Anda di halaman 1dari 23

Akuntansi Manajemen Lanjutan

COST DRIVERS, BASIC COST CONCEPT AND ACTIVITY BASED COSTING

Nama Dosen : Prof. Dr. Mediaty, SE., Ak., M.Si., CA

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD FADIL ASRI (A062211040)

AHMAD ALIEF WARDIMAN (A062211034)

NAJMUDDIN (A062211003)

MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Salawat dan salam kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
seorang pemimpin sejati, suri tauladan yang baik bagi semua umat, yang telah
membawa kita ke zaman modern yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti sekarang ini.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan
pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui tentang “Cost
Drivers, Basic Cost Concept, and Activity Based Costing”. Makalah ini juga
diharapkan bisa menjadi penambah literatur (daftar bacaan) khususnya bagi
mahasiswa Magister Akuntansi yang mengambil mata kuliah Akuntansi Sektor Publik
Lanjutan.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada seluruh pihak yang
telah membantu penyelesaian makalah ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Makassar, 28 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Biaya, Pemicu Biaya, Objek Biaya, dan Pembebanan Biaya.................................3


2.1.1 Pembebanan Biaya dan Alokasi Biaya....................................................3
2.1.2 Pemicu Biaya dan Perilaku Biaya............................................................5
2.2 ..Konsep Biaya Untuk Penetapan Biaya Produk dan Layanan................................8
2.2.1 Biaya Produk dan Biaya Periode.............................................................9
2.2.2 Biaya Manufaktur, Merchandising, dan Layanan.....................................9
2.2.3 Atribut Informasi Biaya..............................................................................10
2.3 ..Activity Based Costing........................................................................................11
2.3.1 Sumber Daya, Aktivitas, Penggerak Biaya Konsumsi Sumber
Daya, dan Penggerak Biaya Konsumsi Aktivitas...................................11
2.3.2 Apa itu Activity Based Costing...............................................................12
2.3.3 Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap.............................................13
2.3.4 Langkah-Langkah Penerapan Activity Based Costing...........................14
2.3.5 Manfaat Activity Based Costing.............................................................16
2.3.6 Kelemahan Activity Based Costing........................................................17

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemahaman yang tepat dalam konsep dan implementasi biaya akan dapat
menuntun para pimpinan perusahaan menjalankan perusahaan pada tingkat
yang optimal. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan perhitungan yang seksama
akan mampu secara tepat memprediksi keadaan perusahaan di masa yang akan
datang. Untuk mengatasi kemungkinan terburuk yang bakal menimpa
perusahaan dimasa yang akan datang, manajemen perlu mempertimbangkan
dengan seksama sumber daya yang diperlukan, karena bagaimanapun setiap
rupiah yang dikeluarkan akan menjadi biaya tetap untuk rentang waktu dan
aktivitas tertentu di masa yang akan datang.
Salah satu yang dapat mempengaruhi keputusan di masa yang akan
datang bagi akuntansi manajemen ialah informasi mengenai biaya. Menurut
(Sujarweni, 2016:12), biaya dapat diartikan secara luas dan secara sempit.
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam
satuan uang dalam usahanya mendapatkan sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi / baru direncanakan,
sedangkan dalam arti sempit biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam
satuan uang untuk memperoleh aktiva
Di dalam akuntansi manajerial, istilah biaya dapat digunakan untuk
berbagai hal. Alasannya adalah karena banyak jenis biaya, dan biaya-biaya
tersebut diklasifikasikan sesuai kebutuhan manajemen. Salah satunya dalam
penerapan sistem ABC (Activity Based Costing), yang didefinisikan sebagai
suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan
aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar
pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan
dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak
langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut (Horngren, 2012). Setiap
penggunaan atas data yang berbeda membutuhkan klasifikasi dan definisi biaya
yang berbeda juga. Oleh karena itu, biaya sangat penting untuk dipahami mulai

1
dari konsep dasar, pemicu, hingga lebih lanjut pemanfaatnya seperti pada
Activity Based Costing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan biaya, pemicu biaya, objek biaya, dan
pembebanan biaya?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep biaya untuk penetapan biaya
produk dan layanan?
3. Apa yang dimaksud dengan Activity Based Costing?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui mengenai biaya, pemicu biaya, objek biaya dan
pembebanan biaya.
2. Untuk mengetahui konsep biaya untuk penetapan biaya produk dan
layanan.
3. Untuk mengetahui Activity Based Costing (ABC).

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Biaya, Pemicu Biaya, Objek Biaya, dan Pembebanan Biaya


Langkah krusial dalam menggapai keunggulan kompetitif adalah
mengidentifikasi biaya dan pemicu biaya dalam sebuah perusahaan atau
organisasi.
Sebuah perusahaan menimbulkan biaya ketika sumber daya digunakan
untuk beberapa tujuan. Seringkali biaya dibebankan ke dalam kelompok yang
memiliki arti yang disebut cost pools. Biaya dapat dikelompokkan dalam
beberapa cara, misalnya berdasarkan jenis biaya, sumber, atau tanggung
jawabnya.
Pemicu biaya adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam jumlah
total biaya. Bagi perusahaan yang bersaing atas dasar kepemimpinan biaya,
pengelolaan pemicu biaya utama sangat penting.
Objek biaya adalah segala produk, jasa, pelanggan, aktivitas, atau unit
organisasi yang dibebankan biaya. Produk, jasa, dan pelanggan umumnya objek
biaya; departemen produksi dianggap cost pool atau objek biaya, tergantung
pada apakah tujuan utama manajemen adalah biaya bagi produk atau bagi
departemen produksi. Konsep objek biaya merupakan sebuah konsep yang luas.
Konsep biaya menyangkut produk, kumpulan produk (disebut value stream),
jasa, proyek, dan departemen; konsep biaya juga diterapkan ke pelanggan atau
vendor, dan masih banyak kemungkinan lainnya. Objek biaya berperan penting
dalam pembuatan keputusan, pengukuran kinerja, dan implementasi strategi,
serta perencanaan laporan keuangan dan perencanaan pajak.

