus
harus terdapat suasana akrab dan menyenangkan.
2. Bambu
Bambu adalah nama kumpulan bagi rumput-rumputan berbentuk pohon kayu
atau perdu dengan batang-batangnya yang tegak, mengayun dan dapat mencapai
umur panjang (Heyne, 1987). Bambu merupakan tanaman monokotil tanpa kambium
yang termasuk dalam anak suku Bambusoideae dalam suku Poaceae atau
Gramineae atau rumput-rumputan. Menurut Clure (1966), bambu terbagi menjadi tiga
tipe pertumbuhan, yaitu simpodial, monopodial, danamphipodial.
Bambu simpodial merupakan bambu yang merumpun, spesies tropik dan
sensitif terhadap suhu dingin. Bentuk merumpun dikarenakan bambu simpodial
memiliki rhizoma pachymorph dengan neck yang pendek, sehingga pertumbuhan
batang saling berdekatan (Dransfield dan Widjaja, 1995). Batang bambu muda
muncul dari ujung rhizoma yang dinamakan apex.
Bambu monopodial merupakan bambu soliter yang hidup di daerah subtropis.
Bambu monopodial memiliki rhizoma leptomorph, yaitu rhizoma yang panjang,
ramping dan berongga (Dransfield dan Widjaja, 1995). Bentuk soliter dikarenakan
rhizoma leptomorph terbagi-bagi ke dalam nodes dan internodes. Batang bambu

3
muda pada bambu monopodial tumbuh dari tunas yang ada pada nodes rhizoma
tersebut.
Bambu amphipodial merupakan perpaduan antara tipe pertumbuhan simpodial
dengan tipe pertumbuhan monopodial (Dransfield dan Widjaja, 1995). Bambu
amphipodial memiliki rhizoma leptomorph dan pachymorph, yaitu rhizoma yang
panjang dan berongga yang dilengkapi dengan neck, nodes, dan internodes. Batang
bambu muda pada bambu amphipodial tumbuh dari tunas yang ada pada nodes,
kemudian berkembang dari ujung rhizoma yang dinamakan apex.

A B C
(Sumber: Clure, 1996)
Gambar 1. Tipe pertumbuhan bambu: (a) Bambu Simpodial; (b) Bambu
Monopodial; (c) Bambu Amphipodial

Indonesia tergolong negara yang paling kaya dengan keanekaragaman jenis


bambu. Terdapat lebih dari 150 jenis bambu dari 10 famili yang tersebar secara
menyeluruh di kepulauan Indonesia. Bambu merupakan tanaman yang mudah
beradaptasi dengan baik pada setiap jenis tanah dan dapat tumbuh dari dataran
rendah hingga dataran tinggi (4000 m dpl). Bambu mampu tumbuh ditanah yang
paling gersang, seperti kepulauan Nusa Tenggara atau di tanah yang paling banyak
disirami hujan, seperti di daerah Jawa Barat. Faktor iklim yang mempengaruhi
kemampuan tumbuh bambu adalah suhu, curah hujan, dan kelembaban udara
(Dransfield dan Widjaja, 1995).

F. METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian direncanakan selama 6 bulan dari bulan Mei sampai dengan Oktober
2017, terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data,

4
penanaman koleksi, serta penyusunan laporan. Penelitian dilaksanakan pada 2
lokasi, yaitu lokasi identifikasi keanekaragaman hayati bambu dan lokasi koleksi.
Lokasi identifikasi berada di sepanjang aliran DAS Kampar, Indragiri, Rokan, dan
Siak. Sementara lokasi koleksi berada di Ecoedupark Kampus Bina Widya
Universitas Riau.

2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dan implementasi untuk
mewujudkan koleksi keanekaragaman hayati bambu di Ecoedupark Kampus Bina
Widya Universitas Riau. Rancangan penelitian menggunakan berbagai metode dan
teknik pengumpulan data yang disesuaikan serta mengikuti tujuan yang ingin
dicapai. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei, studi
literatur dan analisis identifikasi.

