2. Hipernatremia
Hipernatremia paling sering terjadi pada pasien lemah yang tidak dapat
minum, sangat tua, yang sangat muda, dan juga pada pasien dengan gangguan
kesadaran. Hipernatremia merupakan hasil dari baik kerugian relatif akibat air
lebih dari natrium atau retensi dalam jumlah besar natrium. Ketika konsentrasi
ginjal terganggu, haus biasanya sangat efektif dalam mencegah hipernatremia.
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan
mental, letargi, kejang, koma, dan lemah. Manifestasi neurologis akan
mendominasi terlebih dahulu pada pasien dengan hipernatremia. Gelisah, lesu,
dan hyperreflexia dapat berkembang menjadi kejang, koma, dan akhirnya
kematian. Penyebab terjadinya hipernatremia antara lain; Hipervolemia
(Hiperaldosteronism, Hypertonic fluid administration), Euvolemia (Hipospadia
3. Hipokalemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia
apabila kadar kalium <3,5mEq/L, dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium
dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total
kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung,
perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi), hipotensi postural,
kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Hipokalemia bisa
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu yang berhubungan dengan kehilangan pada
sistem gastrointestinal, renal potassium losses, dan akibat obat-obatan. Pada
sistem gastrointestinal, beberapa hal yang bisa menyebabkan hipokalemia adalah
diare kronik, menelan tanah liat yang mengandung bentonite yang nantinya bisa
mengikat potassium dan mengurangi absorbsi usus, dan bisa juga disebabkan oleh
Adenoma vili colon. Untuk renal potassium losses, bisa disebabkan oleh cushing
syndrome,Liddle syndrome, Hypomagnesemia, bartter syndrome. Sedangkan
obat-obatan yang bisa menyebabkan hipokalema adalah thiazid, antipseudomonal
penicilin dalam dosis tinggi, dan Theophylline.
Hipokalemia merupakan kondisi yang umum ditemukan pada keadaan
pre-operasi. pra. Keputusan untuk melanjutkan dengan operasi elektif sering
didasarkan pada plasma lebih rendah [K +] antara 3 dan 3,5 mEq / L. Manajemen
intraoperatif hipokalemia membutuhkan pemantauan EKG yang teliti. Secara
umum, hipokalemia ringan kronis (3-3,5 mEq / L) tanpa perubahan EKG tidak
meningkatkan risiko anestesi.
4. Hiperkalemia
Kalium (K+) memainkan peran utama dalam elektrofisiologi dari
membran sel serta karbohidrat dan protein sintesis. Konsentrasi kalium
intraseluler diperkirakan 140 mEq / L, sedangkan konsentrasi kalium ekstraseluler
biasanya sekitar 4 mEq / L. Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L.
Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia,
kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG).
Hiperkalemia sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi
ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik)
Operasi elektif sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan
hiperkalemia signifikan. Manajemen anestesi pasien bedah hiperkalemia
diarahkan pada menurunkan konsentrasi kalium plasma dan mencegah kenaikan
lebih lanjut.
5. Hipokalsemia
Ion kalsium terlibat dalam fungsi biologis hampir semua penting,
termasuk kontraksi otot, pelepasan neurotransmitter dan hormon, pembekuan
darah, dan metabolisme tulang, dan kelainan pada keseimbangan kalsium dapat
mengakibatkan defek fisiologis yang serius. Manifestasi dari hipokalsemia
termasuk kulit kering, parestesia, gelisah dan kebingungan, gangguan irama
jantung, laring stridor (spasme laring), dan kejang. Hipokalsemia biasanya
disebabkan karena hipoparatiroidism, kongenital, idiopatik, defisiensi vit D, gagal
ginjal kronik, dan hiperfosfatemia, liver/kidney disease, dan hipo/
hipermagnesemia. Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat karena
dapat menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Hipokalsemia yang
dilakukan untuk operasi elektif berasal dari National Institute for Health and Care
Excellence (NICE). Pembagian rekomendasi dibagi berdasarkan grade surgery, yaitu
minor, intermediate, dan major/complex surgery dan dihubungkan dengan ASA.
Intermediate - Herniarepair
- Eksisi varicose vein kaki
- tonsilektomi
- Artroskopi lutut
Minor Surgery
Intermediate Surgery
REFERENSI
LeBlanc, K. 2013. Inguinal Hernias: Diagnosis and Management. [online] Aafp.org. Available at:
https://www.aafp.org/afp/2013/0615/p844.html[Accessed 2 August 2021].
Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam Handbook for
Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc. 2013
Kaye AD. Fluid Management. Dalam Basics of Anesthesia 6th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.
2011