2.1.1 Pembebanan Biaya dan Alokasi Biaya : Biaya Langsung dan Tidak
Langsung
Pembebanan biaya adalah proses membebankan biaya sumber daya ke
cost pool dan kemudian dari cost pool ke objek biaya. Terdapat dua jenis
pembebanan – penelusuran langsung dan alokasi. Penelusuran langsung
digunakan untuk membebankan biaya langsung dan alokasi digunakan untuk
biaya tidak langsung. Segala biaya entah langsung maupun tidak langsung,
tergantung pada cost pool atau objek biaya. Biaya langsung dapat dengan

3
mudah dan secara ekonomi ditelusuri langsung ke sebuah cost pool atau objek
biaya.
Sebaliknya, tidak ada cara yang mudah dan ekonomis untuk menelusuri
biaya tidak langsung dari biaya ke cost pool atau dari cost pool ke objek biaya.
Karena biaya tidak langsung tidak dapat ditelusuri ke cost pool atau objek biaya,
pembebanan biaya tidak langsung dibuat dengan menggunakan pemicu biaya.
Pembebanan biaya tidak langsung ke cost pool dan objek biaya disebut alokasi
biaya, sebuah bentuk pembebanan biaya yang mana secara penelusuran
langsung tidak bisa dilakukan secara ekonomis, sehingga pemicu biaya
digunakan sebagai gantinya. Pemicu biaya digunakan untuk mengalokasikan
biaya sering disebut dasar alokasi.
 Biaya Material Langsung dan Tidak Langsung
Biaya material langsung terdiri dari biaya material di dalam produk
atau objek biaya lain (dikurangi diskon pembelian tapi termasuk biaya
angkut dan biaya yang berhubungan) dan biasanya ada tunjangan yang
masuk akal untuk unit yang rusak dan cacat.
Di sisi lain, biaya material yang digunakan dalam produksi yang
bukan bagian dari produk jadi adalah biaya bahan tidak langsung. Untuk
kemudahan dan dapat dilakukan dengan ekonomis, material langsung
yang merupakan bagian sangat kecil dari biaya material, seringkali tidak
dapat ditelusuri ke setiap produk dimasukkan ke dalam material tidak
langsung.
 Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari tenaga kerja yang
digunakan untuk memproduksi produk atau untuk menyediakan jasa
ditambah beberapa bagian waktu yang tidak bernilai tambah yang normal
dan tidak dapat dihindari. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari
supervisi, quality control, inspeksi, pembelian dan penerimaan, pengelola
material, petugas kebersihan, downtime, pelatihan, dan pembersihan.
Elemen tenaga kerja terkadang dapat menjadi langsung dan tidak
langsung, tergantung pada objek biaya.
 Biaya Tidak Langsung Lain
Sebagai tambahan atas material dan tenaga kerja, jenis lain dari
biaya tidak langsung dibutuhkan untuk memproduksi produk atau
menyediakan jasa. Biaya itu dapat terdiri dari biaya fasilitas, peralatan

4
yang digunakan memproduksi produk atau menyediakan jasa, dan
berbagai peralatan lainnya yang membantu, seperti yang digunakan
untuk menangani material.
Seluruh biaya tidak langsung – material tidak langsung, tenaga
kerja tidak langsung, dan item tidak langsung lainnya – umumnya
tergabung ke dalam cost pool yang disebut overhead. Dalam perusahaan
manufaktur disebut factory overhead.
Tiga jenis biaya – biaya material langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead – terkadang dikombinasikan untuk kesederhanaan dan
kenyamanan. Biaya material langsung dan biaya tenaga kerja langsung
dipertimbangkan bersama dan disebut biaya utama (prime cost). Biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead seringkali dikombinasikan ke
dalam jumlah tunggal yang disebut biaya konversi (conversion cost).

2.1.2 Pemicu Biaya dan Perilaku BIaya


Pemicu biaya memiliki dua peran utama bagi akuntan manajemen : (1)
memungkinkan pembebanan biaya ke objek biaya dan (2) menjelaskan perilaku
biaya, bagaimana total biaya berubah karena pemicu biaya berubah. Umumnya,
kenaikan pemicu biaya akan menyebabkan kenaikan total biaya. Terkadang,
hubungannya terbalik. Pemicu biaya dapat berperan dalam pembebanan biaya
dan perilaku biaya di waktu yang sama.
 Pemicu Biaya Berbasis Aktivitas
Pemicu biaya berbasis aktivitas diidentifikasi menggunakan analisis
aktivitas – deskripsi detail dari aktivitas spesifik yang dikerjakan di dalam
operasi perusahaan. Analisis aktivitas meliputi setiap langkah dalam
produksi produk atau dalam penyediaan jasa. Bagi setiap aktivitas,
pemicu biaya ditentukan untuk menjelaskan bagaimana biaya ditimbulkan
terhadap perubahan aktivitas.
Deskripsi detail aktivitas perusahaan membantu perusahaan meraih
tujuan strategisnya dengan memungkinkan perusahaan untuk
mengembangkan yang biaya akurat bagi produk dan jasanya. Analisis
aktivitas juga membantu meningkatkan operasioan dan pengendalian
manajemen dalam perusahaan karena kinerja pada tingkatan tertentu
dapat dimonitor dan dievaluasi, misalnya (1) mengidentifikasi yang mana
aktivitas yang bernilai terhadap pelanggan dan mana yang tidak (2)

5
memfokuskan perhatian pada aktivitas yang paling boros atau tidak
sesuai ekspektasi.
 Pemicu Biaya Berbasis Volume
Terdapat banyak jenis biaya yang berbasis volume, pemicu biaya
adalah jumlah yang diproduksi atau kuantitas jasa yang diberikan.
Akuntan manajemen menyebutnya volume, atau volume output, atau
sederhananya output.
1. Biaya Tetap dan Variabel
Total biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
variabel adalah perubahan dalam total biaya yang berhubungan
dengan perubahan tiap kuantitas dari pemicu biaya. Pemicu biaya
dapat berupa basis aktivitas atau basis volume, meskipun biasanya
akuntan manajemen dalam praktiknya menggunakan istilah biaya
variabel sehubungan dengan pemicu biaya berbasis volume.
Sebaliknya, biaya tetap adalah bagian dari total biaya yang tidak
berubah atas output sepanjang rentang relevan. Total biaya tetap dan
biaya variabel per unit diharapkan tetap konstan dalam kisaran yang
relevan.
Biaya tetap meliputi banyak biaya tidak langsung, terutama biaya
fasilitas (depresiasi atau sewa, asuransi, pajak bangunan pabrik), gaji
supervisor produksi, dan biaya penunjang manufaktur lainnya yang
tidak berubah dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun, beberapa
biaya tidak langsung bersifat variabel karena berubah dengan jumlah
unit yang diproduksi. Contohnya adalah pelumas untuk mesin. Istilah
biaya campuran digunakan untuk merujuk pada biaya total yang
mencakup biaya untuk komponen variabel dan tetap.
Kesimpulannya, ketika ingin memahami perilaku biaya dari objek
biaya tertentu (misalnya, untuk memprediksi biaya total), penting
untuk mengingat dengan jelas tiga pertanyaan berikut: (1) apa
pemicu biaya untuk objek biaya ini; (2) berapa kisaran yang relevan
dari pemicu biaya yang dikembangkan perkiraan biayanya; dan (3)
horizon waktu apa yang digunakan untuk biaya tetap (biasanya
digunakan satu tahun)?

6
2. Biaya Bertingkat
Suatu biaya dikatakan sebagai biaya bertingkat (step cost) jika
biaya tersebut bervariasi dengan pemicu biaya tetapi berubah secara
bertahap.
3. Biaya Unit dan Biaya Marjinal
Biaya unit (atau biaya rata-rata) adalah total biaya produksi
(material, tenaga kerja, dan overhead) dibagi jumlah unit dari output.
Ini adalah konsep yang berguna dalam menetapkan harga dan dalam
mengevaluasi profitabilitas produk, tetapi dapat menimbulkan
beberapa interpretasi yang menyesatkan. Untuk menginterpretasikan
biaya per unit dengan tepat, kita harus membedakan biaya variabel
per unit, yang tidak berubah karena perubahan output, dari biaya
tetap per unit, yang berubah seiring perubahan output. Akuntan
manajemen berhati-hati dalam menggunakan istilah biaya rata-rata
dan biaya per unit karena potensi interpretasi yang menyesatkan.
4. Kapasitas dan Penggunaan Biaya
Penting untuk membedakan antara biaya yang menyediakan
kapasitas untuk operasi (misalnya, bangunan pabrik dan peralatan)
dan biaya yang dikonsumsi selama operasi (misalnya, bahan
langsung dan tenaga kerja). Yang pertama adalah biaya tetap,
sedangkan yang kedua adalah biaya variabel. Dalam praktiknya,
akuntan manajemen berhati-hati dalam membedakan karena
terkadang biaya jenis kapasitas diperlakukan sebagai biaya variabel.
 Pemicu Biaya Struktural
Penggerak biaya struktural bersifat strategis karena melibatkan
keputusan yang memiliki efek jangka panjang pada total biaya
perusahaan. Berikut adalah empat contoh keputusan struktural.
1. Skala. Perusahaan yang lebih besar memiliki biaya keseluruhan yang
lebih rendah sebagai akibat dari skala ekonomi.
2. Pengalaman. Perusahaan yang memiliki karyawan dengan
pengalaman produksi dan penjualan yang lebih besar kemungkinan
akan memiliki biaya pengembangan, manufaktur, dan distribusi yang
lebih rendah.
3. Teknologi. Teknologi baru dapat mengurangi biaya desain,
manufaktur, distribusi, dan layanan pelanggan secara signifikan.

7
4. Kompleksitas. Berapa banyak produk berbeda yang dimiliki
perusahaan? Perusahaan dengan banyak produk memiliki biaya
penjadwalan dan pengelolaan proses produksi yang lebih tinggi, serta
biaya hulu pengembangan produk dan biaya hilir distribusi dan
layanan.
 Pemicu Biaya Eksekusional
Penggerak biaya eksekutif adalah faktor yang dapat dikelola
perusahaan dalam jangka pendek, pengambilan keputusan operasional
untuk mengurangi biaya, diantaraya sebagai berikut :
1. Pemberdayaan tenaga kerja. Apakah karyawan berdedikasi untuk
perbaikan dan kualitas yang berkelanjutan? Komitmen tenaga kerja
ini akan menurunkan biaya.
2. Desain proses produksi. Mempercepat aliran produk melalui
perusahaan dapat mengurangi biaya.
3. Hubungan pemasok. Dapatkah biaya, kualitas, atau pengiriman
bahan dan suku cadang yang dibeli dapat ditingkatkan untuk
mengurangi biaya keseluruhan? Wal-Mart dan Toyota, di antara
perusahaan lain, mempertahankan keunggulan biaya rendah
sebagian melalui perjanjian dengan pemasok mereka bahwa mereka
akan menyediakan produk atau suku cadang yang memenuhi
persyaratan eksplisit perusahaan mengenai kualitas, ketepatan waktu
pengiriman, dan fitur lainnya.

2.2 Konsep Biaya Untuk Penetapan Biaya Produk dan Layanan


Informasi yang akurat tentang biaya produk dan jasa penting dalam setiap
fungsi manajemen: manajemen strategis, perencanaan dan pengambilan
keputusan, manajemen dan pengendalian operasional, dan penyusunan laporan
keuangan. Sistem akuntansi biaya berbeda secara signifikan antara perusahaan
yang memproduksi produk dan perusahaan dagang yang menjual kembali
produk tersebut. Perusahaan dagang mencakup pengecer, yang menjual produk
akhir ke konsumen, dan pedagang grosir, yang mendistribusikan produk ke
pengecer. Perusahaan jasa sering kali memiliki sedikit atau tidak memiliki
persediaan, sehingga sistem penetapan biaya mereka relatif sederhana.

8
2.2.1 Biaya Produk dan Biaya Periode
Persediaan produk untuk perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang
diperlakukan sebagai aset di neraca mereka. Selama persediaan memiliki nilai
pasar, itu dianggap sebagai aset sampai persediaan tersebut dijual; maka biaya
persediaan dipindahkan ke laporan laba rugi sebagai: harga pokok penjualan.
Biaya produk untuk perusahaan manufaktur meliputi: hanya biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan produk pada langkah manufaktur dalam rantai
nilai :
a) Bahan langsung. Bahan yang digunakan untuk memproduksi produk,
yang menjadi bagian fisiknya.
b) Tenaga kerja langsung. Tenaga kerja yang digunakan untuk
memproduksi produk.
c) Biaya overhead pabrik. Biaya tidak langsung untuk bahan, tenaga kerja,
dan fasilitas yang digunakan untuk mendukung proses manufaktur.
Biaya produk untuk perusahaan dagang mencakup biaya untuk membeli
produk ditambah biaya transportasi yang dibayarkan oleh pengecer atau grosir
untuk membawa produk ke lokasi dari mana produk itu akan dijual atau
didistribusikan.
Semua biaya lain untuk mengelola perusahaan dan menjual produk
bukanlah biaya produk. Mereka dibebankan pada periode di mana mereka
terjadi; untuk alasan itu, mereka juga disebut biaya periode. Biaya periode (biaya
nonproduk) termasuk biaya umum, penjualan, dan administrasi yang diperlukan
untuk manajemen perusahaan tetapi bukan terlibat langsung atau tidak langsung
dalam proses manufaktur (atau, untuk pengecer, dalam pembelian produk untuk
dijual kembali). Biaya iklan, biaya pemrosesan data, dan gaji eksekutif dan staf
adalah contoh yang baik dari biaya periode. Dalam perusahaan manufaktur atau
merchandising, biaya periode juga kadang-kadang disebut sebagai: biaya
operasional atau penjualan dan biaya administrasi. Dalam perusahaan jasa,
biaya ini adalah: biaya operasional.

2.2.2 Biaya Manufaktur, Merchandising, dan Layanan


Langkah pertama dari proses manufaktur adalah untuk membeli bahan.
Langkah kedua melibatkan penambahan tiga elemen biaya—bahan yang
digunakan, tenaga kerja, dan overhead—ke barang dalam proses. Pada langkah
ketiga, saat produksi selesai, biaya produksi yang telah terakumulasi dalam akun

9
Barang Dalam Proses dipindahkan ke akun Persediaan Barang Jadi dan dari
sana ke akun Harga Pokok Penjualan saat produk dijual.
Di perusahaan dagang prosesnya agak lebih sederhana. Perusahaan
membeli barang dagangan dan menempatkannya di akun Persediaan Produk.
Ketika dijual, itu ditransfer ke akun Harga Pokok Penjualan. Perbedaan
perusahaan manufaktur dan dagang, yaitu: Perusahaan dagang membeli
persediaan tetapi perusahaan manufaktur memproduksi persediaan
menggunakan bahan, tenaga kerja, dan overhead.
Perusahaan manufaktur menggunakan tiga akun persediaan: (1)
Inventarisasi Bahan, dimana biaya pasokan bahan yang digunakan dalam proses
manufaktur disimpan; (2) Inventaris Barang Dalam Proses, yang memuat semua
biaya yang dimasukkan ke dalam pembuatan produk yang dimulai tetapi belum
selesai pada tanggal laporan keuangan; dan (3) Persediaan Barang Jadi, yang
memegang harga pokok barang yang siap dijual. Setiap akun memiliki saldo awal
dan akhir sendiri.
Rumus persediaan adalah konsep yang berguna untuk menunjukkan
bagaimana bahan, tenaga kerja, dan overhead biaya mengalir ke Persediaan
Barang Dalam Proses, kemudian ke Persediaan Barang Jadi, dan akhirnya
menjadi Harga Pokok Penjualan.
Perusahaan manufaktur memerlukan perhitungan dua bagian untuk harga
pokok penjualan: bagian pertama menggabungkan arus biaya yang
mempengaruhi akun Persediaan Barang Dalam Proses untuk menentukan
jumlah Harga Pokok Produksi, yaitu, biaya barang jadi dan dipindahkan dari
barang dalam proses selama periode ini. Bagian kedua menggabungkan arus
biaya untuk akun Persediaan Barang Jadi untuk menentukan jumlah harga pokok
penjualan dan pendapatan operasional. Biaya operasional untuk perusahaan
dagang mencakup semua biaya nonproduk—biaya fasilitas, iklan, staf, dan
sebagainya.

2.2.3 Atribut Informasi Biaya


- Ketepatan
Pengambil keputusan yang berpengalaman tidak menggunakan
informasi akuntansi tanpa mempertimbangkan potensi ketidakakuratan.
Data yang tidak akurat dapat menyesatkan, sehingga berpotensi
menimbulkan kesalahan yang merugikan. Cara utama untuk memastikan
data yang akurat untuk pengambilan keputusan adalah merancang dan

10
memantau sistem pengendalian akuntansi internal yang efektif. Sistem
dari pengendalian akuntansi internal adalah seperangkat kebijakan dan
prosedur yang membatasi dan memandu kegiatan dalam pemrosesan
data keuangan dengan tujuan untuk mencegah atau mendeteksi
kesalahan dan penipuan. Penekanan pada pengendalian internal yang
efektif telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir
sebagai tanggapan terhadap persyaratan Securities and Exchange
Commission (SEC) yang diberlakukan oleh Sarbanes-Oxley Act of 2002.
- Ketepatan Waktu
Informasi manajemen biaya harus tersedia bagi pengambil keputusan
pada waktu yang tepat untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang
efektif. Biaya penundaan dapat menjadi signifikan dalam banyak
keputusan, seperti dalam memenuhi pesanan yang terburu-buru yang
mungkin hilang jika informasi yang diperlukan tidak tepat waktu. Biaya
untuk mengidentifikasi cacat kualitas dini dalam suatu proses manufaktur
bisa jauh lebih sedikit daripada biaya bahan dan tenaga kerja yang
terbuang sampai cacat terdeteksi nanti dalam proses.
- Informasi Biaya dan Nilai Biaya
Memikirkan informasi manajemen biaya sebagai memiliki biaya dan
nilai tertentu menekankan bahwa akuntan manajemen adalah spesialis
informasi, sangat mirip dengan profesional keuangan lainnya, seperti
penasihat pajak, perencana keuangan, dan konsultan. Akuntan
manajemen menyediakan layanan informasi yang memiliki biaya
persiapan dan nilai bagi pengguna. Biaya persiapan untuk informasi
manajemen biaya harus dikendalikan seperti halnya layanan lain yang
disediakan dalam perusahaan. Biaya persiapan ini kemungkinan besar
dipengaruhi oleh akurasi, ketepatan waktu, dan tingkat agregasi yang
diinginkan; ketika peningkatan akurasi, ketepatan waktu, dan detail yang
diinginkan, biaya persiapan lebih tinggi.

2.3 Activity Based Costing (ABC)


2.3.1 Sumber Daya, Aktivitas, Penggerak Biaya Konsumsi Sumber Daya,
dan Penggerak Biaya Konsumsi Aktivitas
Aktivitas adalah tugas atau tindakan tertentu dari pekerjaan yang
dilakukan. Suatu aktivitas dapat berupa tindakan tunggal atau gabungan dari
beberapa tindakan. sumber merupakan unsur ekonomi yang dibutuhkan atau

11
dikonsumsi dalam melakukan kegiatan. Gaji dan perlengkapan, misalnya, adalah
sumber daya yang dibutuhkan atau digunakan dalam melakukan aktivitas
manufaktur.
Pemicu biaya adalah faktor yang menyebabkan atau berhubungan dengan
perubahan biaya aktivitas. Karena pemicu biaya menyebabkan atau
berhubungan dengan perubahan biaya, jumlah pemicu biaya yang terukur atau
terkuantifikasi adalah dasar yang sangat baik untuk membebankan biaya sumber
daya ke aktivitas dan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek biaya.
Pemicu biaya adalah pemicu biaya konsumsi sumber daya atau pemicu
biaya konsumsi aktivitas. Pemicu biaya konsumsi sumber daya adalah ukuran
jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas. Ini adalah pemicu
biaya untuk membebankan biaya sumber daya, yang dikonsumsi oleh atau
terkait dengan suatu aktivitas, ke aktivitas atau kumpulan biaya tertentu. Contoh
pemicu biaya konsumsi sumber daya adalah jumlah item dalam pesanan
pembelian atau penjualan, perubahan desain produk, dan jam mesin.
Pemicu biaya konsumsi aktivitas mengukur jumlah aktivitas yang dilakukan
untuk objek biaya. Ini digunakan untuk membebankan biaya pool biaya aktivitas
ke objek biaya. Contoh pemicu biaya konsumsi aktivitas adalah jumlah jam mesin
dalam pembuatan produk X, atau jumlah batch yang digunakan untuk
memproduksi Produk Y.

2.3.2 Apa itu Activity Based Costing (ABC)?


Penetapan biaya berdasarkan aktivitas (ABC) adalah pendekatan
penetapan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti
produk, layanan, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk
objek biaya. Premis dari pendekatan penetapan biaya ini adalah bahwa produk
atau layanan perusahaan adalah hasil dari aktivitas dan aktivitas menggunakan
sumber daya yang menimbulkan biaya. Biaya sumber daya dibebankan ke
aktivitas berdasarkan aktivitas yang menggunakan atau mengkonsumsi sumber
daya (penggerak konsumsi sumber daya), dan biaya aktivitas dibebankan ke
objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya (penggerak
konsumsi aktivitas). ABC mengakui hubungan kausal atau langsung antara biaya
sumber daya, pemicu biaya, aktivitas, dan objek biaya dalam membebankan
biaya ke aktivitas dan kemudian ke objek biaya.
ABC membebankan biaya overhead pabrik ke objek biaya seperti produk
atau jasa dengan mengidentifikasi sumber daya dan aktivitas serta biaya dan

12
jumlah yang dibutuhkan untuk menghasilkan output. Menggunakan penggerak
biaya konsumsi sumber daya, perusahaan menentukan biaya sumber daya yang
dikonsumsi oleh aktivitas, menghitung biaya unit aktivitas, dan kemudian
membebankan biaya aktivitas ke objek biaya dengan mengalikan biaya setiap
aktivitas dengan jumlah aktivitas yang dikonsumsi. oleh masing-masing objek
biaya.

2.3.3 Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap


Pembebanan biaya dua tahap adalah prosedur membebankan biaya
sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke kumpulan biaya aktivitas dan
kemudian ke objek biaya untuk menentukan jumlah biaya sumber daya untuk
setiap objek biaya. Sistem penetapan biaya berdasarkan volume membebankan
biaya overhead pabrik pertama ke pusat biaya pabrik atau departemen dan
kedua ke produk atau jasa. Sistem berbasis volume, pada tahap pertama,
membebankan biaya overhead pabrik ke kumpulan biaya pabrik tunggal atau ke
kumpulan biaya departemen. Pendekatan ini mudah dan sederhana, karena
banyak sistem akuntansi yang digunakan saat ini mengumpulkan informasi biaya
berdasarkan departemen, yang dengan mudah diagregasikan ke tingkat pabrik.
Pada tahap kedua, tarif berdasarkan volume (berdasarkan unit yang diproduksi
atau jam yang digunakan dalam produksi) kemudian digunakan untuk
membebankan biaya overhead ke setiap objek biaya. Namun, prosedur
pembebanan biaya dua tahap berbasis volume cenderung mendistorsi biaya
produk atau jasa. Hal ini benar terutama pada tahap kedua di mana sistem
penetapan biaya berdasarkan volume menggunakan penggerak biaya seperti
jam tenaga kerja langsung atau unit keluaran untuk membebankan biaya
overhead pabrik. Karena semua produk atau jasa biasanya tidak mengkonsumsi
sumber daya overhead pabrik secara proporsional dengan ukuran berbasis
volume yang digunakan perusahaan untuk membebankan biaya overhead
pabrik, sistem berbasis volume sering mengarah pada pengukuran yang tidak
akurat untuk biaya aktivitas pendukung dalam operasinya. Distorsi ini menjadi
lebih serius ketika sebagian besar biaya overhead pabrik tidak terkait dengan
volume-output dan perusahaan memproduksi campuran produk yang beragam
dengan perbedaan volume, ukuran, atau kompleksitas.
Sistem penetapan biaya berdasarkan aktivitas berbeda dari sistem
penetapan biaya berdasarkan volume dengan menghubungkan penggunaan
sumber daya dengan aktivitas dan menghubungkan biaya aktivitas dengan

13
produk, layanan, atau pelanggan. Tahap pertama membebankan biaya overhead
pabrik ke aktivitas dengan menggunakan pemicu biaya konsumsi sumber daya
yang sesuai. Tahap kedua membebankan biaya aktivitas ke objek biaya
menggunakan pemicu biaya konsumsi aktivitas yang sesuai yang mengukur
permintaan objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas. Dengan menggunakan
penggerak biaya dalam pembebanan biaya tahap pertama dan kedua, sistem
penetapan biaya berdasarkan aktivitas memberikan ukuran biaya produk atau
jasa yang lebih akurat untuk biaya aktivitas yang tidak sebanding dengan volume
output yang dihasilkan.
Singkatnya, sistem penetapan biaya berdasarkan aktivitas berbeda dari
sistem penetapan biaya berdasarkan volume dalam dua cara. Pertama, sistem
ABC mendefinisikan kumpulan biaya sebagai aktivitas daripada pusat biaya
pabrik atau departemen. Kedua, pemicu biaya yang digunakan sistem ABC untuk
menetapkan aktivitas biaya terhadap objek biaya adalah penggerak yang
didasarkan pada suatu aktivitas atau aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya
tersebut. Pendekatan berbasis volume menggunakan pemicu biaya berbasis
volume yang seringkali memiliki sedikit atau tidak ada hubungan sama sekali
dengan konsumsi biaya sumber daya oleh objek biaya.

2.3.4 Langkah-Langkah Penerapan Activity Based Costing


Langkah 1: Identifikasi Biaya dan Aktivitas Sumber Daya
Langkah pertama dalam merancang sistem ABC adalah melakukan
analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas
perusahaan. Sebagian besar perusahaan mencatat biaya sumber daya dalam
akun tertentu dalam sistem akuntansi. Contoh akun ini termasuk persediaan,
pembelian, penanganan material, pergudangan, pengeluaran kantor, perabotan
dan perlengkapan, bangunan, peralatan, utilitas, dan gaji dan tunjangan. Namun,
upaya khusus kemungkinan besar akan diperlukan untuk menentukan biaya
sumber daya yang sesuai untuk penetapan biaya berdasarkan aktivitas karena
umumnya beberapa biaya sumber daya yang berbeda dapat dicatat dalam satu
akun atau biaya untuk suatu aktivitas dapat dicatat dalam beberapa akun.
Misalnya, sebuah perusahaan dapat menggunakan satu akun persediaan pabrik
untuk semua persediaan dalam operasinya yang mencakup beberapa operasi
manufaktur.
Melalui analisis aktivitas, perusahaan mengidentifikasi pekerjaan yang
dilakukan untuk menjalankan operasinya. Analisis aktivitas meliputi pengumpulan

14
data dari dokumen dan catatan yang ada, serta pengumpulan data tambahan
dengan menggunakan kuesioner, observasi, atau wawancara dengan personel
kunci. Pertanyaan yang biasanya ditanyakan oleh anggota tim proyek ABC
kepada karyawan atau manajer dalam mengumpulkan data aktivitas meliputi:
 Pekerjaan atau kegiatan apa yang Anda lakukan?
 Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk melakukan aktivitas
tersebut?
 Sumber daya apa yang diperlukan untuk melakukan aktivitas ini?
 Nilai apa yang dimiliki aktivitas untuk produk, layanan, pelanggan, atau
organisasi?

Tingkatan Kegiatan
1. Aktivitas tingkat unit dilakukan untuk setiap unit individu produk atau jasa
perusahaan. Contoh kegiatan tingkat unit termasuk bahan langsung, jam
kerja langsung, memasukkan komponen, dan memeriksa setiap unit.
Aktivitas tingkat unit berbasis volume. Aktivitas yang dibutuhkan
bervariasi secara proporsional dengan kuantitas objek biaya. Penggerak
konsumsi sumber daya dan penggerak konsumsi aktivitas kemungkinan
besar sama untuk aktivitas tingkat unit.
2. Aktivitas tingkat batch dilakukan untuk setiap batch atau kelompok unit
produk atau jasa. Contoh aktivitas tingkat batch adalah menyiapkan
mesin, menempatkan pesanan pembelian, menjadwalkan produksi,
melakukan inspeksi per batch, menangani bahan, dan mempercepat
produksi.
3. Aktivitas tingkat produk mendukung produksi produk atau jasa tertentu.
Contoh aktivitas tingkat produk termasuk merancang produk, membeli
suku cadang yang diperlukan untuk produk, dan terlibat dalam perubahan
teknik untuk memodifikasi produk.
4. Aktivitas tingkat fasilitas mendukung operasi secara umum. Aktivitas ini
tidak disebabkan oleh produk atau kebutuhan layanan pelanggan dan
tidak dapat dilacak ke unit, batch, atau produk individual. Contoh aktivitas
tingkat fasilitas termasuk menyediakan keamanan untuk pabrik yang
melakukan pemeliharaan mesin tujuan umum, mengelola pabrik,
menimbulkan pajak dan asuransi properti pabrik, dan menutup
pembukuan setiap bulan. Beberapa perusahaan menyebut aktivitas ini
sebagai aktivitas pendukung bisnis atau infrastruktur.

15
Langkah 2: Tetapkan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas
Penetapan biaya berdasarkan aktivitas menggunakan pemicu biaya
konsumsi sumber daya untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas.
Karena aktivitas mendorong biaya sumber daya yang digunakan dalam operasi,
perusahaan harus memilih pemicu biaya konsumsi sumber daya berdasarkan
hubungan sebab-akibat. Pemicu biaya konsumsi sumber daya yang umum
mencakup jumlah (1) jam kerja untuk kegiatan padat karya; (2) karyawan untuk
kegiatan yang berhubungan dengan penggajian; (3) pengaturan untuk aktivitas
terkait batch; (4) gerakan untuk kegiatan penanganan material; (5) jam mesin
untuk perbaikan dan pemeliharaan mesin; dan (6) kaki persegi untuk kegiatan
pemeliharaan dan pembersihan umum.
Biaya sumber daya dapat dibebankan ke aktivitas dengan penelusuran
atau estimasi langsung. Pelacakan langsung membutuhkan pengukuran
penggunaan aktual sumber daya oleh aktivitas. Misalnya, daya yang digunakan
untuk mengoperasikan mesin dapat dilacak langsung ke operasi mesin itu
dengan membaca meteran yang terpasang pada mesin. Ketika penelusuran
langsung tidak tersedia, manajer departemen dan penyelia perlu memperkirakan
jumlah atau persentase waktu (atau upaya) yang dihabiskan karyawan untuk
setiap aktivitas yang diidentifikasi.

Langkah 3: Tetapkan Biaya Aktivitas ke Objek Biaya


Langkah terakhir adalah membebankan biaya aktivitas atau kumpulan
biaya aktivitas ke objek biaya berdasarkan pemicu biaya konsumsi aktivitas yang
sesuai. Output adalah objek biaya dimana perusahaan atau organisasi
melakukan kegiatan. Output khas untuk sistem biaya adalah produk dan jasa;
namun, output juga dapat mencakup pelanggan, proyek, atau unit bisnis.
Sebagai contoh, keluaran perusahaan asuransi dapat berupa polis asuransi
individu yang dijual kepada pelanggan, klaim yang diproses, jenis polis yang
ditawarkan, agen asuransi, atau divisi atau subunit perusahaan.

2.3.5 Manfaat Activity Based Costing


 Ukuran profitabilitas yang lebih baik. ABC memberikan biaya produk
yang lebih akurat dan informatif, yang mengarah ke pengukuran
profitabilitas produk dan pelanggan yang lebih akurat dan keputusan
strategis yang lebih terinformasi tentang harga, lini produk, dan segmen
pasar.

16
 Pengambilan keputusan yang lebih baik. ABC memberikan pengukuran
biaya penggerak aktivitas yang lebih akurat, membantu manajer
meningkatkan nilai produk dan proses dengan membuat keputusan desain
produk yang lebih baik, keputusan dukungan pelanggan yang lebih baik, dan
mendorong proyek peningkatan nilai.
 Peningkatan proses. Sistem ABC menyediakan informasi untuk
mengidentifikasi area di mana perbaikan proses diperlukan.
 Perkiraan biaya. Peningkatan biaya produk menghasilkan perkiraan biaya
pekerjaan yang lebih baik untuk keputusan penetapan harga, penganggaran,
dan perencanaan.
 Biaya kapasitas yang tidak terpakai. Karena banyak perusahaan memiliki
fluktuasi musiman dan siklus dalam penjualan dan produksi, ada kalanya
kapasitas pabrik tidak digunakan. Ini dapat berarti bahwa biaya adalah terjadi
pada aktivitas tingkat batch, produk, dan fasilitas tetapi tidak digunakan.
Kapasitas dipasok tetapi tidak digunakan dalam produksi. Sistem ABC
memberikan informasi yang lebih baik untuk mengidentifikasi biaya kapasitas
yang tidak digunakan dan memelihara akuntansi terpisah untuk biaya ini.
Misalnya, jika pesanan pelanggan tertentu memerlukan penambahan jenis
kapasitas tertentu di pabrik, maka pelanggan dapat dikenakan biaya untuk
tambahan kapasitas tersebut. Sebagai alternatif, jika seorang manajer pabrik
memutuskan untuk menambah kapasitas dengan harapan peningkatan
penjualan dan produksi di masa depan, maka biaya kapasitas tambahan
tersebut tidak boleh dibebankan pada produksi saat ini tetapi dibebankan
sebagai biaya sekaligus dalam biaya pabrik. Secara keseluruhan, tujuannya
adalah untuk mengelola tingkat kapasitas untuk mengurangi biaya
penggunaan kapasitas yang kurang dan untuk menetapkan harga produk dan
layanan dengan benar.

2.3.6 Kekurangan Activity Based Costing


 Alokasi beberapa biaya mungkin menggunakan alokasi ke depan berdasarkan
ukuran volume yang arbitre, sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas
yang dapat menyebabkan biaya tersebut.
 Mengabaikan biaya, misalnya pemasaran, advertensi, riset & pengembangan,
rekayasa produk dan klaim garansi.

17
 Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi sistem ABC sangat mahal untuk
dikembangkan dan diimplementasikan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aktivitas yang sering mempengaruhi biaya sering disebut dengan cost


driver. Segala produk, jasa, pelanggan, aktivitas, atau unit organisasi yang
dibebankan biaya adalah objek biaya (cost object). Tujuan utama dari
pengelompokan perilaku biaya untuk mengidentifikasi cost driver, yaitu untuk
membedakan aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya.
Pemicu Biaya (Cost Driver) ini terdiri dari 4 macam yaitu:
1. Activity-Base Cost Driver, adalah pemicu biaya berdasarkan aktivitas
yang dikembangkan pada berbagai tingkat aktivitas secara rinci dari
operasi yang dihubungkan dengan aktivitas manufaktur yang ada atau
aktivitas penyediaan jasa.
2. Volume-Based Cost Driver, adalah pemicu biaya yang dikembangkan
berdasarkan volume atau kuantitas secara agregat.
3. Structural Cost Driver, adalah termasuk keputusan strategis yang
mempengaruhi hubungan antara pemicu biaya ini dengan total biaya
4. Executional Cost Diver, adalah termasuk keputusan operasional yang
mempengaruhi hubungan antara pemicu biaya ini dengan total biaya

Salah satu contoh penerapan konsep biaya adalah sistem Activity Based
Costing (ABC). Sistem ABC adalah pendekatan penentuan biaya produk yang
membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya
yang disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya
ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan
aktivitas yang dibutuhkan tersebut mengunakan sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian
aktivitas dibebankan ke obyek biaya berdasarkan penggunaannya. ABC
memperkenalkan hubungan sebab-akibat antara cost driver dengan aktivitas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward J., David E. Stout, and Gary Cokins. 2010. Cost Management: A Strategic
Emphasis (5th Edition). New York: McGraw-Hill Irwin

Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, and Madhav V. Rajan. 2012. Cost Accounting: A
Managerial Emphasis (14th Edition). Essex: Pearson Education Ltd.

Sujarweni, V. Wiratna. 2016. Akuntansi Manajemen: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

20

Anda mungkin juga menyukai