3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan dengan metode survei dengan teknik wawancara mendalam,
pengamatan lapangan dan pengukuran serta analisis identifikasi. Wawancara
mendalam dengan responden menggunakan kuesioner terstruktur atau semi
terstruktur. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan instansi terkait.

Tabel 1. Jenis data, sumber dan teknik pengumpulan data penelitian


Jenis data Sumber data Pengumpulan data
Keanekaragaman hayati Primer dengan pengamatan Sampling vegetasi
bambu lapangan dan identifikasi
Pola pemanfaatan Primer dari responden dan Wawancara dan
bambu oleh masyarakat sekunder dari dinas/instansi studi literatur
lokal terkait, publikasi (laporan/jurnal)
Kesesuaian lokasi Primer dengan pengukuran Sampling tanah
koleksi langsung dan laboratorium

4. Teknik Analisis Data

Data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan
memadukan berbagai teori untuk digunakan untuk mewujudkan koleksi
keanekaragaman hayati bambu di Ecoedupark Kampus Bina Widya Universitas Riau.

5
Keanekaragaman hayati bambu

Analisis sampel meliputi pengukuran, perhitungan dan penilaian terhadap ciri


dari setiap sampel dengan menggunakan alat-alat pengukur dan pembedahan. Ciri
dan sifat ciri yang dianalisis kemudian dicocokkan dengan ciri dan sifat ciri yang
diuraikan dalam buku-buku referensi Dransfield danWidjaja (1995); Sastrapraja
(2000); dan Stapleton (1994). Hasil analisis dan identifikasi terhadap ciri dan sifat ciri
selanjutnya digunakan untuk menyusun deskripsi lengkap dari setiap jenis. Data
disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel yang dilengkapi dengan deskripsi dari
setiap jenis dan gambar.
Pola pemanfaatan bambu
Analisis pola pemanfaatan meliputi fungsi sosial, ekonomi, dan ekologi. Analisis
data dilakukan secara deskriptif berdasarkan kenyataan objektif lapangan
(konsekuensi logis).
Kesesuaian lokasi koleksi
Analisis sifat kimia tanah dilakukan di laboratorium

G. DAFTAR PUSTAKA

Clure, F. A. 1966. The Bamboos A Fresh Perspective. Harvard University Press.


Cambridge, Massachusetts. 97 p.
Dransfield, S. and E. A. Widjaja. 1995. Bamboo Plant Resources of South-East Asia.
No 7. Prosea Foundation. Bogor. 67 p.
Eckbo. 1964. Urban Landscape Design. McGraw Hill Book Co. New York. 115 p.
Hakim L, NNakagoshi and Y Isaghi. 2002. Conservation Ecology of Gigantochloa
manggong: an Endemic Bamboo at Java, Indonesia. Journal of International
Development and Cooperation 9, 1-16.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Terjemahan. Jilid I. Departemen
Kehutanan. Jakarta. 55 hal.
University of California. 1996. Campus Landscape Master Plan University of
California Riverside. Http://WWW.Pdc.Ucr.Edu/Does2/Toc.Ucr.Html.[21
Februari 2017].

6
H. JADWAL KEGIATAN

Penelitian “Studi Keanekaragaman Hayati Bambu di Provinsi Riau dan


Pengembangan di Ecoedupark Kampus Bina Widya Universitas Riau” ini akan
berlangsung selama 6 (enam) bulan. Adapun rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jadwal Penelitian


Bulan ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan
A Persiapan teknis
B Koordinasi awal internal tim
C Koordinasi dan diskusi
2 Pelaksanaan
A Survei/Pengumpulan Data
B Analisis Data
C Koleksi keanekaragaman hayati bambu
3 Pelaporan
A Draf Laporan
B Laporan Akhir
4 Pengendalian
A Monitoring dan Evaluasi
B Seminar
C Publikasi

I. REKAPITULASI BIAYA

Rincian anggaran biaya yang diperlukan untuk kegiatan penelitian dengan judul “Studi
Keanekaragaman Hayati Bambu di Provinsi Riau dan Pengembangan di Ecoedupark
Kampus Bina Widya Universitas Riau” ini adalah sebesar Rp. 40.000.000,00.- (Empat puluh
juta rupiah) seperti disajikan pada Tabel 1. Secara rinci justifikasi anggaran biaya yang
diusulkan dapat dilihat pada sub bab K.

Tabel 3. Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian


No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)
1 Honorarium untuk pelaksana, petugas laboratorium, Rp. 11.600.000,00.-
pengumpul data, pengolah data, penganalisis data,
dan honor operator
2 Pembelian bahan habis pakai untuk ATK, fotokopi, Rp. 8.400.000,00.-
surat menyurat, penyusunan laporan, cetak,
penjilidan laporan, publikasi, pulsa, internet, bahan

7
No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)
laboratorium, langganan jurnal
3 Perjalanan untuk biaya survei/sampling data, Rp. 7.000.000,00.-
seminar/workshop, biaya akomodasi-konsumsi,
perdiem/lumpsum, transport
4 Sewa untuk peralatan/mesin/ruang laboratorium, Rp. 13.000.000,00.-
kendaraan, kebun percobaan, peralatan penunjang
penelitian lainnya
Jumlah Rp. 40.000.000,00.-

J. SUSUNAN ORGANISASI DAN PEMBAGIAN TUGAS TIM PENELITI

Alokasi
Bidang
No. Nama/NIDN Waktu Uraian Tugas
Ilmu
(jam/minggu)
1 Darmadi, S.Pd., Biologi 24 Ketua Tim Peneliti,
M.Si/0001097408 jam/minggu Koordinator dan penanggung
jawab seluruh proses dan
kegiatan operasional
penelitian, kajian teori dan
pustaka, review instrumen
penelitian, penyusunan
laporan penelitian dan
pengembangan koleksi
2 Drs. Nursal, Biologi 18 Anggota Tim, pengembangan
M.SI/0007056402 jam/minggu desain dan operasionalisasi
penelitian, penanggung jawab
monitoring dan evaluasi
internal dan reviewer kajian
pustaka dan kerangka teori
3 Dr. Suwondo, Biologi 18 Anggota Tim, pengembangan
M.Si/0013016801 jam/minggu instrumen dan koordinasi uji
lapangan, reviewer
metodologi penelitian,
khususnya teknik
pengambilan sampel
penelitian.

8
K. JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN

HARGA SATUAN JUMLAH HARGA


NO URAIAN/ JENIS PEKERJAAN VOL SATUAN
(RP) (RP)
HONOR TENAGA AHLI
Ketua 1 org 80 OJ Rp 40.000,00 Rp 3.200.000,00
I
Anggota Tim Ahli 2 org 80 OJ Rp 40.000,00 Rp 6.400.000,00
Asisten Tim Ahli 1 org 80 OJ Rp 25.000,00 Rp 2.000.000,00
TOTAL BIAYA TENAGA AHLI Rp 11.600.000,00
BELANJA BARANG HABIS PAKAI
Pembelian ATK 1 Pkt 1 keg Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
Fotokopi 1 Pkt 1 keg Rp 400.000,00 Rp 400.000,00
II
Penyusunan Laporan 1 Pkt 1 keg Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
Cetak Laporan 1 Pkt 1 keg Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
Biaya publikasi dan dokumentasi 1 Pkt 1 keg Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
TOTAL BIAYA BELANJA BARANG HABIS PAKAI Rp 8.400.000,00
BIAYA SURVEY DAN PENGAMBILAN DATA
Transportasi 1 Pkt 1 keg Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
III Akomodasi 1 Pkt 1 keg Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00
Konsumsi 1 Pkt 1 keg Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
TOTAL BIAYA SURVEI DAN PENGAMBILAN DATA Rp 7.000.000,00
BIAYA PELAKSANAAN
Koleksi bibit bambu 1 Pkt 1 keg Rp 5.000.000,00 Rp 5.000.000,00
IV
Penanaman 1 Pkt 1 keg Rp 5.000.000,00 Rp 5.000.000,00
Pemeliharaan 1 Pkt 1 keg Rp 3.000.000,00 Rp 3.000.000,00
TOTAL BIAYA PELAKSANAAN Rp 13.000.000,00
JUMLAH Rp 40.000.000,00
TERBILANG : EMPAT PULUH JUTA RUPIAH

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai