Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS WACANA KRITIS FILM “PUTERI GIOK”:

CERMIN ASIMILASI PAKSA ERA ORDE BARU

CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS OF “PUTERI GIOK” MOVIE:


FORCED ASSIMILATION OF NEW ORDER GOVERNMENT

Rustono Farady Marta


Program Studi Ilmu Komunikasi - Universitas Bunda Mulia, Jakarta
rustonofarady@gmail.com

Abstrak
Media massa merupakan salah satu sarana bagi setiap bangsa untuk memperkenalkan perjalanan sejarahnya dari
masa ke masa. Salah satu perekam jejak yang paling efektif adalah film nasional. Film nasional dapat merefleksikan
proses konstruksi identitas yang ditampilkan, baik visual maupun nonverbal. Salah satu film nasional yang
menggambarkan hal tersebut adalah “Puteri Giok” yang dibesut oleh Maman Firmansjah pada tahun 1980. Film
tersebut berkisah mengenai konflik tentang asimilasi melalui relasi seorang remaja putri bernama Han Giok Nio dan
Han Tek Liong sebagai kakaknya. Konflik muncul akibat opini TuanVijay, rekan bisnis Han Liong Swie, ayah Giok
dan Tek Liong, mengenai hubungannya dengan Herman seorang pribumi. Kemarahannya memuncak hingga
menggunduli rambut Giok. Tak pelak, Tek Liong mendatangi kantor TuanVijay untuk menyadarkannya melalui
Pancasila serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dipahaminya sebagai upaya meredam rasialisme. Peneliti
menggunakan wacana Leeuwen untuk menyibak pola bercerita film yang mengetengahkan tokoh minoritas yang
dibungkam dari berbagai tataran identitasnya, bahkan seakan-akan memperjuangkan terjadinya pembauran. Film ini
memperlihatkan adanya doktrin Pancasila serta subordinasi dari pemangku kebijakan di era pemerintah Orde Baru
melalui BP 7 dan BAKOM PKB serta doktrin Pancasila. Selain itu, praktik-praktik diskursif berupa “asimilasi
paksa” tampak melalui wacana film.
Kata kunci: Film Nasional, Wacana Kritis Leeuwen, Asimilasi Paksa

Abstract
Mass media is one way for each nation to introduce their history now and then. One of the most effective track
records is the national movie, which reflects the process of identity construction both visual and nonverbal. The
national movie "Puteri Giok"—directed by Maman Firmansjah in 1980—told the story of a teenage girl, namely
Han Giok Nio and her brother, Han Tek Liong, who dealt with assimilation issue. Conflict arised from the opinion
of Mr. Vijay as a business partner of Han Liong Swie, the father of Giok and Tek Liong about her relationships with
Herman—a “pribumi”, which led to cut Giok’s hair bald. In the conflict, Pancasila and the motto ‘Unity in
Diversity’ were understood to prevent racism. Researcher used Leeuwen critical discourse to uncover the pattern of
the movie, which muted the minority figures from their identities, even as though fighting for assimilation. The
movie shows that there was Pancasila doctrinal as well as assimilation that reflected the subordination of the New
Order regime through BP 7 and Bakom PKB. Moreover, the discursive practices in the movie also showed the
"forced assimilation".
Keywords : National Movie , Leeuwen Critical Discourse, Forced Assimilation

Pendahuluan sering disebut pribumi dengan etnis Tionghoa


menjadi akar penyebab utamanya. Jauh sebelum
Tragedi penjarahan bangunan toko serta
terjadinya tragedi tersebut, terdapat kesenjangan
pemerkosaan yang dikenal sebagai peristiwa Mei
sosial antara kelompok mayoritas dan etnis
1998 dikecam sebagai suatu pelanggaran Hak
Tionghoa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
Asasi Manusia (HAM) terberat yang kita alami
film nasional sejak tahun 1960 yang mengangkat
sepanjang sejarah pascakemerdekaan. Adanya
tema etnis Tionghoa Indonesia.
diskriminasi ras antara kelompok mayoritas yang

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015 331


Puteri Giok merupakan satu dari banyak mengenai wacana “Asimilasi Paksa” yang berada
film yang mengangkat etnis Tionghoa. Film ini pada potongan film (scene-scene) pilihan dari film
menceritakan tentang keluarga Tionghoa yang Puteri Giok. Artikel ini membahas hasil penelitian
menanamkan peraturan lisan kepada anak-anak yang secara khusus melihat wacana “asimilasi
melalui tokoh utama Han Giok Nio dan kakaknya paksa” yang dipropagandakan pemerintah era
Han Tek Liong. Isunya adalah tidak sewajarnya Orde Baru melalui film Puteri Giok. Teori
keturunan berdarah Tionghoa menjalin hubungan Wacana Kritis digunakan sebagai kerangka
kasih dengan pribumi. Ajaran tersebut ditanamkan analisa. Kemudian diikuti dengan paparan tentang
begitu kuat sehingga Giok dan kakaknya tertekan. alur bercerita film serta klasifikasi fokus analisis.
Hal ini terlihat pada cobaan-cobaan dan ujian Beberapa scene akan dikaji berdasarkan kerangka
dalam hidup mereka. teoretis. Hasil kajian analisis akan didiskusikan
untuk menemukan simpulan penelitian.
Di dalam film, tampak Giok dan
kakaknya mendapat kekuatan dan penghiburan
Kajian Teoretis Wacana Asimilasi
dari sang Ibu yang cenderung menentang keras
ajaran sang ayah (Han Liong Swie). Giok Dalam Introducing Social Semotics, Van
memiliki hati dan semangat yang besar dalam Leeuwen menyatakan bahwa istilah wacana sering
membina hubungan pertemanan, baik di sekolah digunakan untuk menunjukkan suatu bagian
maupun di klub olahraga tanpa memandang asal secara luas dari tuturan atau tulisan yang
etnis. Giok yang unggul dalam klub olahraga berhubungan dengan teks. Analisis wacana berarti
softball memiliki banyak teman dan disukai oleh analisis dari suatu teks secara luas atau sejenis
semua orang, khususnya Herman, teman satu teks (Leeuwen, 2005: 94). Model analisis wacana
timnya. Cinta yang tumbuh antara Giok dan versi Theo Van Leeuwen digunakan untuk
Herman menjadikan Giok berada di bawah mendeteksi dan meneliti proses yang dilalui suatu
tekanan hebat ayahnya yang menentang keras kelompok atau seseorang dimarginalkan posisinya
hubungan mereka. Mereka dipaksa untuk dalam pemberitaan atau alur cerita sebuah teks
menghadapi realita kehidupan, yaitu hubungan bergerak. Suatu kelompok dominan dikisahkan
beda etnis dan ras yang tidak selalu dapat diterima lebih memegang kendali yang superior dalam
masyarakat. menafsirkan suatu peristiwa atau pemaknaan,
sedangkan kelompok lain hanya menjadi objek
Kemunculan film ini tampaknya
dari pemaknaan dan selalu digambarkan secara
diharapkan dapat membuka pemikiran setiap
buruk atau diperlakukan sebagai subordinat.
penonton yang menyaksikannya tentang pesan
pembauran antarsuku bangsa. Pesan tersebut Kata wacana didefinisikan secara beragam
mampu menarik perhatian publik karena tema oleh para ahli. Johnstone (2002: 3) dalam
yang diangkat merupakan suatu realita sosial yang bukunya yang berjudul Discourse Analysis
terjadi di dalam negeri kita pada waktu itu. mengungkapkan bahwa wacana adalah
Adegan demi adegan disajikan dengan beragam komunikasi secara nyata dengan bahasa sebagai
lingkungan yang menarik. Melalui film ini kita medianya. Mendukung pernyataan tersebut, Clark
dapat melihat perilaku etnis Tionghoa selaku (1994: 243-250) dalam artikelnya Discourse in
minoritas dalam menyikapi perbedaan budaya. Production yang dimuat dalam Handbook of
Psycholinguistics menjelaskan wacana sebagai
Film Puteri Giok merupakan salah satu
penggunaan bahasa secara menyeluruh melebihi
film nasional yang diharapkan mampu membuka
tataran bunyi, kata, dan kalimat. Pendapat tersebut
mata dan pikiran masyarakat mengenai perbedaan
senada dengan yang diungkapkan oleh
antaretnis dengan pemahaman yang tepat. Oleh
Kridalaksana (2008: 259) berkaitan dengan
karena itu, tulisan ini mengangkat pertarungan
wacana sebagai satuan bahasa terlengkap yang di
wacana mengenai “Asimilasi Paksa” sebagai
dalam hirarki gramatikal merupakan satuan
propaganda kebijakan Pemerintah Orde Baru
gramatikal tertinggi atau terbesar.
melalui media massa nasional.
Satuan bahasa terlengkap yang
Dalam rangka mempersempit pembahasan
dimaksudkan dalam suatu wacana dapat berupa
yang terlalu luas, peneliti hanya akan membahas

