OLEH:
YOHANES JASON
(2016-060-214 / 120-1600-1602)
ii
HUBUNGAN EDUKASI KESEHATAN TENTANG CEDERA ANKLE
DAN TERAPI LATIHANNYA TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN ANGGOTA MEDSOCCER FKIK-UAJ
ANGKATAN 2016-2019
OLEH:
YOHANES JASON
(2016-060-214 / 120-1600-1602)
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Tim Penguji
Pembimbing Utama,
Penguji,
ii
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN……………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….… iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 2
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………………. 2
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………….... 2
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………...………..... 3
1.4.1 Bidang Akademik…………………………………,..……… 3
1.4.2 Bidang Penelitian…………..………………………….……. 3
1.4.3 Masyarakat…………………..……………………………… 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………... 4
2.1 Pengetahuan……………………………………………………....……... 4
2.1.1 Hakikat Pengetahuan………………………………………….. 4
2.1.2 Tingkat Pengetahuan………………………….………………. 4
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan…………….. 5
2.2 Pendidikan Kesehatan…………………………………………………... 6
2.3 Cedera Olahraga……………………………………………………........ 7
2.3.1 Definisi…………………………………………………........... 7
2.3.2 Klasifikasi……………………………………………............... 7
iii
2.3.3 Penyebab dan Faktor Risiko……………………………........ 9
2.3.4 Pencegahan………………………………………………...... 10
2.4 Cedera Ankle………………………………………….…………….…. 11
2.4.1 Anatomi Ankle……………………………………………….. 11
2.4.2 Fisiologi Ankle……………………………………………….. 13
2.4.3 Patofisiologi………………………………………………….. 14
2.4.4 Pemeriksaan………………………………………………….. 15
2.5 Terapi Latihan….………………………………………………………. 17
2.5.1 Definisi……………………………………………………….. 17
2.5.2 Fase-Fase Terapi Latihan…………………………………….. 17
2.5.3 Bentuk-Bentuk Terapi Latihan Cedera Ankle………………... 22
2.6 Kerangka Teori………………………………………………………… 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…………. 27
3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………. 27
3.2 Variabel dan Definisi Operasional………………………………........... 27
3.2.1 Variabel Bebas……………………………………………….. 27
3.2.2 Variabel Terikat……………………………………………… 27
3.3 Hipotesis Penelitian……………………………………………………. 28
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN………………………………….……. 29
4.1 Desain Penelitian………………………………………………………. 29
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………....... 29
4.2.1 Lokasi Penelitian……………………………………………... 29
4.2.2 Waktu Penelitian……………………………………………... 29
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………………………………………... 29
4.3.1 Populasi Penelitian………………………………………….... 29
4.3.2 Sampel Penelitian…………………………………………….. 29
4.3.3 Estimasi Besar Sampel……………………………………….. 30
4.4 Kriteria Sampel……….………………………………………………... 32
4.4.1 Kriteria Inklusi……………………………………….............. 32
4.4.2 Kriteria Eksklusi…………………………….………………... 32
4.4.3 Kriteria Drop Out……………………………….…….............. 32
iii
iv
4.5 Pengumpulan Data dan Prosedur……………………………….…... 32
4.6 Pengolahan dan Analisis Data………………………..…………....... 33
4.7 Jadwal Kegiatan Penelitian…………………………………………. 34
4.8 Anggaran Penelitian……...…………………………………………. 34
4.9 Dummy Table……………………………………………………………… 35
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 37
LAMPIRAN…………………………………………………….……………… 41
iv
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
ii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
11
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Dalam sebuah tim olahraga profesional, ada peran penting dari fisioterapis untuk
mencegah terjadinya cedera. Fisioterapis akan memberikan arahan mengenai pengetahuan
dasar tentang cedera, pencegahan, serta penanganannya kepada setiap pemain untuk
mencegah cedera. Lalu peran fisioterapis juga memberi masukan kepada pelatih mengenai
situasi dan kondisi seorang pemain. Namun, di kebanyakan tim-tim olahraga tingkat
universitas peran fisioterapis masih sangat minim sehingga pengetahuan dasar mengenai
cedera, pencegahan, serta penanganannya belum bisa didapatkan oleh pemain.5
Berdasarkan faktor yang ada dan belum adanya kajian tentang seberapa besar
tingkat pengetahuan mahasiswa anggota Medsoccer FKIK-UAJ angkatan 2016-2019
mengenai cedera ankle dan terapi latihannya,, maka peneliti ingin meneliti lebih dalam
lagi tentang “Hubungan edukasi kesehatan tentang cedera ankle dan terapi latihannya
terhadap tingkat pengetahuan anggota Medsoccer FKIK-UAJ angkatan 2016-2019.”
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Hakikat Pengetahuan
Ada beberapa definis pengetahuan yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Menurut Bruce Aune, pengetahuan diartikan sebagai
pengalaman pribadi dan kemampuan mengenali bermacam pola hubungan
sebab akibat yang diperoleh dari hasil belajar dan mengamati. Sedangkan,
definisi lain dari pengetahuan menurut Noah Lemos adalah sesuatu yang
kita ketahui dan pahami, yang dapat mendorong kita untuk
memberitahukan kepada orang lain. Pengetahuan merupakan domain
penting dalam terbentuknya tindakan seseorang.6
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Tahun 2001, muncul sebuah revisi taksonomi Bloom yang
dilakukan oleh Kearthwohl, yang membagi tingkatan-tingkatan
pengetahuan menjadi 6 tingkat:7
a. Remembering (mengingat)
Diartikan sebagai kemampuan untuk memanggil kembali
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang melalui proses
mengenal dan mengungkap atau mengingat kembali.
b. Understanding (memahami)
Diartikan sebagai kemampuan untuk membangun makna dari
pesan pembelajaran, lisan, tulisan, dan komunikasi grafik melalui proses
interpretasi, menerapkan dengan contoh, mengklasifikasi, merangkum,
inferensi, komparasi, dan eksplanasi.
c. Applying (menerapkan)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan prosedur pada
situasi yang diberikan melalui proses melaksanakan dan implementasi.
d. Analyzing (menganalisa)
4
5
b. Eksternal
Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Faktor Lingkungan
6
3. Faktor pendorong
Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku,
misalnya dengan adnya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi
panutan. Yang dapat menjadi faktor pendorong adalah keluarga, kelompok,
pengajar, pekerja, pelayan kesehatan, dan pemimpin komunitas.
2.3.2. Klasifikasi
Cedera Olahraga banyak jenisnya dan dapat dikelompokkan atas
dasar beberapa hal. Menurut Rusli Lutan, pembagian cedera dapat
dikelompokan sebagai berikut, diantaranya:12
1. Tempat
a. Jaringan lunak: Cedera pada otot, saraf, tendo, ligamen, kulit,
pembuluh darah, dan lain-lain.
b. Jaringan keras: Cedera cedera pada tulang, berupa retak atau
patah seluruhnya.
2. Proses
a. Cedera tumbukan: Cedera yang terjadi karena tubuh
berbenturan dengan benda keras, seperti alat olahraga,
lapangan, atau lawan.
8
1. Sprain
Sprain merupakan bentuk cedera berupa robekan pada ligamen
(jaringan penghubung tulang dan tulang) atau kapsul sendi yang
memberikan stabilitas sendi. Dibagi menjadi empat tingkatan:
a. Tingkat 1 (Ringan). Robekan terjadi pada serat ligamen, dan
terdapat hematom kecil dalam ligamen, namun tidak ada
gangguan fungsi.
b. Tingkat 2 (Sedang). Robekan terjadi lebih luas (<50%), terjadi
gangguan fungsi, proteksi diperlukan untuk kesembuhan.
c. Tingkat 3 (Berat). Robekan terjadi secara total atau ligamen
lepas dari tempat perlekatannya dan fungsi terganggu total,
tindakan yang diperlukan adalah segera tempatkan kedua ujung
robekan secara berdekatan.
d. Tingkat 4 (Sprain Fracture). Ligamen lepas dari tempat
perlekatannya diikuti lepasnya sebagian tulang yang di
dilekatinya.
2. Strain
Strain merupakan bentuk cedera robekan struktur musculo-
tendinous (otot dan tendo). Dibagi menjadi tiga tingkatan:
a. Tingkat 1 (Ringan). Tidak terjadi robekan, terjadi inflamasi
ringan, tidak ada penurunan kekuatan otot, cukup mengganggu
aktivitas seseorang.
b. Tingkat 2 (Sedang). Terjadi karena kerusakan yang
menurunkan kekuatan otot.
c. Tingkat 3 (Berat). Terjadi karena kerusakan hebat yang komplit
dan dibutuhkan pembedahan.
2.3.4 Pencegahan
Congeni mengatakan bahwa cara terbaik untuk menghadapi cedera
olahraga adalah dengan mencegahnya.17 Huisenga menambahkan bahwa
pengetahuan tentang cedera yang memadai juga tidak kalah penting untuk
mencegah terjadinya cedera. Pengetahuan yang memadai akan
berpengaruh juga pada penanggulangan pada upaya pengobatan cedera
olahraga yang terjadi. 18
Oleh Congeni, tindakan preventif untuk mencegah terjadinya
cedera olahraga dijabarkan secara rinci, sebagai berikut:19
1. Mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai cedera olahraga
dan penanggulangannya.
2. Mempunyai kondisi fisik yang baik pada waktu berolahraga.
3. Mengetahui dan melaksanakan aturan main.
4. Menggunakan alat pelindung yang sesuai dan baik.
5. Mengetahui cara menggunakan peralatan olahraga.
6. Melakukan pemanasan sebelum olahraga
7. Tidak berolahraga pada waktu mengalami kelelahan atau sakit.
2.4.3. Patofisiologi
Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu cedera
pada sendi yang mengakibatkan robekan pada ligamen. Sprain terjadi
karena adanya tekanan mendadak pada sendi, atau karena penggunaan
berlebih yang berulang ulang. Sprain ringan biasanya disertai hematom
dengan sebagian serabut ligamen putus, sedangkan pada sprain sedang
terjadi efusi cairan yang menyebabkan bengkak. Pada sprain berat, seluruh
serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa
dengan rasa nyeri hebat, pembengkakan dan adanya darah dalam sendi.37
Menurut Dutton sprain ankle dapat dikategorikan ke dalam
berbagai tingkatan sebagai berikut :27
a. Grade I, dengan karakteristik bengkak minimal dan nyeri lokal. Rata rata
membutuhkan waktu 11,7 hari untuk kembali beraktifitas.
b. Grade II, dengan karakteristik bengkak lokal dan nyeri lebih menyebar.
Tingkat ini membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk kembali beraktifitas.
c. Grade III, dengan karakteristik bengkak yang signifikan, nyeri, lebam
dan harus ditangani oleh tenaga professional. Membutuhkan waktu lebih
dari 6 minggu untuk dapat berfungsi kembali.
Menurut Dutton proses penyembuhan ligamen sama dengan
jaringan tubuh lainnya. Berikut merupakan fase penyembuhan ligamen :27
a. Fase I Hemoragik
Setelah terjadinya kerusakan jaringan, celah yang ada di area
kerusakan akan diisi oleh gumpalan darah (hematoma). Leukosit dan
limfosit akan muncul yang dipicu oleh lepasnya sitokinin pada gumpalan
darah. Kemudian leukosit dan limfosit merespon sinyal autrokin dan
parakrin untuk diterjemahkan sebagai respon inflamasi karena adanya
luka.
b. Fase II Inflamasi
Makrofag akan muncul 24-48 jam dan menjadi sel utama dalam
beberapa hari. Makrofag akan memfagositosis jaringan yang nekrosis dan
menyebabkan neovaskularisasi. Setelah hari ketiga area yang rusak akan
15
hematom)
f. Melakukan pemeriksaan spesifik, yaitu :
1) Drawer Test
Tujuan dari tes ini adalah melihat adanya kerusakan pada ligamen,
khususnya ATFL (Anterior TaloFibular Ligamen).
3) Fase Penguatan.
Tujuan fase ini adalah meningkatkan kekuatan, daya tahan, dan
daya ledak otot sendi yang cedera dibandingkan dengan sendi yang tidak
cedera. Pada fase satu dan dua latihan kekuatan statis memang sudah
dilakukan, namun pada fase ini lebih dianjurkan untuk melakukan latihan
kekuatan dinamis. Ada dua tipe latihan, yakni konsentrik dan eksentrik.
Konsentrik untuk otot yang berperan aktif (protagonist) sementara
21
eksentrik untuk otot yang tidak berperan aktif (antagonis). Kedua tipe ini
bisa dilatih bersamaan menggunakan dumbell, thera-band dan mesin
fitness. Pada latihan kekuatan ini yang pertama adalah latihan isotonik.
Latihan isotonik memadukan antara konsentrik dan eksentrik kontraksi
dengan berbagai metode. Apabila latihan dilakukan di gym (pusat
kebugaran) dapat memaksimalkan alat-alat yang ada di gym dengan
menggunakan sistem sirkuit. Latihan ini akan berpengaruh terhadap
kekuatan otot. Sementara latihan isokinetik akan berpengaruh pada daya
tahan otot, karena latihan isokinetik lebih fokus pada meningkatkan
ambang batas lelah sekelompok otot. Apabila latihan dilakukan di gym
isotonik dan isokinetik sama-sama menggunakan repetisi (pengulangan),
namun jumlahnya berbeda.
Indikasi latihan bisa dilanjutkan ke fase ke empat adalah sebagai
berikut:
a) ROM dan kelentukan sendi sudah kembali.
b) Kekuatan, daya tahan dan daya ledak otot yang cedera sudah sama atau
mendekati sama dengan sebelum cedera.
c) Daya tahan jantung paru dan kekuatan secara umum sudah sama atau
lebih baik dari sebelum cedera.
d) Batas ambang minimal sudah dapat dicapai untuk fungsi gerak dalam
olahraga spesifik.
e) Secara psikologi sudah siap kembali ke aktivitas selanjutnya
d. Unilateral Balance Activities dengan cara berdiri dengan satu kaki diawali
dengan mata terbuka dilanjutkan dengan mata tertutup.
f. Thera Band Exercise dengan cara dililitkan pada ankle dan kaki meja dilanjutkan
dengan melatih gerakan dorsifleksi, plantar fleksi, inverse dan eversi.
f. Ankle Alphabet dengan cara membuat huruf A-Z huruf kapital dan huruf kecil
sebanyak tiga kali pengulangan.
Faktor-faktor yang
memengaruhi
pengetahuan cedera
olahraga
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Pendidikan kesehatan
tentang cedera ankle
dan terapi latihan
27
28
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
29
30
Keterangan:
no = besar sampel
Z = simpangan rata-rata distribusi normal standar sesuai dengan
derajat kepercayaan yang ditentukan
p = proporsi penyakit atau keadaan yang dicari (dari pustaka,
pengalaman, studi pendahuluan)
q =1p
e = limit dari error
0,9604
no =
0,01
no = 96,04 ≈ 97 orang
Keterangan:
n = besar sampel pada perhitungan menurut Cochran’s formula for
finite population
no = besar sampel pada perhitungan menurut Cochran’s formula for
finite population
N = besar populasi
96,04
n= (96,04 −1)
1+ 40
96,04
n=
1+2,376
96,04
n=
3,3776
n = 28,44 ≈ 29 orang
Untuk mencegah drop out, maka ditambahkan 10% dari jumlah
sampel minimal, sehingga 28+2,8= 30,8 ≈ 31 orang.
Untuk menguji validitas dari jumlah sampel, diperlukan hasil
perhitungan:
𝑝𝑥𝑛>5
0,5 𝑥 31 = 15,5 > 5
32
1. Karakteristik Demografi
Tabel 4.1. Dummy Table Karakteristik Demografi
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
2016
Tahun Angkatan 2017
2018
2019
2. Data Univariat
Tabel 4.2. Dummy Table Data Univariat
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Sebelum Pendidikan
Kesehatan
Baik
Sedang
Kurang
Sesudah Pendidikan
Kesehatan
Baik
Sedang
Kurang
36
3. Data Bivariat
Tabel 4.3. Dummy Table Data Bivariat
Hasil
Pretest Posttest P value
n % n %
Tingkat Baik
Pengetahuan Cukup
Kurang
37
1
DAFTAR PUSTAKA
1. Schmikli SL, Backx FJ, Kemler HJ, van Mechelen W. National survey on sports
injuries in the Netherlands: target populations for sports injury prevention programs.
Clin J Sport Med. 2009 Mei;19(2):101–86.
2. Lin, Chung-Wei Christine, Claire E. Hiller, and Rob A. de Bie. Evidence- based
Treatment for Ankle Injuries. Journal of Manual and Manipulative Therapy : 2010
Oktober;18(1): 22-28.
37
38
11. Kisner C, Colby LA. Therapeutic exercise: foundations and techniques. 5th Ed.
Philadelphia: FA Davis Company; 2007. 296-298,305-307.
12. Rusli L. Penanggulangan Cedera Olahraga pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen
Olahraga; 2001. 30-33
13. Slamet S. Pengetahuan Mahasiswa PKS PJKR Kelas N FIK UNY Terhadap
Perawatan Cedera Olahaga Lutut dan Engkel [Skripsi]. Yogyakarta: FIK UNY;
2010.
14. Bompa, T.O. Total Training for Young Champions. USA: Human Kinetics. 2012.
15. Rusli L. Penanggulangan Cedera Olahraga pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen
Olahraga; 2001. 53-54
16. Dunkin, M.A. Sports Injuries [Internet]. Niams.nih.gov. 2019 [cited 12 April 2019].
Available from:http://www.niams.nih.gov/hi/topics/sport_injuries/SportInjuries.html.
17. Congeni, J.A. Dealing With Sport Injursies [Internet]. Kidshealth.org. 2019 [cited 13
April2019]. Available
from:http:/kidshealth.org/teen/safety_fitness/sports/sport_injuries.html.
18. Huisenga,D. Sports and Exercise Safety. [Internet]. Kidshealth.org. 2019 [cited 13
April 2019]. Available from:
Http://www.kidshealth.org/teen/food_fitness/exercise/sport_safety.html.
19. Congeni, J.A. Dealing With Sport Injursies [Internet]. Kidshealth.org. 2019 [cited 13
April2019]. Available
from:http:/kidshealth.org/teen/safety_fitness/sports/sport_injuries.html.
20. Creighton, H. Health Education: Safety. Sydney: The Health Commission of MSW;
2007.
21. Florio, A.E. Safety Education. New York: McGraw-Hill Book Company;1979.
22. Kelly S. Ankle Sprains and Fractures in Adults. Orthopedic Essential. 2009;28:314-
320.
39
23. Ratcliff T. Anatomy of Lower Extremity [Internet]. 2019 [cited 15 April 2019].
Available from: http://www.gleneagles.com/anatomy/lower_extremity.html.
24. Widianto B. Anatomi pergelangan kaki [Internet]. 2019 [cited 15 April 2019].
Available from: http://www.apki.or.id/anatomi_pergelangan_kaki.html.
25. Russe, O. International SFTR Method of Measuring and Recording Joint Motio.
Berlin: Hans Huber Publishers; 1974.
27. Dutton, M. Dutton’s Orthopaedic Examination, Evaluation and Intervention. 3rd Ed.
China: McGraw-Hill Companies, Inc; 2012. 943-963.
28. Mattacola, Carl G., Maureen K. Rehabilitation of the Ankle After Acute Sprain or
Choric Instability. Journal of Athletic Training. 2002; 37(4): 413-429.
29. Morten J. Stress Tests for Ankle Ligaments [Internet]. 2019 [cited 15 April 2019].
Available from: http://epomedicine.com/emergency-medicine/stress-tests-ankle-
ligaments/html.
30. Hollis, M., Phyl F.C. Practical Exercise Therapy. 4th Ed. Oxford: The Alden Press;
1998.
31. Walker, Brad. The Sports Injury Handbook. Queensland: Walkerbout Healthy Pty Ltd;
2005.
33. Anderson, K., Susan J. Foundations of Athletic Training Prevention, Assessment, and
Management. 4th Ed. Maryland: Wolters Kluwer Business; 2009.
35. Morrison W. Plantar Fascitis Stretches [Internet]. 2019 [cited 29 April 2019].
Available from: https://www.healthline.com/health/fitness-exercise/plantar-fasciitis-
stretches
40
36. Thompson G. Rehabilitation for Ankle Injury [Internet]. 2019 [cited 29 April 2019].
Available from: https://www.myhealth.alberta.ca/Health/aftercareinformation
37. Walden M. Ankle Sprain Exercises [Internet]. 2019 [cited 29 April 2019]. Available
from: https://sportsinjuryclinic.net/ssport-injuries/ankle-pain/acute-ankle-
injuries/ankle-sprain-exercises
1 41
Dengan hormat,
Jakarta, …………………..………..2019
Yang menyatakan,
(…………………………………………)
Nama Jelas
41
42