332 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015


rentetan kalimat yang saling berkaitan dan mampu status imigrasi, geografis regional, dan bahasa
menghubungkan proposisi-proposisi yang ada yang digunakan memaksa dan mendevaluasi
menjadi kesatuan yang utuh (Moeliono, 1988: pembicaraan dan ide para pelaku komunikasi.
334). Definisi-definisi tersebut merupakan definisi
Kehadiran konteks yang dihubungkan
wacana secara konvensional yang menempatkan
dengan faktor kebahasaan ternyata tidak cukup
wacana sebagai konstruksi yang netral dan bebas
memuaskan bagi proses analisis wacana.
nilai. Sedikit berbeda dengan ketiga pendapat
Pengaruh paradigma kritis menghadirkan
tersebut, Fowler et al (1979), Fairclough (2001),
terobosan yang disebut analisis wacana kritis.
Van Dijk (1988), Van Leeuwen (2008) dan
Para ahli wacana kritis mendefiniskan wacana
Wodak (2001) mendefinisikan wacana secara
dengan term yang lebih luas lagi. Sekelompok
kritis dengan menempatkan wacana sebagai
pengajar dari Universitas East Anglia, yakni
konstruksi yang tidak bebas nilai dan tidak netral.
Fowler, Hodge, Kress dan Trew (1979: 185-213)
Wacana merupakan wujud dari tindakan melalui bukunya yang berjudul Langauge and
sosial yang diproduksi sesuai dengan tujuan yang Control dengan pendekatan linguistik kritis yang
ingin dicapai oleh pihak yang memproduksinya. mereka gagas semakin memantapkan pengkajian
Sesuai dengan masalahnya, maka tulisan ini wacana secara kritis. Mereka memaknai wacana
berpedoman pada definisi wacana yang tidak sebagai praktik sosial yang bertujuan. Wacana
bebas nilai dan tidak netral. Wacana yang tidak serta merta hadir begitu saja, melainkan
digambarkan dalam suatu teks tak jarang hadir dengan tujuan tertentu yang ingin
memperlihatkan kelompok terbungkam, sesuai disampaikan pada khalayak penikmatnya
dengan the muted group theory yang diungkapkan (Fairclough dan Wodak, 1997: 271-280). Teks
oleh Edwin dan Shirley Ardener (Ardener, 1975: tidak pernah dipandang sebagai sesuatu yang
19-27). Teori ini ditujukan untuk menekankan netral dan bebas nilai. Analisis wacana kritis
bentuk komunikasi dari kelompok dominan dalam melihat bahasa sebagai suatu tindakan yang
memberi tekanan, membungkam, atau mendevaluasi menentukan ke arah mana khalayak akan dibawa.
kata-kata, ide serta diskursus kelompok Tugas utama analisis wacana kritis adalah
subordinat. menguraikan relasi kuasa, dominasi, dan
ketimpangan yang diproduksi dalam wacana
Teori ini memfokuskan pada proses
(Van Dijk, dalam Tannen et al., 2001: 352-371).
pembungkaman sekelompok orang yang
menentukan status sosial mereka di masyarakat Sebagaimana halnya Fairclough dan Wodak,
pada waktu dan tempat tertentu ketika mereka Leeuwen juga beranggapan bahwa wacana
berbicara dengan kata-kata dan konsep tertentu. merupakan perwujudan atau realisasi dari praktik
Selain itu, ditentukan pula oleh pola atau media sosial. Menurutnya, wacana dan pengetahuan kita
yang digunakan dalam berkomunikasi, termasuk tentang dunia secara mutlak diperoleh dari apa
akibat yang ditimbulkan oleh proses yang kita kerjakan. Dengan kata lain, tindakan-
pembungkaman tersebut. tindakan kita memberikan kita alat untuk
memahami dunia disekeliling kita. Menurut
The muted group theory mendorong
Leeuwen, elemen-elemen yang harus terdapat
perhatian terhadap sistem serta praktik
dalam setiap praktik sosial adalah (Leeuwen,
kebahasaan yang menciptakan ketidakseimbangan
2005: 106-109):
antar pelaku komunikasi, melalui praktik sosial
kebahasaan yang terjadi dalam suatu wacana. 1. Tindakan: yaitu hal-hal yang dikerjakan oleh
Teori ini menyatakan suatu kondisi bahwa orang-orang, atau kegiatan yang menyusun
kelompok sosial perlu menciptakan dan menjaga praktik sosial atau urutan kronologisnya;
dominasinya melalui pembicaraan dan ide 2. Sikap: yaitu cara bagaimana suatu tindakan
kelompok dominan sesuai posisinya sebagaimana dipertunjukkan, misalnya: dengan ramah,
tingkatan tertentu di luar kebiasaan masyarakat secara tepat guna, penuh energi, dan
umumnya. Hal ini secara historis umumnya sebagainya;
berbentuk hirarki seperti gender, ras, kelas sosial, 3. Aktor (pelaku): orang yang terlibat dalam
seksualitas, etnisitas, status penduduk setempat, praktik (sosial), dan peran-peran berbeda di

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015 333


mana mereka terlibat, apakah peran aktif memutuskan hubungan asmaranya dengan Tek
maupun pasif; Liong di segmen awal film ini.
4. Presentasi: cara bagaimana para aktor atau
pelaku ‘dikemas’ atau ‘didandani’. Setiap
praktik sosial memiliki aturan presentasi,
meskipun mereka berbeda dalam jenis dan
derajat kekerasannya;
5. Sumber: yaitu peralatan dan material yang
diperlukan dalam membuat praktik sosial;
6. Waktu: praktik sosial yang tidak dapat
dihindari adalah waktu yang pasti, dan
bertahan untuk sejumlah waktu yang pasti
pula;
7. Ruang: elemen nyata yang paling akhir dari
sosial praktik adalah ‘ruang di mana tindakan
mengambil tempat, termasuk cara bagaimana
mereka harus disusun untuk membuat praktik
tersebut menjadi mungkin.
Dalam realitasnya, elemen-elemen di atas
harus terdapat dalam sebuah praktik sosial, tetapi
teks-teks tertentu dapat terbatas diungkapkan pada
beberapa elemen saja. Pengetahuan yang
Gambar 1. Poster Film Puteri Giok
dibangun dalam wacana kritis bersifat selektif,
pembatasan objek penelitian yang diseleksi Merenungkan kembali tindakannya,
berdasarkan tujuan serta perspektif peneliti sesuai dalam benak ayah itu terlintas bayang-bayang
bidang ilmu pengetahuan yang dikuasai. tragis, puterinya bersama kekasihnya mengambil
jalan sesat melakukan bunuh diri di air terjun.
Salayang Pandang Kisah Giok Bayang-bayang maut bagi anaknya yang selalu
menghantui akhirnya menyadarkan pikirannya,
Berawal dari keluarga seorang pengusaha
sehingga anak-anaknya dibebaskan untuk
Tionghoa Indonesia bermarga Han, ia bernama
menentukan pilihan jodohnya.
lengkap Han Liong Swie dan mempunyai
sepasang anak putera dan puteri buah pernikahan Film ini sepenuhnya berada di bawah
dengan isterinya. Mereka bernama Han Tek Liong tanggung jawab Sjamsuddin yang bertindak
dan Han Giok Nio. Kedua anak tersebut terlibat sebagai produser dengan bendera PT. Sjam Studio
cinta dengan gadis (Inderawati) dan pemuda Film Production. PT. Sjam Studio Film
(Herman) yang berasal dari etnis lain. Pada Production bekerjasama dengan Inter Studio
mulanya hubungan yang dijalin anak-anak Han Jakarta sebagai laboratorium pasca produksi, alur
Liong Swie bisa ditoleransi, hingga di satu titik cerita film ini dikawal oleh Maman Firmansjah.
Han mendadak berubah pikiran dan menentang Penulis skenario film ini adalah Deddy Armand
keras hubungan cinta anak-anaknya itu. Hal ini yang juga menulis skenario film lain yang
juga terjadi atas pengaruh teman bisnis Han, menceritakan etnis Tionghoa, yakni berjudul
seorang keturunan asing yang biasanya dipanggil “Mey Lan, Aku Cinta Padamu” di tahun 1974.
dengan sebutan Tuan Vijay. Semangat yang dikiaskan film tersebut hampir
sama dengan Puteri Giok. Kedua alur cerita film
Situasi perseteruan dalam keluarga
itu dititikberatkan pada asimilasi antar etnis.
mencapai puncaknya, terutama pada kejadian
Perbedaan mencolok terletak di akhir cerita yang
pemotongan rambut Giok Nio sampai botak. Hal
lebih condong pada sad ending pada film “Mey
ini dilakukan H.L. Swie agar hubungan Giok
Lan, Aku Cinta Padamu (1974)”, sedangkan film
dengan Herman terputus, seperti saat Ia
“Puteri Giok (1980)” justru menawarkan happy
mengirimkan surat kepada Inderawati agar
ending dengan direstuinya pernikahan beda etnis.

334 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015


Terdapat beberapa peran yang seringkali kendala yang sama seperti yang dialami adiknya
muncul dalam film Puteri Giok, antara lain bersama Herman. Guru Sekolah diperankan oleh
sebagai berikut. Han Giok Nio diperankan oleh Titiek Puspa.
Dian Ariestya adalah gadis remaja yang masih
bersekolah di bangku sekolah menengah ke atas. Deskripsi Alur Cerita Film
Ia sangat menyukai permainan softball dan juga ia
Film “Puteri Giok” ini secara keseluruhan
tanpa sengaja jatuh cinta terhadap Herman yang
berdurasi 1 jam 36 menit 13 detik. Penulis
diperankan Hermansjam. Han Liong Swie
membagi film “Puteri Giok” berdasarkan alur
diperankan oleh Hengky Nero adalah Ayah dari
cerita yang dikisahkan oleh sutradara Maman
Han Giok Nio dan Han Tek Liong yang
Firmansjah ini. Adapun klasifikasi tersebut
memegang teguh adat Tionghoa yang kental
merupakan langkah yang ditempuh untuk
dalam pemikirannya dan juga memiliki sifat yang
mempermudah proses seleksi segmentasi yang
sedikit temperamental. Tuan Vijay diperankan
dianggap paling relevan dengan tujuan penelitian,
oleh Farouk Afero adalah seorang pebisnis
yakni menjawab rumusan masalah. Terdapat lima
sekaligus teman bisnis dari ayah Giok. Ia adalah
segmen yang memiliki relevansi dengan tujuan
orang yang lebih mengutamakan keuntungan serta
dan urgensi penelitian. Adapun kelima segmen
suka untuk mencampuri urusan orang lain. Han
tersebut dibatasi sebagaimana berikut.
Tek Liong diperankan oleh John Gunardi
merupakan kakak Han Giok Nio. Perjalanan
asmaranya dengan Inderawati juga memiliki

Tabel. 1. Pembagian Segmen Film Puteri Giok (1980)


No. Judul Segmen Garis Besar Isi Durasi Parsial
A. Introduksi Toleransi Credit tittle nama pemain dan lagu ‘satu nusa 00:00:00 - Opening &
dan Kasus H.T. Liong satu bangsa’ di depan gedung MPR/DPR. 00:06:40 Bridge
Kelas PPKN dipimpin guru Titiek Puspa, dan 00:06:41 -
kasus H.T. Liong (Kakak Giok) putus 00:11:50
hubungan asmara dengan Indrawati (Wati).
B. H. Liong Swie bicara H.L. Swie (Papa Giok) bertemu Tuan Vijay. 00:15:47 - Segmen 1
dengan TuanVijay Tak lama berselang, mereka berdua melihat 00:20:50
Herman yang mengantarkan Giok pulang ke
rumahnya.
C. Hubungan Herman & Orang tua Herman berbicara dengan Herman 00:21:35 - Segmen 2
Giok dibicarakan tentang hubungan Giok dengan Herman. 00:23:32

Mama Giok bicara dengan Han Giok Nio dan 00:23:33 -


Han Tek Liong (Kakak Giok) 00:24:49
mempertanyakan tentang hubungan Giok
dengan Herman.
TuanLiem (teman bisnis H.L. Swie) & Tn 00:24:50 -
Vijay bicara dengan H. Liong Swie di 00:27:43
kantornya tentang hubungan Giok dengan
Herman.
D. Giok & Herman Tak jauh dari tempat itu H.L.Swie sedang 00:50:07 - Climax
dipergoki H.L. Swie berbicara dengan TuanVijay melihat Giok dan 00:51:21
Herman bersenda gurau dan bercengkrama.
Herman pulang Ketika Herman pulang ke rumah dengan muka 00:51:22 -
dengan lesu masam, kemudian ditegur oleh orang tuanya. 00:55:40
Rambut kepala Giok Giok diajak pulang oleh H.L. Swie, dimarahi, 00:55:41 -
digunduli dan dicukur rambut kepalanya hingga botak. 01:00:33
H.T. Liong pamit dari Ketika H.T. Liong datang ke rumah dan 01:00:33 -
rumah melihat suasana yang begitu kacau. Ia 01:04:52
memutuskan pamit untuk pergi dari rumah
sementara waktu.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015 335


H.T. Liong menegur H.T. Liong beranjak ke kantor TuanVijay 01:04:53 -
TuanVijay untuk mengingatkan pentingnya Bhinneka 01:11:14
Tunggal Ika (background foto Presiden H.M.
Soeharto).
E. Rekan softball Rekan satu tim softball kaget melihat Giok 01:18:26 - Ending
menemui Giok berdoa dengan kepala botak dan menangis 01:20:30
bersama-sama meratapi penderitaan Giok.
Rekan softball ke Rekan satu tim softball memberitahu pada 01:20:31 -
Herman Herman mengenai penderitaan Giok. 01:24:57
H.L.Swie mengigau Tiba-tiba H.L.Swie tampak sedang mengigau, 01:24:58 -
membayangkan Giok dan Herman bunuh diri 01:29:58
di air terjun hingga Ia meratapi batu nisannya.
H.L.Swie meminta H.L.Swie meminta maaf atas perbuatannya dan 01:29:59 -
maaf merestui hubungan Giok dengan Herman. 01:31:23
Pesta di rumah Giok Pesta di rumah Giok mempertemukannya 01:31:24 -
dengan Herman, H.T.Liong pun dipertemukan 01:36:13
dengan Wati kekasihnya.

Urutan kronologis atau alur cerita perilaku tokoh


Proses seleksi yang ditempuh penulis dilakukan
yang ditunjukkan bertujuan untuk menyusun
atas dasar adanya relevansi dengan tujuan
praktik sosial asimilasi paksa.
penelitian, yakni mengungkapkan wacana
“asimilasi paksa” yang dilakukan oleh pemerintah
Orde Baru melalui pembungkaman kelompok
maupun peran yang merepresentasikan latar
belakang etnis tertentu pada film “Puteri Giok”.
Proses berikutnya, penulis akan menguraikan
kerangka analisis sesuai metode analisis wacana
kritis Theo Van Leeuwen. Adapun proses analisis
tersebut akan difokuskan pada lima segmen
subunit analisis sebagai fokus dalam penelitian ini
secara seksama diurai setiap bagiannya
menggunakan analisis wacana Van Leeuwen.

Proses Praktik Sosial Film


Gambar 2.
Film sebagai media massa yang Ibu Guru mengajar PMP dalam scene 00:06:46
melakukan proses praktik sosial dapat dipahami
melalui tujuh elemen dan seluruh elemen pelibat
Pada gambar 3. secara jelas
wacana tersebut diperlihatkan dalam suatu
memperlihatkan agenda kebijakan pemerintah era
wacana. Hal ini disusun sedemikian rupa dalam
Orde Baru kala itu. Para pelaku film diperankan
wujud visual yang menyiratkan ideologi tertentu
sedemikian rupa agar menjadi agen pemersatu
sebagaimana alasan utama penyampaian pesan
bangsa. Ibu guru berperan mengantarkan wacana
dari produsen pembuat film kepada khalayak
‘toleransi’. Namun, alur cerita film berikutnya
penonton penikmat film. Adapun elemen-elemen
menggambarkan secara eksplisit bahwa perlu
tersebut diuraikan sebagai berikut.
adanya pemahaman akan ‘asimilasi’ antara Tek
Praktik Sosial Segmen Pembuka Liong dengan Wati.
memperlihatkan pelibat wacana awalnya
dititikberatkan pada tindakan pelaku wacana.

336 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015


sekolah tahun 1994 yang mengubah nama mata
pelajaran PMP menjadi PPKN (Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan) berdasarkan UU
Sisdiknas UU RI No.2 tahun 1989 (Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007:
147-148).

Gambar 3.
Garuda Pancasila di Atas Gedung MPR/DPR
dalam scene 00:03:55
Buku paket PMP digunakan oleh Ibu
guru sekolah Giok seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2. dimaksudkan untuk merujuk sumber
praktik sosial. Selain itu, buku PMP sebagai
bagian dari kurikulum Pendidikan Kewarga Gambar 4. Ibu Guru mengajar di Sekolah Fons Vitae
Negaraan (PKN) yang disusun oleh Kementerian dalam scene 00:07:25
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Mendikbud-RI) tahun 1968. Dalam perubahan Ruang merupakan wadah praktik sosial
kurikulum sekolah tahun 1968 menjadi disusun secara nyata. Adapun ruang praktik sosial
kurikulum tahun 1975, mata pelajaran PKN dalam film ini adalah ruang kelas Sekolah Fons
berdasar Keputusan Majelis Permusyawaratan Vitae 1 Marsudirini Jakarta Timur. SMA Fons
Rakyat (MPRS) 1978 diganti nama baru yang Vitae 1 adalah sekolah Katolik di Jakarta Timur
dikenal dengan Pendidikan Moral Pancasila yang bernaung di bawah Yayasan Marsudirini.
(PMP). Mata pelajaran ini merupakan Sekolah ini dikelola oleh Tarekat (Kelompok
penggabungan mata pelajaran sejenis yang Biarawati) Ordo Santo Fransiskus (OSF).
menyangkut Pancasila dan UUD’45. Sementara Sekolah ini memulai kegiatan belajar-mengajar
itu, mata pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi dan pada tanggal 29 Juli 1959. Meskipun merupakan
Ekonomi digabung menjadi Ilmu Pengatahuan sekolah Katolik, bukan berarti siswa harus
Sosial (IPS). beragama Katolik. Sesuai dengan mottonya
“Cerdas, Beriman dan Bersaudara” , SMA FV 1
Mata pelajaran PMP secara membuka pintu lebar-lebar untuk siswa non-
konstitusional mulai dikenal dengan TAP MPR Katolik. Prestasi demi prestasi yang telah
No.IV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar dibangun ternyata mengundang perhatian
Haluan Negara. Kemudian diperkuat lagi dengan Presiden Soekarno. Pada tahun 1962 SMA
TAP MPR No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Marsudirini diundang Presiden untuk datang ke
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Istana pada hari Lebaran. Dalam acara tersebut,
Oleh karena itu, PMP diharapkan dapat menjadi Sr. M. Seraphine bersama OSF berkesempatan
penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan berdampingan dengan presiden. Saat itulah
tingkah laku manusia Indonesia dalam kehidupan Presiden menanyakan kebutuhan-kebutuhan
bermasyarakat dan bernegara. Dengan demikian sekolah. Setelah mendengar sekolah sedang
hakikat PMP tidak lain adalah pelaksanaan P4 direnovasi, beberapa waktu kemudian material-
melalui pendidikan formal yang berlaku mulai material bangunan yang di butuhkan dikirimkan.
kurikulum 1975 dan GBHN 1978. Hal ini terus Satu peneguhan yang luar biasa untuk lembaga
berlaku hingga sebelum diberlakukannya kurikulum ini khususnya untuk kemampuan anak-anak.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015 337


Perlu dimaklumi bahwa di tahun itu Herman dan Ia pun berusaha mengingatkan papa
sekolah harus menerima 6 kelas yang masing- Giok terhadap pengalaman yang dialami terkait
masing berkapasitas 50 siswa. Sangat besar kasus kakak Giok, Tek Liong, dengan Wati. Hal
tentunya untuk ukuran waktu itu. Oleh karena yang coba dilakukan oleh Tuan Vijay adalah
besarnya kapasitas serta didukung memori masa menekankan unsur kronemik pada pembicaraan
lampau terkait sumbangsih pemerintah terhadap dengan menjadikan masa lampau sebagai pijakan
pembangunan sekolah tersebut, tak salah bila bersikap. Hal ini didengarkan dengan baik oleh
setting film mengambil tempat di sekolah papa Giok, secara non verbal dapat ditunjukkan
tersebut. Selain itu, kualitas pendidikan sekolah dari cara Tuan Vijay membantu menyalakan api
juga sangat dikedepankan mengingat Titiek rokok papa Giok pada gambar 5. Ketika Tuan
Puspa selaku guru sekolah pada gambar 4. Vijay mengucapkan hal tersebut, tanpa sengaja
tampak cakap dalam menguasai kelas Tek Liong yang saat itu melintas di balkon lantai
penyampaian nilai-nilai pelajaran yang dipetik dua mendengar percakapan mereka itu. Pada
dari PMP disampaikan dengan baik. Selain itu, gambar 5. Tek Liong menggunakan baju kaos
kedisiplinan dalam mengajar juga diperlihatkan berwarna kuning melihat serta mendengarkan
ketika ada keluhan dari Susi (teman Giok) secara seksama sambil menunjukkan raut muka
diganggu oleh teman sebangkunya. yang cederung gusar serta kekecewaannya
terhadap pernyataan Tuan Vijay yang
Praktik Sosial Segmen 1 dan 2 menyinggung hubungan asmaranya dengan
Inderawati. Norma kesopanan masih dijunjung
Pada segmen pertama, tindakan pelibat
tinggi oleh Tek Liong, terbukti dari sikapnya
wacana berlanjut dengan munculnya salah satu
yang tidak tersulut emosi untuk turun dari balkon
pemeran utama, yakni Han Liong Swie (papa
atau bahkan berbicara dari lantai 2. Ia memilih
Giok). Ketika itu Ia bertemu dengan Tuan Vijay
untuk menyimpannya dalam hati. Kondisi ini
yang membicarakan mengenai perluasan
menggambarkan sisi enactment layer yang
proyeknya Tak lama berselang, tampak Giok
ditunjukkan Tek Liong sebagaimana gelora
sedang diantar Herman pulang ke rumah,
identitas yang menyuarakan pembauran seakan-
kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah
akan dibungkam.
dan menyapa papa Giok. Tiba-tiba Tuan Vijay
bertanya kepada papa Giok mengenai sosok

Gambar 5. TuanVijay dan Papa Giok disaksikan Tek Liong dalam scene 00:19:22-00:19:44

Setelah percakapan tersebut usai, Tuan itu Tuan Vijay kembali mengingatkan kepada
Vijay pun pamit sambil meminta maaf karena Giok mengenai keakraban hubungannya dengan
telah turut mencampuri urusan rumah tangga papa Herman.
Giok. Ketika sedang berada di teras depan rumah,
Pada segmen kedua muncul beberapa
Tuan Vijay bertemu muka dengan Giok yang
pelibat wacana yang melakukan tindakan praktik
kala itu baru saja menutup pintu pagar usai
sosial, diantaranya orang tua Herman muncul di
mengantarkan Herman pulang. Pada kesempatan

338 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015


waktu tayang 00:21:35 - 00:23:32 dan Mama Setelah itu, terlihat Herman dan Giok sedang
Giok muncul ketika durasi film 00:23:33 - bersenda gurau seraya bahagia. Hal itu tak
00:24:49. Ketika peran tersebut dihadirkan dalam sengaja terlihat oleh Tuan Vijay yang kala itu
beberapa adegan, intinya mereka mempertanyakan sedang meninjau proyek bersama Papa Giok.
hubungan akrab antara Giok dengan Herman. Kondisi tersebut membuat papa Giok naik pitam
Pada segmen ini, tindakan para aktor pelibat dan mengajak Giok pulang dan Ia melakukan
wacana memperlihatkan perhatian mereka baik tindak kekerasan secara fisik dengan
kepada Herman maupun Giok, sikap yang menggunduli rambut kepala Giok. Peristiwa ini
ditunjukkan lebih kepada simpati sebagai bagian berlangsung cukup lama, yakni 00:55:41 -
dari keluarga. Ruang yang digunakan meliputi 01:00:33. Setelah kejadian tersebut, Tek Liong
kediaman Giok dan Herman di waktu yang sama. datang dan melihat kondisi Giok yang sedang
Selain itu, terdapat pula Tuan Liem (teman bisnis dirundung kemalangan. Ia berpamitan dengan
papa Giok) yang kala itu sedang berbicara dengan mama dan Giok untuk pergi sementara ke rumah
papa Giok di kantornya. pamannya hingga suasana mulai kondusif.
Keesokan harinya Tek Liong datang menemui
Praktik Sosial Segmen Puncak Tuan Vijay di kantornya untuk mengkonfirmasi
mengenai hasutan yang disampaikan kepada Han
Penderitaan Giok memuncak di segmen
Liong Swie agar memisahkan dia dengan Wati
ini, berawal dari keberhasilan Giok bersama tim
maupun Giok dengan Herman.
softball Prambors memenangkan pertandingan.

Gambar 6. Tek Liong berbicara tegas kepada Tuan Vijay di scene 01:05:03-01:05:17

Tuan Vijay berdalih bahwa hal tersebut yang dilakukan mengarah langsung pada Tuan
dilakukan semata-mata demi menyelamatkan Vijay.
masa depan keluarganya, karena Han Liong Swie
Pada scene 01:05:17 terlihat Tuan Vijay
telah dianggap sebagai guru bisnisnya. Tuan
beranjak dari tempat duduk dan berdiri untuk
Vijay merasa bahwa melestarikan keturunan di
mendekatkan jarak sosial menjadi jarak personal.
kalangan elite akan menyelamatkan dinasti bisnis
Dekatnya jarak tersebut ditujukan untuk
yang telah dibangun selama ini. Selain itu,
memperlihatkan itikad baik Tuan Vijay sembari
preseden negatif terhadap penduduk asli menjadi
menggerakkan jempolnya diarahkan kepada Tek
alasan pendukung. Tampak jarak sosial yang
Liong. Bahkan, setelah adegan tersebut Tuan
ditampilkan di antara pelaku pelibat wacana
Vijay berusaha keluar dari meja kerjanya dan
dalam scene 01:05:03 serta gestur tubuh yang
duduk mendekat dengan Tek Liong untuk
begitu tenang memperlihatkan Tuan Vijay tidak
memberitahunya dengan lebih intensif. Hal
memiliki rasa bersalah terhadap tindakan yang
tersebut dilakukan sembari menyatakan reputasi
telah dilakukan. Tindakan Tek Liong sebagai
H.L. Swie ayahnya.
pelibat wacana utama pada adegan tersebut
menunjukkan kemarahan, bahkan ayunan tangan

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015 339


Masing-masing pelibat wacana belum Gestur yang ditunjukkan oleh Tek Liong
menampakkan adanya subordinasi. Namun, mencerminkan kondisi subordinasi ketika ada
kelompok bungkam mulai diperlihatkan ketika Tuan Vijay dan salah satu rekan beretnis
Tek Liong berbicara dengan lantang dengan Tionghoa bernama Tuan Akiong di kantornya.
background Garuda Pancasila untuk mengingatkan Hal yang didambakannya adalah kedamaian,
perihal semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” persatuan, dan saling menghargai. Oleh karena
tertulis jelas dan dipajang di dinding kantor Tuan itu, Tuan Vijay mempertanyakan korelasi
Vijay. hubungan antara Giok dan Herman dengan
persatuan bangsa. Tek Liong berkilah, Ia
mengatakan timbulnya rasialisme disebabkan
oleh pola pikir seperti yang ditunjukkan
TuanVijay dan Tuan Akiong.
Tampak latar pada beberapa adegan
ketika Tek Liong berbicara mengenai falsafah
Negara Indonesia serta persatuan dan kesatuan
adalah foto H.M. Soeharto selaku Presiden kedua
Republik Indonesia dan Garuda Pancasila. Hal ini
secara jelas menunjukkan relasi kekuasaan yang
tampak memberi tekanan pada pesan tersirat
berupa wacana “asimilasi paksa”. Bahkan, pesan
tersebut dibalut sedemikian rupa dan dititipkan
melalui Han Tek Liong sebagaimana sosok peran
Gambar 7. Tek Liong berbicara tegas pada Tuan
pendamping pria. Pesan ini seakan menegaskan
Vijay dalam scenes 01:05:03-01:05:17 komunikasi visual maupun verbal di awal segmen

Gambar 8. Latar Pancasila saat Tek Liong bicara dalam scenes 01:08:32-01:08:39

Di akhir segmen, Tek Liong menekankan kalimat Praktik Sosial Segmen Penutup
berbunyi: “bumi yang kita pijak, itu yang
Segmen ini menjadi titik balik kisah
semestinya kita hormati dan kita bela”. Ideologi
pendertiaan Giok yang memuncak di segmen
tersebut merupakan bagian dari propaganda
sebelumnya. Berawal dari kekalahan tim softball
pemerintah Orde Baru yang didengungkan
Prambors tempat Giok merupakan salah satu
melalui penokohan Tek Liong dalam film ini.
pemain terbaiknya. Teman-teman Giok yang
awalnya menumpahkan kekesalannya pada
Herman, lalu memutuskan untuk beranjak ke
rumah Giok menemui kedua orang tuanya. Tak

340 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015


lama berselang, ketika mereka sudah sampai di menyadari penyebab ketidakhadiran Giok dalam
rumah Giok, rumah tampak lengang sehingga pertandingan softball. Kondisi itu mendorong
mereka langsung menuju kamar Giok. Mereka mereka untuk bergegas memberitahukannya
pun kaget saat melihat dari belakang Giok yang kepada Herman.
sedang berdoa tampak gundul dan akhirnya

Gambar 9. Ibu Guru-murid dan Wati,-Tek Liong dalam scenes 01:24:46-01:28:27

Pada scene selanjutnya terlihat H.L. Swie atas permintaan sang ayah yang menentang
sedang berdiam diri merenungkan hal yang telah asimilasi. Kemudian Titiek Puspa selaku guru
dilakukan sembari mengigau. Ia berandai-andai berusaha mengajarkan kepada para murid di
bila tindakan pelarangan hubungan antara Giok SMA Fons Vitae 1 Marsudirini pentingnya
dengan Herman diteruskan, akan muncul inisiatif toleransi antarsesama manusia. Konsistensi
untuk melakukan perbuatan nekad dan wacana asimilasi bukan saja menjadi ideologi
kemungkinan bunuh diri. Bahkan, Papa Giok utama film ini, melainkan telah merasuk menjadi
membayangkan ketika harus memakamkan ruh yang menuntun alur cerita.
jenazah puterinya. Dalam adegan yang
Benang merah yang dapat ditarik dari
memilukan tersebut, bayangan Papa Giok
cuplikan dua scene tersebut memberi gambaran
menghadirkan Titiek Puspa yang melantunkan
bahwa etnis Tionghoa merupakan fokus utama
lagu sebagai ungkapan simpati dan kasih
penggiringan alur cerita film. Subordinasi etnis
sayangnya sebagai guru sekolah Giok. Lagu
Tionghoa yang diperankan oleh beberapa tokoh
tersebut dinyanyikan dalam durasi 01:24:46
berhasil disandingkan sedemikian rupa dengan
hingga 01:28:27. Tampak dalam beberapa adegan
peran-peran yang mampu menunjukkan asimilasi.
memunculkan perbedaan etnis yang disandingkan
Upaya politisasi alur film ini tentu saja dilakukan
secara sejajar. Titiek Puspa berbusana hitam
oleh oknum tertentu yang memiliki potensi dalam
memegang bunga putih didampingi dua orang
hal pemangku keputusan, agar diarahkan sesuai
murid beretnis Tionghoa yang memegang payung
ideologi pembuat, baik itu pihak sutradara,
berpakaian putih, kemudian tak jauh dari
produser, maupun lembaga penopang pendanaan
keramaian tampak Wati berpakaian hitam.
film. Selain itu, terdapat pula organisasi atau
Pada dua scene di segmen penutup ini kelompok tertentu yang turut ikut andil.
digambarkan wacana asimilasi yang dipaksakan
melalui setting para pemain. Setiap tokoh Diskusi Pembahasan
pendamping utama disandingkan dengan nuansa
Dalam melakukan analisis secara
perbedaan etnis maupun agama. Wacana yang
holistik, peneliti mengumpulkan berbagai data
diungkapkan pada segmen awal, khusus pada
sekunder lain untuk menemukan koherensi
bridge cerita memperlihatkan segmen ketika
antarberbagai sumber dalam suatu diskusi
Herman dan Wati memutuskan hubungan mereka
pembahasan. Hal ini ditempuh untuk menemukan

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015 341


ideologi yang tersembunyi di balik tayangan film tahun 1977 adalah film “Gitar Tua Oma Irama”
Puteri Giok yang dihadirkan ke hadapan dan sejak saat itu dia telah menulis 43 skrip film.
penonton, sehingga proses eksklusi maupun
Berdasarkan penelusuran rekam jejak
inklusi yang tersaji dalam film dianalisis dan
pengalaman sutradara maupun penulis skenario
dilanjutkan dengan praktik sosial yang terjadi
film “Puteri Giok” ini, terlihat bahwa keduanya
dalam film. Kemudian hal itu ditransformasikan
berasal dari kalangan professional yang
menjadi praktik diskursif dalam suatu wacana
memproduksi film yang lebih berorientasi pada
film. Adapun praktik tersebut dapat terlihat
kepentingan audience. Hal yang lebih
secara jelas apabila penulis menghubungkannya
fundamental dapat dilihat dari credit title yang
dengan berbagai aspek yang menjadi latar film
menjadi pengantar sebelum dimulainya film ini.
tersebut dibuat.
Di situ muncul beberapa nama yang pastinya
memberi kontribusi dalam alur cerita “Puteri
Giok”. Bila diurutkan dari awal, terdapat nama
Ibu Tien Soeharto dan Ibu Nelly Adam Malik.
Keduanya merupakan pendamping H.M.
Soeharto selaku Presiden Republik Indonesia (RI)
kedua serta Adam Malik Batubara sebagai Wakil
Presiden RI ketiga. Tentu saja, kemunculan
apresiasi yang muncul di pembuka film tidak
mungkin tanpa alasan tertentu. Hal itu
menunjukkan adanya agenda tertentu yang
sedang disisipkan sebagai bagian dari misi yang
menjadikan media massa sebagai propaganda
pemerintah di era Orde Baru.
Sesudah nama kedua wanita tadi,muncul
juga ucapan terima kasih kepada BP7 dan
BAKOM PKB. BP7 selama ini dikenal dengan
singkatan dari kata Badan Pembina Pendidikan
Gambar 10. Credit tittle sebelum dimulainya film Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Puteri Giok dalam scene 00:05:03 Pengamalan Pancasila. Di era Orde Baru,
Sebelum terjun ke dunia film, Deddy pemerintah membentuk BP7 guna mengelola
Armand selaku penata skrip dikenal sangat penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan
handal dalam menciptakan skenario film. Sejak Pengamalan Pancasila) yang diwajibkan bagi
1974 dari film “Mey Lan, Aku Cinta Padamu” para siswa sekolah dasar hingga tingkatan
hingga “Gara-Gara (1993)” sudah 150 skenario mahasiswa perguruan tinggi. Dalam prosesnya,
dibuatnya. Ia bahkan dijuluki pabrik skenario. BP7 berhasil mencetak instruktur-instruktur yang
Pada tahun 1982, karya cerita yang ia tulis pernah disebut sebagai manggala (penatar). Namun, hal
meraih cerita terbaik. Sementara itu, di tahun tersebut disinyalir menjurus pada pola
1979 lulusan jurusan Publisistik Universitas Prof indoktrinasi sehingga lembaga itu pada akhirnya
Dr Mustopo (1972-1977 ini berhasil meraih Piala dibubarkan pada era reformasi. Pada tahun 1998,
Yayasan Artis Film dan Nominasi Piala Citra ABRI (sekarang TNI) yang awalnya masuk desa
untuk kategori Skenario Terbaik dalam Festival kini dikembalikan ke markas sesuai fungsi awal,
Film Indonesia. Hal itu berbeda dengan Maman yaitu menjaga kedaulatan Negara dan BP7
Firmansjah yang memulai karir di dunia dibubarkan dengan TAP MPR No XVIII/
perfilman pada tahun 1970 sebagai juru catat di MPR/1998. Jadi, metode persuasi juga dilarang.
film ‘Romansa’. Kemudian Dia menjadi Bahkan, asas tunggal Pancasila dihapuskan sama
Pembantu Sutradara sejak tahun 1971-1976 sekali (sumber: http://www. kompasiana.
dalam tujuh film. Besutan pertamanya pada com/dudunhamdalah/pembubaran-bp-7-sebuah-
kesalahan-sejarah_54f42478745513a42b6c 8723).

342 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015


Hal itu berbeda dengan yang dialami oleh Baseball-Softball Seluruh Indonesia (PERBASASI)
BAKOM PKB (Badan Komunikasi Penghayatan Provinsi DKI Jakarta sejak tanggal 3 November
Kesatuan Bangsa). Badan bentukan DEPDAGRI 1974 dan merupakan bagian dari kegiatan PT
yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 1977 Radio Prambors Jakarta dalam pembinaan
yang ditujukan untuk mempercepat tercapaiannya generasi muda, terutama melalui olah raga
penyatuan masyarakat melalui asimilasi masih softball dan baseball. Kerjasama dan komitmen
tetap ada dan tidak dihapus pada era reformasi. Radio Prambors melalui program olah raga
Menurut Dieleman dalam buku yang berjudul softball dan baseball diwujudkan dalam bentuk
Chinese Indonesians and Regime Change, bantuan keuangan bulanan.
pembentukan BAKOM PKB ditujukan sebagai
Dalam kiprahnya selama 42 tahun, PSBL
penghubung antara pemerintah dengan komunitas
telah menjadi kontributor utama atlet-atlet
Tionghoa Indonesia, sekaligus mengimplementasikan
softball dan baseball yang berkualitas, baik di
kebijakan dan hukum yang diterapkan. Melalui
tingkat DKI Jakarta maupun tingkat Nasional.
badan ini, diharapkan pemerintah mampu
Hal ini menunjukkan peran serta Prambors dalam
mengakomodasi kebutuhan serta mencari solusi
skala nasional. Bahkan, beberapa pengurus klub
atas permasalahan yang timbul, seperti
olahraga ini sebagian telah bergabung sejak tahun
melakukan investigasi terhadap kerusuhan dan
1979-1980 (tahun pembuatan hingga ditayangkannya
penjarahan toko sebagai usaha dagang ritel yang
film Puteri Giok) hingga saat ini. Hal itu dapat
dirintis oleh masyarakat etnis Tionghoa di
ditemukan dalam skripsi Kartika Amalia yang
Indonesia (Dieleman, 2011:57).
berjudul “Strategi Marketing Public Relation
Putri Giok karya Maman Firmansyah di Prambors Softball-Baseball League dalam
tahun 1980 (J.B. Kristianto, 2005: 11-13) Meningkatkan Minat Calon Atlet”. Dalam
merupakan satu di antara banyak film yang menyusun skripsinya itu, Kartika melakukan
mengangkat topik asimilasi. Kehadiran film-film wawancara dengan beberapa informan. Salah satu
tersebut mewakili misi pemerintah dalam informan bernama Dwinda Ruslan, wanita
mewujudkan persatuan dan kesatuan dan dinilai kelahiran Jakarta, 21 Februari 1957. Dia pernah
bernafaskan P4 (Pedoman Penghayatan dan dipercaya menjabat Ketua Umum periode 2006-
Pengamalan Pancasila) yang dicanangkan oleh 2009 telah bergabung dengan PSBL sejak tahun
Menteri Dalam Negeri melalui Dirjen Sospol 1979. Selain Dwinda, di tahun yang sama telah
Departemen dalam Negeri” (Berita Minggu Film, bergabung pula Tatagyas Awastu kelahiran
29 November 1981: 8 dalam Bestantia, 2002: 25). Yogyakarta, 14 Oktober 1962. Ada juga wanita
Etnis Tionghoa dalam film ini digambarkan Bandung kelahiran 23 Desember 1963 yang
sebagai sosok yang berjiwa nasionalis dan memiliki nama lengkap Lisa Arnida Lisapaly.
mencintai negara Indonesia. Keunggulan media Dia telah menjadi bagian dari keluarga besar
film dalam mempengaruhi penonton dan PSBL sekaligus pernah menjabat sebagai
ceritanya yang dekat dengan realitas dijadikan sekretaris perkumpulan di tahun 1980an. Di tahun
sebagai alat untuk mewujudkan visi misi yang sama, tercatat bergabungnya Donald
pemerintah, sehingga identitas mereka sebagai Kandou yang pernah menjabat sebagai Ketua
etnik Tionghoa sendiri tidak dihadirkan dalam Bidang Baseball di PSBL.
film asimilasi tersebut.
Ceminan identitas yang berusaha
Asosiasi pemain utama film dengan salah dikonstruksi dalam film ini memperlihatkan
satu klub olahraga, yakni Prambors Softball personal layer dalam wujud tokoh utama Giok
League, bila ditelusuri secara mendalam melalui sebagai anak remaja Tionghoa sedang
berbagai data sekunder, diyakini sebagai salah mengenyam pendidikan di salah satu sekolah
satu wadah pemersatu di kalangan pemuda yang swasta yang mendapat dukungan penuh dari
disuarakan oleh pemerintah Orde Baru saat itu. pemerintah. Sejatinya sebagai salah satu bagian
Prambors Softball-Baseball League (PSBL) dari piranti Bangsa Indonesia, etnis Tionghoa
merupakan suatu perkumpulan olahraga softball memiliki hak dalam berperilaku dan memilih
dan baseball. Selain itu, Prambors telah resmi jalan hidupnya tanpa dikonstruksi dalam
menjadi anggota dari induk organisasi Persatuan hegemoni pemerintah.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015 343


Di era Orde Baru, pemerintah melalui tetapi tetap satu jua. Falsafah negara Indonesia ini
berbagai alat kelengkapannya berupa BAKOM merepresentasikan penghargaan akan perbedaan.
PKB serta BP7 berusaha melakukan indoktrinasi Oleh karena itu, semangat asimilasi atau
pembauran melalui media massa berupa film. pembauran tidak sejalan dengan semboyan
Upaya ini dapat membiaskan identitas, karena Negara tersebut. Pembauran atau asimilasi
pembauran yang ditanamkan melalui ‘asimilasi membawa implikasi pada kesamaan serta
paksa’ dapat menimbulkan kegagalan peleburan memburamkan perbedaan identitas yang ada.
budaya. Hal ini tampak dari pertentangan yang Namun, sebaliknya kata bhinneka sendiri justru
dialami Giok dalam keluarganya ketika itu mengindahkan adanya perbedaan. Kesalahpahaman
hingga mendapatkan perlakuan dari sang ayah mengartikan paham Negara tersebut berdampak
yang ingin menjaga nilai luhur keturunannya pada kebijakan pemerintah yang kemudian
berupa pemangkasan rambut hingga gundul atau menimbulkan persepsi serta pola komunikasi
botak. yang berbeda-beda di setiap individu ketika
menjalin interaksi. Kontradiksi ini pula yang
Pada kenyataannya, praktik sosial di
terjadi dalam film Puteri Giok, baik dalam peran
masyarakat berupa diskursus mengenai pembauran
penting yang dimainkan oleh tokoh utama
tidak sesederhana jalan cerita di dalam film. Etnis
maupun tokoh pendamping. Ketika Giok
Tionghoa yang dibungkam dalam cerita tersebut
menjalin persahabatan dengan Herman maupun
tentu saja akan melakukan resistensi. Gesekan
Tek Liong dan Wati, tidak terbesit sama sekali di
atau gegar budaya dalam praktik di masyarakat
benak mereka mengenai adanya asimilasi
pada skala yang lebih besar pada gilirannya dapat
melainkan perasaan saling memadu cinta.
menimbulkan kerusuhan besar.
Terlebih pada salah satu scene di segmen bridge
Tataran enactment layer dari Giok Tek liong mengatakan “cinta tidak mengenal
memperlihatkan pola-pola komunikasi yang perbedaan suku bangsa”. Di sisi lain, kondisi
dilakukan berupa keaktivan selama bermain tersebut berbalik ketika Tuan Vijay selaku
Softball-Baseball di PSBL yang menunjukkan rekanan bisnis Han Liong Swie berperan sebagai
keanekargaman budaya dari para pemainnya. papa Giok yang merasa perlunya menjaga jarak.
Selain itu, enactment layer terlihat dalam Kondisi ini timbul karena pola pikir sebagai
aktivitas salah satu tokoh utama dalam kelompok minoritas yang tidak mungkin menjadi
pementasan drama sekolah yang menunjukkan “tuan rumah” di negeri mayoritas. Bahkan, dalam
nilai-nilai nasionalisme serta pada pemakaian segmen puncak tersebut Tuan Vijay bicara bahwa
busana adat Bali ketika bernyanyi ‘Satu Nusa Indonesia hanya sebagai tempat mencari uang
Satu Bangsa’. Konstruksi pada tataran ini saja. Muncul kesenjangan antara subordinasi
memperlihatkan pembauran sebagai misi utama kelompok minoritas dalam cerita. Namun,
ketika ‘asimilasi paksa’ disajikan sealamiah kepiawaian pembuat film adalah menempatkan
mungkin. Tokoh Giok maupun Tek Liong Tek Liong sebagai salah satu anggota minoritas
berperan seakan-akan menegakkan Pancasila yang berusaha mengingatkan pada semboyan
serta Bhinneka Tunggal Ika. Tentu saja Bhinneka Tunggal Ika. Persepsi kebhinnekaan
pengetahuan mengenai lambang dan semboyan diinterpretasikan sebagai pembauran beda etnis
Indonesia diperoleh melalui sekolah swasta SMA dalam hubungan asmara hingga pernikahan.
Fons Vitae 1 Marsudirini tempat Giok menuntut Tanpa disadari Tek Liong dalam perannya
ilmu serta kampus Universitas Jayabaya tempat sebagai “alat” pemerintah dalam mendoktrin
Tek Liong berkuliah. Jika ditelisik lebih jauh lagi, “pembauran” atau “asimilasi paksa”
institusi swasta tampak berada dalam indoktrinasi mengungkapkan bahwa hal tersebut sebagai
pemerintah melalui mata pelajaran wajib terkait upaya membendung rasialisme.
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) bagi pelajar
dan mata kuliah umum Pancasila bagi Penutup
mahasiswa.
Wacana “asimilasi paksa” yang
Nilai-nilai luhur Pancasila mengajarkan dipropagandakan melalui film “Puteri Giok”
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda adalah strategi khusus yang diperankan

344 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015


pemerintah antara lain melalui BAKOM PKB keberagamannya demi mencapai satu tujuan yang
dan BP7 dalam mendoktrin pengamalan nilai- sama membangun Indonesia.
nilai Pancasila. Kebhinnekaan dimaknai sebagai
Berdasarkan simpulan tersebut, maka
suatu bentuk “asimilasi paksa” atau secara
dipandang perlu adanya rekomendasi hasil
denotatif dipropagandakan sebagai pembauran.
penelitian yang dituangkan dalam dua sisi, yakni
Melalui alur bercerita film, doktrin-doktrin
akademis dan praktis. Rekomendasi akademis
propaganda berupa Pendidikan Moral Pancasila
diharapkan dapat memberi inspirasi di kalangan
(PMP) yang diajarkan di kelas hingga Patung
akademisi untuk memperdalam kajian dan
Garuda Pancasila dan foto Presiden H.M.
penerapan mengenai pemikiran kritis melalui
Soeharto menjadi muatan pembicaraan kelompok
berbagai film yang diputar di tanah air dalam
minoritas itu sendiri. Etnis Tionghoa tidak hanya
rangka memetik ideologi yang disampaikan.
memperoleh pembungkaman oleh represi
Dengan demikian, nilai-nilai yang dibagikan
pemerintah saja. Namun, skenario dalam film ini
dapat disaring sedemikian rupa agar tidak
dibuat teramat rapi dengan menggunakan taktik
memperoleh pemahaman yang keliru. Pencerahan
khusus. Konflik yang terjadi tidak lagi lintas
akan pemahaman nilai-nilai yang ditanamkan
horizontal antara etnis minoritas dengan etnis
oleh film diharapkan dapat membantu
mayoritas, melainkan peringatan akan sentimen
penikmatnya dari generasi ke generasi untuk
etnis dilakukan oleh salah satu pelaku dari etnis
memperoleh preferensi yang tepat dalam
minoritas itu sendiri.
memahami dan memaknai alur cerita serta
Baik pemain maupun pembuat film permasalahan yang diangkat dalam film.
seperti sutradara dan penulis skrip dikomodifikasi Rekomendasi praktis bagi para pembuat film
sedemikian rupa dengan peran teknis maupun pemerintah sebagai pemangku kebijakan
menjalankan propaganda pemerintah. Hegemoni dapat merefleksikan nilai yang dipropagandakan
pemerintah bukan saja tampak dari konstruksi berupa wacana “asimilasi paksa” dalam film ini.
cerita, tetapi terlebih lagi pada munculnya nama- Langkah berikutnya yang diharapkan adalah
nama istri pendamping para pemangku usaha untuk mendorong produksi film nasional
kepentingan saat itu di Indonesia dalam credit yang mendukung keberagaman etnis dan budaya
title. Sasaran utama dari film secara jelas Indonesia tanpa intervensi atau represi tertentu.
ditujukan kepada generasi muda, terutama Selain itu, implikasi yang diharapkan adalah agar
kalangan intelektual muda etnis Tionghoa produksi film nasional di Tanah Air tidak
Indonesia dengan komodifikasi olahraga softball- dikomodifikasi oleh hegemoni pemerintah di
baseball. Pembungkaman etnis Tionghoa tidak setiap eranya dalam mendoktrin massa penikmat
dilakukan dari sisi pemerintah maupun badan film.
kelengkapannya (BAKOM PKB dan BP7),
melainkan represi tersebut timbul dari inisiatif Daftar Pustaka
pemain yang dikawal melalui jalan cerita.
Ardener, Edwin. (1975). Belief And The Problem
Apabila ditelaah lebih dalam, sebenarnya etnis
Of Women.. London: Malaby Press.
Tionghoa tetap memperoleh subordinasi dari
superioritas kebijakan pemerintah melalui Clark, H. Herbert. (1994). Discourse in
propagandanya. Geliat budaya tersimpan rapi di Production. San Diego: Academic Press
dalam rumah masing-masing, berupa pemujaan Dieleman, Marleen, Juliette Koning, and Peter
rasa syukur kepada dewa-dewi serta leluhur, Post, (2011). Chinese Indonesians and
ketika etnis Tionghoa dipaksa membuka diri Regime Change. Leiden: Koninklijke
menerima perbedaan etnis sebagai bagian dari Brill NV
keluarganya. Represi pemerintah melalui
Pancasila dilakukan untuk menekan gesekan atau Fairclough, N.L. and Ruth Wodak. (1997).
gegar budaya, meski pemahaman tersebut kurang Critical Discourse Analysis. London:
tepat. Pemahaman yang dibangun seharusnya Sage
berkaca pada semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”,
tempat perbedaan etnis dan budaya tetap dijaga

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015 345


Fowler, R. B. Hodge, G. Kress dan T. Trew. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI.
(1979). Language and Control. London: (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Routledge dan Kegan Paul. Bandung: Imperial Bhakti Utama.
Johnstone, Barbara. (2002). Discourse Analysis.
Daftar Laman
Oxford: Blackwell Publishers.
http://www.kompasiana.com/dudunhamdalah/pe
Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik.
mbubaran-bp-7-sebuah-kesalahan-
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
sejarah_54f42478745513a42b6c8723)
Kristianto, J.B. (2005). Katalog Film Indonesia
Berita Minggu Film, 29 November 1981 dalam
1926 – 2007. Jakarta: Penerbit Nalar.
Bestantia Indraswati, 2002. Potret Etnik
Leeuwen, Theo Van. (2005). Introducing Social Cina Dalam Film Indonesia. Dalam
Semiotics. Routledge Taylor & Francis. Buletin Clea Edisi 2 Bulan Agustus-
Moeliono, Anton M. (1988). Tata Bahasa Buku September 2002. Hal: 1. Sleman: Rumah
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Sinema

346 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1 Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai